Pengertian Kontrasepsi
Manfaat penggunaan KB
a) Status kesehatan
c) Konsekuensi kegagalan
e) Persetujuan pasangan
NET EN merupakan suntiukan progestin pertama yang dipakai sebagai kontrasepsi, dan
diberi nama dagang Noristerat. Percobaan- percobaan klinik pertama dari DMPA sebagai
metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963, diikuti percobaan- percobaan di lapangan pada
tahun 1965.
Tahun 1967 Upjhon Company meminta izin FDA US (“POM”nya AS) untuk memasarkan
DMPA sebagai kontrasepsi di AS. Pada saat itu telah diketahui dengan jelas bahwa estrohen
dalam kontrasepsi hormonal per-oral merupakan penyebab dari timbulnya efek samping
seperti mual, muntah, timbulnya bekuan darah. Sehingga adanya metode kontrasepsi yang
bebas estrogen seperti DMPA dan Mini-Pil mmerupakan hal yang sangat menarik. Tetapi
pada tahun 1970, penelitian- penelitian menunjukkan bahwa prigestin, termasuk DMPA,
menyebabkan timbulnya benjolan- benjolan pada payudara binatang percobaan anjing beogle,
sehingga menyebabkan timbulnya kewaspadaan dari FDA.
Bulan september 1974 FDA menyatakan keinginan tetapi untuk menyetujui DMPA sebagai
suatu metode kontrasepsi tetapi hanya bagi wanita yang telah mengalami kegagalan
kontrasepsi dengan metode lain.
Tidak berapa lama setelah itu, FDA kembali menangguhkan maksudnya tersebut, setelah
timbul pertanyyan apakan DMPA dapat meninggikan risiko karsinoma serviks. Tahun 1975
dinyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti bertambahnya risiko karsinoma serviks, dan
diusulkan kembali penggunaan DMPA untuk kalangan wanita yang terbatas.
Tetapi pada tahun 1978 FDA secara rewsmi menolak pemakaian DMPA sebagai suatu
metode kontrasepsi, dengan alasan :
Di samping itu, pihak-pihak yang tidak menyetujui metode kontrasepsi suntikan juga
mengatakan bahwa :
1. Wanita mungkin tidak mengetahui obat apa yang disuntikan kepadanya atau wanita
disuntik tanpa seizinnya (tanpa inform consent).
2. Sebagai obat suntik berdaya kerja panjang efeknya termasuk efek samping utama
maupun yang minor, tidak dapat segera dihentikan dengan cara menghentikan
suntikan.
Baru pada bulan oktober 1992 FDA menyetujui Depo-Provera sebagai kontrasepsi suntikan.
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak
dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan
aman.
Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya.
Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB
mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh
memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.
Jenis KB Suntik
Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan selama jangka waktu
tertentu (antara 1 – 3 bulan). Cairan tersebut merupakan hormon sistesis progesteron. Pada
saat ini terdapat dua macam suntikan KB, yaitu golongan progestin seperti Depo-provera,
Depo-geston, Depo Progestin, dan Noristat, dan golongan kedua yaitu campuran progestin
dan estrogen propionat, misalnya Cyclo Provera. Hormon ini akan membuat lendir rahim
menjadi kental, sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke rahim. Zat ini juga mencegah
keluarnya sel telur (ovulasi) dan membuat uterus (dinding rahim) tidak siap menerima hasil
pembuahan
Hanafi Hartanto (1996) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi suntik dalam dua bagian,
yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer adalah mencegah ovulasi. Pada mekanisme
ini, kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respons kelenjar hipofise
terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan
proses terjadi di hipotalamus dari pada di hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi
(POK), yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofise.
Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian KB Suntik Depoprovera, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian
jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan
atau hanya terdapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-
perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan
berakhir.
Pada mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga membuat endometium kurang
layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Mekanisme ini mungkin juga
mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii.
Keuntungan KB Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka kegagalan
kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air
susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia
(kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan
kanker bagian dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak berpengaruh pada
hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada pemakaian awal, dan dapat
dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang
tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan
reaksi penggumpalan darah.
Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan
obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan
suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta
harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang
dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35 tahun, kecuali Cyclofem.
1. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau
sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
Efek yang terakhir dan efek peningkatan berat badan terjadi karena pengaruh hormonal, yaitu
progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan
lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi.
Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga
sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan
bertambah dan menurunnya gairah seksual.
Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air, sehingga organ yang
mengandung banyak lemak cenderung mempunyai mempunyai kandungan air yang sedikit /
kering. Kondisi ini juga terjadi pada vagina sebagai akibat sampingan dari hormon
progesteron. Vagina menjadi kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan
hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan
gairah atau disfungsi seksual pada wanita.
Beberapa efek samping yang biasa ditemui pada penggunaan Suntikan KB 3 Bulan adalah:
Untuk Suntikan KB 1 Bulan, efek samping yang terjadi mirip dengan efek samping yang
ditimbulkan pada penggunaan Pil KB.. Berbeda dengan Suntikan KB 3 Bulan, pengguna
Suntikan KB 1 Bulan dilaporkan tetap mendapatkan haid-nya secara teratur. Kesuburan pun
lebih cepat kembali setelah penghentian metode ini dibandingkan dengan Suntikan KB 3
Bulan.
Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki pemakaian
kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat
ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin
menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau klien dengan
kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang sedang menyusui. Klien yang mendekati
masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan
kontrasepsi suntik.
Kontra Indikasi
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi pemakaian suntikan
KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang
menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan
darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain
itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah
yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan
yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini
Cara Pemberian
1. Waktu Pemberian
o Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal
ibu belum hamil lagi)
o Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
2. Lokasi Penyuntikan
o Daerah bokong/pantat
Interaksi Obat
Cara Penyimpanan
Penelitian tentang suntikan KB adalah pada tahun 1963 yaitu uji coba pada depo provera
suntik yang kemudian di lisensi di Inggris pada tahun 1984. Pada tahun 1990-an metode ini
telah di lisensi sebagai pilihan metode kontrasepsi pilihan pertama. Sampai saat ini jenis
metode suntik yang digunakan adalah suntikan kombinasi dan suntikan progestrin.
a) Lokasi Penyuntikan
Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan progestrin secara
consensusinternasional bahwa disuntikkan di bokong yaitu pada musculus ventro gluteal
dalam. Musculus ini dapat di ukur dari spina iliaca anterior superior (SIAS) sampai dengan os
coccygeus kemudian di ambil 1/3 bagian dari SIAS.
Atau jika dianalogikan dengan kotak, kemudian kita bagi ke dalam 4 bagian, maka yang akan
kita suntikan adalah bagian kuadran luar.
1. Suntikan kombinasi
Suntikan kombinasi yang saat ini berada di pasaran Indonesia adalah kombinasi antara 25 mg
medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat. Cara kerja suntikan kombinasi ini
pada prinsipnya sama dengan cara kerja pil kombinasi. Yang membedakan adalah lebih
secara teknis karena isi dari kontrasepsi suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka
risiko terhadap hipertensi dan vaskularisasi yang disebabkan oleh hormone ini praktis tidak
terjadi. Maka kontrasepsi suntik ini lebih aman untuk perempuan dengan hipertensi.
Demikian juga pada perempuan yang mempunyai migrain juga lebih aman menggunakan
kontrasepsi ini.
Suntikan kombinasi ini efektif bekerja selam 30 hari atau dapat juga di hitung dalam 4
minggu. Hal yang membedakan dengan pil akan tergantung dengan bidan/provider KB yang
lain ketika menghendaki ulangan suntik. Efektivitas suntik juga tinggi namun pengembalian
kesuburan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pil. Perempuan yang
sudah di suntik otomatis tidak bisa menolak dari semua efek yang terjadi sampai dengan
efektivitasnya habis yaitu 30 hari untuk pil kombinasi hal ini berbeda dengan pil, yaitu klien
dapat menghentikan pengunaannya sewaktu-waktu.
Waktu pemberian suntik untuk pertama kali hampir sama dengan pil. Adapun yang
membedakan adalah untuk kunjungan ulang. Suntikan kombinasi diberikan diberikan setiap
bulan dengan teknik intra muskular dalam (disesuaikan dengan kondisi klien, yaitu gemuk
kurusnya klien). Mintalah klien untuk datang 4 minggu sekali. Suntikan ulang dapat
diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan pendarahan. Dapat juga
diberikan 7 hari setelah jadwal seharusnya agar diyakini perempuan tersebut tidak hamil.
Anjurkan untuk menggunakan barier lain atau tidak melakukan hubungan seksual selama 7
hari. Namun lebih baik lagi akseptor datang tepat pada waktunya (4 minggu sekali).
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada klien tentang hal-hal yang perlu diwaspadai pada
jangka waktu penggunaan kontrasepsi suntik kombinasi adalah:
1. Nyeri dada hebat atau nafas pendek, hal ini mengindikasikan adanya bekuan darah
atau adanya serangan jantung.
2. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan, ini mengindikasikan terjadinya stroke,
atau migrain.
3. Nyeri tungkai hebat, ini mengindikasikan kemungkinan penyumbatan pembuluh
darah pada tungkai.
4. Tidak terjadinya perdarahan ataupun spotting selama 7 hari sebelum penyuntikan
berikutnya, ini dimungkinkan terjadinya kehamilan.
2. Suntikan progestrin
Saat ini suntikan progestrin yang beredar di pasaran adalah yang mengandung Depo
medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang mengandung 150 mg DMPA dan diberikan 3
bulan sekali atau 12 minggu sekali pada bokong yaitu musculus gluteus maximus (dalam).
Dahulu dikenal juga suntikan dengan jenis noristerat tetapi saat ini sudah jarang digunakan.
Kontrasepsi suntikan progestrin ini sangat efektif dibandingkan dengan mini pil, karena
dengan dosis gestagen yang cukup tinggi dibandingkan dengan mini pil. Akan tetapi, kembali
kesuburan cukup lambat, yaitu rata-rata 4 bulan setelah berhenti dari penyuntikan sehingga
akan kurang tepat apabila digunakan para wanita yang menginginkan untuk segera hamil
pada waktu yang cukup dekat. Kontrasepsi ini cocok bagi ibu yang sedang menyusui.
Secara umum keuntungannya hampir sama dengan mini pil, hanya saja kontrasepsi ini
memang lebih efektif. Tetapi untuk keterbatasannya perlu dikaji kembali dan disampaikan
dengan benar kepada klien agar tidak kaget dengan hal-hal yang berkaitan dengan efek
samping/keterbatasan kontrasepsi. Hal-hal yang akan sering ditemukan adalah sebagai
berikut:
b. Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi defisiensi estrogen sehingga dapat
menyebabkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, jerawat,
dan meningkatnya risiko osteoporosis.
Siapa saja yang boleh dan tidak menggunakan kontrasepsi ini pada prinsipnya hampir sama
dengan metode kontrasepsi oral/pil. Penggunaan suntik ini pada beberapa penelitian terbukti
pada pemakaian jangka panjang akan menyebabkan defisiensi estrogen, tetapi pada penelitian
lanjutan kadar estrogen tersebut akan kembali setelah wanita tersebut berhenti menggunakan
suntik ini, sehingga risiko osteoporosis berkurang. Namun hal ini sedang diteliti lebih lanjut,
sehingga tetaplah perlu diberitahukan kepada akseptor bahwa penggunaan suntikn kombinasi
jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis. Perokoko juga merupakan
kontra indikasi pemakaian kontrasepsi hormonal dikarenakan rokok dapat menyebabkan
spasme pembulih darah, sehingga menjadi penyebab penyakit jantung dan stroke. Hal ini
dapat menggangu efektivitas dari hormon ini, dan juga akan memperparah organ tubuh dalam
bekerja.
Waktu pemberian suntik pertama prinsipnya sama dengan kontrasepsi hormonal lain. Adapun
untuk kunjungan ulangnya adalah 12 minggu setelah penyuntikan. Suntikan ulang dapat
diberikan 2 minggu sebelum jadwal dan bisa diberikan setelah asalkan perempuan tersebut
diyakini tidak hamil, akan tetapi perlu tambahan barier dalam waktu 7 hari setelah
penyuntikan atau tidak melakukan hubungan seksual.
Pelaksanaan Pelayanan
Ruang untuk pasien rawat jalan maupun ruang perawatan dapat di gunakan untuk pemberian
kontrasepsi suntik. Bila mungkin, ruangan tersebut harus berada jauh dari daerah ramai di
lingkungan klinik taua rumah sakit. Ruangan tersebut harus:
Fasilitas untuk mencuci tangan juga harus tersedia di dekat ruang tersebut, termasuk
persediaan air bersih yang mengalir, serta tersedia wadah atau kantung plastik untuk
pembuangan limbah terkontaminasi. Wadah tahan tusuk harus di letakkan di tempat yang
aman untuk pembuangan jarum dan alat tulis.
Persiapan Klien
Karena kulit tidak mungkin disterilisasi, antiseptik di gunakan untuk meminimalkan jumlah
mikroorganisme pada kulit tempat suntikan harus dilaksanakan. Hal ini mutlak harus di
laksanakan untuk mengurangi kemungkinan risiko infeksi pada lokasi suntik.
Bila lengan atas atau pantat yang akan di suntik terlihat kotor, calon klien diterima
membersihkannya dengan sabun dan air.
Langkah 1: cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan
handuk atau dianginkan.
Langkah 2: buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet. Hapus karet yang
ada diatas bagian vital dengan kapas yang telah di basahi dengan alkohol 60-90%. Biarkan
kering (pada depo profera atau cyclofem).
Langlah 3: bila menggunakan jarum dan semprit sekali pakai, segera buka plastiknya. bila
menggunakan jarum dan semprit suntik yang telah di sterilkan dengan DTT, pakai korentang
atau forsep yang telah di DTT untuk mengambilnya.
Catatan: jangan pakai semprit suntik untuk lebih dari sekali suntik. Pada penelitian di
dapatkan pemakain satu semprit dengan beberapa jarum dapat menularkan virus hepatitis B.
Langkah 4: pasang jarum pada semprit suntik dengan memasukkan jarum pada mulut semprit
penghubung.
Langkah 5: balikkan vial dengan mulut vial di bawah. Masukkan cairan suntik dalam semprit.
Gunakan jarum yang sama untuk menghisap kontrasepsi suntik dan menyuntikan pada klien.
Catatan: buang kebiasaan untuk tetap membiarkan satu jarum menancap pada vital suntikan,
dengan tujuan pemakaian beberapa kali. Cara ini akan menyeababkan hubungan langsung
dari udara ke dalam tabung sehingga kuman dapat masuk dan mencemari obat atau
kontrasepsi suntik.
Langkah 1: bersihkan kulit yang akan disuntik denga kapas alkohol yang di bashi oleh ethil/
isopropil alkohol 60-90%.
Peralatan
Teknik suntikan
Kocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara (depo profera/
cyclofem). Keluarkan isinya.
Suntikkan secara intramuskular dalam di daerah pantat (daerah glutea). Apabila suntukan di
berikan terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segara
dan efektif.
Depo profera (3ml/150mg atau 1ml/150mg) di berikan setiap 3 bulan (12 minggu)
Jangan memijat daerah suntik. Jelaskan pada klien bahwa obat akan terlalu cepat di serap.
Hindarinkemungkinan tersusuk jarum secara sengaja. Jangan pisahkan jarum dengan semprit
setelah pemkaian. Jangan di srungkan kembali, di bengkokkan atau di patahkan sebelum di
buang.
Letakkan kotak tersebut pada tempat ayng mudah di jangkau dan mudah di buka tanpa
menggunakan benda tajam.
1. Periksa apakah kemasan alat suntik tidak rusak dan belum dibuka. Buang bila telah terbuka
atau rusak.
3. Tanpa menyentuh hub jarum, pasang alat suntik ke jarum dengan kencang dan putar.
4. Usapkan/bersihkan bagian tas vial dengan alkohol dan biarkan hingga kering.
5. Buka tutup pelindung jarum. Jangan menggerakkan pendorong dan jangan menyuntikka
udara ke dalam vial, karena akan membuat alat suntik tidak berfungsi (disable).
7. Jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan. Jangn memasukkan udara ke dalam alat suntik.
Hal tersebut dapat mengakibatkan dosis yang tidak tepat. Tarik pendorong secara perlahan
untuk mengisi alat suntik. Pendorong akan berhenti secara otomatis bila telah menvcapai
tanda batas 0,5 ml atau 1 ml, dan akan terdengar suara “klik”.
Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang alat suntik
dengan posisi tegak, dan ketuk tabung alat suntik. Kemudian secara perlahan tekan
pendorong ke tanda batas dosis (0,5 ml atau 1 ml)
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setela 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi
baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.
NET EN : 1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testoteron, dibuat dalam larutan
minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan akibat
pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam sirkuladi darah dapat sangat bervariasi.
2. Lebih cepat dimetabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan DMPA.
3. Setelah disuntikan, NET EN harus di ubah menjadi nerothindrone (NET) sebelum ias
menjadi aktif secara biologis.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam7 hari setelah penyuntikan, kemudian menurun
secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5-4 bulan setelah disuntikan.
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respon kelenjar hypophyse
terhadap gonadoprotein releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi
kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan
POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypophyse.
Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar
yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian
sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila
dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam
waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.
2. Sekunder :
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi