Anda di halaman 1dari 236

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

DW

DI PUSKESMAS MOJOGEDANG 1, KECAMATAN


MOJOGEDANG,KABUPATEN KARANGANYAR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar

Oleh:

Tika Meinaratri

19.0.B.1360

PRODI D3 KEBIDANAN

STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. DW

DI PUSKESMAS MOJOGEDANG 1, KECAMATAN MOJOGEDANG,

KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh :

Tika Meinaratri

19.0.B.1360

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji

Dihadapan Tim Penguji

Pada tanggal :

Pembimbing Utama Uji Utami, M.Kes ....................

NIDN.0629108501

Pembimbing Pendamping Mutik Mahmudah, M.Kes .....................

NIDN.0607027901

2
PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
Ny. DW di Puskesmas Mojogedang 1, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar”.

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam


menyelesaikan Program Studi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada
Karanganyar. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak
menghadapi kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai
pihak, maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. dr. Moch. Arief Taufiqurahman, MS. PHK selaku Ketua Yayasan
Mitra Husada Karanganyar.

2. Rohmadi, S.Kom, M.Kom selaku Ketua STIKes Mitra Husada


Karanganyar.

3. Suwarnisih, SST, M. Kes selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan Mitra Husada


Karanganyar.

4. Catur, Amd. Keb selaku Ketua Puskesmas Mojogedang 1, Kecamatan


Karanganyar, Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan pengambilan kasus.

5. Uji Utami, SST, M. Kes selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.

3
6. Mutik Mahmudah, M. Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam pembuatan Laporan Tugas
Akhir ini.

7. Ny. DW dan keluarga yang telah bersedia menjadi subjek dalam


pengambilan kasus pada laporan tugas akhir ini.

8. Seluruh dosen Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar.

9. Bapak, Ibu, dan keluarga tercinta yang telah tulus memberikan dukungan
dan semangat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

10. Seluruh teman-teman semester VI angkatan 2019 Prodi D3 Kebidanan


STIKes Mitra Husada Karanganyar yang telah bekerja sama saling
mendukung dan mensuport dalam menyelesaikan penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran, perbaikan serta kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan bagi penyempurnaan Laporan Tugas
Akhir ini. Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Karanganyar, 12 Maret 2022

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan terhadap kualitas
dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. pada tahun 2030, dunia
mendorong target penurunan angka kematian ibu harus dibawah 70 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi dan balita
proposinya ditargetkan turun hingga 12 per 1000 kelahiran hidup. Adapun
pada 21 januari 2021 BPS telah merilis dan berdasarkan hasil tersebut
diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia per September 2020 ada
sebanyak 270,2 juta jiwa (BKKBN,2021)
Seluruh isu kesehatan dalam SDGs (Sustainable Development Goals)
diintegrasikan dalam satu tujuan yakni menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang disegala usia. Terdapat 38 target
SDGs disektor kesehatan yang perlu diwujudkan. SDGs atau tujuan
pembangunan berkelanjutan ini merupakan agenda global yang
menggantikan MDGs (Millenium Development Goals). Adapun MDGs
(Millenium Development Goals). Angka kematian ibu (AKI) pada tahun
2020 yaitu 16 kematian ibu 91,45/100.000 KH sedangkan jumlah kematian
ibu sampai bulan agustus 2020 yaitu 27 kematian ibu 227,22/100.000 KH.
Tahun 2020 sampai dengan bulan agustus telah terjadi 74 kasus kematian
neonatal (AKN) 6,23/1.000 KH dan 116 angka kematian bayi (AKB)
9,78/1.000 KH. (Bappenas,2021)

Jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2020 di wilayah Karanganyar


sebanyak 8 kasus yang tersebar di wilayah puskesmas Jatipuro sebanyak 1
kasus, Jumantono sebanyak 1 kasus, Karangpandan sebanyak 1 kasus,
Karanganyar sebanyak 1 kasus, Mojogedang I sebanyak 1 kasus, dan

5
Mojogedang II sebanyak 3 kasus. Penyebab kematian Ibu yaitu 3 kasus
infeksi, 1 kasus gangguan sistem peredaran darah, dan 4 kasus penyebab
kematian lainnya. (Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar, 2021)

Dari 8 kasus kematian ibu pada tahun 2020, kematian ibu yang berumur
20-34 sebesar 5 kasus, sedangkan umur > 35 tahun sebesar 3 kasus. Jadi
sekitar 62,5% Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian
bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.

Asuhan Continuity of Care (CoC) merupakan asuhan secara


berkesinambungan dari hamil sampai Keluarga Berencana (KB) sebagai
upaya penurunan AKI dan AKB. Untuk mencegah atau mengurangi AKI dan
AKB tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
secara COC. Sebagai tenaga kesehatan bidan dapat menerapkan asuhan
kebidanan secara COC dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang
membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dan tenaga kesehatan,
yaitu memantau kondisi ibu hamil mulai dari awal kehamilan sampai proses
persalinan ke tenaga kesehatan, pemantauan bayi baru lahir dari tanda
infeksi, komplikasi pasca lahir serta fasilitator untuk pasangan usia subur
dalam pelayanan keluarga berencana. (Elvina,2021)

Pentingnya asuhan CoC dalam menurunkan AKI dan AKB menjadi


alasan penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif
pada Ny. DW di Puskesmas Mojogedang 1, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar.

6
B. Rumusan masalah
“Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. DW
di Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang,Kabupaten
Karanganyar”?
C. Tujuan
a. Tujuan umum : mampu melalukan penelitian observasional dan
membangun kemampuan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif menggunakan kerangka pikir manajemen kebidanan
dibawah bimbingan bidan atau tenaga kesehatan yang berwenang.
b. Tujuan Khusus :
1. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu hamil Ny. DW di
Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang,Kabupaten
Karanganyar.
2. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu bersalin Ny. DW
di Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang,Kabupaten
Karanganyar.
3. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada BBL. Ny. DW di
Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang,Kabupaten
Karanganyar

7
4. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu nifas Ny. DW di
Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang,Kabupaten
Karanganyar.
5. Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada KB. Pada Ny. DW di
Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang,Kabupaten
Karanganyar.
D. Manfaat
a. Manfaat Praktisi
1) Ibu Hamil dan Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan
serta wawasan kepada masyarakat dan khususnya ibu hamil tentang
pemenuhan gizi pada ibu hamil dan menurunkan angka kematian ibu
dan anak.
2) Puskesmas
Dapat digunakan sebagai informasi tambahan serta masukan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan, mengurangi kejadian AKI dan
meningkatkan kesehatan yang optimal khususnya bagi ibu hamil
dikaranganyar.
3) Peneliti
Menambah wawasan peneliti sebagai pembelajaran dan
pengembangan kompetensi diri sesuai dengan keilmuan yang
diperoleh selama perkuliahan berlangsung dan dapat
mengaplikasikan metodologi penelitian.

8
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Teori Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan dapat didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan nomal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional (Saifuddin, 2010).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi,migrasi spermatozoa dan ovum,konsepsi, dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,pembentukan plasenta dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, trimester pertama berlangsung
selama 12 minggu, trimester kedua berlangsung selama 15 minggu (minggu ke-
13 hingga ke-27), trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu (minggu ke-
28 hingga ke-40) (Wiknjosastro,2008).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu (9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Saifuddin, 2010). Kehamilan trimester III merupakan
trimester akhir kehamilan pada periode ini pertumbuhan janin dalam rentang
waktu 29-40 minggu dimana periode ini adalah waktu untuk mempersiapkan
persalinan (Wiknjosastro, 2009).
b. Perubahan fisiologi pada kehamilan Trimester III

9
Terjadinya kehamilan menyebabkan seluruh system genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkmbangan
dan pertumbuhan janin dalam rahim (Manuaba,2010).
1) Uterus
Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan adalah 30x25x20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya
akomodasi pertumbuhan perkembangan janin. Pada usia kehamilan (UK) 40
minggu, fundus uteri akan turun kembali dan terletak 3 jari di bawah
procesus xifoideus (px). Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang turun dan
masuk ke dalam rongga panggul. Ibu hamil primigravida penurunan bagian
terendah janin dimulai dari UK ± 36 minggu. Sedangkan untuk multigravida,
penurunan bagian terendah janin terjadi pada saat proses persalinan.
Pengukuran McD dilakukan untuk mengetahui taksiran berat badan janin.
Pemeriksaan palpasi abdomen (Leopold) dilakukan pada wanita hamil mulai
dari UK 36 minggu untuk kehamilan normal, dan UK 28 minggu apabila
pada pemeriksaan McD ditemukan TFU lebih tinggi dari seharusnya. Tujuan
pemeriksaan palpasi adalah untuk mengetahui UK dan presentasi janin.
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak kebiruan.
Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema
pada selutuh serviks, bersama terjadinya hipertropi dan hiperplasia pada
kelenjarkelenjar serviks.
3) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih
lunak setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan
venavena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih
besar, kehitaman dan tegak.
4) Sistem Integumen
Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menyebabkan
timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen dalam masa

10
kehamilan. Kloasma adalah bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di
daerah tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada wanita hamil berkulit
hitam. Kloasma yang timbul pada wanita hamil biasanya hilang setelah
melahirkan. Linea nigra adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai
ke bagian atas fundus garis tengah tubuh. Garis ini dikenal sebagai linea alba
sebelum hiperpigmentasi di induksi hormon timbul. Linea nigra timbul pada
semua wanita hamil dan hal ini merupakan sesuatu yang fisiologis.
5) Sistem respirasi
Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi kebutuhan oksigen.
Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa kehamilan. Semakin
tuanya masa kehamilan dan seiring dengan pembesaran uterus ke rongga
abdomen, pernapasan dada menggantikan pernapasan perut dan penurunan
diafragma saat inspirasi menjadi sulit.
6) Sistem perkemihan
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke Pintu Atas Panggul (PAP),
kandung kemih tertekan sehingga menyebabkan sering kencing.
7) Kenaikan berat badan
Pada masa kehamilan, kenaikan berat badan yang dialami ibu hamil
disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam uterus.
Penambahan berat badan yang direkomendasikan oleh Institute Of Medicine
(IOM) adalah 11,5 – 16 kg atau masa indeks tubuh sekitar 19,8-26 dan
kenaikan berat badan tida lebih dari 0,5 kg perminggu untuk trimester III
(Saifuddin, 2010)
c. Perubahan psikologis pada trimester III
Trimester ketiga disebut juga periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Pada periode ini ibu mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah sehingga ibu menjadi tidak sadar menanti kehadiran sang bayi. Seorang
ibu mungkin mulai merasa takut, khawatir dan cemas mengenai kondisinya dan
kondisi bayi saat proses persalinan (Varney, Kriebs, Gegor, 2007).
d. Kebutuhan dasar ibu pada trimester III

11
1) Oksigen
Ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas, hal ini
disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya rahim.

2) Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ibu meningkat hingga 300 kalori/hari dari menu seibang.
Contoh: nasi tim dari empat sendok makan beras, ½ hati ayam, satu potong
tahu, wortel parut, bayam, satu sendok teh minyak goreng dan 400 ml air.
3) Vitamin (B1, B2, dan B3)
Vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur metabolisme sistem
pernafasan dan energi. Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin
B1 sekitar 1,2 mg per hari, vitamin B2 1,2 mg per hari dan vitamin B3 11
mg per hari. Sumber vitamin tersebut yaitu: keju, susu, kacang – kacangan,
hati, dan telur.
4) Personal hygiene
Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh setiap ibu
hamil. Kebersihan diri yang buruk dapat berdampak pada kesehatan ibu dan
janin. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian dua kali
sehari.
5) Pakaian
Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar, mudah dikenakan
dan nyaman. Gunakan kutang dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan
mampu menyangga seluruh payudara, tidak menggunakan sepatu tumit
tinggi.
6) Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada kehamilan trimester III
dengan frekuensi buang air besar menurun akibat adanya konstipasi. Ibu
hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam sehingga
menganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi.
7) Seksual

12
Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual dengan suaminya
sepanjang hubungan tersebut tidak menganggu kehamilan. Pilihlah posisi
yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita hamil dan usahakan
gunakan kondom karena prostaglandin yang terdapat pada semen dapat
menyebabkan kontraksi.
8) Senam hamil
Suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk
mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental.
9) Istirahat atau tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang cukup. Kurang
istirahat atau tidur dapat menyebabkan ibu hamil terlihat pucat, lesu dan
kurang gairah. Usahakan tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang
kurang lebih 1 jam.
10) Traveling
Umumnya perjalanan jauh pada enam bulan pertama kehamilan dianggap
cukup aman, bila ingin melakukan perjalanan jauh pada tiga bulan terakhir
kehamilan sebaiknya dirundingkan dengan dokter (Nugroho,dkk, 2014).
e. Persiapan persalinan
1) Persiapan fisik
Persiapan fisik persiapan persalinan meliputi kesiapan kondisi kesehatan ibu,
meliputi kesiapan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama
hamil sampai menjelang persalinan. pengaturan kebutuhan nutrisi saat
kehamilan, serta upaya perencanaan persiapan persalinan dan pencegahan
komplikasi yang mencakup tanda-tanda bahaya dan tanda-tanda persalinan
(Depkes RI, 2010).
Dalam menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan makanan
bergizi dan minum yang cukup banyak. Tetap melakukan aktivitas seperti
berjalan pagi, atau kegiatan rumah lainnya, dan tetap istirahat yang cukup
juga merupakan persiapan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu. Dengan
mengetahui teknik mengedan dan bernafas yang baik juga dapat

13
memperlancar dan memberikan ketenangan dalam proses persalinan (Isnandi
dalam Harumawati, 2012).
Penting untuk ibu menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian.
Kebersihan badan menjelang persalinan bermanfaat karena dapat
mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan dan
dapat mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan merasa
nyaman selama menjalani proses persalinan (Iskandar dalam Harumawati,
2012).
2) Persiapan psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat
melalui saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta
dukungan dari orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih sayang tentu akan
membantu memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan dan
merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapi persalinan (Sjafriani dalam Harumawati, 2012).
Perasaan takut dalam persalinan dapat diatasi dengan meminta keluarga atau
suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa
persalinan dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu atau
keluarga (Sjafriani dalam Harumawati, 2012).
3) Persiapan finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan
penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan
selama kehamilan berlangsung sampai persalinan seperti menyiapkan biaya
persalinan, menyiapkan popok bayi dan perlengkapan lainnya (Sjafriani
dalam Harumawati, 2012). Menyiapkan pendonor darah ketika dibutuhkan
transfusi darah setelah persalinan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dan disiapkan (Gitanurani, 2017).

14
4) Persiapan kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi yang kurang baik
terhadap kehamilan agar persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan
tidak baik selama kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan
perilaku yang pantas selama masa kehamilan akan mempengaruhi respon
suami maupun petugas kesehatan terhadap kebutuhan ibu (Bobak, 2004).
Menurut Kemenkes RI dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu (2013)
menyebutkan bahwa yang termasuk persiapan persalinan, yaitu pertanyaan-
pertanyaan mengenai siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan
melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan,
kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan, metode
transportasi bila diperlukan rujukan, dan dukungan biaya.
f. Ketidaknyamanan ibu hamil trimester III dan cara mengatasinya
Pada usia kehamilan ini ada kegembiraan dan kegairahan ketika terfikir oleh kita
bahwa akhirnya sedikit ketakutan dan kekhawatiran berkenaan dengan
persalinan dan kelahiran anak. Menurut Romauli (2011), ada beberapa
perubahan lain :
1) Hiperventilasi dan sesak nafas
Ketika rahim membesar dan menempati makin banyak rongga perut, organ-
organ lain terdesak dan terdorong ke atas. Ini menyebabkan organ sulit
bernapas ketika mengeluarkan tenaga sedikit saja. Menjelang akhir, ketika
kepala bayi mulai masuk ke panggul, ini mulai reda. Peningkatan jumlah
progesteron selama kehamilan diduga mempengaruhi langsung pusat
pernapasan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan meningkatkan
kadar oksigen. Peningkatan kadar oksigen dapat menguntungkan janin.
Peningkatan aktivitas metabolik yang terjadi selama kehamilan
meningkatkan peningkatan kadar karbondioksida. Wanita dapat mengalami
efek progesteron ini pada awal trimester kedua.
Sesak nafas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami dalam
periode ini. Uterus lebih mengalami pembesaran hingga mengalami elevasi

15
kurang lebih 4 cm selama kehamilan. Meski mengalami diameter transversal
pada rangka iga, hal ini tidak cukup untuk mengompensasi elevasi diafragma
sehingga terjadi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume udara
residual. Hal ini ditambah tekanan pada diafragma, menurunkan perasaan
atau kesadaraan tentang kesulitan bernapas atau sesak nafas. Banyak wanita
cenderung merespon hal ini dengan cara melakukan hiperventilasi.
2) Pusing dan mengantuk
Tekanan darah yang rendah dan perut yang membesar dapat membuat anda
merasa pusing dan mengantuk menjelang akhir kehamilan. Pelan-pelan
ketika bangun dari posisi berbaring, mulamula dengan miring ke samping,
kemudian duduk dan akhirnya bangun. Ibu juga dapat banyak minum air
dan jangan berdiri terlalu lama.
3) Sering kencing dan kebocoran air kencing
Rahim yang tumbuh membesar menekan kandung kemih untuk bangun
malam hari, batasi minum menjelang berangkat tidur. Saat batuk, tertawa,
dan bersin, kadang-kadang keluar air kencing sedikit. Untuk menghindari hal
ini, ibu dapat latihan panggul dengan teratur, hindari sembelit dan sering-
sering kosongkan kandung kemih.
4) Kaki dan jari bengkak
Menjelang sore, mungkin terdapat bengkak di sekitar pergelangan kaki yang
hilang saat istirahat malam. Jari-jari mungkin bengkak dan kebas di pagi
hari. Makin siang, jari-jari kembali normal. Mengangkat tangan dan pelan-
pelan melemaskan dan meluruskan jari-jari dapat membantu mengatasi hal
ini. Jika terjadi bengkak besar yang tidak hilang setelah istirahat malam,
periksakan ke dokter.
5) Dispepsia
Dispepsia dalam perut mungkin disebabkan oleh organ-organ perut yang
mengalami kram dan muntah kandungan makanan berasam ke dalam bagian
atap pipa makanan. Ini menimbulkan rasa sakit dan sensasi panas perut atas,
di pusat dada dan di bawah iga.

16
6) Kram
Kontraksi otot yang terasa sakit, biasanya betis, yang dipicu oleh renggangan
yang dapat terjadi sesekali. Pijatlah bagian betis yang kram tersebut begitu
terasa sakit hilang dan berjalanlah untuk melancarkan aliran darah.
7) Ruam
Pada musim panas akibat keringat yang berlebihan, ruam muncul lembab
dan merah muncul di lipatan-lipatan kulit, biasanya di bawah payudara. Jika
diabaikan, daerah ini dapat terinfeksi, gatal, dan sakit yang memerlukan
penggunaan krim dan salep tertentu.
8) Konstipasi
Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi. Rahim yang semakin
membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehingga terjadi
konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Perencanaan yang dapat
diberikan pada ibu hamil dengan keluhan konstipasi adalah tingkatkan intake
cairan minimum 8 gelas air putih setiap hari dan serat dalam diet misalnya
buah, sayuran dan minum air hangat, istirahat yang cukup, melakukan
olahraga ringan ataupun senam hamil, buang air besar secara teratur dan
segera setelah ada dorongan.
9) Insomnia
Disebabkan karena adanya ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,
pergerakan janin dan karena adanya kekhawatiran dan kecemasan.
g. ANC (Antenatal Care)
1) Pengertian Asuhan Antenatal Care
Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan. (Walyani, 2015)
2) Tujuan ANC (Antenatal Care)

17
Tujuan dari ANC (Antenatal Care) adalah untuk Mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi,
kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi. Mendeteksi dan
menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, atau obstetrik selama
kehamilan. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan
menghadapi komplikasi. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan
sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis
dan sosial. (Kusmiyati dan Wahyuningsih, 2013)
3) Jadwal Kunjungan ANC
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
Pemeriksaan ulang setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan,
setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan, setiap 1 minggu sejak
umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan. Frekuensi pelayanan
antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan
antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut: 1 kali pada
trimester pertama (K1) pada usia kehamilan 0-12 minggu, 1 kali pada
trimester dua (K2) pada usia kehamilan 13-24 minggu, 2 kali pada trimester
ketiga (K3 & K4) pada usia kehamilan 25-40 minggu.
4) Kunjungan Antenatal
1) Kunjungan I (Sebelum minggu ke-14)
Adalah kunjungan yang dilakukan sedini mungkin pada kehamilan
trimester pertama, yaitu sebelum minggu ke 14 dengan tujuan :
Membangun hubungan saling percaya baik antara petugas kesehatan
dengan ibu hamil, Mendeteksi masalah serta memberi cara untuk
penanganannya, Melakukan tindakan pencegahan pada ibu hamil seperti
tetanus neonaturum, anemia dan penggunaan praktik yang merugikan,
Memulai untuk persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi
komplikasi, Mendorong ibu untuk berperilaku yang sehat seperti makan
makanan yang bergizi, personal hygine, istirahat yang cukup dan
sebagainya.

18
2) Kunjungan II (Sebelum minggu ke-28)
Sama seperti KI, kunjungan yang dilakukan pada usia kehamilan antara
minggu ke 14-28, perlu ditambahkan kewaspadaan khusus mengenai
preeklamsi pada ibu hamil, dengan menanyakan tentang gejala-gejala
preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema pada ibu, kemudian
melakukan pemeriksaan untuk mengetahui adakah protein urine.
3) Kunjungan III (Antara minggu ke 28-36)
Sama seperti KI dan KII namun perlu ditambahkan palpasi abdomen
guna untuk mengetahui letak bayi dan juga mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
4) Kunjungan IV (Antara minggu ke 36-40)
Sama seperti KIII dan ditambahkan deteksi posisi bayi atau letak janin
yang tidak normal, atau mendeteksi kelainan yang mungkin memerlukan
tindakan persalinan di rumah sakit. (Walyani, 2015)
5) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal
Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T,dan sekarang
menjadi 12T,sedangkan untuk daerah gondok dan endemic malaria
menjadi 14T,yakni :
a) Timbang berat badan dan tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil
pengukuran < 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau
berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.
Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg.
b) Tekanan darah
Diukur setiap kali ibu datang berkunjung, deteksi tekanan darah yang
cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi.
Apabila turun dibawah normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan
darah normal berkisar systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg.
c) Pengukuran tinggi fundus uteri

19
Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas
sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh
ditekan).
d) Perawatan Payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara
yang ditujukkan kepada ibu hamil. Perawatan payudara dilakukan 2
kali sehari sebelum mandi dan mulai pada kehamilan 6 bulan.
e) Senam Ibu Hamil
Senam ibu hamil dapat membantu ibu dalam persalinan dan
mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah
sembelit.
f) Pemberian tablet tambah darah (Tablet fe)
Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas,
karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan
pertumbuhan janin.
g) Pemberian Obat Malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu hamil
didaerah endemic malaria atau kepada ibu dengan gejala khas
malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil.
h) Pemberian kapsul minyak beryodium
Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat
kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin yang
ditandai dengan : gangguan fungsi mental, gangguan fungsi
pendengaran, gangguan pertumbuhan, gangguan kadar hormon yang
rendah.
i) Imunisasi TT
Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT yaitu
nyeri, kemerah-merahan daan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat
penyuntikan.

20
Tabel Imunisasi TT
Imunisai Interval Lama perlindungan

TT 1 Kunjungan pertama

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun


TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun

(Walyani, 2015)

j) Pemeriksaan HB
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama
kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan hb adalah
salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
k) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) untuk
mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit menular seksual,
antara lain syphilish.
l) Pemeriksaan protein urine
Untuk mengetahui adanya protein urine dalam ibu hamil. Protein
urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.
m) Pemeriksaan Urine Reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan
indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga
ibu dan suami.
n) Temu wicara
Yaitu suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang
lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam

21
usaha untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapinya.
(Walyani, 2015)
h. Tanda Bahaya Trimester III
1) Perdarahan Pervaginam.
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan
pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada
kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah perdarahan yang
berwarna merah, banyak dan terjadi kadang-kadang tapi tidak selalu, dan
disertai dengan rasa nyeri.
2) Sakit kepala yang hebat.
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
3) Penglihatan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.
4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan.
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan
fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau
preeklamsia.
5) Gerakan janin tidak terasa.
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke5 atau ke-
6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat, dan jika ibu makan dan minum dengan baik.

22
6) Nyeri Abdomen yang hebat.
Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah hal
yang normal. Nyeri abomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang
setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik,
aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preter, gastritis, penyakit
kantung empedu, uterus yang iritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi
lain.
i. Pedoman pelayanan kehamilan masa COVID-19
1) Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):
a) Ibu hamil TANPA demam dan gejala influenza like illnesses
DAN tidak ada riwayat kontak erat ATAU tidak ada riwayat
perjalanan dari daerah yang telah terjadi transmisi lokal,
SERTA hasil rapid test negatif (jika mungkin dilakukan), dapat
dilayani di FKTP oleh bidan/dokter yang WAJIB menggunakan
APD level-1
b) Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP,
sedangkan PDP harus DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan
yang jelas pada surat rujukan bahwa diagnosa PDP dan
permintaan untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta
penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
c) Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan
situasi normal (sesuai SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk
sementara DITUNDA pada ibu dengan PDP atau terkonfirmasi
COVID-19 sampai ada rekomendasi bahwa episode isolasinya
berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai kasus
risiko tinggi
d) Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO:
e) Ibu hamil diminta untuk

23
i. Kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1
direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor
risiko (HIV, sifilis, Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke
bidan, maka setelah ANC dilakukan maka ibu hamil kemudian
diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter.
ii. Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan
sebelum taksiran persalinan) harus oleh dokter untuk persiapan
persalinan.
iii. Kunjungan selebihnya DAPAT dilakukan atas nasihat tenaga
kesehatan dan didahului dengan perjanjian untuk bertemu.
iv. Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.
v. Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu
hamil DAPAT menggunakan aplikasi TELEMEDICINE
(misalnya Sehati tele-CTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll)
dan edukasi berkelanjutan melalui SMSBunda.
2) Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC):
a) Pemeriksaan rapid test dilakukan kepada Ibu hamil setiap kali
berkunjung, kecuali kasus rujukan yang telah dilakukan rapid
test atau telah terkonfirmasi COVID-19.
b) Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif atau
terkonfirmasi COVID19 atau didiagnosa PDP dilayani oleh
dokter yang WAJIB menggunakan APD level-2.
c) Ibu hamil dengan hasil skrining rapid test positif, jika
memungkinkan dilakukan pengambilan spesimen dan
pemeriksaan PCR, serta penetapan statusnya (OTG/ODP/PDP
atau non-COVID-19).
d) Jenis layanan ibu hamil sesuai pedoman POGI untuk
pemeriksaan ANC.
e) Jika tidak ada indikasi rawat inap DAN tidak ada penyulit
kehamilan lainnya, maka kunjungan pemeriksaan kehamilan

24
WAJIB berikutnya adalah pada satu bulan sebelum taksiran
persalinan, atau sesuai nasihat dokter dengan didahului
perjanjian untuk bertemu.
f) Jika memungkinan, ibu hamil disarankan untuk juga melakukan
konsultasi dengan menggunakan aplikasi TELEMEDICINE
(SEHATI tele-CTG, Halodoc, Alodoc, Teman Bumil) dan
edukasi berkelanjutan melalui SMSBunda.
g) Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari termasuk mengenali tanda bahaya.
Jika ada tanda bahaya ibu harus segera memeriksakan diri ke
RS
Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal minimal
6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester
3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat
kunjungan ke 5 di Trimester 3.
a. ANC ke-1 di Trimester 1 : skrining faktor risiko dilakukan oleh Dokter
dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang pertama kali ke
bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal seperti biasa,
kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan skrining. Sebelum ibu
melakukan kunjungan antenatal secara tatap muka, dilakukan janji temu/
teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi
(telepon)/ secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-
19.
1) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab
atau jika sulit untuk mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid
Test. Pemeriksaan skrining faktor risiko kehamilan dilakukan di RS
Rujukan.
2) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining oleh
Dokter di FKTP.

25
b. ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-4 di
Trimester 3, dan ANC ke-6 di Trimester 3 : Dilakukan tindak lanjut
sesuai hasil skrining. Tatap muka didahului dengan janji
temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi
(telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-
19.
1) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab
atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test.
2) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan pelayanan antenatal
di FKTP.
c. ANC ke-5 di Trimester 3
Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh Dokter dengan
menerapkan protocol kesehatan. Skrining dilakukan untuk menetapkan:
1) faktor risiko persalinan
2) menentukan tempat persalinan, dan
3) menentukan apakah diperlukan rujukan terencana atau tidak.
Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining
anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari
faktor risiko dan gejala COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk
ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka
dilakukan Rapid Test.
Rujukan terencana diperuntukkan bagi:

a) Ibu dengan faktor risiko persalinan. Ibu dirujuk ke RS untuk tatalaksana


risiko atau komplikasi persalinan.
b) Ibu dengan faktor risiko COVID-19. Skrining faktor risiko persalinan
dilakukan di RS Rujukan. jika tidak ada faktor risiko yang membutuhkan
rujukan terencana, pelayanan antenatal selanjutnya dapat dilakukan di
FKTP.

26
c) Janji temu/teleregistrasi adalah pendaftaran ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan antenatal, nifas, dan kunjungan
bayi baru lahir melalui media komunikasi (telepon/SMS/WA) atau secara
daring. Saat melakukan janji temu/teleregistrasi, petugas harus
menanyakan tanda, gejala, dan faktor risiko COVID-19 serta menekankan
pemakaian masker bagi pasien saat datang ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
d) Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak menular,
psikologis kejiwaan, dll) termasuk pemeriksaan USG oleh Dokter pada
Trimester 1 dilakukan sesuai Pedoman ANC Terpadu dan Buku KIA.
e) Jika tidak ditemukan faktor risiko, maka pemeriksaan kehamilan ke 2, 3, 4,
dan 6 dapat dilakukan di FKTP oleh Bidan atau Dokter. Demikian pula
untuk ibu hamil dengan faktor risiko yang bisa ditangani oleh Dokter di
FKTP.
f)Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani oleh Dokter di
FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai dengan hasil skrining untuk
dilakukan tatalaksana secara komprehensif (kemungkinan juga dibutuhkan
penanganan spesialistik selain oleh Dokter Sp.OG)
g) Pada ibu hamil dengan kontak erat, suspek, probable, atau terkonfirmasi
COVID-19, pemeriksaan USG ditunda sampai ada rekomendasi dari
episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai
kasus risiko tinggi.
h) Ibu hamil diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda
bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
1) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan
janinnya. Jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku
KIA), seperti mual-muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin

27
berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi,
kontraksi berulang, dan kejang atau ibu hamil dengan penyakit
diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin
terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau
riwayat obstetri buruk, maka ibu harus memeriksakan diri ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2) Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu.
Setelah usia kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara
mandiri (minimal 10 gerakan dalam 2 jam). Jika 2 jam pertama
gerakan janin belum mencapai 10 gerakan, dapat diulang pemantauan
2 jam berikutnya sampai maksimal dilakukan hal tersebut selama 6x
(dalam 12 jam). Bila belum mencapai 10 gerakan selama 12 jam, ibu
harus segera datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk
memastikan kesejahteraan janin.
3) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri
dan tetap melakukan aktivitas fisik berupa senam ibu hamil/
yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu tetap bugar
dan sehat.
e. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dengan status
suspek, probable, atau terkonfirmasi positif COVID-19 dilakukan dengan
pertimbangan dokter yang merawat.
f. Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat
pelayanan antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD, rawat
gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan sudah memiliki
pemahaman dan keputusan untuk perawatan bayinya.
g. Konseling perjalanan untuk ibu hamil
Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke luar negeri atau ke
daerah dengan transmisi lokal/ zona merah (risiko tinggi) dengan
mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan

28
pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama
dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran COVID-19 yang
luas.
2. Teori Manajemen Kehamilan
Manajemen Asuhan Kebidanan yang digunakan adalah sesuai dengan
Kepmenkes RI No.938/MENKES/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan, untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas mulai
dari pengkajian, perumusan diagnose, masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Standar I : Pengkajian
1. Persyaratan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2. Kriteria Pengkajian
Pengkajian didefinisikan sebagai langkah pertama dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, data yang dikumpulkan antara lain sebagai berikut :

a. Data subjektif
Data subyektif adalah data yang berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien.

1) Identitas
Untuk mengetahui status pasien secara lengkap, sehingga Identitas
sesuai dengan sasaran, meliputi :

Nama : Mengetahui nama klien dan suami, berguna


untuk memperlancar komunikasi dalam
asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih
akrab. Serta tidak terjadi kekeliruhan dalam
memberikan penanganan.

29
Umur : Umur perlu diketahui guna mengetahui
apakah dalam kehamilan beresiko atau tidak.
Ibu dikatakan tidak beresiko tinggi apabila
ibu hamil berusia 20-35 tahun
Agama : Informasi ini dapat menuntun ke suatu
diskusi tentang pentingnya agama dalam
kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam
membimbing klien dalam berdoa.
Pendidikan : Berpengaruh pada tindakan bidan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
Kebangsaan : Ras, etnis, budaya dan keturanan harus
diidentifikasi dalam rangka memberikan
perawatan yang baik kepada klien.
Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini dapat
memepengaruhi dalam status gizi ibu hamil
tersebut.
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien.
Memudahkan saat pertolongan persalinan
dan untuk mengetahui jarak rumah dengan
tempat rujukan
(Diana, 2017)

2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan.
Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien, serta tanyakan
juga sejak kapan hal tersebut dikeluhkan oleh klien. Pada kahamilan

30
trimester lll ibu biasanya mengeluh frekuensi BAK meningkat karena
penurunan kepala ke PAP. BAB sering obstipasi (sembelit) karena
hormone progesterone meningkat, kaki kram, nyeri punggung bagian
bawah, sesak, perut kembung, pusing, varises pada kaki, dll.
(Walyani, 2015; Diana, 2017)
3) Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia pertama kali wanita mendapatkan
menstruasi, untuk wanita Indonesia pada usia
sekitar 12-16 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh
keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan,
iklim dan keadaan umum.
Siklus : Siklus haid terhitung mulai dari hari pertama
haid berikutnya, siklus haid perlu ditanyakan
untuk mengetahui kelainan siklus haid atau
tidak. Siklus normal haid biasanya adalah 28
hari
Lamanya : Lamanya haid yang normal kurang lebih 7
hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti
sudah abnormal dan kemungkinan adanya
gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhinya
Jumlah : Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam
darah sehari, apabila darahnya terlalu berlebih, itu
berarti telah menunjukkan gejala kelainan
banyaknya darah haid.
Sifat darah : Sifat darah dapat mengetahui wujud darah
haid apakah beku/encer, berwarna merah atau
yang lainya, berbau khas menstruasi atau
tidak. Karena hal ini dapat menggambarkan
bahwa wanita tidak ada masalah dalam

31
menstruasinya
Desminorhe : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien mengalami di tiap haidnya.
Nyeri haid juga menjadi tanda bahwa
kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga
menimbulkan nyeri haid.
Flour albus : Untuk mengetahui apakah ada pengeluaran
flour albus yang abnormal, sehingga dapat
mengidentifikasi adanya kelainan.

HPHT : Tujuannya untuk menentukan hari perkiraan


lahir dan juga usia kehamilan saat periksa.
HPL : Penetapan tanggal perkiraan melahirkan.
Dapat dilakukan perhitungan internasional
menurut Naegle, Perhitungan dilakukan
dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada
HPHT atau dengan mengurangi 3 bulan dan
menambahkan 7 hari dan 1 tahun.
(Walyani, 2015)

4) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah status pernikahan, usia saat menikah, lama
pernikahan, berapa kali menikah. Hal ini penting untuk mengetahui
status kehamilan tersebut apakah hasil dari pernikahan yang sah atau
hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan. Status pernikahan bisa
berpengaruh pada psikologis ibu pada saat hamil. (Walyani, 2015)

5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Kehamilan : Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil. Ibu
dengan riwayat penyakit atau kejadian tertentu
di kehamilan sebelumnya.

32
Persalinan : Apakah persalinan terdahlu lahir secara spontan
atau dengan tindakan (SC, vakum, forcep),
apakah ada penyulit pada saat persalinan seperti
perdarahan, eklamsia atau tidak, bayi lahir
premature atau aterm, ada perdarahan sewaktu
persalinan, dan ditolong oleh siapa dan dimana
Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan
(abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan
yang baik). Pada masa nifas mengkaji adanya
infeksi atau tidak, serta adanya kesulitan masa
laktasi atau tidak.
(Nugroho, 2015)

6) Riwayat Kehamilan saat ini


ANC/Asuhan : Untuk mengetahui asuhan apa yang pernah
Kehamilan didapatkan, bagaimana pengaruhnya terhadap
kehamilan. Apabila baik, bidan bisa memberikan
lagi asuhan kehamilan tersebut pada kehamilan
sekarang. Kunjungan ANC selama kehamilan
minimal 4 kali.
Tempat : Tanyakan pada klien dimana tempat ia
Pelayanan mendapatkan asuhan kehamilan tersebut, apakah
ANC di fasilitas kesehatan (PMB, RB, PKD,
Puskesmas, RS) atau diluar fasilitas kesehatan.
Masalah atau : Hal ini sebagai faktor persiapan apabila kehamilan
Keluhan yang sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi.
Penyuluhan : Untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang
yang didapat kira-kira telah didapat dan berguna untuk klien
Pengunaan : Untuk memperhatikan apakah obat tersebut
obat-obatan berpengaruh pada tumbuh kembang janin atau

33
tidak.
Imunisai TT : Untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus
(Tetanus neonaturum, imunisasi dapat dilakukan pada
Toxoid) trimester I atau II pada khamilan 3-5 bulan dengan
interval minimal 4 minggu.
(Walyani, 2015)

7) Riwayat Kesehatan
Menanyakan kepada klien pernah menderita penyakit keturunan atau tidak,
apabila klien pernah menderita penyakit keturunan, maka ada kemungkinan
janin yang ada dalam kandungan beresiko menderita penyakit yang sama.
Selain itu menanyakan penyakit gynekologi, untuk mengetahui apakah
pasien pernah mengalami penyakit gynekologi seperti infertilitas, infeksi
virus, penyakit menular seksual (PMS), cervicitis cronis, endometriosis,
myoma, polip servik, kanker kandungan, operasi kandungan, dan
pemerkosaan atau tidak. Dan menanyakan riwayat abortus, untuk
mengetahui apakah pernah mengalami abortus atau tidak. Karena jika
memiliki riwayat abortus, kemungkinan klien tidak bisa melahirkan secara
normal. Kemudian menanyakan apakah ada keturunan kembar/cacat, karena
apabila ada riwayat tersebut, maka asuhan yang diberikan akan berbeda dan
kemungkinan besar akan mengalami keluhan yang sama pada bayi klien.

(Diana, 2017)

8) Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam riwayat kesehatan keluarga yang dikaji adalah riwayat penyakit
menular dan riwayat penyakit genetik/keturunan. Hal ini diperlukan
untuk mendiagnosa apakah si janin kemungkinan akan menderita
penyakit tersebut atau tidak. Riwayat kesehatan termasuk penyakit-
penyakit yang didapat dahulu atau sekarang seperti masalah-masalah

34
cardiovaskuler (sakit jantung), hipertensi (tekanan darah tinggi),
diabetes (penyakit gula), malaria dan lain-lain.

(Diana, 2017)

9) Riwayat Keluarga Berencana


Untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi akseptor KB atau tidak,
kalau pernah KB apa yang dipakai, berapa lama, adakah keluhan atau
masalah yang dirasakan, petugas yang memberi pelayanan KB, kapan
berhenti, alasan ibu berhenti KB.

(Diana, 2017)

10) Pola kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi : Kebiasaan asupan nutrisi ibu selama sebelum dan sesudah
hamil, keluhan yang dirasakan
Pola : Kebiasaan BAK/BAB sebelum dan selama hamil, keluhan
eliminasi yang mungkin dirasakan yaitu frekuensi BAK meningkat
karena penurunan kepala ke PAP, BAB sering obstipasi
(sembelit) karena hormone progesterone meningkat.
Pola : Dalam hal ini yang dikaji adalah aktivitas sebelum dan
aktivitas sesudah hamil. Hal ini dilakukan karena ibu hamil tidak
boleh melakukan aktivitas yang berat apalagi angkat
junjung. Dalam hal ini dikaji pola istirahat, jam tidur
siang dan tidur malam. Hal ini perlu ditanyakan karena
ibu hamil tidak boleh kurang tidur apalagi tidur malam
kurang dari 8 jam, mengingat wanita hamil perlu istirahan
yang cukup untuk menjaga kehamilannya.
Pola : ibu sebelum dan selama hamil seksual apakah mengalami
hubungan perubahan. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah
seksual masuk kedalam rongga panggul, coitus sebaliknya

35
dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan
perdarahan.
(Walyani, 2015)

11) Data Psikososial


Respon ibu terhadap kehamilannya apakah diinginkan atau tidak,
respon suami terhadap kehamilan untuk lebih memperlancar asuhan
kehamilan, respon keluarga lain terhadap kehamilan, pengambil
keputusan untuk mengetahui siapa yang diberi kewenangan klien
mengambil keputusan apabila ternyata bidan mendiagnosa adanya
keadaan patologis bagi kondisi kehamilan klien yang memerlukan
adanya penanganan serius. Dan menanyakan data spiritual apakah
keadaan rohaninya saat ini sedang baik atau setres karena suatu
masalah.

(Walyani, 2015)

b. Data objektif
Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan pada kunjungan awal wanita
hamil untuk memastikan apakah wanita hamil tersebut mempunyai
abnormalitas medis atau penyakit.
Berikut pemeriksaan fisik yang dilakukan :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Keadaan umum digunakan untuk
mengetahui kesadaran secara keseluruhan,
bahwa ibu hamil dalam keadaan baik atau
tidak.
Kesadaran : Untuk mendapatkan gambaran tentang
kesadaran pasien, dapat dilakukan dengan
melakukan pengkajian tingkat kesadaran
mulai dari keadaan composmentis

36
(kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (tidak sadar).
Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
dan hipotensi. Batas normalnya 90/60 –
140/90 mmHg. Apabila tekanan darah
kurang dari 90/60 mmHg dapat
menunjukan kelainan yang disebut
hipotensi. Apabila tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg dapat menunjukaan
kelainan yang disebut hipertensi yang
dapat mengarah ke preeklamsia.
Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh klien. Suhu
badan wanita hamil memiliki batas normal
yaitu 36,537,5oC. Bila suhu lebih tinggi
dari 37,5oC perlu diwaspadai adanya
kemungkinan infeksi
Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang
dihitung dalam 1 menit penuh. Nadi
normal adalah 60-100 x/menit.Bila
abnormal kemungkinan ada kelainan
paru-paru atau jantung.
Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan
pasien yang dihitung dalam 1 menit
penuh, batas normalnya 16-24 x/menit.
Berat badan : Kenaikan berat badan tidak boleh lebih
dari 0,5 kg /minggu
Tinggi badan : Tinggi badan diukur pada saat kunjungan
pertama. Perhatikan kemungkinan adanya
panggul sempit terutama pada ibu yang
pendek. Tinggi badan dikategorikan

37
adanya resiko apabila hasil pengukuran
≤145 cm.
IMT : Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
melalui pengolahan data berat badan ibu
hamil. Selain itu untuk mengetahui
perkembangan pertumbuhan janin dalam
kandungan ibu. Cara menghitung berat
badan berdasarkan indeks massa tubuh
(IMT) = BB/(TB)². IMT normal pada ibu
hamil antara 18,5-24,9 kg/m2. Apabila
IMT kurang dari 18,5 kg/m2 dapat
menyebabkan persalinan premature dan
gangguan pertumbuhan pada janin.
Apabila IMT lebih dari 24,9 kg/m2 dapat
menyebabkan adanya kemungkinan
hipertensi pada kehamilan dan persalinan
dengan operasi cesar akibat distosia.
LILA : Adalah suatu cara untuk mengetahui
resiko kekurangan Energi Protein (KEP)
untuk wanita subur. Pengukuran LILA
kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi ibu yang
kurang/buruk, sehingga ibu beresiko
melahirkan BBLR

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Melakukan inspeksi dan palpasi pada kepala

38
untuk melihat kesimetrisan, warna rambut,
kebersihan, adakah pembengkakan, kelembaban,
rambut mudah rontok atau tidak.
Muka : Pucat atau tidak, bengkak atau tidak, terdapat
kelainan atau tidak, terdapat cloasma gravidarum
atau tidak.
Mata : Simetris atau tidak, apakah ada secret atau tidak,
skelera kuning atau tidak, konjungtiva pucat atau
tidak.
Hidung : Simetris atau tidak, apakah ada benda asing, ada
pembengkakan atau tidak, ada secret atau tidak.
Apabila dalam hidung ada pembengkakan, maka
kemungkinan terjadi polip hidung.
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak pucat. Apabila mukosa
bibir kering menandakan dehidrasi dan apabila
pucat menandakan anemia. Terdapat karang gigi
atau tidak, apabila terdapat karang gigi menandakan
ibu kurang kalsium. Adanya kerusakan pada gigi
bisa menjadi sumber infeksi.
Telinga : Simetris atau tidak, ada pengeluaran atau tidak,
adakah serumen, pendengaran baik atau tidak.
Apabila terdapat pengeluaran (serumen) yang
abnormal, maka harus segera dibawa kedokter THT
karena kemungkinan adanya infeksi atau ketidak
sesuaian pada fungsi telinga.
Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis.
Kelenjar tyroid yang membesar saat hamil perlu
evaluasi adanya hipertyroid. Pembesaran kelenjar
limfe kemungkinan infeksi,bendungan vena

39
jugularis kemungkinan gangguan aliran darah akibat
penyakit jantung.
Payudara : Puting susu tenggelam atau menonjol, konsistensi
payudara dan kolostrum sudah keluar atau belum.
Puting susu yang tenggelam memerlukan perawatan
payudara untuk persiapan menyusui. Prolaktin yang
tinggi, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone serta oksitosin mengakibatkan
keluarnya kolostrum dan merupakan tanda bahwa
ASI akan banyak.
Abdomen : Pada rahim yang membesar akan menyebabkan
timbulnya striae (striae alba atau striae albican) dan
linea nigra akan terlihat semakin jelas. Apabila
terdapat bekas luka sectio cesaria (SC) bertanda ibu
sudah pernah dilakukan pembedahan dan
kemungkinan akan berpotensi untuk dilakukan
pembedahan SC. Setelah itu dilakukan pengukuran
TFU dengan metline dan dilakukan pemeriksaan
palpasi abdomen dengan cara leopold, dan setelah
itu dapat menghitung
TBJ (Tafsiran Berat Janin)
Genetalia : Apakah ada tanda chadwick (berwarna kebiruan
pada vulva) odema atau tidak, apakah terdapat
varices, adakah pembesaran kelenjar bartolini,
apakah ada pengeluaran lendir, darah atau air
ketuban. Perubahan fisik pada hamil
menyebabkan vagina dan vulva lebih membiru.
Anus : Apakah terdapat hemoroid atau tidak. Rahim yang
membesar dan hormon progesterone menyebabkan
sembelit sehingga tekanan pada anus menyebabkan

40
hipervaskularisasi yang menyebabkan hemoroid.
Ekstremitas : Apakah ada odema atau tidak, jika terdapat odema
bisa mengarah pada preeklamsi.
Perkusi : Reflek patella digunakan untuk mengetahui
apakah ibu kekurangan vitamin B1 atau tidak.
(Diana, 2017)

3) Pemeriksaan khusus

Pada tiap kunjungan ulang antenatal pemeriksaan fisik berikut dilakukan


untuk mendeteksi tiap tanda-tanda keluhan ibu dan evaluasi keadaan
janin : Denyut Jantung Janin (DJJ) normalnya 120-160 kali permenit.
Bila kurang disebut brachicardi atau bila lebih disebut tachicardi.
Mengetahui ukuran janin dengan menggunakan Mc Donald untuk
mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan pita ukur kemudian
dilakukan penghitungan Tafsiran Berat Janin (TBJ).

Leopold I : Untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri dan


bagian janin yang berada di fundus. Dengan
menggunakan jari Sedangkan untuk bagian
teratas janin apabila bagian teratas memiliki
ciri tidak terlalu bulat, lunak dan tidak
melenting itu adalah bokong bayi.
Sedangkan jika teraba keras, bulat dan
melenting bagian teratas janin adalah
kepala. Pada letak lintang bagian fundus
teraba kosong. Pada pemeriksaan Leopold I
bagian teratas janin normalnya adalah
bokong.
Leopold II : Untuk mengetahui letak janin memanjang
atau melintang dan bagian janin yang teraba

41
disebelah kiri atau kanan. Jika bagian yang
teraba memiliki ciri keras, seperti papan dan
ada tahanan saat dipalpasi kemungkinan
adalah punggung janin. Dan jika yang teraba
bagian-bagian terkecil janin, kemungkinan
adalah ekstremitas janin.
Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawah janin
(presentasi) apabila bagian terbawah
memiliki ciri tidak terlalu bulat, lunak dan
tidak melenting itu adalah bokong bayi.
Sedangkan jika teraba keras, bulat dan
melenting bagian terbawah janin adalah
kepala. Pada pemeriksaan Leopold III
bagian terbawah janin normalnya adalah
kepala. Selain itu Leopold III juga untuk
menilai apakah bagian terbawah sudah
masuk kedalam Pintu Atas Panggul (PAP)
atau belum. Pada primigravida biasanya saat
usia kehamilan memasuki usia 36 minggu
kepala janin sudah masuk (PAP) sehingga
tidak bisa digoyangkan (Lightening),
sedangkan pada multipara hal ini bisa terjadi
/ baru terjadi saat menjelang persalinan.
Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa jauh bagian
tebawah janin teraba diatas simfisis pubis,
4/5 jika (1/5) bagian terbawah janin sudah
masuk PAP, 3/5 jika (2/5) bagian terbawah
janin sudah masuk PAP, 2/5 jika hanya
sebagian dari bagian terbawah janin masih
di atas simfisi dan 3/5 bagian telah turun

42
melewati bidang tengah rongga panggul
(tidak dapat digerakkan), 1/5 jika hanya 1
dari 5 jari yang dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada di atas simfisis
dan 4/5 bagian lainnya telah masuk PAP,
0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak
bisa diraba dari pemeriksaan luar dan
seluruh bagian terbawah janin sudah masuk
rongga panggul.
Pengukuran TFU : Mc Donald merupakan pengukuran TFU
dengan Mc Donald diatas simfisis pubis digunakan sebagai
salah satu indikator untuk menentukan
kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran
TFU dapat dijadikan perkiraan usia
kehamilan. Pada pemeriksaan TFU ibu
hamil usia kehamilan 36 minggu dengan Mc
Donald hasil normalnya adalah 36 cm.
TBJ : Menghitung Tafsiran Berat Janin : sudah
masuk panggul (TFU-11x155), belum
masuk panggul (TFU-12x155).
DJJ : Terdengar jelas dibagian punctum
maksimum, tempat ini dikanan/kiri bawah
pusat pada presentasi kepala. DJJ
merupakan tanda pasti hamil. Jumlah DJJ
normal 120-160x/menit dan menghitung
DJJ dalam 1 menit penuh.
PemeriksaanPanggul : Ukuran normal panggul wanita adalah,
luar distansia spinarum : 23-26 cm, distansia
kristarum : 26-29 cm, konjugata eksterna :

43
18-20 cm, lingkar panggul : 80-90 cm.
(Diana, 2017)

4) Pemeriksaan penunjang

Yaitu pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk memastikan


kehamilan atau untuk menegakkan diagnosa. Terdiri dari pemeriksaan
Hb, darah, urin, VDRL, USG, dan Hbs Ag.

a) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)


Pemeriksaan Hb dengan metode sahli merupakan salah satu cara
untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah. Hb 11 gr%
normal. Hb 9-10 gr% anemia ringan. Hb 7-8 gr% anemia sedang. Hb
<7 gr% anemia berat. (Diana, 2017)

b) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus


Tujuan dalam pemeriksaan darah ialah untuk mengetahui golongan
darah ibu. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cair yang
terdiri dari atas leukosit, eritrosit, dan trombosit. Gologan darah
secara umum terbagi menjadi empat golongan darah yaitu A, B, O,
dan AB.

c) Pemeriksaan WR dan VDRL


Tujuan pemeriksaan ini yaitu untuk menegetahui apakah ibu hamil
terkena sifilis atau tidak.

d) Pemeriksaan protein urine


Pemeriksaan protein urine dengan asam asetat merupakan salah satu
jenis pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil untuk mendiagnosa
adanya kondisi patologis ibu hamil. Adanya protein urine mengubah
diagnosa hipertensi dalam kehamilan menjadi preeklamsi
(ringan/berat)

44
e) Urine Reduksi
Pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk mengetahui kadar
glukosa dalam urine, sehingga dapat mendeteksi penyakit Diabetes
Mellitus.

f) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG untuk melihat plasenta dan lokasinya,
kemungkinan bayi kembar, serta beberapa abnormalitas

g) Pemeriksaan Hbs Ag
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya virus
hepatitis didalam darah baik dalam kondisi aktif ataupun sebagai
carier.

(Diana, 2017)

Standar II : Interpretasi Data

1. Persyaratan standard dalam menganalisa data yang diperoleh pada


pengkajian
Menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan
masalah kebidanan yang tepat.

2. Kriteria perumusan diagnosa atau masalah


a. Diagnosa kebidanan
Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan

: Ny. XX Umur…. Gravida(G)….. Para(P)…. Abortus(A)….. Usia


kehamilan…. Dengan hamil normal.

DS : Biasanya ibu akan mengatakan ini kehamilan ke…

belum/sudah pernah keguguran, usia kehamilan 28-36 minggu, sudah


merasakan janin sejak usia kehamilan….

45
DO : HPL, keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi, suhu,
berat badan, tinggi badan, LILA, DJJ, TBJ, Leopold.

(Diana, 2017)

b. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan “diagnosis”.
Biasanya ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan, seperti : Sering
buang air kecil dan konstipasi, Nyeri pinggang, Sesak Nafas, Edema dan
Kram Otot

(Diana, 2017)

c. Kebutuhan
Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan untuk mengatasi keluhan dan
masalah ibu. Adapun kebutuhan ibu saat ini adalah: Support mental pada
ibu, Informasi tentang kebutuhan nutrisi, Informasi tentang tanda-tanda
persalinan dan Penjelasan tanda bahaya trimester III

d. Diagnosa potensial
Bertujuan untuk memberikan patokan bagi bidan dalam hal antisipasi serta
persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum merujuk jika langkah
merujuk benar-benar diputuskan sebagai langkah yang tepat.

e. Antisipasi Tindakan segera


Berdasarkan tindakan segera yang ditegaskan, bidan melakukan tindakan
antisipasi untuk menyelamatkan pasien. Tindakan antisipasi harus
menyesuaikan batas kewenangan bidan dan standar pelayanan kebidanan.

(Diana, 2017)

Standar III : Perencanaan

1. Pernyataan standar

46
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan. (Walyani, 2015)

2. Kriteria perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi ibu,
tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.

a. Beritahu tentang hasil pemeriksaan kepada ibu tentang bagaimana kondisi


ibu dan janin
b. Deteksi kehamilan gemeli dengan cara leopold I-IV
c. Jelaskan tanda – tanda persalinan dan persiapan yang harus dibawa.
d. Jelaskan tanda bahaya TM III
e. Anjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas dan istirahat yang cukup.
f. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang beragam dan bergizi seimbang.
g. Anjurkan ibu untuk meminum tablet Fe secara rutin
(Diana, 2017)
Standar IV : Implementasi

1. Persyaratan standar
Bidan melakukan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien,
dan aman berdasarkan evidence based kepada pasien dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.

2. Kriteria pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana
asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien
dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu dan janin.


b. Melakukan deteksi kehamilan gemeli dengan Leopold I-IV
c. Menjelaskan tanda – tanda persalinan dan persiapan yang harus dibawa.

47
d. Menjelaskan tentang tanda bahaya TM III
e. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas dan istirahat yang cukup.
f. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang beragam dan bergizi
seimbang
g. Menganjurkan ibu untuk meminum tablet Fe secara rutin
(Diana, 2017)
Standar V : Evaluasi

1. Pernyataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan sesuai dengan perkembangan
klien.

2. Kriteria Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan atau
keluarga serta ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi ibu. Ibu sudah mengetahui
hasil pemeriksaan pada dirinya dan bayinya

a. Sudah dilakukan deteksi kehamilan gemeli dengan Leopold I-IV dan ibu
sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan dan persiapan yang harus
dibawa.
c. Ibu sudah mengetahui tanda bahaya TM III
d. Ibu bersedia istirahat yang cukup.
e. Ibu bersedia makan makanan yang bergizi seimbang
f. Ibu bersedia meminum Tablet Fe secara rutin
(Diana, 2017)
Standar VI : Pencatatan asuhan kebidanan

1. Pernyataan standar

48
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dalam memberikan asuhan
kebidanan.

2. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan


Pencatatan dilakukan segera setelah asuhan pada formulir yang tersedia (rekam
medis/ KMS/ status pasien/ buku KIA). Ditulis dalam bentuk catatan
perkembangan dengan SOAP.

S : Subyektif

Menggambarkan data yang berhubungan dengan masalah yang biasa


dikeluhkan pada ibu hanuil UK 36 minggu seperti sering BAK, sembelit, sesak,
nyeri punggung atas dan bawah.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian melalui hasil observasi yang jujur dari


pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik
lain.

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
TTV

Tekanan darah : 100/60-140/90 mmHg


Nadi : 60-80x/menit
Suhu : 36-37,5oc
RR : 16-24x/menit
LILA : 23,5 cm

HB dalam batas normal yaitu 11 gr%

TFU sesuai dengan usia kehamilan ibu

49
DJJ baik (normalnya 120-160x/menit)

Pemeriksaan Leopold :

Leopold I : Untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri dan


bagian janin yang berada di fundus. Dengan
menggunakan jari Sedangkan untuk bagian
teratas janin apabila bagian teratas memiliki
ciri tidak terlalu bulat, lunak dan tidak
melenting itu adalah bokong bayi. Sedangkan
jika teraba keras, bulat dan melenting bagian
teratas janin adalah kepala. Pada letak lintang
bagian fundus teraba kosong. Pada
pemeriksaan Leopold I bagian teratas janin
normalnya adalah bokong.
Leopold II : Untuk mengetahui letak janin memanjang
atau melintang dan bagian janin yang teraba
disebelah kiri atau kanan. Jika bagian yang
teraba memiliki ciri keras, seperti papan dan
ada tahanan saat dipalpasi kemungkinan
adalah punggung janin. Dan jika yang teraba
bagian-bagian terkecil janin, kemungkinan
adalah ekstremitas janin.
Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawah janin
(presentasi) apabila bagian terbawah memiliki
ciri tidak terlalu bulat, lunak dan tidak
melenting itu adalah bokong bayi. Sedangkan
jika teraba keras, bulat dan melenting bagian
terbawah janin adalah kepala. Pada
pemeriksaan Leopold III bagian terbawah
janin normalnya adalah kepala. Selain itu

50
Leopold III juga untuk menilai apakah bagian
terbawah sudah masuk kedalam Pintu Atas
Panggul (PAP) atau belum. Pada primigravida
biasanya saat usia kehamilan memasuki usia
36 minggu kepala janin sudah masuk (PAP)
sehingga tidak bisa digoyangkan (Lightening),
sedangkan pada multipara hal ini bisa terjadi /
baru terjadi saat menjelang persalinan.
Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa jauh bagian
tebawah janin teraba diatas simfisis pubis,
4/5 jika (1/5) bagian terbawah janin sudah
masuk PAP, 3/5 jika (2/5) bagian terbawah
janin sudah masuk PAP, 2/5 jika hanya
sebagian dari bagian terbawah janin masih di
atas simfisi dan 3/5 bagian telah turun
melewati bidang tengah rongga panggul
(tidak dapat digerakkan), 1/5 jika hanya 1
dari 5 jari yang dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada di atas simfisis
dan 4/5 bagian lainnya telah masuk PAP, 0/5
jika bagian terbawah janin sudah tidak bisa
diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh
bagian terbawah janin sudah masuk rongga
panggul.

A : Analisa

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari data subyektif


ataupun obyektif a. Diagnosa Kebidanan :

51
Ny. XX Umur….(Gravida(G)….Para(P)…..Abortus(A)….. Usia
kehamilan …. Dengan hamil normal.

b. Masalah :
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan, seperti : sering buang
air kecil yang semakin sering, konstipasi, nyeri pinggang, sesak nafas,
kram otot, edema, dan kontraksi yang semakin terasa.

c. Kebutuhan :
Support mental pada ibu, informasi tentang kebutuhan nutrisi, informasi
tentang tanda-tanda persalinan.

(Diana, 2107)

d. Diagnosa Potensial : Tidak Ada


e. Antisipasi Tindakan Segera : Tidak Ada
P : Planning

Merupakan pendokumentasian implementasi dan evaluasi

1) Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan


kondisi ibu dan janinnya dalam keadaan baik.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui keadaannya dan janinnya baik.
2) Menjelaskan kepada ibu tentang perubahan fisik ibu hamil trimester
III meliputi : penambahan berat badan, pembesaran abdomen, ibu
lebih sering berkemih, nafsu makan meningkat.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui perubahan fisik pada ibu hamil
trimester III.

3) Menjelaskan kepada ibu tentang persiapan persalinan meliputi : siapa


penolong persalinan, tempat persalinan, perlengkapan yang
dibutuhkan ibu dan bayi, keuangan, donor darah, transportasi, dan
pendamping persalinan.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui tentang persiapan persalinan.

52
4) Memberikan tablet Fe sebanyak 30 tablet pada trimester III, diminum
sehari sekali sebanyak 1 tablet pada malam hari sebelum tidur untuk
menghindari mual dengan menggunakan air putih atau air jeruk dan
hindari menggunakan kopi, teh dan susu karena dapat menghambat
penyerapannya.
Evaluasi : ibu sudah mendapatkan tablet Fe sebanyak 30 tablet dan
akan dikonsumsinya dirumah sesuai dengan anjuran.
5) Memberikan pendidikan kesehatan ibu hamil trimester III tentang
gizi ibu hamil pada minggu ke-28, tanda bahaya trimester III pada
minggu ke-30, tanda-tanda persalinan pada minggu ke-24 dan ASI
eksklusif pada minggu ke 36.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui dan mengerti dari penjelasan
pendidikan kesehatan ibu hamil trimester III.

6) Memberikan konseling tentang masalah yang dialami oleh ibu


selama memasuki kehamilan trimester III.
Evaluasi : masalah yang dialami oleh ibu sudah teratasi.
7) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ulang
khususnya pemeriksaan Hb dan USG.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui dan bersedia melaksanakannya.

8) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi


atau jika ada keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang kunjungan ulang 1 minggu lagi atau
jika ada keluhan.

(Diana, 2017)

3. Kajian Teori Medis Persalinan


a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2008). Persalinan

53
adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007). Persalinan adalah klimaks dari
kehamilan dimana berbagai sistem yang nampaknya tidak saling berhubungan
bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi (Manuaba,2010).
b. Tanda-tanda persalinan
1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir
campur darah).
3) Dapat disertai ketuban pecah
4) Pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks (perlunakan, pendataran,
dan pembukaan serviks)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


1) Tenaga (power)
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter
(kekuatan primer) menandai mulainya persalinan, kekuatan primer
membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi dan janin turun.
Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter (kekuatan sekunder) dimulai
untuk mendorong keluar sama dengan yang dilakukan saat buang air
besar (mengedan).
2) Jalan lahir (passage)
Panggul ibu yang meliputi tulang yang padat, dasar panggul, vagina,
dan introitus (lubang luar vagina). Kepala bayi harus mampu
menyesuaikan dengan jalan lahir yang relatif kaku
3) Posisi ibu

54
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan.
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan
memperbaiki sirkulasi.
4) Psikologis
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin
yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintai cenderung
mengalami proses persalinan yang lancar. Ini menunjukkan bahwa
dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang
berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.
d. Kebutuhan ibu bersalin
1) Dukungan emosional
Perasaan takut dalam menghadapi persalinan bisa meningkatkan nyeri,
otototot menjadi tegang dan ibu menjadi lebih cepat lelah, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi proses persalinan sehingga dibutuhkan
dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan.
2) Kebutuhan makanan dan cairan
Selama persalinan ibu membutuhkan pemenuhan nutrisi dengan
memberikan makanan dan minuman untuk meningkatkan energi dan
mencegah terjadinya dehidrasi akibat kontraksi dan his. Pemberian
makanan padat tidak dianjurkan diberikan selama persalinan aktif, karena
makan padat lebih lama tinggal dalam lambung daripada makanan cair,
sehingga proses pencernaan lebih lambat selama persalinan, jenis
makanan cair dan minuman yang dapat dikonsumsi yaitu: jus, buah-
buahan, air mineral, nasi tim, biskuit, sereal, dan lainnya.
3) Kebutuhan eliminasi
Kandung kemih bisa dikosongkan setiap dua jam selama proses
persalinan, demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga harus
dicatat. Bila pasien tidak mampu berkemih sendiri dapat dilakukan
katerisasi, karena kandung kemih yang pebuh akan menghambat
penurunan bagian bawah janin.

55
4) Mengatur posisi
Pengaturan posisi yang baik dan nyaman akan membantu ibu merasa
lebih baik selama proses menunggu kelahiran bayi. Wanita dapat
melahirkan pada posisi litotomi, posisi dorsal recumbent, posisi
berjongkok, posisi berdiri, posisi miring atau sims.
e. Tahapan persalinan
Menurut Walyani (2016), tahapan persalinan antara lain :
1) Kala I : Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10
cm). dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan
fase aktif. Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan kurang
dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang dari 8 jam. Fase aktif,
frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat ( kontraksi
adekuat/ 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih), serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan
kecepatan 1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10cm), terjadi
penurunan bagian bawah janin, berlangsung selama 6 jam. Fase aktif di
bagi atas 3 periode yaitu periode akselerasi yang berlangsung selama 2
jam pembukaan 3 cm menjadi 4cm, periode dilatasi maksimal yang
berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4cm
menjadi 9cm dan periode diselerasi yang berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi 10cm/lengkap
2) Kala II : Kala Pengeluaran Janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengerjakan
mendorong janin hingga keluar. Pada kala II ini memiliki ciri khas antara
lain his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan, tekanan pada rectum, ibu merasa ingin
BAB, anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva

56
membuka dan perineum meregang, dengan his dan mengejan yang
terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh janin. Lama pada kala II
ini pada primi dan multipara berbeda yaitu pada primipara kala II
berlangsung 1,5 jam - 2 jam dan pada multipara kala II berlangsung 0,5
jam - 1 jam. Pimpinan persalinan ada 2 cara ibu mengejan pada kala II
yaitu cara pertama posisi berbaring (setengah duduk), merangkul kedua
pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit
sehingga dagu mengenai dada dan cara kedua dengan sikap seperti
berbaring, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin berada dan
hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas.
3) Kala III : Kala Uri
Kala uri yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah
bayi lahir kontraksi Rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan
pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke
dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand
androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir. Pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100cc-200cc. Tanda kala III terdiri dari 2 fase yitu fase
pelepasan uri, mekanisme pelepasan uri terdiri dari schultze dan dunchan.
Schultze, plasenta yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian
seluruhya dan dunchan, lepasnya uri mulai dari pinggir jadi lahir terlebih
dahulu dari pinggir (20%), darah akan mengalir semua antara selaput
ketuban. Cara-cara untuk mengetahui lepasnya uri yaitu yang pertama
meletakkan tangan dengan tekanan di atas simfisis, tali pusat
direnggangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat
diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas (Kustner).
Kedua, sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas. Ketiga,

57
tegangan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti
belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas (Strastman). Rahim
menonjol di atas symfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan
keras (uterus globuler), keluar darah secara tiba-tiba.
4) Kala IV (Tahap Pengawasan)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
pendarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam.
Tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak,
yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat
terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan
cairan sedikit darah yang disebut lochea yang berasal dari sisa-sisa
jaringan. Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses
kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti
lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika pendarahan semakin
hebat, dapat dilakukan tindakan secepatnya.
f. Asuhan persalinan Kala I
1) Perubahan fisiologis kala 1
a) Tekanan darah Perubahan tekanan darah meningkat selama kontraksi
uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan
kenaikan distolik rata- rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi uterus,
tekanan darah akan turun seperti sebelum persalinan dan akan naik
apabila terjadi kontraksi. Jika seorang ibu dalam keadaan yang sangat
takut/khawatir, rasa takut tersebut yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan untuk
mengesampingkan preeklamsia.
b) Perubahan suhu tubuh Suhu badan akan meningkat selama persalinan,
suhu mencapai tertinggi selama pesalinan. Kenaikan ini dianggap
normal selama tidak melebihi 0,5oC.

58
c) Denyut jantung Denyut jantung diantara kontraksi lebih tinggi
dibanding selama periode persalinan atau belum masuk persalinan . Hal
ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama
persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang
normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periodik untuk
mengidentifikasi infeksi.
d) Pernafasaan Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa
nyeri, kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasaan yang tidak
benar.
e) Kontraksi uterus Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsang pada
otot polos uterus dan penurunan hormon progeteron yang menyebabkan
keluarnya hormon oksitosin.
f) Perubahan renal Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini
disebabkan oleh kardiak output yang meningkat serta glomelurus serta
aliran plasama ke rental. Poliuri tidak begitu kelihatan dalam posisi
terlentang,yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama
persalinan. Protein urine (+1) selama persalinan merupakan hal normal ,
tetapi bila (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini lebih sering
pada ibu primipara, anemia , persalinan lama, atau pada kasus
preeklamsi.
g) Perubahan gastrointestinal Kemampuan gerak gasrtik serta penyerapan
pada makanan padat berkurang, akan menyebabkan percernaan hampir
berhenti selama persalinan dan mengakibatkan konstipasi.
h) Metabolisme Metabolisme aerobik dan anaerobik akan secara berangsur
meningkat disebabkan kekhawatiran dan aktivitas otot skeletal.
Peningkatan ini direfleksikan dengan peningkatan suhu tubuh, denyut
nadi, output kardiak, pernafasan dan kehilangan cairan yang
mempengaruhi fungsi renal.
i) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim Segmen atas
rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang

59
lebih tebal dan kontraktif. Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di
uterus bagian bawah anatara ishimus dengan serviks.
2) Perubahan psikologis kala I
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun psikologis.
Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong
persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau
penolong persalinan.Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam
persalinan, terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai
berikut : Perasaan tidak enak, Takut dan ragu akan persalinan yang akan
dihadapi, Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan
normal, Menganggap persainan sebagai percobaaan, Apakah penolong
persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya, Apakah
bayinya normal apa tidak, Apakah ia sanggup merawat bayinya, Ibu
merasa cemas.
2. Asuhan persalinan kala II
1) Perubahan fisisologis kala II
a) Kontraksi uterus Kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh
anoxia dari sel- sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan SBR,
regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu
semua terjadi pada saat kontraksi . Adapun kontraksi yang bersifat
berkala dan harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung
60-90 detik, kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis
ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding
rahim ke dalam Uterus Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR
akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan
bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya
bertambah tebal denganmajunya persalinan, sedangkan SBR
dibentuk oleh isthmus uteri yang sifatnya memegang peranan aktif
dan makin tipis dengan majunya persalinan (yang disebabkan karena
peregangan).

60
b) Perubahan pada serviks Perubahan pada serviks kala II ditandai
dengan pembkaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi
bibir portio.
c) Perubahan pada vagina dan dasar panggul Setelah pembukaan
lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan terutama pada
dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga
menjadi saluran yang dindingdindingnya tipis karena suatu regangan
dan kepala sampai di vulva, lubang vagina menghadap ke depan atas
dan anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak pada vulva.
2) Perubahan psikologis kala II
Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang
mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan
bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi
persalinan, dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang
terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita
tersebut berada dan apakah bayi yang dikandungannya merupakan bayi
yang di inginkan atau tidak. Perubahan yang terjadi saat ini disebabkan
oleh kontraksi dan dorongan janin. Dukungan yang diterima atau tidak
diterima oleh seorang wanita di lingkungan tempatnya melahirkan,
termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi
aspek psikologinya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali
kontraksi timbul juga pada saat nyerinya timbul secara berkelanjutan.
3. Asuhan Persalinan Kala III
1) Perubahan fisiologi kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan setelah lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam
beberapa menit setelah melahirkan bayi dan terjadi secara spontan.
Dalam kelahiran plasenta, dapat dibagi menjadi 2 tingkatan atau fase
yaitu :

61
a) Fase Pelepasan Koriamnion Sangat berkurangnya luas permukaan
rongga uterus secara bersamaan menyebabkan selaput janin
(amnikhorion) dan desidua parietal menjadi berlipat-lipat sehingga
menambah ketebalan lapisan tersebut. Selaput-selaput tersebut
biasanya tetap insitu sampai pelepasan plasenta hampir lengkap.
Kemudian selaput ini mengelupas sampai ke dinding uterus, sebagian
karena tarikan oleh plsenta yang telah lepas, yang telah berada di
segmen bawah uterus atau bagian atas vagina.
b) Fase Pengeluaran Plasenta Ketika bagian plasenta terlepas dari
dinding uterus, pembuluh darah bagian uterus yang membawa darah
dari dan menuju permukaan maternal plasenta menjadi ruptur dan
timbul perdarahan diantara desidua dan permukaan maternal
plasenta. Selain itu otot uterus akan melanjutkan kontraksi dan
retraksi sehingga menyempurnakan pelepasan plsenta dari dinding
uterus. Plasenta akan terjatuh pada segmen bawah uterus dan
kemudian terdorong kebagian vagina dengan dorongan dari kontraksi
dan retraksi. Pada saat ini uterus akan berkontraksi sangat kuat dan
menjadi bulat keras dan dapat dipalpasi melalui dinding abdominal
anterior. Selain itu juga terjadi peninggian uteri 1-2 cm diatas pusat.
Akhirnya plasenta keluar dari jalan lahir.
2) Manajemen aktif kala III
Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan mengupayakan
mempersingkat waktu kala III mengurangi jumlah kehilangan darah,
menurunkan angka kejadian retensio plasenta. Adapun langkah utama
manajemen aktif kala III yaitu : Pemberian oksitosin segera mungkin,
Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), Rangsangan taktil
pada dinding uterus atau fundus uteri.
4. Asuhan Persalinan Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir.
Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus

62
kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan
taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik.
Pendarahan pasca persalinan adalah suatu kejadian mendadak dan tidak
dapat diramalkan yang merupakan penyebab kematian ibu di seluruh dunia.
Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit sekali di jam pertama dan 30
menit sekali di jam kedua.
5. Asuhan Persalinan Normal
1) Melihat tanda dan gejala kala II :
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas

63
atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar di dalam larutan terkontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukkan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan.
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit).
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dekontaminasikan
temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

64
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f) Menilai DJJ setiap 5 menit.
g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60
menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran.
h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan
ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut
dan beristirahat di antara kontraksi.
i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kasa yang bersih.

65
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar sacara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke
arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai dari kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran
siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikkan oksitosin/ im.

66
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dengan memulai memberikan ASI jika ibu menghendakinya.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit/ im di gluteusatau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai.

67
a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva.
b) Jika plasentanya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit
c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit/ im
d) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu
e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
f) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik
atau tempat khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

68
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan
tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan
kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali DTT
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebarangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47) Menyelimutikan kembali bayi dengan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai
50) Mengajarkan pada ibu/ keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama persalinan.

69
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan kelurga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luardan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf.
g. Penanganan Covid-19 yang dapat dilakukan pada ibu bersalin :
1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat beserta vitamin bagi
ibu hamil hindari keluar rumah apabila tidak diperlukan. Upayakan
menjaga jarak satu sama lain apabila berada di keramaian.
2) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik
(cara cuci tangan yang benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer
berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, jika air dan
sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar
(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku
KIA).

70
3) Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand
hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
4) Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas
kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan. Rujukan terencana
untuk ibu hamil berisiko dan tempat pertolongan persalinan ditentukan
berdasarkan: Kondisi ibu sesuai dengan level fasyankes penyelenggara
pertolongan persalinan. Status ibu ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19
atau bukan ODP/PDP/COVID-19.
Layanan Persalinan:
a) Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum
proses persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia).
b) Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan
telah dipersiapkan dengan baik.
c) FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit
kehamilan/persalinan ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU bukan
kasus ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19
d) Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk ke
RS rujukan COVID-19 atau RS mampu PONEK.
e) Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2.
f) Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk kasus ODP,
PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau hasil skrining rapid test positif,
maka pertolongan persalinan hanya dilakukan dengan menggunakan
APD level-3 dan Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery chamber
g) Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang harus
dimusnahkan dengan insinerator.

71
h) Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan
disinfetan dengan menggunakan larutan chlorine 0,5%.
i) Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi
udara dengan baik dan terkena sinar matahari.
Pelayanan Persalinan :
a) Semua persalinan dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b) Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:
c) Kondisi ibu yang ditetapkan pada saat skrining risiko persalinan.
d) Kondisi ibu saat inpartu.
e) Status ibu dikaitkan dengan COVID-19.
f) Persalinan di RS Rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status:
suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID19 (penanganan tim
multidisiplin).
g) Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan
status: suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, jika
terjadi kondisi RS rujukan COVID-19 penuh dan/atau terjadi
kondisi emergensi. Persalinan dilakukan dengan APD yang
sesuai.

5) Persalinan di FKTP untuk ibu dengan status kontak erat (skrining awal:
anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit normal),
rapid test non reaktif). Persalinan di FKTP menggunakan APD yang
sesuai dan dapat menggunakan delivery chamber (penggunaan delivery
chamber belum terbukti dapat mencegah transmisi COVID-19).
6) Pasien dengan kondisi inpartu atau emergensi harus diterima di semua
Fasilitas Pelayanan Kesehatan walaupun belum diketahui status
COVID-19. Kecuali bila ada kondisi yang mengharuskan dilakukan
rujukan karena komplikasi obstetrik.
a) Rujukan terencana untuk :

72
i. ibu yang memiliki risiko pada persalinan dan ibu hamil dengan
status Suspek dan Terkonfirmasi COVID-19
ii. Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum
taksiran persalinan atau sebelum tanda persalinan.
iii. Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan
kuning (risiko rendah), ibu hamil dengan atau tanpa tanda dan
gejala COVID-19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan
dilakukan skrining untuk menentukan status COVID-19. Skrining
dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan darah NLR atau rapid
test (jika tersedia fasilitas dan sumber daya). Untuk daerah yang
mempunyai kebijakan lokal dapat melakukan skrining lebih awal.
iv. Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining
COVID-19 pada ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau
gejala.
v. Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik
(skrining awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8
dan limfosit normal), rapid test non reaktif), persalinan dapat
dilakukan di FKTP. Persalinan di FKTP dapat menggunakan
delivery chamber tanpa melonggarkan pemakaian APD
(penggunaan delivery chamber belum terbukti dapat mencegah
transmisi COVID-19).
vi. Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan
skrining, Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani
tanpa menunggu hasil skrining dengan menggunakan APD sesuai
standar.
vii. Hasil skrining COVID-19 dicatat/dilampirkan di buku KIA dan
dikomunikasikan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat
rencana persalinan

73
viii. Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur,
diutamakan menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP).
4. Teori Manajemen Persalinan
Manajemen Asuhan Kebidanan yang digunakan adalah sesuai dengan Kepmenkes
RI NO. 938/MENKES/VII/2007. Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu kebidanan.
Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Standar 1 : Pengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Kriteria pengkajian dalam
standar ini adalah data tepat, akurat dan lengkap. Pengkajian ini meliputi tanggal
pengkajian, jam pengkajian, tempat pengkajian, data subyektif dan data obyektif.

1. Data Subyektif

Data yang berhubungan dengan masalah sudut pandangan pasien.

a. Identitas
Identitas berisikan Nama, Umur, Kebangsaan, Agama, Pendididkan,
Pekerjaan, Alamat dan No Telp.
b. Keluhan Utama
Keluhan Utama adalah alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Ibu merasa kenceng-kenceng di perut, kontraksi terjadi teratur
minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik, terdapat cairan dari
vagina yang keluar yang berbeda dari air kemih dan terdapat
pengeluaran lendir yang disertai darah.
c. Riwayat Menstruasi

74
Untuk mengkaji apakah ada gangguan reproduksi pada pasien, untuk
membantu dalam perhitungan usia kehamilan yang dikaji pada Hari
Pertama Haid Terakir (HPHT) sehingga dapat menentukan Hari
Perkiraan Lahir (HPL). Usia kehamilan dapat dihitung dari HPMT, ini
dihitung untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan janin. Menarche
(usia pertama kali mendapatkan menstruasi) dan lamanya saat
mendapatkan menstruasi itu sendiri untuk wanita Indonesia pada usia
sekitar 12-16 tahun. Siklus yaitu jarak menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, teratur tidaknya juga
diperhatikan biasanya adalah 28 hari.
d. Riwayat Pernikahan
Riwayat pernikahan ini dikaji untuk mengetahui gambaran mengenai
suasana rumah tangga pasangan serta kepastian mengenai siapa yang
akan mendampingi persalinan, usia nikah pertama kali, status pernikahan
sah/tidak, suami sekarang suami ke berapa, pertama kali umur suami
nikah umur keberapa.
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
1) Kehamilan :
Adakah gangguan atau penyakit saat kehamilan, usia kehamilan
cukup bulan atau tidak
2) Persalinan :
Apakah persalinan terdahulu lahir secara spontan atau dengan
tindakan (SC, vakum, forcep), apakah ada penyulit pada saat
persalinan seperti perdarahan, eklamsia atau tidak, bayi lahir aterm
atau premature, ada perdarahan sewaktu persalinan, dan ditolong
oleh siapa dan dimana.
3) Nifas :
Pada masa nifas mengkaji adanya infeksi atau tidak, serta adanya
kesulitan masa laktasi atau tidak .
4) Anak :

75
Yang dikaji pada anak terdahulu meliputi jenis kelamin, BB lahir,
keadaan anak hidup atau mati, jika meninggal umur berapa dan apa
penyebabnya. (Walyani, 2015)
f. Riwayat Kehamilan saat ini
Hal-hal yang perlu dikaji di dalamnya antara lain berapa kali ibu sudah
melakukan ANC, di mana ibu memperoleh ANC, apakah ibu sudah
mendapatkan imunisasi TT, apakah ibu teratur minum tablet tambah darah,
kalk dan vitamin yang ibu peroleh setiap kali kontrol. Pada kehamilan,
pemeriksaan ANC harus lebih sering guna untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan janin yang dikandung.

g. Keluhan/Komplikasi
Selama Kehamilan Untuk mengetahui keluhan selama kahamilan dan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam mengatasi keluhan
yang dirasakan oleh ibu.

h. Riwayat Imunisasi Imunisasi TT


Perlu ditanyakan karena imunisasi TT diperlukan untuk melindungi bayi
terhadap penyakit tetanus neonaturus, imunisasi dapat dilakukan pada
trimester I dan II pada kehamilan 3 bulan dengan interval minimal 4 minggu.

i. Riwayat Kesehatan Keluarga


Menanyakan kepada klien pernah menderita penyakit keturunan atau tidak,
apabila klien pernah menderita penyakit keturunan, maka ada kemungkinan
janin yang ada dalam kandungannya beresiko menderita penyakit yang
sama. (Walyani, 2015)

j. Penyakit gynekologi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit gynekologi
seperti infertilitas, infeksi virus, Penyakit Menular Seksual (PMS), cervicitis
cronis, endometrosis, myoma, polip servik, kanker kandungan, operasi

76
kandungan, dan pemerkosaan atau tidak. Karena bisa berpengaruh pada
kehamilan yang sekarang.

k. Riwayat abortus
Untuk mengetahui apakah pernah mengalami abortus, kemungkinan klien
tidak biasa melahirkan secara normal.

l. Keturunan kembar/cacat
Karena apabila ada riwayat tersebut, maka asuhan yang diberikan berbeda
ada kemungkinan besar akan mengalami keluhan yang sama pada bayi
klien. (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

m. Riwayat Keluarga Berencana


Untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi aseptor KB atau tidak, kalau
pernah KB apa yang dipakai, berapa lama, adakah keluhan atau masalah
yang dirasakan, petugas yang memberi pelayanan KB, kapan berhenti,
alasan ibu berhenti KB. Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi
hormonal dapat mempengaruhi Estimated Date of Delivery EDD, dan
karena penggunaan metode lain dapat membantu menanggali kehamilan

(Walyani, 2015)

n. Pola Nutrisi/Eliminasi/Istirahat/Seksual
Pola : Data ini penting untuk mengetahui ibu mendapatkan Nutrisi asupan
gizi dan cairan yang cukup atau tidak. Pemberian makan dan cairan yang
cukup atau tidak. Pemberian makan dan cairan selama persalinan merupakan
hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi.

Pola Eliminasi : Pada pola eliminasi yang perlu dikaji adalah


BAK dan BAB. Selama proses persalinan
kandung kemih harus dikosongkan setiap 2
jam, karena kandung kemih yang penuh akan

77
menghambat penurunan bagian terbawah janin.
Sedangkan rectum yang penuh juga akan
menggagu penurunan bagian terbawah janin.
Namun bila ibu merasakan ingin BAB bidan
harus memastikan kemungkinan adanya tanda
gejala kala II
Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat ibu selama proses
persalinan sangat diperlukan unruk
mempersiapkan energi menghadapi proses
persalinannya, hal ini akan lebih penting jika
proses persalinannya mengalami pemanjangan
waktu pada kala I. Data yang perlu ditanyakan
adalah kapan terakir tidur dan berapa lama.

o. Pola Psikososial
Respons pasien tehadap kelahiran bayinya. Dalam mengkaji data ini kita
dapat menanyakan langsung kepada pasien mengenai bagaimana
perasaannya terhadap kehamilan dan kelahirannya.Pertanyaan yang dapat
kita ajukan misalnya, “Bagaimana buk perasaanya dengan proses persalinan
ini?“ Respon keluarga terhadap persalinan . Bagimanapun juga hal ini
sangat penting untuk kenyamanan psikologis pasien . Adanya respons yang
positif dari keluarga terhadap persalinan akan mempercepat proses adaptasi
pasien menerima peran dan kondisinya, Dalam mengkaji data ini kita dapat
menanyakan langsung kepada pasien dan kelarga . Ekspresi wajah yang
mereka tampilkan juga dapat memberikan petunjuk kepada kita tentang
bagimana respons mereka terhadap persalinan ini.

2. Data Obyektif
Data obyektif bisa diperoleh dari pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhn dan
pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik

78
meliputi : Pemeriksaan kesadaran umum pasien, kesadaran pasien, tanda- tanda
vital, pemeriksaan head to toe, hingga pemeriksaan janin dan DJJ.
a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum
Keadaan Umum digunakan untuk mengetahui kesadaran secara
keseluruhan bahwa ibu hamil dalam keadaan baik atau tidak.

2) Kesadaran
Composmentis : Kesadaran penuh
3) Tanda-Tanda Vital
TD : Normal 110/80 mmHg - 130/80 mmHg. Bila >140/90
mmHg hati-hati adanya hipertensi/preeklamsi
N : Normal 80-90x/menit. Bila abnormal mungkin ada
kelainan paru-paru atau jantung
S : Normal 36,5oc - 37,5oc Bila > 37,5oc kemungkinan
adanya infeksi
RR : Normal 16-24x/menit
4) Pemeriksaan Berat Badan
Kenaikan normal 12-15 kg. Kenaikan = 12 kg deteksi bayi baru lahir
dengan berat lahir rendah.

5) Pemeriksaan Tinggi Badan


Tinggi badan diukur pada saat kunjungan pertama. Perhatikan
kemungkinan adanya panggul sempit terutama pada ibu yang pendek.
Tinggi badan dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran ≤
145 cm.

6) Pengukuran LILA
Lingkar Lengan Atas (LILA) diukur pada bagian kiri lengan atas bila ≤
23,5 cm merupakan indikator yang kuat untuk status gizi ibu yang
kurang atau buruk, sehingga beresiko melahirkan bayi BBLR.

79
b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan bidan untuk mengetahui kesehatan ibu dan


janin, serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan
berikutnya. Pada pemeriksaan fisik pastikan apakah pasien dalam keadaan
hamil, berapa umur kehamilan, melihat, meraba, dan menentukan
perkembangan kehamilan, letak janin, TFU dan bagaimana DJJ.
Pemeriksaan fisik ibu hamil dilakukan melalui pemeriksaan inpeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to
toe dari ujung kepala sampai ujung kaki secara berurutan .

Mata : Simetris atau tidak, sclera kuning atau tidak,


konjungtiva pucat atau tidak. Apabila sclera ibu kuning
kemungkinan ibu mengalami hepatitis, apabila
konjungtiva ibu pucat kemungkinan ibu mengalami
mengalami anemia
Hidung : Simetris atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada
sekret atau tidak. Apabila dalam hidung ada
pembengkakan, maka kemungkinan terjadi polip
hidung
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak pucat. Apabila pucat
menandakan anemia. Terdapat karang gigi atau tidak,
apabila terdapat karang gigi menandakan ibu kurang
kalsium. Adanya kerusakan gigi sebagai sumber
infeksi.
Telinga : Simetris atau tidak, ada pengeluaran atau tidak,
pendengaran baik atau tidak. Apabila terdapat
pengeluaran (serumen) yang abnormal, maka harus
segera dibawa kedokter THT karena kemungkinan
adanya infeksi atau ketidak sesuaian pada fungsi telinga
Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

80
kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis, kelenjar
tyroid yang membesar saat hamil perlu evaluasi adanya
hipertyrod. Pembesar kelenjar limfe kemungkinan
infeksi dan metastase keganasan (jarang), bendungan
vena jugularis kemungkinan gangguan aliran darah
akibat penyakit jantung.
Payudara : Putting susu tenggelam atau menonjol, konsistensi
payudara dan kolostrum sudah keluar atau belum.
Punting susu yang tenggelam memerlukan perawatan
payudara untuk persiapan menyusui. Prolaktin yang
tinggi, terjadi perubahan keseimbangan ekstrogen dan
progesterone serta oksitosin prolaktin mengakibatkan
dikeluarkan kolostrum dan merupakan tanda bahwa
ASI akan banyak
Dada : Payudara berbentuk simetris, puting susu menonjol dan
areola mengalami pigmentasi serta kolustrum sudah
mulai diproduksi sejak usia kehamilan 12 minggu
Ekstremitas : Tungkai simetris, tidak ada edema yang menandakan
gejala preeklamsia, tidak ada reflek patella menandakan
ibu hamil kekurangan vitamin B1, reflek patella
berlebihan menandakan adanya preeklamasi.

c. Pemeriksaan Khusus

Pada rahim yang membesar akan menyebabkan timbulnya striae(striae alba


ataupun striae albican) dan linea nigra akan terlihat semakin jelas. Apabila
terdapat bekas sectio cesaria (SC) menandakan ibu sudah pernah dilakukan
pembedahan rahim dan berpotensi untuk kembali dilakukan pembedahan
SC. Setelah itu mengukur TFU dengan menggunakan metline. Selain itu
dilakukan pemeriksaan palpasi pada abdomen yaitu leopold. Setelah

81
melakukan palpasi maka dapat dihitung TBJ (Tafsiran Berat Janin) Palpasi
Menurut Leopold :

Leopold I : Untuk menentukan TFU dan bagian janin yang


terdapat difundus. Teraba kepala jika keras,
bundar, dan melenting. Teraba bokong jika lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting, pada letak
tinggi fundus uteri kosong.
Leopold : Untuk menentukan bagian janin yang terdapat di
II bagian kanan dan kiri ibu. Teraba punggung jika
serasa keras dan memanjang, teraba ekstermitas
seperti bagian-bagian kecil janin.
Leopold : Untuk menentukan bagian terendah janin. Teraba
III kepala jika keras, bundar, dan melenting. Teraba
bokong jika lunak, kurang bundar, dan kurang
melenting. Serta untuk menentukan bagian
terendah janin sudah masuk PAP atau belum, jika
sudah masuk PAP maka bagian bawah digoyang
sudah tidak bisa (seperti ada tahanan). Masuknya
kepala pada PAP pada primipara terjadi pada
bulan terakhir dari kehamilan (36-37 minggu)
tetapi pada multipara biasanya terjadi pemula
persalinan.
Leopold : untuk menentukan seberapa bagian bawah jain
IV masuk PAP. Jika divergen:melampaui lingkarang
terbesarnya sudah masuk PAP (dua tangan tidak
bisa dipertemukan) dan bila konvergen: belum
melampaui lingkaran terbesarnya belum masuk
PAP (dua tangan dapat dipertemukan).
DJJ : Terdengar jelas dibagian punctum maksimum,

82
tempat ini dikanan/ kiri bawah pusat pada
presentasi kepala. DJJ merupakan tanda pasti
hamil. Jumlah DJJ normal 120-160 x/menit.
TFU : TFU -12 x (155) bagian terbesar kepala belum
masuk panggul. TFU-11 x (155) bagian terbesar
kepada sudah masuk panggul.
His : Menurut Eniyati dan Putri (2012) his persalinan
merupakan kontraksi otot otot Rahim yang
fisiologis. Hal-hal yang harus diobservasi pada his
persalinan Antara lain : frekuensi/ jumlah his
dalam waktu tertentu biasanya per 10 menit,
amplituri atau intensitas adalah kekuatan his
diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik.
His lemah dengan frekuensi kurang dari 20 detik .
his sedang dengan frekuensi 20-40 detik. His kuat
dengan frekuensi lebih dari 40 detik. Datangnya
his apakah sering, teratur atau tidak dan interval
adalah masa relaksasi.
Palpasi : Untuk meraba kandung kemih, apakah kosong
Supra Pubik atau penuh. Hal ini sangat penting dipantau
karena berpengaruh pada penurunan bagian
terendah janin.

d. Gynekologi
Untuk melihat adanya tanda chadwick (berwarna kebiruan di vagina),
adanya varises pada vagina, bekas luka jahit maupun luka lain, melihat
adanya pembengkakan kelenjar bartolini pengeluaran yang berupa lendir
darah, ciran ketuban ataupun darah. Dan melihat apakah ibu mengalami
hemoroid pada anusnya. VT (Vagina Toucher): vulva uretra ada/ tidak ada

83
tanda infeksi, vagina ada benjolan/ tidak, pembukaan portio...cm, portio
teraba tebal/ tipis, lunak/ kaku, kulit ketuban masih utuh/ tidak, bagian
terbawah janin, ubun-ubun kecil di jam, penurunan kepala di bidang hodge,
ada/ tidak bagian janin yang menumbung sarung tangan lendir darah ada/
tidak. (Kusnawati dan Melina 2017)

e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari cek Hb (normal Hb ibu hamil 11
gr/dl), Hb 11 gr%: tidak anemia, Hb 9-10 gr%: anemia ringan, Hb 7-8 gr%:
anemia sedang, dan Hb <7 gr% : anemia berat jumlah trombosit, leukosit,
dan eritrosit dalam darah. Selain itu. menurut Mansjoer (2008) ada
pemeriksaan USG yang berguna untuk menentukan usia gestasi, ukuran
janin, gerakan jantung janin, lokasi plasenta, indeks cairan amnion
berkurang. Pemeriksaan ini dilakukan ketika masa kehamilan setidaknya
saat trimester III.

Standar II : Perumusan diagnosis atau masalah kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengakajian, menginterpretasikannya


secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang
tepat.

1. Kriteria perumusan diagnosis :

Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan : Pada langkah ini dilakukan


identifikasi terhadap rumusan diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Hasil pengakajian
kemungkinan diagnosa yang akan muncul adalah :

Ny... umur... tahun...G...P...A... dengan UK… janin tunggal, hidup intra uteri, letak
memanjang, puka/ puki, preskep Inpartu Kala 1 fase aktif/ laten.

DS : Ibu mengatakan kenceng-kenceng dan keluar lendir darah dari jalan lahir
sejak….

84
DO : KU : baik/ sedang/ buruk

TD : Normalnya 90/60-≤140/90 mmHg

S : Normalnya 36,5-37,5oc

N : Normalnya 60-80 x/ menit

R : Normalnya 16-24 x/ menit

DJJ : Normalnya 120-160 x/ menit

VT : ada benjolan atau tidak, pembukaan 1-10 cm, ketuban sudah pecah atau
belum, bagian terbawah janin kepala atau bokong.

2. Masalah
Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien, antara lain :

a. Ibu merasa takut akan merasa sakit selama proses persalinan


b. Merasa bingung apa yang harus dilakukan ibu selama proses meneran.
c. Takut akan rasa nyeri saat kontraksi selama proses persalinan.
d. Merasa tidak mampu untuk meneran dengan kuat.
e. Bingung untuk memilih posisi meneran nyaman.
3. Kebutuhan
Menurut kebutuhan ibu dalam bersalin kala I adalah :

a. Memberikan KIE pada ibu tentang masalah yang dihadap ibu selama proses
persalinan.
b. Membimbing ibu mengontrol pernapasan selama proses persalinan
c. Memberikan posisi ibu senyaman mungkin untuk meneran
4. Diagnosa potensial : tidak ada
5. Antisipasi tindakan segera: tidak ada
Standar III : Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan masalah yang


ditegakkan.

85
1. Beritahu hasil pemeriksaan dan jelaskan kondisi ibu saat ini
2. Lakukan persiapan persalinan (ruangan, alat, perlengkapan, memakai APD level
3, obat- obatan yang diperlukan untuk proses persalinan serta bimbingan
meneran).
3. Berikan dukungan emosional berupa pujian dan besarkan hati ibu bahwa ibu
mampu melewati proses persalinan dengan baik.
4. Tanyakan pada ibu siapa pendamping persalinan yang ia inginkan.
5. Pijat punggung ibu untuk meringankan rasa sakit pada punggung ibu.
6. Serta libatkan pendamping persalinan untuk melakukannya.
7. Anjurkan ibu untuk jalan-jalan pada saat kala I dan mengatur posisi yang
nyaman bagi ibu kecuali posisi terlentang dengan melibatkan keluarga.
8. Anjurkan ibu untuk makan dan minum jika menginginkannya.
9. Anjurkan ibu untuk buang air kecil jika ingin dan jelaskan bahwa kandung
kemih yang penuh akan mengahambat turunnya bagian terbawah janin.
10. Jaga privasi ibu.
11. Pantau kemajuan persalinan ibu

Standar IV: Implementasi

Bidan melaksanakan rencana komprehensif efektif, efisien dan aman berdasarkan


evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan :

Penatalaksanaan :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan dan jelaskan kondisi ibu saat ini


2. Melakukan persiapan persalinan. (ruangan, alat, perlengkapan, obat- obatan yang
diperlukan untuk proses persalinan serta bimbingan meneran).
3. Memberikan dukungan emosional berupa pujian dan besarkan hati ibu bahwa ibu
mampu melewati proses persalinan dengan baik.
4. Menanyakan pada ibu siapa pendamping persalinan yang ibu inginkan.

86
5. Memijat punggung ibu untuk meringankan rasa sakit pada punggung ibu.
6. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan pada saat kala I dan mengatur posisi yang nyaman
bagi ibu kecuali posisi terlentang dengan melibatkan keluarga.
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika menginginkannya.
8. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil jika mau daan jelaskan bahwa kandung kemih
yang penuh akan mengahambat turunnya bagian terbawah janin.
9. Menjaga privasi ibu.
10. Memantau kemajuan persalinan ibu dengan menggunakan partograf, meliputi menilai
DJJ, frekuensi lamanya kontraksi uterus, nadi setiap 1 jam pada fase laten, dan 30 menit
pada fase aktif, menilai pembukaan serviks setiap 4 jam, menilai penurunan bagian
terbawah janin setiap 4 jam, menilai tekanan darah dan suhu tubuh ibu setiap 4 jam).
Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat


keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien.

1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan dan memahami kondisinya serta terlihat lebih
tenang dari sebelumnya
2. Ruangan dalam keadaan bersih dan siap pakai : alat dan perlengkapan serta
obat-obat yang sudah lengkap dan dalam keadaan siap pakai; ibu dapat
mempraktikkan cara meneran yang benar.
3. Terasa ingin Ibu tampak lebih percaya diri.
4. Ibu memilih suami sebagai pendamping persalinan dan kemajuan persalinan
menjadi lebih cepat.
5. Ibu terlihat lebih tenang.
6. Ibu mengatakan merasa segar.
7. Ibu memilih posisi miring, Namun terkadang memilih posisi terlentang untuk
beberapa saat.
8. Ibu tidak ingin makan, tetapi minum teh manis setengah gelas.

87
9. Ibu mengatakan belum ingin buang air kecil tapi jika nanti pipis akan segera
pipis sendiri ke kamar mandi.
10. Pintu ruang bersalin segera ditutup kembali setiap ada yang keluar masuk agar
ibu tampak lebih nyaman.
11. Hasil pemantauan terlampir dalam lembar observasi dan partograf.
Standar VI: Pencatatan asuhan kebidanan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam asuhan


kebidanan adalah SOAP :

Catatan perkembangan kala II

S : Ibu mengatakan perut semakin sakit dan ingin meneran.

Ibu mengatakan sudah ada dorongan ingin meneran

O : Kekuatan his semakin sering dan teratur dengan jarak kontra indikasi yang
semakin pendek, terdapat pengeluaran lendir, DJJ dalam batas normal (120-
160 x/menit), Tanda- tanda Vital dalam batas normal TD: 110/70 mmHg, S:
36,5-37,5℃ , N: 80-90x/menit, RR: 16-24x/menit, ketuban pecah,
pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap, Hodge 4 (Walyani, 2015)

A : Ny. X umur …G…P…A… umur kehamilan…

inpartu kala II

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : teknik meneran, support mental, nutrisi, pimpin persalinan

Diagnosa potensial : tidak ada

Antisipasi tindakan segera : tidak ada

P: 1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan kala II : Ibu


merasa ada dorongan kuat untuk meneran, merasakan tekanan yang

88
semakin meningkat pada rectum dan vagina, perineum tampak menonjol,
vulva dan spingter ani membuka.

Evaluasi : Sudah ada tanda-tanda gejala kala II.

Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial


untuk menolong persalinan menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi
baru lahir. Untuk asfiksia : tempat datar dan keras, 3 handuk/ kain bersih
dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm dari tubuh bayi untuk ibu menggelar kain diperut ibu, menyiapkan
oksitosin 10 UI, spuit steril didalam partus set.

Evaluasi : Peralatan sudah siap.


2) Memakai APD level 3
Evaluasi :Celemek,penutup kepala,pengaman muka,pengaman
mata,masker,sarung tangan,sepatu boots.

3) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan


dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi : Semua perhiasan yang dipakai sudah dilepaskan,

tangan sudah di cuci dengan sabun dan air mengalir serta telah
dikeringkan dengan tissue.

4) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
Evaluasi : Sarung tangan DTT telah di pakai.

5) Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang


menggunakan sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
Evaluasi : oksitosin sudah disiapkan).

89
6) Membersihkan dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas yang dibasahi air DTT.
Evaluasi :vulva dan perineum telah dibersihkan menggunakan kapas
DTT.

7) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.


Apabila pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban belum pecah
maka lakukan amniotomi.
Evaluasi : pembukaan sudah lengkap.

8) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan


yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit. Cuci kedua tangan.
Evaluasi : dekontaminasi sarung tangan telah dilakukan.

9) Memeriksa denyut jantung setelah kontraksi uterus relaksasi untuk


memastikan bahwa DJJ dalam batas normal. (120-160
x/menit).

Evaluasi : DJJ dalam batas normal (120-160).

10) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan beritahu ibu untuk menemukan posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui pembukaan lengkap, keadaan janin baik
dan ibu telah menemukan posisi yang nyaman.

11) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
duduk atau posisi laim yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman.
Evaluasi : ibu telah mengambil posisi setengah duduk.

90
12) Memberikan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
yang kuat untuk meneran.
Evaluasi : ibu telah mengerti cara meneran yang benar.

13) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi


yang nyaman, jika ibu belum meraa aada dorongan untuk meneran
dalam waktu 60 menit.
Evaluasi : ibu bersedia untuk mengambil posisi yang nyaman.

14) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva diameter 5-6 cm.
Evaluasi : handuk bersih telah diletakkan diatas perut ibu.

15) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibaawah bokong ibu.
Evaluasi : 1/3 kain telah diletakkan dibawah bokong ibu.

16) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
Evaluasi : peralatan dan bahan sudah lengkap.

17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


Evaluasi : sarung tangan steril telah dipakai.

18) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka maka
melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain untuk menahan kepala bayi dengan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala dan menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan/ bernafas cepat dan dangkal.
Evaluasi : kepala bayi telah lahir.

19) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan segera ambil
tindakan yang sesuai jika terjadi hal tersebut. Apabila tali pusat melilit
leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika

91
tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
tali pusat.
Evaluasi : tidak ada lilitan tali pusat.

20) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar.


Evaluasi : putaran paksi luar telah terjadi ke arah kanan/ kiri.

21) Setelah kepala melakukan paksi luar,memegang kepala bayi secara


biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat ada kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu
depan, kemudian gerakan kearah atas untuk melahirkan bahu belakang.
Evaluasi : bahu depan dan belakang telah lahir.

22) Setelah bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah bawah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
Evaluasi : sangga susur telah dilakukan.

23) Setelah tubuh dan lengan lahir, lakukan penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya.
Evaluasi : sangga susur telah dilakukan dan bayi telah lahir.

24) Melakukan penilaian (selintas)


Evaluasi : bayi menangis kuat, bernafas tanpa kesulitan, dan bergerak
aktif.

25) Mengeringkan seluruh tubuh bayi kecuali telapak dan tangan di atas
perut ibu.
Evaluasi : bayi telah dikeringkan.

Catatan Perkembangan Kala III

92
S : Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah lahir

Ibu mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir.

Ibu mengatakan masih merasakan perut bagian bawah terasa mules.

O : TFU: Setinggi pusat

Kontraksi uterus: Keras

Tanda-tanda pelepasan plasenta : Uterus globuler, tali pusat bertambah


panajng, semburan darah mendadak dari jalan lahir (Diana, 2017)

A : Ny. X umur…G…P…A… inpartu kala III

Ppv : < 13 %

TTV : TD : Normalnya 90/60-≤140/90 mmHg

S : Normalnya 36,5-37,5oc

N : Normalnya 60-80 x/ menit

R : Normalnya 16-24 x/ menit

Masalah : perut mules

Kebutuhan : support dan pengurangan rasa nyeri

Diagnosa potensial : tidak ada

Antisipasi tindakan segera : tidak ada

P : 27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi (bayi
tunggal)

Evaluasi : tidak ada kehamilan ganda.

28) Memberitahu ibu bawah akan disuntikkan oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik.

93
Evaluasi : ibu sudah diberi tahu akan disuntikkan dan bersedia disuntik
oksitosin di 1/3 paha distal lateral ibu.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 unit IM
1/3 distal lateral (lakukan aspirasi sebelum penyuntikan).
Evaluasi : suntikan oksitosin sudah diberikan.
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, memegang tali pusat dengan satu tangan
pada sekitar 5 cm dari pusat bayi. Kemudian jari telunjuk dan jari tengah
tangan lain menjepit tali pusat hingga 3 cm proksimal dari pusat bayi. Klem
tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem pada posisinya, gunakan
jari telunjuk dan tengah lain untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu
(sekitar 5 cm)dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
Evaluasi : tali pusat sudah diklem dengan benar.
31) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.
Evaluasi : tali pusat sudah dipotong dan diikat.
32) Meletakkan bayi agar kontak kulit ibu ke bayi. Menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan memasang topi dikepala bayi.
Evaluasi : bayi dalam posisi kontak kulit dengan ibu
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Evaluasi : klem sudah dipindahkan.
34) Meletakkan satu tanga diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
Evaluasi : tangna sudah diletakkan diatas simfisis.
35) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati- hati kearah dorsokranial
(secara hati-hati untuk mencegah invertio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik hentikna penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak
berkontraksi minta ibu atau suami untuk melakukan menstimulasi putting
susu.

94
Evaluasi : dorsokranial dilakukan saat uterus berkontraksi.

36) Lakukan penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal dan
diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan dorongan
kearah kranial hingga plasenta lahir. Ibu boleh meneran tapi tali pusat tidak
boleh ditarik. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem 5-6 cm di
depan vulva.
Evaluasi : sudah dilakukan penegangan tali pusat dan pemindahan klem saat
tali pusat bertambah panjang.

37) Setelah plasenta tampak pada vulva, melahirkan plasenta dengan hati-hati
dengan kedua tangan, memegang dan memutar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin dan lahirkan, tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
Evaluasi : plasenta sudah lahir jam….

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dengna menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan
bagian sisi 4 jari tangan kiri hingga teraba kontraksi uterus baik (fundus
teraba keras)
Evaluasi : kontraksi uterus teraba keras/ lembek.

39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian maternal-vetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa sluruh kotiledon dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap dan masukkan kedalam kantung plastik yang tersedia.
Evaluasi : plasenta dalam kondisi lengkap dan telah dimasukkan pada
tempatnya (plastik/ kendi).

Catatan perkembangan kala IV

S : a) Ibu mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir.

b) Ibu mengatakan perutnya mules.


c) Ibu mengatakan lelah tapi bahagia.

95
O: a) Plasenta telah lahir lengkap pada tanggal… jam…

b) Menilai perdarahan kala III ±…cc (apakah dalam batas normal)


c) TTV untuk mengukur fungsi tubuh yang paling mendasar
d) PPV nilai proposi pasien yang tesnya positif dan betul menderita sakit
e) Tfu untuk memantau perkembangan janin
f) Kontraksi uterus baik atau tidak
A: Ny. X umur…P…A…inpartu kala IV

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : Observasi 2 jam setelah persalinan, Nutrisi, Personal hygine,


terapi obat.

Diagnosa potensial : tidak ada

Antisipasi tindakan segera : tidak ada

P : Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, dan melakukan


penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Evaluasi : ada/ tidak laserasi yang perlu dilakukan penjahitan. Apabila terdapat

robekan maka segera melakukan penjahitan pada jalan lahir.

40) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
Evaluasi : uterus berkontraksi dengan baik dan tidak ada perdarahan.
41) Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik
dan rendam sarung tangan dalam larutan klirin 0,5% selama 10 menit.
Evaluasi : sarung tangan sudah disekontaminasikan dalam larutan klorin.
42) Memastikan kandung kemih kosong.
Evaluasi : kandung kemih ibu kosong.

43) Mengajarkan ibu/ keluarga cara masase uterus dan menilai kontraksi.

96
Evaluasi :ibu dan keluarga sudah mengerti cara masase uterus dan menilai
kontraksi.

44) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


Evaluasi :jumlah kehilanagn darah ibu ±…ml.

45) Memeriksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2
jam kedua pasca persalinan.
Evaluasi : sudah dilakukan observasi TD, nadi, dan keadaan kandung kemih
dengan batas normal, TD: 110-130 mmHg, Nadi: 80-90x/ menit, dan kandung
kemih penuh/ kosong.

46) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 x/menit). jika sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk ke rumah sakit (RS). Jika bayi sulit bernafas atau sesak nafas,
segera rujuk ke RS rujukan. Jika kaki teraba dingin, memastikan ruangan
hangat. Melakukan kembali kontak kulit bayi dengan ibu dan hangatkan bayi
dan ibu dalam satu selimut.
Evaluasi : bayi dalam kondisi baik dan tidak mengalami kesulitan bernafas
dan tidak teraba dingin pada kaki.

47) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.
Evaluasi : semua peralatan yang terkontaminasi telah di rendam dalam klorin
0,5% selama 10 menit dan telah dicuci.

48) Menempatkan semua bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang


sesuai.
Evaluasi : sampah kontaminasi telah dibuang.

97
49) Membersihkan ibu dari darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air
DTT. Membersihkan sisa ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian bersih dan kering.
Evaluasi : ibu dalam kondisi bersih dan nyaman.

50) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum/makan. Bantu ibu untuk memberikan ASI.
Evaluasi : ibu telah memilih posisi yang nyaman bagi klien dan telah dibantu
dalam pemberin ASI dan lanjut setelah IMD.

51) Dekontaminasi tempat perslinan dengan larutan klorin 0,5%.


Evaluasi : tempat persalinan dalam kondisi bersih.

52) Membersihkan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5%, melepaskan


sarung tangan secara terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
Evaluasi : sarung tangan telah dibersihkan didalam klorin.

53) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Keringkan dengan tissue atau
hendak pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi : tangan dalam kondisi bersih.

54) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
Evaluasi : sarung tangan sudah dilepas dalam larutan klorin.

55) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue/handuk pribadi bersih dan kering.
Evaluasi : tangan dalam keadaan bersih.

Evaluasi keberhasilan IMD yaitu bayi sudah bisa mencari putting susu ibu

56) Melengkapi partograf halaman depan dan belakang. Pastikan tanda vital dan
asuhan kala IV persalinan.

98
Evaluasi : pendokumentasian partograf telah dilakukan.

5.Kajian Teori Medis Bayi Baru Lahir


a. Pengertian
Menurut Wahyuni (2012) Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang
lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
2500 gram sampai dengan 4000 gram. Bayi baru lahir (neonatus) adalah
suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamnilan 37-42
minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan
tanpa gangguan, menangis kuat, napas secara spontan dan teratur, berat
badan antara 2.500-4.000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri
dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Saifuddin, 2010).
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
1) Berat badan 2500-4000 gr.
2) Panjang badan 48-52 gr.
3) Lingkar dada 30-38 gr.
4) Lingkar kepala 33-35gr.
5) Denyut jantung 120-160 x/menit.
6) Pernafasan ±40-60 x/menit.
7) Kulit kemerahan, dan licin karena jaringan subkutan cukup.
8) Tidak terlihat rambut lanugo dan kepala telah sempuran.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Genetalia bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora.
Dan pada bayi laki-laki testis sudah turun kedalam skrotum.
11) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12) Reflek moro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
13) Eliminasi bayi, bayi berkemih dan buang air besar dalam 24 jam pertama
setelah lahir. Buang air besar pertama adalah mekonium yang berwarna
coklat kehitaman. (Kumalasari, 2015)
c. Asuhan Bayi Baru Lahir

99
1) Jaga kehangatan.
2) Bersihkan Jalan nafas.
3) Keringkan.
4) Pemantauan tanda bahaya.
5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2
menit setelah lahir.
6) Lakukan IMD.
7) Berikan suntikan vitamin KI img intramuscular, di paha kiri
anterolateral.
8) Beri salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata.
9) Pemeriksaan fisik.
10) Beri imunisasi Hepetitis B 0,5 ml IM, dip aha kanan anterolateral, kira-
kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin KI. (Karjatin, 2016)
d. Adaptasi Fisiologi
1) Sistem Pernafasan
Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta, sehingga agar neonatus
dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena proses
ini melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan tekanan
dari kehidupan didalam uterus dan kehidupan di luar uterus mungkin
menghasilkan simulasi fisik untuk mempercepat pernafasan).
2) Sistem Kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL, sulit. Saat dilakukan klem pada tali
pusat terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan
vaskularisasi jantung paru, BBL, dapat menjadi hiperbillirubinemia
selama minggu-minggu pertama kehidupannya sebagai hasil pemecahan
hemoglobin tambahan.
3) Sistem Termoregulasi
Sesudah bayi lahir, bayi akan berada di tempat yang suhunya lebih
rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah biasanya suhu
normal bayi sekitar 36,5°C sampai 37°C. Apabila bayi di biarkan dalam

100
suhu kamar 25oC maka bayi akan kehilangan panas melalui konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit.
Konveksi, merupakan hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di
sekeliling bayi, misalnya bayi diletakkan dekat pintu atau jendela yang
terbuka. Konduksi, merupakan hilangnya panas tubuh bayi karena kulit
bayi kontak langsung dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya
popok, baju, atau celana bayi basah tidak langsung diganti. Radiasi,
merupakan hilangnya panas tubuh bayi karena suhu bayi memancar ke
lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misalnya bayi di letakkan
ditempat yang lebih dingin. Evaporasi, merupakan hilangnya panas tubuh
bayi karena cairan/air ketuban ibu yang membasahi kulit bayi dan
menguap, misalnya bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air
ketuban. Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan melalui
beberapa upaya berikut ini: mengeringkan bayi secara seksama segera
setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah
kehilangan panas akibat evaporasi cairan air ketuban pada permukaan
tubuh bayi, menyelimuti bayi dengan kain bersih, kering, dan hangat,
setelah tali pusat dipotong ganti kain yang telah dipakai kemudian
selimuti bayi dengan kain kering dan bersih, segera selimuti kembali
dengan kain kering, menutupi kepala bayi dengan topi, menganjurkan ibu
untuk memeluk dan memberikan ASI, memeluk bayi akan membuat bayi
tetap hangat dan merupakan upaya pencegahan kehilangan panas yang
sangat baik, segera menyusui bayi setelah lahir, memandikan bayi
sebaiknya ditunda sedikitnya dalam 6 jam setelah kelahiran bayi.
(Walyani dan Purwoastuti, 2016)
4) Sistem Metabolisme.
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya

101
sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1 sampai 2 jam).
5) Sistem Gastrointestinal
BBL harus mulai makan,mencerna,dan mengabsorpsi makanan setelah
lahir. Kapasitas lambung 6 ml/kgsaat lahir, tetapi bertambah sekitar 90
ml pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke gastrointestinal setelah
bayi lahir dan terdengar bising usus pada jam pertama. Enzim
mengkatalis protein dan karbohidrat sederhana. Enzim pakreatik lipase
sedikit diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah dicerna dibandingkan
dengan susu formula. BBL yang aterm (matang usia kehamilannya)
memiliki kadar glukosa stabil 90-60mg/dl.
6) Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
System imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi : perlindungan
oleh kulit membrane mukosa, fungsi saringan saluran nafas,
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, dan perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung.
(Johariyah dan Ningrum, 2012)
e. Kunjungan Neonatus
Setidaknya dilakukan 3 kali kunjungan neonatus untuk menilai kondisi
kesehatan bayi, melakukan pencegahan terhadap kemungkinankemungkinan
adanya gangguan kesehatan bayi, mendeteksi adanya komplikasi atau
masalah yang terjadi pada masa nifas, menangani komplikasi atau masala
yang timbul dan mengganggu kesehatan bu nifas. Adapun jadwal
pelaksanaan kunjungan neonatus yaitu :
1) Kunjungan Neonatus 1 (6-48 jam setelah persalinan)

102
Asuhan yang diberikan yaitu: mengobservasi tanda-tanda vital, observasi
tanda bahaya BBL, memandikan bayi dan mengajarkan ibu cara
memandikan bayi, memberikan konseling pada ibu untuk selalu menjaga
kehangatan bayinya, memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap
pagi dari jam 07.30-08.00 WIB agar bayi tidak kuning, mengajurkan ibu
untuk menyusui bayinya sesering mungkin yaitu setiap 2 jam, dan
memberikan konseling mengenai imunisasi.
2) Kunjungan Neonatus 2 (3-7 hari setelah persalinan)
Asuhan yang diberikan yaitu: memberitahu ibu hasil pemeriksaan
bayinya, memberikan konseling tentang perawatan tali pusat,
mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya bayi, dan menganjurkan pada ibu
kunjungan uang satu minggu kemudian.
3) Kunjungan Neonatus 3 (8-28 hari setelah pesalinan)
Asuhan yang diberikan: melakukan pemeriksaan fisik bayi, menjaga
kebersihan bayi, menjaga suhu tubuh, memberi tahu ibu tentang
imunisasi BCG, dan menganjurkan ibu menyusui bayinya sesuai dengan
keinginan bayi atau secara on demand.
(Diana, 2017)
f. Perawatan Tali Pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastic tali pusat (bila
tersedia). Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merawat tali pusat,
yaitu
1) Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) ke dalam larutan
klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
2) Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi.
3) Keringkan tangan dengan handuk atau kain bersih dan kering.
4) Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1cm dari dinding perut.
Gunakan benang di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua
kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.

103
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klorin 0,5%.
6) Selimuti kembali bayi dan tutup kepala bayi dengan kain bersih dan
kering.
(Johariyah dan Ningrum, 2012)

g. Inisiasi Menyusu Dini


Kementrian Kesehatan RI menghimbau agar Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
atau memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan dalam waktu 30 menit-
1 jam paska bayi dilahirkan. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan
mulai menyusu. Sebagian bayi akan berhasil menemukan IMD dalam waktu
60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45-60
menit dan berlangsung selama 10-20 menit dan cukup menyusu dari satu
payudara. Beberapa penelitian membuktikan bahwa IMD membawa banyak
sekali keuntungan bagi ibu dan anak. Adapun tujuan IMD yaitu :
1) Skin to skin contact membuat bayi dan ibu merasa lebih tenang
2) Skin to skin contact akan meningkatkan kasih sayang ibu dan bayi.
3) Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk
koloni di kulit dan usus bayi sebagai pelindungan diri.
4) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
5) Mengurangi terjadinya anemia.
(Johariyah dan Ningrum, 2012)
h. Komposisi Gizi ASI
ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI mempunyai keseimbangan
biokimia yang sangat tepat untuk pertumbuhan bayi, sehingga tidak mungkin
ditiru oleh buatan manusia. ASI berbeda dari satu ibu dengan ibu yang lain.
Komposisi ASI tidak sama dan waktu ke waktu karena konsep kerja ASI
adalah berdasar stadium laktasi. Komposisi ASI :
1) ASI kolostrum yaitu ASI yang di hasilkan pada hari 1-3 berwarna
kekuningan dan agak kental, bentuk agak kasar karena mengandung

104
butiran lemak dan sel epitel. Manfaat kolostrum adalah: sebagai
pembersih selaput usus Bayi Baru Lahir (BBL) sehingga saluran
pernafasan untuk menerima makanan, mengandung kadar protein yang
tinggi terutama gamma globulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi, mengandung zat antibody sehingga
mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeki untuk
jangka waktu sampai 6 bulan.
2) ASI peralihan yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari ke 4 - 10.
3) ASI mature yaitu dihasilkan mulai hari ke-10 sampai seterusnya,
(Sutanto, 2018)
i. Hepatitis B
Imunisasi yang diberikan segera setelah bayi lahir untuk mencegah penyakit
hepatitis B yang dapat merusak hati. Diberikan secara injeksi IM di 1/3 paha
kanan bagian atas.
j. BCG
Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit TBC. BCG diberikan satu kali dengan cara injeksi. Biasanya akan
menimbulkan bekas berupa gelembung yang akan pecah menjadi luka dan
akan sembuh dengan sendirinya.
k. Imunisasi Polio
Imunisasi oral polio adalah tindakan memberi vaksin polio (dalam bentuk
oral) atau dikenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) yang bertujun
memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis. Imunisasi dapat diberikan 4
kali dengan interval 4-6 minggu. Menurut Kumalasari (2015), selain polio
oral terdapat pula imunisasi injeksi polio atau IPV (Inactive Polio Vaccine)
yaitu vaksin polio yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang telah
dimatikan dan diberikat dengan cara disuntikan secaaa IM pada paha bayi
dengan dosis 0,5 ml.
l. Imunisasi DPT-HB-HiB

105
Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan bakteri haemophilus influenza tipe
B. Reaksi imunisasi yaitu nyeri pada tempat suntikan yang mungkin disertai
dengan rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dengan sendirinya
dalam 2 hari, jika terjadi demam kenakan pakaian yang tipis, bekas suntikan
yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan paracetamol 15
mg/kg BB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), bayi boleh mandi
atau cukup dengan menggunakan air hangat, jika reaksi memberat dan
menetap bawa bayi ke dokter.
m. Imunisasi MR (Measles Rubela)
Merupakan vaksin virus Measles Rubela yang dilemahkan. Indikasi
pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit atau campak MR. cara
pemberian dan dosisnya yaitu dengan ADS 0,5 ml disuntikkan secara SC
pada lengan kiri atau anterolateral paha pada usia 9-11 bulan. Kontra indikasi
yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma. Efek samping
hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. (Mulati, 2015)
n. Memandikan Bayi
Sebaiknya memandikan bayi ditunda sekitar 6 jam setelah kelahiran.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupan dapat mengarah
pada kondisi hipotermi dansangat membahayakan keselamatan bayi.
Keuntungan potensial mandi adalah mencegah penyebaran infeksi dari bayi
keorang lain dengan menghilangkan cairan dan sekresi tubuh. Sebelum
memandikan bayi perlu diperhatikan: Persiapan, Cuci tangan dengan sabun
dan air bersih, dan Siapkan keperluan mandi seperti : Pakaian bersih, popok,
Handuk, Sabun, Bak mandi berisi air hangat dan kasa steril. Prosedur
memandikan bayi :
1) Memandikan bayi ditempat yang aman, tepat.
2) Atur suhu ruangan, hangatkan ruangan.

106
3) Jika tali pusat belum sembuh, bayi tidak boleh berendam.
4) Lapisi tempat mandi bayi dengan alas tahan air atau perlak.
5) Siapkan semua keperluan mandi dan pakaian terlebih dahulu.
6) Lepas baju bayi secara bertahap
7) Mulailah membasuh tubuh bayi dari bagian terbersih hingga yang
terkotor.
8) Sabun tubuh bayi dengan tangan dan waslap.
9) Membersihkan kepala bayi, wajah, leher, dan dada, kemudian lengan
bagian-bagian punggung, tungkai, bayi sering menolak merentangkan
kakinya namun penting untuk membersihkan bagian belakang lutut.
10) Angkat tubuh bayi dengan menggunakan kedua tangan.
11) Selimuti bayi dengan handuk. Kemudian keringkan bayi dengan cepat
dan secara perlahan, dan perhatikan daerah lipatan siku
12) Pakaikan popok dan pakaian bayi yang bersih.
13) (Padila, 2014)
o. Tanda Bahaya BBL
p. Pernafasan sulit atau > 60 kali per menit
q. Terlalu panas atau dingin.
r. Warna kulit kuning, biru, atau pucat.
s. Isapan lemah (Tidak mau menghisap)
t. Mengantuk berlebihan, banyak muntah
u. Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
v. Infeksi (suhu meningkat, pernafasan sulit)
w. Feses/kemih (tidak berkemih dalam 24 jam, feses lembek, kering, hijau tua,
ada lender atau darah)
x. Aktivitas : mengigil (tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung, lemas,
terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak tenang, dan menangis
terus menerus)
(Deslidel, 2012)
y. Penanganan Covid-19 yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir :

107
1) Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan
belum sempurna fungsi imunitasnya.
2) Bayi baru lahir dari ibu yang BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi
COVID-19 tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0–
6 jam) yaitu pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), injeksi vit K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik, dan
imunisasi Hepatitis B.
3) Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 :
a) Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Chord
Clamping).
b) Bayi dikeringkan seperti biasa.
c) Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak
menunggu setelah 24 jam
d) TIDAK DILAKUKAN IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial
lainnya tetap diberikan.
4) Bayi lahir dari Ibu ODP dapat dilakukan perawatan RAWAT GABUNG
di RUANG ISOLASI KHUSUS COVID-19.
5) Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi COVID-19 dilakukan perawatan
di ruang ISOLASI KHUSUS COVID-19, terpisah dari ibunya (TIDAK
RAWAT GABUNG).
Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan mengenai
risiko utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan ibu, yang
cenderung terjadi penularan melalui droplet infeksius di udara. Sesuai
dengan protokol tatalaksana bayi lahir dari Ibu terkait COVID-19 yang
dikeluarkan IDAI adalah :

a) Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu dengan
melaksanakan prosedur pencegahan COVID-19 antara lain
menggunakan masker bedah, menjaga kebersihan tangan sebelum

108
dan setelah kontak dengan bayi, dan rutin membersihkan area
permukaan di mana ibu telah melakukan kontak.
b) Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap
diberikan dalam bentuk ASI perah dengan memperhatikan :
i. Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan
pembersihan pompa setelah digunakan.
ii. Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus
diperhatikan.
iii. Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi
yang sehat untuk memberi ASI.
iv. Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik),
sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga
persediaan ASI agar proses menyusui dapat berlanjut setelah ibu dan
bayi disatukan kembali.
v. Jika memerah ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus
dibersihkan dan didesinfeksi dengan sesuai.
Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi
penyimpanan harus menggunakan kantong spesimen plastik. Kondisi
penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan kantong ASI harus
ditandai dengan jelas dan disimpan dalam kotak wadah khusus, terpisah
dengan kantong ASI dari pasien lainnya.

c) Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan


swab negatif, sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat
menyusui langsung setelah 14 hari dari pemeriksaan swab kedua
negatif. Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes
swab, sementara pada bayi lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi
COVID-19 dilakukan pemeriksaan swab dan sediaan darah pada
hari ke 1, hari ke 2 (dilakukan saat masih dirawat di RS), dan pada
hari ke 14 pasca lahir. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang

109
dari fasilitas kesehatan, pengambilan sampel skrining hipotiroid
congenital (SHK) dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Idealnya
waktu pengambilan sampel dilakukan pada 48 – 72 jam setelah
lahir.Untuk pengambilan spesimen dari bayi lahir dari Ibu
ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19, tenaga kesehatan
menggunakan APD level 2. Tata cara penyimpanan dan pengiriman
spesimen sesuai dengan Pedoman Skrining Hipotiroid Kongenital.
Apabila terkendala dalam pengiriman spesimen dikarenakan situasi
pandemi COVID-19, spesimen dapat disimpan selama maksimal 1
bulan pada suhu kamar. Pelayanan kunjungan neonatal pertama
(KN1) dilakukan di fasyankes. Kunjungan neonatal kedua dan
ketiga dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan
dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan
upayaupaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas,
ibu dan keluarga. (Kemenkes RI, 2020)
6. Teori Manajemen Bayi Baru Lahir (BBL)
Manajemen Asuhan Kebidanan yang digunakan adalah sesuai dengan
Kepmenkes RI NO.938/MENKES/SK/VIII/2007. Stadar Asuhan Kebidanan adalah
acuan dalam proses pengambilan keputusan ruang lingkup praktiknya berdasarkan
ilmu kebidanan. Mulai dari Pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan.
Standar I : Pengkajian
1. Data Subjektif
Identitas, yang perlu dikaji identitas hal ini dikaji agar bayi tidak tertukar dengan
bayi lain (nama ibu dan ayah bayi, bayi lahir jam, tanggal lahir bayi, jenis kelamin
bayi perempuan/laki-laki).
Riwayat Antenatal yang dikaji adalah perkembangan janin, dan kesejahteran janin
selama masa kehamilan. Riwayat Intranatal, untuk mengetahui keadaan bayi saat

110
lahir (jam dan tanggal lahir), penolong tempat, dan cara persalinan (spontan atau
tindakan) serta keadaan bayi saat lahir. (Diana, 2016)
Keluhan utama : Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada hari…tanggal…
jam...WIB
Riwayat kesehatan sekarang, mengkaji kondisi bayi untuk menentukan pemeriksaan
disamping alasan datang. Riwayat kesehatan lalu, riwayat prenatal (kehamilan),
untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan, pengkajian ini meliputi :
hamil ke berapa, umur kehamilan, ANC, HPL dan HPHT. Riwayat natal
(persalinan), untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan tanggal), penolong,
tempat, dan cara persalinan (spontan atau tindakan) serta keadaan bayi saat lahir.
(Diana, 2017) Keadaan Bayi Baru Lahir APGAR Skor, pengkajian dilakukan
dengan menggunakan Apgar Skor. Tujuannya untuk mengetahui bayi baru lahir
dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar uterus. Nilai Apgar 0-3 : asfiksia berat.
Menujukkan bahwa bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi. Nilai Apgar 4-6 : asfiksia ringan. Menunjukkan
Menujukkan bahwa bayi mengalami depresi ringan dan membutuhkan resusitasi.
Nilai Apgar 7-10 : bayi normal. Menunjukkan bahwa dalam keadaan baik. (Diana,
2017)
1. Data Objektif
Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan, bayi diperiksa
secara sistematis dari kepala, mata, hidung, muka, mulut, telinga, leher, dada,
abdomen, punggung, kulit, genitalia dan anus. Nilai Apgar 0-3 : asfiksia berat.
Menujukkan bahwa bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi. Nilai Apgar 4-6 : asfiksia ringan. Menujukkan bahwa
bayi mengalami depresi ringan dan membutuhkan resusitasi. Nilai Apgar 7-10 :
bayi normal. Menunjukkan bahwa dalam keadaan baik. (Diana, 2017)
a. Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam
keadaan normal berkisar 33-35 cm, berat badan bayi 2500-4000 gram.
Panjang badan : 48-52 cm, Lingkar dada : 30-38 cm

111
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon
terhadap lingkungan.
1) Suhu
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,5oc pada
pengukuran di axila.
2) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar antara 120-140 kali/ menit.
3) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan,
iramanya. Pernafasan bervariasi dari 30-60 kali/ menit.
4) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk diukur secara
akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/64 mmHg.
d. Pemeriksaaan fisik secara sistematis (head to too)
1) Kepala
Tidak ada trauma lahir, tidak ada kelainan konginetal, ubunubun kecil
segera menutup, ubun-ubun besar belum menutup datar dan berdenyut,
tidak ada trauma persalinan (caput suksedaneum, sepal hematoma). Raba
sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm,
moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak
kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding atau molase.
2) Muka atau wajah
Simetris, tidak ada kelainan seperti sindrom Down atau sindrom Piere-
Robin,tidak ada kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi
nervus fasialis. (Kumalasari, 2015)
3) Mata

112
Posisi normal, jumlah 2, simetris, tidak ada odema, koordinasi mata
belum sempurna, tidak ada sekret, tidak ada katarak konginetal, pupil
bulat, peka terhadap rangsangan cahaya, konjungtiva tidak pucat, sklera
putih. Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum
sempurna. Periksa adanya glaucoma konginetal, misalnya akan tampak
sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Periksa
adanya trauma seperti adanya perdarahan konjungtiva atau retina.
5) Hidung
Simetris, lubang hidung 2, diameter 3-4 cm, tidak ada sekret, bernafas
dengan hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung.
6) Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris, pastikan tidak adnaya bibir sumbing langit-langit harus tertutup.
Reflek hisap bayi harus bagus dan merespon terhadap rangsangan.
7) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk posisinya pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun
telinga. Daun telinga yang letaknya rendah terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (pierrerobin).
8) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher
berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa adanya
kesimetrisannya, pergerakannya harus baik, periksa adanya trauma leher.
Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
9) Pemeriksaan klavikula
Periksa tidak adanya fraktur pada klavikula.
10) Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris.
Payudara baik pada laki-laki dan perempuan terlihat membesar karena
pengaruh hormon wanita darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada

113
saat benafas. Tarikan sternum atau intercostal pada saat bernafas perlu
diperhatikan.
11) Abdomen
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perut harus
tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernafas. Tidak ada massa, perut tidak kembung, tidak ada tanda-tanda
infeksi.
12) Ekstremitas
Tangan dan kaki simetris, kedua tungkai dapat bergerak bebas, ujung
kuku tidak pucat dan tidak sianosis, tidak ada sindaktili dan polidaktili.
13) Kulit
Warna kulit normal, tidak ada bercak mongol, tidak sianosis, perhatikan
adanya lanugo jumlahnya yang banyak terdapat pada bayi yang kurang
bulan.
14) Genetalia
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma
(kelenjar kecil yang terletak dibawah prepusium menskresi bahan yang
seperti keju) pada lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia
minora dan klitoris. Pada laki-laki rugae normalnya terdapat pada
skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum, meatus urinarius
normalnya terletak pada ujung glands penis.
15) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung
atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya
abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebrata.
16) Anus
Berlubang, tidak ada atresia ani, dapat diketahui dengan bayi
mengeluarkan mekonium dari anus.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015)

114
17) Refleks
Reflek bayi baru lahir merupakan indikator paling penting untuk
perkembangan bayi. Berikut adalah pemeriksaan reflek pada bayi baru
lahir :

Reflek glabelar : Reflek ini dinilai dengan mengetuk daerah


pangkal hidung secara perlahan menggunakan
jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan
mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketikan
pertama.
Reflek : Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar
tonikneck kepala kesatu sisi dengan badan ditahan,
ekstremitas terekstensi pada sisi kepala yang
diputar, tetapi ekstremitas pada sisi lain fleksi.
Reflek walking : Bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan
berjalan dan kaki akan bergantian akan fleksi
dan ekstensi.
:
Reflek Reflek ini dinilai dengan memberi tekanan pada
menghisap mulut bayi di langit dalam gusi atas yang
(Sucking) akan menimbulkan hisapan. Reflek ini juga
dapat dilihat pada waktu bayi menyusu. Pada
reflek ini dapat dinilai dengan mengusap pipi
bayi dengan lembut, bayi akan menolehkan
kepalanya kearah jari kita, dan bayi akan
membuka mulutnya.

115
Reflek :
Reflek ini dinilai dengan meletakkan jari
genggam
telunjuk pemeriksa pada telapak tangan bayi,
(Palmar grasp)
tekanan dengan perlahan. Pada bayi yang
normal maka akan menggenggam dengan kuat.

: Reflek ini ditunjukkan dengan timbulnya


pergerakan tangan yang simetris apabila kepala
tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan
Reflek terkejut cara bertepuk tangan.
(Moro)
Standar II : Perumusan Diagnosa atau Masalah

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nimenklatur diagnosa kebidanan.

1. Diagnosa :
Bayi Ny. X umur 1 jam, jenis kelamin…. Lahir spontan/SC, aterm, sesuai masa
kehamilan, ….dalam keadaan normal

DS : Ibu mengatakan melahirkan bayinya dengan usia kehamilan cukup bulan,


pada tanggal …. Jam…. Dengan persalinan normal.

DO : Berat badan (2500-4000 gram), panjang badan (48-52 cm). lingkar dada
(30-38 cm), jenis kelamin (perempuan/ laki-laki), warna kulit (merah/ biru), dan
nilai apgar skor di menit pertama (0-10).

2. Masalah :
Masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering kali terkait dengan hal yang dialami oleh wanita
dan di definisikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian atau yang
menyertai.

3. Kebutuhan

116
Kebutuhan adalah hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
Biasanya menjadi kebutuhan BBL antara lain personal hygine, perawatan tali
pusat, dan kebutuhan nutrisi.

4. Diagnosa potensial :
Apabila tidak ada penyimpangan/ kesenjangan yang ditemukan pada saat
dilakukan pengkajian maka tidak ada diagnosa potensial yang muncul.

5. Antisipasi tindakan segera


Apabila tidak ada diagnosa potensial yang muncul mak antisipasi tindakan
segera tidak diperlukan.

Standar III : Perencanaan

1. Pertahankan suhu tubuh tetap hangat


2. Berikan vitamin K 1mg
3. Berikan obat mata atau salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%
4. Lakukan perawatan tali pusat
5. Lakukan imunisasi Hb 0 1 jam setelah pemberian injeksi vit K 1 mg
6. Beri nutrisi yang adekuat
7. Lakukan observasi K/U, TTV 3-4 jam sekali, eliminasi, BB (minimal 1 hari 1
kali), lender mulut, tali pusat.
(Diana, 2017; Muslihatun 2014)

Standar IV : Implementasi

1. Mempertahankan tubuh tetap hangat dengan memastikan bayi tetap hangat dan
terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu, mengganti handuk basah/ kain basah
dan membungkus bayi dengan selimut, dan memastikan bayi tetap hangat
dengan memeriksa suhu tubuh bayi.

117
2. Memberikan vitamin K 1mg secara IM di paha kiri bawah lateral 3.
Memberikan obat mata atau salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%
untuk mencegah penyakit mata karena clamidia.
3. Melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakna kasa kering streril. Jika
tali pusat kotor terkena tinja atau basah, maka cuci tali pusat dengan sabun dan
air bersih kemudian keringkan.
4. Melakukan imunisasi Hb 0 satu jam setelah pemberian injeksi vit K 1 mg di
paha kanan bawah lateral.
5. Memberi nutrisi yang adekuat dengan mengajarkan ibu dalam pemberian ASI
sedini mungkin dengan on demand
6. Mengobservasi K/U, TTV 3-4 jam sekali, Eliminasi, BB (minimal 1 hari 1
kali), lender mulut, tali pusat.
(Diana, 2017)

Standar V: Evaluasi

Evaluasi keaktifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi kembali proses


manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan
tetapi belum efektif.

1. Suhu tubuh tetap hangat


2. Injeksi vitamin K 1 mg sudah dilakukan
3. Obat mata salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,05% sudah diberikan
pada bayi
4. Perawatan tali pusat telah dilakukan
5. Imunisasi Hb 0 satu jam setelah pemberian injeksi vit K 1 mg sudah dilakukan
6. Nutrisi yang adekuat telah diberikan
7. Observasi K/U, TTV 3-4 jam sekali telah dilakukan
(Diana, 2017)

Standar VI : Pencatatan dan Pelaporan

118
Kunjungan Neonatus (KN) 1 (6-48 jam)

S : 1) Ibu mengatakan bayinya umur 6-48 jam tanggal


lahir…jam…WIB
2) Ibu mengatakan bayinya minum ASI setiap 2
jam atau bila menangis dan aktif, tidak lemah,
menangis seperti biasa, gerakan banyak.
O : Pemeriksaan KU, TTV, Denyut jantung (120-160
x/ menit), RR (30-60 x/ menit), Suhu (36,5-37,5oc),
kulit (merah/ kebiruan)
Perkembangan bayi : berat badan bayi…gram,
panjang bayi…cm, bayi menyusui setiap 2 jam
sekali dan bila merasa lapar.
A : Bayi Ny. X umur 6-48 jam jenis kelamin… lahir
spontan cukup/ kurang/ lebih bulan, sesuai/ kecil/
lebih masa kehamilan, dengan keadaan normal.
Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Penyuluhan perawatan rutin bayi baru lahir,


Menjaga tubuh bayi tetap hangat, Personal hygine,
Kebutuhan nutrisi
Diagnosa : Tidak ada
potensial
Antisipasi : Tidak ada
tindakan segera
P : Mengobservasi TTV bayi.

Evaluasi : Observasi TTV telah dilakukan. Nadi : 120-140 x/ menit, Suhu: 36,5-
37,5oc, Pernafasan: 30-60 x/ menit

119
a) Mengobservasi tanda bahaya bayi baru lahir yaitu pernafsan sulit,
warna kulit kuning, biru atau pucat, memar, tali pusat memerah,
bengkak dan keluar cairan.
Evaluasi : Observasi tanda bahaya bayi baru lahir telah dilakukan.
b) Memandikan bayin minimal setelah 6 jam bayi dilahirkan.
Evaluasi : bayi telah dimandikan dan ibu telah diajarkan cara
memandikan bayi.
c) Memberitahu ibu tentang pentingnya pemberian ASI secara ekslusif
dan memberi ASI pada bayi setiap 2 jam sekali atau saat bayi
menangis.
Evaluasi : ibu memahami dan bayinya mau diberi ASI secara
ekslusif dan memberi ASI tidak dijadwal.
d) Memberikan konseling pada ibu agar menjaga kehangatan bayi
menggunakan kain bersih &kering. Evaluasi : konseling telah
diberikan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya.
e) Memberitahu ibu tentang imunisasi dasar yaitu HB 0 untuk
mencegah penyakit hepatitis B, imunisasi BCG untuk mencegah
tuberculosis, imunisasi OPV dan IPV untuk mencegah penyakit
Polio, imunisasi Pentavalen untuk mencegah virus difteri, pertisus,
dan tetanus, dan imunisasi MR untuk mencegah dari penyakit
campak.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui tentang imunisasi dasar yang harus
diberikan pada bayinya.
f) Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang yaitu pada hari ke 3-
7 bayi baru lahir untuk menilai perkembangan kesehatan bayi.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui waktu kunjungan ulang. (Diana,
2017)
Kunjungan Neonatus (KN) II (3-7 hari)

S : 1) Ibu mengatakan bayinya umur…hari tanggal

120
lahir…jam…WIB
2) Ibu mengatakan bayinya minum ASI setiap 2 jam
atau bila menangis dan aktif, tidak lemah,
menangis seperti biasa, gerakan banyak.
O : Pemeriksaan KU, TTV, Denyut jantung (120-160 x/
menit), RR (30-60 x/ menit), Suhu (36,5-37,5oc), kulit
(merah/ kebiruan)
kulit Perkembangan bayi : berat badan bayi…gram,
panjang bayi…cm, bayi menyusui setiap 2 jam sekali
dan bila merasa lapar.
A : Bayi Ny, X umur 3-7 hari jenis kelamin… lahir
spontan cukup/kurang/lebih bulan, sesuai/kecil/lebih
masa kehamilan, dengan keadaan normal.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Nutrisi
Personal hygine
Eliminasi
Diagnosa : Tidak ada
potensial
Antisipasi : Tidak ada
tindakan
segera
P : 1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa bayinya dalam kondisi normal.
Evaluasi : ibu mengetahui bahwa bayinya dalam
keadaan sehat.
2) Memeriksa tali pusat bayi dan memberikan
konseling tentang perawatan tali pusat hanya
boleh ditutupi dengan kasa steril tanpa dibubuhi
apapun.

121
Evaluasi : tali dalam keadaan baik, tidak ada
tanda infeksi dan ibu mengerti tentang cara
perawatan tali pusat.
3) Memberitahu ibu tentang pentingnya pemberian
ASI secara ekslusif dan memberi ASI pada bayi
setiap 2 jam sekali atau saat bayi menangis.
Evaluasi : ibu memahami dan bayinya mau diberi
ASI secara ekslusif dan memberi ASI tidak
dijadwal.
4) Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda
bahaya yang dapat terjadi pada bayi dan
menghimbau agar segera dibawa ke tenaga
kesehatan bila terdapat tanda-tanda bahaya.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan bersedia ke
tenaga kesehatan bila terdapat tanda bahaya.
5) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang satu
minggu lagi atau pada hari ke 8-28 setelah
kelahiran bayi.
Evaluasi : ibu sudah mengerti jadwal kunjungan
ulangnya.
(Muslihatun, 2014)

Kunjungan Neonatus (KN) III (8-28 hari)

S : Ibu mengatakan bayinya dalam kondisi sehat.


O : Pemeriksaan KU, TTV, Denyut jantung (120-160 x/
menit), RR (30-60 x/ menit), Suhu (36,5-37,5 oc), kulit
(merah/ kebiruan)
A : Bayi Ny, X umur 8-28 hari jenis kelamin… lahir spontan
cukup/ kurang/ lebih bulan, sesuai/ kecil/ lebih masa
kehamilan, dengan keadaan normal.

122
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Nutrisi,personal hygene dan eliminasi
Diagnosa : Tidak ada
potensial
Antisipasi : Tidak ada
tindakan
segera
P : 1) Melakukan pengkajian dan pemeriksaan TTV,
untuk mengetahui kondisi bayi.
Evaluasi : pemeriksaan telah dilakukan dan bayi
dalam kondisi baik.
2) Memastikan bayi disusui sesering mungkin
dengan ASI eksluisif.
Evaluasi : telah dipastikan bayi mendapat ASI
ekslusif dengan menanyakan kepada ibu dan
melihat kondisi bayi.
3) Menjaga kebersihan bayi.
Evaluasi : kebersihan bayi sudah dijaga
4) Menganjurkan ibu membawa bayi ke posyandu
untuk menimbang dan mendapatkan imunisasi
BCG pada saat bayi berusia 1 bulan supaya
memberikan kekebalan tubuh bayi terhadap virus
dan penyakit.
Evaluasi : ibu bersedia membawa bayi ke
posyandu dan memberikan imunisasi pada bayi.
(Muslihatun, 2014)

7. Teori Medis Nifas


a. Pengertian
Masa nifas adalah masa yang dimulai sejak 2 jam postpartum atau setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula

123
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari
(Wiknjosastro, 2008).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan masa nifas adalah untuk :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologis.
2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila tejadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5) Mendapatkan kesehatan emosi.
(Sari dan Rimandini, 2014)
c. Tahapan Masa Nifas
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah placenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan perlu
melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi : kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.

124
4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau
komplikasi.
(Kumalasari, 2015)
d. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
1) Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
karena alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong pada waktu melahirkan, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemoroid, laserasi jalan lahir. Agar buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diet atau makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup.
2) Sistem Perkemihan
Sebaiknya buang air kecil dilakukan sendiri secepatnya. Pada masa
nifas biasanya mengalami sulit buang air kecil karena spingter
uretra tertekan oleh kepala janin dan menyebabkan iritasi muskulus
spingter ani selama persalinan, dan adanya edema pada kandung
kemih yang terjadi selama persalinan.
3) Sistem Muskuloskeletal
Pada masa ini ligament-ligamen dan diafragma pelvis yang
meregang sewaktu kehamilan dan persalinan akan kembali seperti
semula. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi lordosis kembali
secara.
4) Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih
lanjut setelah kala III ketika besarnya volume darah dari uterus
terjepit di dalam sirkulasi. Penurunan terjadi setelah hari pertama
puerpurium dan kembali normal pada akhir minggu ketiga.
5) Sistem Hematologi

125
Pada masa nifas lekositosis meningkat, sel darah putih sampai
berjumlah 15.000 selama persalinan, tetap meningkat pada beberapa
hari post partum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat lebih
lanjut sampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu
mengalami partus lama. Hb, Ht, dan critrosit jumlahnya akan
berubah pada awal puerpurium.
6) Sistem Endokrin
Setelah melahirkan, system endokrin kembali kepada kondisi
sebelum hamil. Hormone kehamilan mulai menurun segera setelah
plasenta keluar. Turunnya estrogen dan progesterone menyebabkan
peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu. Perubahan
fisiologis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan
perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-jaringan baru.
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama paa hormone-hormon yang berperan
dalam proses tersebut.
7) Sistem Integumen (Perubahan Kulit)
Pada masa hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat
karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum
pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi
kulit diding perut (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal
berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut
akan menjadi putih mengkilap yaitu striae albican. Penurunan
pigmentasi ini juga disebabkan karena hormone MSH
(Melanophore Stimulating Hormone) yang berkurang setelah
persalinan akibatnya pigmentasi pada kulit pun secara perlahan
menghilang.
(Sari dan Rimandini, 2014)
8) Sistem Reproduksi
a) Involusi Uterus

126
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yaitu uterus
kembali ke kondisi sebelu hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
post partum sebagai berikut :
Tabel 2.4 Perubahan Involusi Uterus Masa Nifas

Waktu Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter


Involusi Uteri Uterus

Bayi lahir Setunggi pusat 1.000 gram 12,5 cm

Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 12,5 cm


Satu minggu 500 gram 7,5 cm
Pertengahan pusat
sampai simfisis

Dua minggu 300 gram 5 cm


Tidak teraba
diatas simfisis

Enam minggu Bertambah kecil 60 gram 2,5 cm

(Sumber: Kumalasari, 2015)

b) Lokhea
Lokhea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Jenis-jenis lokhea sebagai berikut :

Tabel 2.5 Jenis-jenis Lokhea

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri

127
Rubra 1-4 hari Merah Warna merah kehitaman,
kehitaman karena berisi darah segar
dan jaringan sisa plasenta.

Sanguinolenta 4-7 hari Merah


Warna merah kecoklatan
kecoklatan
dan berlendir

Serosa 7-14 hari


Kuning
Warna kuning kecoklatan
kecoklatan

Alba 2-6 minggu Putih Warna putih mengandung


leukosit, sel desidua, sel
epitel, dan serabut jaringan
yang mati.
(Sumber: Kumalasari, 2015)

c) Serviks
Pada masa ini serviks mengalami involusi bersama-sama dengan
uterus. Warna serviks menjadi merah kehitaman karena pembuluh
darah. Konsistensinya terkadang terdapat laserasi/ lula kecil, yang
disebabkan karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi.
d) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis
yaitu : produksi ASI dan sekresi ASI atau let down.
e) Vagina dan Perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6
sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada

128
sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada
nullipara. (Sari dan Rimandini, 2014)
e. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas
Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologis ibu dalam masa post partum.
1) Fase Taking In
Yaitu waktu setelah melahirkan sampai hari ke-2. Dalam masa ini
terdapat ciri-ciri khusus yaitu : perasaan ibu terfokus pada dirinya
sendiri, ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain, perhatian
ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya, ibu akan
mengulangi pengalamam-pengalaman waktu melahirkan, ibu
memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal, dan nafsu makan biasanya bertambah
sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Apabila ibu mengalami
kurang nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh
tidak berlangsung normal. Selain itu ibu juga mengalami gangguan
psikologis yang mungkin terjadi yaitu : kekecewaan karena tidak
mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya, ketidaknyamanan
sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu, rasa bersalah
karena belum bisa menyusui bayinya, dan kemungkinan suami atau
keluarga mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung
melihat saja tanpa membantu.
2) Fase Taking Hold
Yaitu hari ke-3 sampai hari ke-10. Ibu merasa khawatir akan ketidak
mampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih (baby blues). Ibu juga
memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggung jawab akan bayinya. Ibu memfokuskan perhatian pada
pengontrolan fungsi tubuh, BAB, BAK dan daya tahan tubuh. Pada
masa ini juga ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat
bayi seperti: menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti
popok. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritik. Dan

129
pada saat ini kemungkinan ibu mengalami depresi postpartumkarena
merasa tidak mampu membesarkan bayinya. Selain itu ibu juga sangat
sensitiv akan ketidakmampuan, cepat tersinggung, dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan sebagai teguran. Maka dianjurkan
untuk berhati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu
memberi support.
3) Fase Letting Go
Dimulai pada hari ke-10 sampai akhir masa nifas. Pada saat ini ibu
merasa percaya diri untuk merawat bayinya, hal ini terjadi setelah ibu
pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga. Ibu juga sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat
bayi dan memahami kebutuhan bayi.
(Sutanto, 2018)
f. Kebutuhan Ibu Dalam Masa Nifas
1) Nutrisi dan Cairan
Yaitu dengan mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setelah
setiap kali selesai menyusui), pil zat besi diminum untuk menambah
gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. Vit A diberikan 2x
(segera setelah persalinan dan 24 jam setelah pemberian pertama).
Hindari makanan yang mengandung kafein/ nikotin.
2) Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing ibu bersalin bangun dari tempat tidur dan membimbing
secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi sebaiknya dilakukan
setelah 2 jam postpartum seperti: ibu boleh miring ke kiri atau ke
kanan, duduk dan berjalan.
3) Eliminasi
Ibu bersalin akan nyeri dan panas saat buang air kecil kurang lebih
selama 1-2 hari, normalnya buang air kecil secara spontan yaitu setip

130
3-4 jam. Jika ibu yang tidak bisa berkemih maka akan dilakukan
katerisasi setelah 6 jam post partum. Ibu diharapkan dapat BAB
sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan
BAB/Obstipasi, lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi
makanan berserat dan olahraga.
4) Personal Hygine
Kebersihan diri ibu membantu untuk mengurangi adanya infeksi dan
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari.
Mengajarkan kepada ibu untuk membersihkan daerah kelamin
dengan menggunakan sabun dan air hangat dengan cara
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Keringkan
area vagina dan perineum menggunakan tisu atau kain yang bersih,
ganti pembalut setiap 4-6 jam, biarkan perineum dan vagina sembuh
dengan sendirinya, jangan terlalu sering mengecek dan
menyentuhnya, ganti pakaian 2x sehari, lihat keadaan luka jahitan
apakah ada tanda infeksi atau tidak, dengan menggunakan REEDA.
Redness atau kemerahan, Echymosis atau memar, Edema atau
bengkak, Discharge atau nanah, Approximate atau penyatuan
jaringan.
5) Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika terdapat luka
episiotomi telah sembuh dan lokhea sudah berhenti dan sebaiknya
dilakukan setelah 40 hari pasca persalinan.
6) Cara Perawatan Luka Jahitan
Ibu hamil sebaiknya Kompres dingin area luka jahitan, bersihkan
luka dengan air hangat dan jaga tetap kering, gunakan air hangat
ketika buang air kecil, jaga kebersihan genetalia, mengganti
pembalut secara berkala,perbanyak konsumsi serat.
(Sutanto, 2018)

131
g. Tanda Bahaya Masa Nifas
1) Adanya tanda-tanda infeksi puerperalis
Peningkatan suhu tubuh merupakan suatu diagnosa awal yang masih
membutuhkan diagnosa lebih lanjut untuk memutuskan apakah ibu
bersalin mengalami gangguan payudara, perdarahan bahkan infeksi
karena keadaan tersebut sama-sama mengalami gejala peningkatan
suhu tubuh.
2) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora
normal perineum. Pada masa nifas dini, sentivitas kandung kemih
terhadap air kemih didalam vasikal sering menurun akibat trauma
persalinan serta analgesia epidural atau spinal.
3) Sembelit atau hemoroid
Untuk mengurangi rasa nyeri maka perlu memasukkan hemoroid yang
keluar ke dalam rectum, meletakkan kantong es pada daerah anus,
berbaring miring, dan jika perlu pemberian obat supositoria.
4) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
Penanganan bila terjadi hal tersebut adalah segera memeriksa nadi,
TD, dan pernafasan. Jika ibu tidak bernafas, lakukan pemeriksaan
ventilasi dengan masker dan balon. Jika pasien tidak sadar atau koma
maka bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, dan periksa
apakah ada kaku tengkuk.
5) Perdarahan vagina yang luar biasa
Penyebab utama perdarahan ini adalah terdapatnya sisa plasenta atau
selaput ketuban, infeksi pada endometrium sebagian kecil terjadi
dalam bentuk mioma uteri.
6) Lochea berbau busuk dan disertai dengan nyeri abdomen atau
punggung Pada kasus infeksi ringan, bidan dapat melakukan
pengobatan, sedangkan pada kasus infeksi berat bidan berkonsultasi
dan merujuk penderita.

132
7) Puting susu lecet
Hal ini dapat terjadi karena adanya trauma pada puting susu saat
menyusui. Selain itu dapat terjadi retak dan pembentukan celahcelah.
Retakan pada puting susu terkadang sembuh dalam waktu 48 jam.
Penyebab lain dari puting lecet adalah tehnik menyusui yang tidak
benar, bayi dengan tali lidah yang pendek, cara menghentikan
menyusui yang kurang tepat, puting susu yang terpapar oleh sabun,
krim dan alcohol.
8) Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena tidak dikosongkannya payudara
seluruhnya. Adapun gejala yang terjadi antara lain: bengkak, nyeri
seluruh payudara atau nyeri local, kemerahan pada seluruh payudara,
payudara keras dan merongkol, panas badan dan rasa sakit umum.
9) Pembengkakan di wajah atau tangan
Pembengkakan dapat ditangani dengan cara memeriksa adanya
varices, kemerahan pada betis, dan memeriksa apakah tulang kering,
pergelangan kaki dan kaki edema.
10) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Kelelahan yang amat berat, dapat mengakibatkan nafsu makan
terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai keadaan kembali
pulih.
(Sutanto, 2018)
h. Kunjungan Pada Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas yang dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, serta
menangani masalah-masalah yang terjadi yaitu.
Frekuensi kunjungan pada masa nifas adalah :
1) Kunjungan nifas pertama (KF 1)
Kunjungan nifas pertama dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam
setelah persalinan.

133
Tujuan : Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas, Mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan
berlanjut, Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan, Pemberian ASI pada
masa awal menjadi ibu, Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir, Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
2) Kunjungan nifas kedua (KF 2)
Kunjungan nifas kedua dilaksanakan dalam kurun waktu 3-7 hari setelah
persalinan.
Tujuan : Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau, Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca
melahirkan, Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat,
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit,
Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
3) Kunjungan nifas ketiga (KF 3)
Kunjungan nifas ketiga dilaksanakan pada 8-28 hari setelah
persalinan.
Tujuan : Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau, Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca
melahirkan, Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat,
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit,
Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat
4) Kunjungan nifas ke-empat (KF 4)
Kunjungan nifas ketiga dilaksanakan pada 29-42 hari setelah
persalinan.

134
Tujuan : Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu
atau bayinya, Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Walyani, 2015)
i. Cara pencegahan umum Covid-19 yang dapat dilakukan oleh ibu nifas agar
tidak terserang covid-19 yaitu :
1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat beserta vitamin bagi
ibu hamil hindari keluar rumah apabila tidak diperlukan. Upayakan
menjaga jarak satu sama lain apabila berada di keramaian.
2) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20
detik (cara cuci tangan yang benar pada buku KIA). Gunakan hand
sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol
70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum
makan (baca Buku KIA).
3) Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
4) Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas
(lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka
periksakan diri ke tenaga kesehatan.
5) Pelaksanaan kunjungan nifas pertama dilakukan di fasyankes.
Kunjungan nifas kedua, ketiga dan keempat dapat dilakukan dengan
metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan
menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah
terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
6) Periode kunjungan nifas (KF) :

135
a) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pasca persalinan
b) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pasca persalinan
c) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari pasca persalinan
d) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42
(empat puluh dua) hari pasca persalinan.
Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat
perjanjian dengan petugas. Diutamakan menggunakan MKJP.
8. Teori Manajemen Nifas
Pendokumentasian atau pencatatan pelaksanaan asuhan kebidanan
menggunakan catatan perkembangan meliputi data subyektif, data obyektif,
analisa dan penatalaksanaan, disingkat SOAP mengacu pada Kepmenkes No.
938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan.

Standar I : Pengkajian

1. Data subyektif

a) Identitas

Nama : Ditulis nama jelas dan lengkap, bila perlu nama


panggilan sehari-hari agar tidak salah dalam
memberikan penanganan
Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
umur kurang dari 20 karena tersebut alat-alat
reproduksi belum matang dalam psikologinya
cenderung belum siap. Sedangkan umur lebih dari 40
tahun menjadi faktor resiko terjadinya perdarahan masa
nifas. Umur juga mempengaruhi lamanya waktu

136
penyembuhan luka.
Pendidikan : Masa nifas adalah masa yang dipenuhi dengan
konseling, oleh karena itu tingkat pendidikan perlu
dikaji untuk menyesuaikan konseling agar mudah
dipahami pasien.
Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
soaial-ekonominya, karena dapat mempengaruhi dalam
gizi
pasien tersebut
Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
(Sutanto, 2018)

b) Keluhan Utama : Untuk mengetahui ada tidaknya masalah yang dihadapi


berkaitan dengan masa nifas seperti ibu mengatakan perut mules, susah BAB
dan BAK. (Walyani, 2015)

c) Riwayat kesehatan yang lalu : digunakan untuk mengkaji penyakit-penyakit


seperti anemia, hipertensi, preeklamsi, diabetes melitus, penyakit ginjal,
penyakit jiwa, hepatitis, jantung, tuberkulosis dan epilepsi. Adanya penyakit
tersebut memerlukan intervensi yang lebih intens pada masa nifas karena
beresiko mengalami komplikasi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap penyakit pasien,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya, terutama penyakit
keturunan yang beresiko juga diturunkan kepada janinnya. (Walyani, 2015)
e) Riwayat Psikologi : Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu atas
kelahiran bayinya, jika bayi yang dilahirkan adalah anak yang tidak diinginkan,
kemungkinan terjadi depresi postpartum juga meningkat, selain itu juga
mempengaruhi bagaimana cara ibu melakukan perawatan pada bayinya.
(Sutanto, 2018)

137
f) Riwayat Obstetrik : Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu yang
perlu dikaji adalah berapa kali ibu hamil, apakah ibu pernah mengalami
keguguran, tanggal kelahiran anak, tempat persalinan yang lalu, umur
kehamilan, jenis persalinan, penolong persalinan dan ada tidaknya penyulit
pada saat persalinan. Hal ini dikaji berkaitan dengan faktor resiko terjadinya
perdarahan masa nifas. Selain itu, apabila ibu melahirkan pada bukan di tenaga
kesehatan bisa meningkatkan resiko infeksi. Riwayat persalinan sekarang yang
perlu dikaji adalah tanggal persalinan, jenis persalinan, penolong persalinan
keadaan bayi, dan tindakan apa yang terjadi persalinan pada saat persalinan dan
ada tidaknya komplikasi yang terjadi. Persalinan dengan episiotomi akan lebih
lama penyembuhannya dibanding dengan persalinan tanpa tindakan karena
harus menunggu penyatuan jaringan. (Sutanto, 2018)
g) Riwayat KB : Riwayat KB yang dikaji adalah metode KB yang pernah dipakai,
lamanya tahun pemakaian, danada tidaknya komplikasi dari KB tersebut.Hal
ini bisa berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi selanjutnya setelah nifas.
(Sutanto, 2018)
h) Data Pengetahuan : Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu terhadap
perawatan masa nifas dan juga perawatan bayi. Hal ini menjadi pertimbangan
bidan untuk memberikan konseling apa yang akan diberikan pada ibu. (Sutanto,
2018)
i) Pola Ambulasi/ Nutrisi/ Eliminasi/ Istirahat : Dikaji untuk mengetahui
bagaimana pasien memenuhi kebutuhannya dan ada tidaknya penyulit dalam
pemenuhan kebutuhan tersebut. Ambulasi, pasien harus sudah bisa melakukan
ambulasi dini beberapa saat setelah persalinan.Pada ibu yang bersalin normal,
ibu sudah bisa ke kamar mandi sendiri atau dengan dibantu setelah 2 jam
setelah melahirkan.Jika ibu tidak melakukan ambulasi dini bisa meningkatkan
terjadinya perdarahan postpartum. Nutrisi Ibu Nifas, untuk mengetahui
bagaimana ibu memenuhi kebutuhan gizinya. Ibu nifas dan menyusui
membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700 kalori
pada 6 bulan pertama untuk memberikan ASI esklusif dan 500 kalori pada

138
bulan ketujuh dan selanjutnya. Eliminasi, untuk mengkaji bagaimana pola
eliminasi pasien setelah melahirkan. Kandung kemih yang penuh akan
menghalangi kontraksi uterus. Dan apabila setelah 1 sampai 3 hari ibu belum
bisa buang air besar, ada kemungkinan ibu tidak melakukan mobilisasi dengan
baik. Istirahat, ibu postpartum memerlukan kebutuhan istirahat, jika waktu ibu
istirahat kurang, akan mempengaruhi produksi ASI. (Sutanto, 2018)
2. Data Obyektif

Keadaan umum : Pergerakan janin normal dirasakan pertama pada


usia kehamilan 16 minggu. Dilakukan saat kontak
pertama antara bidan dengan klien karena dapat
mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan
dengan status kesehatan klien, perhatikan kesan
kesan pertama saat bertemu klien apakah klien
dalam keadaan lemah dan memerlukan tindakan
khusus atau tidak.
Tekanan darah : Tekanan darah yang normal untuk sistol adalah
110140 mmHg dan untuk diastole antara 60-80
mmHg. Bila tekanan darah mengalami
peningkatan lebih dari 30 mmHg pada sistol atau
lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai
timbulnya hipertensi atau preeklamsi post partum.
Nadi : Nadi normal pada wanita nifas adalah 60-80
kali/menit
Suhu : Norrmalnya 36,5-37,5oc namun tidak lebih dari
38oc karena bisa mengindikasikan terjadinya
infeksi atau dehidrasi. Mengalami peningkatan
karena adanya peningkatan metabolism dan
adanya rasa nyeri saat persalinan
Pernapasan : Pernapasan normal pada ibu nifas adalah 18-24

139
kali/menit
Mata : Pada mata dikaji bagaimana bentuk mata simetris
atau tidak bagaimana warna konjungtiva apakah
merah muda atau pucat (untuk mengetahui apakah
ibu mengalami anemia atau tidak), bagaimana
warna sklera bila warna kuning menandakan ibu
mungkin terkena hepatitis, jika berwarna merah
kemungkinan adanya preeklamsi.
Payudara : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, air susu
sudah keluar atau belum, ada tidaknya benjolan
abnormal atau infeksi pada payudara. Pemeriksaan
payudara sangat penting untuk proses laktasi
Abdomen : Berapa tinggi fundus uteri setelah persalinan dan
kontraksi lembek atau keras, bagaimana kandung
kemih. Pemeriksaan abdomen sangat penting
untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi
seperti perdarahan akibat kontraksi uterus yang
tidak baik untuk mengetahui proses involusi
berjalan dengan baik, normal pada 6 sampai 8 jam
post partum yaitu 2 jari dibawah pusat.
Genetalia : Pada saat pemeriksaan genetalia dilihat bagaimana
pengeluaran lochea, oedema atau tidak, varises
atau tidak, bagaimana kebersihannya. Pada 6-8
jam post partum lochea yang keluar adalah lochea
rubra
Perineum : dikaji jika ada luka bekas jahitan karena
episiotomi, lihat keadaan luka jahitan apakah ada
tanda infeksi atau tidak, dengan menggunakan
REEDA. Redness atau kemerahan, Echymosis
atau memar, Edema atau bengkak, Discharge atau

140
nanah, Approximate atau penyatuan jaringan.
Ekstremitas : Bengkak atau tidak, ada tidaknya varises, ada
tidaknya tanda homan jika tanda homan positif
menunjukkan adanya tromboflebitis sehingga
dapat menghambat sirkulasi ke organ dista, cara
pemeriksaan tanda homan dengan meletakkan 1
tangan pada telapak kaki ibu yang saling
berhadapan antara telapak tangan pemeriksa
dengan kaki ibu nifas selalu didorong kearah ibu
jika ibu merasa sakit maka tanda homan ibu
positif.
(Sutanto, 2018)

Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Unsur yang ada pada standar 2 adalah sebagai berikut :

1. Diagnosa Kebidanan : Ny. X Umur… tahun P..A.. post partum 6-48 jam dalam
keadaan normal.
2. Data Subjektif : ibu mengatakan baru melahirkan anak ke… pada ... jam yang
lalu atau ... hari yang lalu, dan ibu merasa nyeri pada luka jahitannya.
3. Data Objektif
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : systole 110-140 mmHg, diastole 60-80mmHg

Suhu : 36-37,5oc

Nadi : 60-80 x/menit

Pernapasan : 16-24 x/menit

TFU : 2 jari dibawah pusat

141
Lochea : Rubra

Luka perineum : Baik


Episiotomy/Luka Jahitan :

REEDA : tidak ada kemerahan, perdarahan, oedema, pus (nanah), dan kulit

perineum menyatu.

4. Masalah : masalah yang biasa terjadi pada ... jam post atau ... hari partum
adalah ibu merasa nyeri dengan luka jahitannya.
5. Kebutuhan : nutrisi, personal hygiene, eliminasi, ambulasi, istirahat.
6. Diagnosa Potensial : tidak ada
7. Antisipasi tindakan segera : tidak ada
Standar III : Perencanaan

1. Pastikan involusi uterus


2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap mulai dari duduk, berdiri, berjalan
dan mandi sendiri.
3. Nilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
4. Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
5. Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda infeksi
6. Ajari ibu tentang cara perawatan perineum.
Standar IV : Implementasi

1. Memastikan Involusi Uterus


2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap mulai dari duduk, berdiri, berjalan
dan mandi sendiri.
3. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
4. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
infeksi

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi.

142
7. Mengajari perawatan bayi sehati-hari.
8. Mengajari ibu tentang cara perawatan perineum yaitu dengan cara mengganti
pembalut tiap kali BAK/BAB, member kapas betadin pada luka jahitan.
Standar V : Evaluasi

1. Ibu dalam keaadaan baik, kontraksi baik. fundus di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal atau tidak ada bau Deteksi perdarahan sudah dilakukan,
ibu dalam keadaan baik dan tidak terjadi perdarahan.
2. Ibu mau belajar mobilisasi bertahap.
3. Ibu sudah dapat makanan, cairan dan istirahat yang cukup
4. Ibu sudah dapat menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda
infeksi

5. Bayi sudah terjaga kehangatannya


6. Ibu sudah mengetahui cara perawatan bayi sehari-hari
7. Ibu mengerti cara perawatan luka jahitan dan dapat melakukan sendiri.
Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Catatan Perkembangan I Kunjungan Nifas ke 2 (3-7 hari)

S : Ibu mengatakan sudah melahirkan bayinya pada .. hari


yang lalu.
O : Keadaan umum, kesadaran, TTV tekanan darah 110-140
mmHg,nadi 60-80 x/menit, suhu 36-37,5oc, pernapasan
16-24 x/menit, TFU normalnya adalah pertengahan pusat-
simfisis, lochea normalnya adalah lochea sanguinolenta.
ASI (ASI Peralihan). REEDA : tidak ada kemerahan, tidak
ada perdarahan, tidak ada oedema, pus (nanah), dan kulit
perineum menyatu. (Walyani, 2017)
A : Diagnosa kebidanan Ny. X Umur … Tahun P…A… post
partum 3-7 hari dalam keadaan normal.
Masalah : Tidak ada

143
Kebutuhan : Nutrisi, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri dan istirahat
Diagonsa : Tidak ada Antisipasi
potensial
Tindakan : Tidak ada
segera
P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : ibu dalam keadaan baik
2. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak ada bau.
Evaluasi : involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak ada bau.
3. Memberitahu ibu untuk tetap menyusui bayinya agar
tidak terjadi pembengkakan pada payudara dan bayi
tetap mendapatkan nutrisi yang cukup Evaluasi : ibu
bersedia menyusui bayinya dengan baik.
4. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan
dan istirahat.
Evaluasi : ibu sudah mendapatkan makanan, cairan
dan istirahat yang cukup.
5. Memberikan konseling pada ibu tentang perawatan tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dengan selimut
bersih dan kering dan merawat bayi sehari-hari.
Evaluasi : ibu sudah mengerti
6. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar Evaluasi
: ibu telah mengerti tentang teknik menyusui yang
benar.
7. Menjelaskan tentang infeksi nifas yang dapat terjadi
yaitu demam menggigil, suhu badan meningkat sampai

144
40oC, cairan yang keluar dari kemaluan berbau busuk,
dan meminta ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan
apabila mengalami tanda-tanda diatas
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
(Walyani, 2015)

Catatan perkembangan II Kunjungan nifas ke 3 (8-28 hari)

S : Ibu mengatakan sudah melahirkan bayinya pada…


hari yang lalu.
O : Keadaan umum, kesadaran, TTV tekanan darah
110-140 mmHg,nadi 60-80 x/menit, suhu 36-37,5oc,
pernapasan 16-24 x/menit,TFU normalnya adalah
tidak teraba), lochea (lochea 2 minggu postpartum
normalnya lochea serosa), dan pengeluaran ASI
(ASI matur). REEDA : tidak ada kemerahan, tidak
ada perdarahan, tidak ada oedema, pus (nanah), dan
kulit perineum menyatu. (Walyani, 2017)
A : Diagnosa kebidanan : Ny. X Umur … tahun P…
A… post partum 8-28 hari dalam keadaan normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Nutrisi,eliminasi, kebersihan diri, istirahat.
Diagnosa : Tidak ada
Potensial
Antisipasi : Tidak ada
tindakan
ssegera
P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik.
Evaluasi : ibu telah mengetahui bahwa ibu dalam
keadaan baik.

145
2.Memastikan involusi uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
Evaluasi : involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak ada bau.
3.Memberitahu ibu untuk memberikan ASI kepada
bayinya sesering mungkin dan memberikan
konseling tentang pemberian ASI Ekslusif selama 6
bulan tanpa makanan pendamping.
Evaluasi : ibu mengatakan akan memberikan ASI
kepada bayinya sesering mungkin.
4.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
Evaluasi : ibu sudah mengerti
5.Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan,
cairan dan istirahat.
Evaluasi : ibu mendapat makanan, cairan dan
istirahat yang cukup.
6.Melakukan latihan pengencangan otot perut
Evaluasi : Sudah dilakukan
7.Memberitahu ibu untuk menghubungi bidan,
dokter dan RS jika ada masalah. Evaluasi : Ibu
sudah mengetahui.
(Sutanto, 2018)

Catatan perkembangan III Kunjungan nifas ke 4 (28-42 hari)

S : Ibu mengatakan sudah melahirkan bayinya


pada…hari yang lalu, ibu mengatakan

146
keadaannya sudah membaik dan tidak ada
keluhan. Ibu juga mengatakan darah nifasnya
tidak ada lagi dan ibu tidak nyeri perut.
O : Keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi,
suhu, pernapasan, TFU (6 minggu postpartum
normalnya adalah tidak teraba), lochea (lochea 6
minggu postpartum normalnya lochea alba), dan
pengeluaran ASI (ASI matur). REEDA : tidak
ada kemerahan, tidak ada perdarahan, tidak ada
oedema, pus (nanah), dan kulit perineum
menyatu. (Walyani, 2017)
A : Diagnosa kebidanan : Ny. X Umur … Tahun
P…A… post partum 28-42 hari dalam keadaan
normal.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Nutrisi, eliminasi, kebersihan diri,istirahat dan
KB.
Diagnosa : tidak ada Antisipasi
potensial
Tindakan : Tidak ada
segera
P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
kondisi ibu dalam keadaan normal (baik).
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Mengingatkan ibu tentang kebutuhan nutrisi
yaitu dengan menganjurkan ibu untuk makan
makanan yang mengandung gizi seimbang dan
banyak minum ± 3 liter per hari untuk pemulihan

147
dan untuk memperbanyak produksi ASI.
Evaluasi : ibu mengerti dengan konseling yang
telah diberikan dan akan banyak makan sayur dan
buah.
3. Mengingatkan ibu untuk istirahat cukup, dan
menghindari stress.
Evaluasi : ibu akan istirahat cukup, dan
menghindari stress.
4. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan yang
dialami atau bayinya.
Evaluasi : ibu tidak mengalami kesulitan dalam
merawat bayi nya.
5. Memberikan konseling KB sejak dini, untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Evaluasi : ibu sudah mengerti
mengenai KB untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. 6. Menganjurkan ibu untuk
dating ke tenaga kesehatan jika ada keluhan,
Evaluasi : ibu mengerti dan akan datang ke
tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
(Walyani dan Purwoastuti, 2014)

9. Teori Medis KB
a. Pengertian
Keluarga berencana (family planning, planned parenthood) adalah suatu
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai alat kontrasepsi (Marmi, 2016). Keluarga berencana
postpartum adalah melakukan tindakan KB ketika wanita baru melahirkan
atau keguguran di rumah sakit, atau memberi pengarahan agar memilih
KB efektif (melakukan sterilisasi wanita atau pria, menggunakan AKDR,

148
menerima KB hormonal dalam bentuk suntik atau susuk) (Manuaba,
2013). Pentingnya pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk
kembalinya fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan
yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta ketidaktersediaan
kontrasepsi (Widyastuti, 2011).
b. Tujuan KB
Tujuan umum keluarga berencana yaitu membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini, 2011).

Tujuan KB meliputi:

1) Keluarga dengan anak ideal


2) Keluarga sehat
3) Keluarga berpendidikan
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
(Anggraini, 2011).

c. Macam-macam KB Pasca Salin


Menurut Saifuddin (2009) kontrasepsi yang aman untuk wanita menyusui
adalah MAL, kondom, senggama terputus, pil progestin, suntik progestin,
implant, AKDR dan kontap.
1) Metode Aminorea Laktasi (MAL)
a) Pengertian
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Saifudin,2012).

149
Cara Kerja
Menekan Ovulasi (Saifudin,2012).
Keuntungan Kontrasepsi:
Efektivitas Tinggi (keberhasilan 98%, pada 6 bulan pasca persalinan).
i. Segera Efektif
ii. Tidak mengganggu senggama
iii.Tidak ada efek samping secara sistemik
iv.Tidak perlu pengawasan medis
v. Tidak perlu alat atau obat
vi.Tanpa biaya (Saifudin, 2012).

b) Kerugian MAL
i. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
segeradalam 30 menit pasca persalinan.
ii. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
iii. Tidak melindungi terhadap penyakit IMS termasuk virus hepatitis
B/HIV (Saifudin, 2012).
iv. Yang Dapat menggunakan MAL
v. Ibu yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6
bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan

(Saifudin,2012).

c) Yang seharusnya Tidak pakai MAL


i. Sudah mendapat haid setelah persalinan
ii. Tidak menyusui secara ekslusif
iii. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
iv. Bekerja dan terpsah dari bayi lrbih dari 6 jam
(Saifudin, 2012).
2) Metode Kalender

150
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/ metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama pada masa subur atau ovulasi (Handayani, 2010).
a) Cara Kerja
Cara kerja metode kalender yaitu dengan berpedoman pada kenyataan
bahwa wanita mengalami masa ovulasi (subur) satu bulan sekali.
Sebelum melakukan metode ini pasangan suami istri harus mengetahui
masa suburnya dengan cara menghitung siklus haid selama 6 bulan.
Dan cara untuk menghitung masa subur yaitu:
Hari pertama masa subur = (siklus haid terpendek-18)
Hari terakhir masa subur= (siklus haid terpanjang-11)

(Handayani, 2010).

b) Keuntungan
i. Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami
tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli
kontrasepsi.
ii. Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat
karena bisa dihindari adanya efek samping yang merugikan seperti
halnya memakai alat kontrasepsi lainnya.
iii. Dari segi psikologi yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi
kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom
misalnya.
c) Kerugian
i. Diperlukan banyak pelatihan untuk bisa menggunakan dengan
benar.
ii. Memerlukan pemberi asuhan (non-medis) yang sudah terlatih.
iii. Memerlukan penahan nafsu selama fase kesuburan untuk
menghindari kehamilan.

151
(Handayani, 2010)

d) Indikasi
i. Pasangan usia subur.
ii. Pasangan dengan alasan religious sehingga tidak dapat
menggunakan metode kontrasepsi lain
(Handayani, 2010)
e) Kontraindikasi
i. Perempuan dengan siklus haid tidak teratur
ii. Perempuan yang pasangannya tidak mau berpantang selama waktu
tertentu dalam siklus haid.

(Handayani, 2010).

3) Lendir Servik
Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap
perubahan lendir serviks wanita yang dapat dideteksi di vulva. Metode
ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks
selama siklus ovulasi yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan
waktu vertilisasi maksimal.
a) Cara Kerja
Lendir serviks pada masa subur memiliki tekstur dan PH yang sesuai,
sehingga bisa menjadi media yang aman untuk melindungi sperma
mencapai sel telur.
b) Keuntungan
i. Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.
ii. Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuhnya.
iii. Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan kehamilan.
iv. Dapat digunakan untuk mencegah kehamilan.
v. Dalam kendali wanita.
c) Kerugian

152
i. Membutuhkan komitmen.
ii. Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.
iii. Dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari metode.
iv. Infeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur.
v. Beberapa obat yang digunakan mengobati flu, dapat
menghambat produksi lendir serviks

vi. Melibatkan sentuhan pada tubuh, yang tidak disukai beberapa wanita.
4) Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah penarikan penis dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Saifudin, 2011).
a) Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar
vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim

(Saifudin, 2011).

b) Efektivitas
Efektivitas metode ini umumnya dianggap kurang berhasil. Metode
coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per
tahun (Saifudin, 2011).

c) Keuntungan
Keuntungan kontraseptif

i. Tidak mengganggu produksi ASI.


ii. Tidak ada efek samping.
iii. Tidak membutuhkan biaya.
iv. Tidak memerlukan persiapan khusus.
v. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

153
(Saifudin, 2011)
d) Manfaat non kontrasepsi :
i. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
ii. Menanamkan sifat saling pengertian.
iii. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
(Saifudin, 2011)
e) Kerugian
i. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi,
sesaat dan setelah interupsi coitus.
ii. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
iii. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
(Saifudin, 2011)
f) Indikasi
i. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam KB.
ii. Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya.
iii. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
(Saifudin, 2011)
g) Kontraindikasi
i. Pria yang mengalami ejakulasi dini
ii. Pria yang sulit melakukan senggama terputus
iii. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
(Saifudin, 2011)
5) Suhu Basal
Suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan
tidur. Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktifitas laiinya.
a) Cara Kerja
Apabila hasil catatan suhu tubuh tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi

154
kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus
luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi
kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi
kemungkinan terjadi kehamilan.
b) Keuntungan
i. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami
istri tentang masa subur/ovulasi.
ii. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur
mendeteksi masa subur/ovulasi.
iii. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
iv. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir servik.
v. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri.
c) Keterbatasan
i. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
ii. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
iii. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan
tidur, merokok, alcohol, stress, penggunaan narkoba.
iv. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
v. Tidak mendeteksi awal masa subur.
vi. Membutuhkan masa pantang yang lama.
6) Kontrasepsi suntikan progestin
a) Profit
i. Sangat efektif
ii. Aman
iii. Dapatdipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
iv. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata4 bulan

155
v. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
(Saifuddin 2012).

b) Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung


progestin, yaitu:

i. Depo Medroksiprogestero Asetat (Depprovera), mengandung


150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di
suntik intramuskular.
ii. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200 mg Noretindrom Enantat, diberikan setiap 2
bulan dengan cara disuntik intramuskular (Saifuddin, 2012).
c) Cara Kerja
i. Mencegah ovulasi.
ii. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
iii. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
iv. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2012).
d) Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin,
2012).
e) Keuntungan
i. Sangat efektif.
ii. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
iii. Tidak berpengaruh pada hubungan seksual.
iv. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jentung, dan gangguan pembekuan darah.

156
v. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
vi. Sedikit efek samping.
vii. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
viii. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
menopause.
ix. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara,
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul,
menurunkan krisis anemia bulan sabit (sikle cell)
(Saifuddin, 2010).

f) Kerugian
i. Siklus haid yang memendek atau memanjang.
ii. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
iii. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting). (d)
Tidak haid sama sekali.
iv. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
v. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
vi. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
vii. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menulas seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
viii. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
ix. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).

157
(2) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat (Saifuddin, 2012).

7) Kontrasepsi progestin (Minipil)


a) Pengertian
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron
dalam dosis rendah dan diminum sehari sekali (Marmi, 2011). Pil
progestin adalah alat kontrasepsi yang cocok untuk perempuan
menyusui pada masa laktasi. Pil progestin tidak menurunkan produksi
ASI dan dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat (Affandi, 2011) .
b) Cara kerja minipil
Menurut Affandi (2011), Cara kerja minipil adalah:
i. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium
ii. Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit
iii. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
iv. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu.
8) Kontrasepsi Implan
a) Pengertian
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga
hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh The Population
Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun
1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi (Affandi, 2011).
b) Cara kerja

158
Menurut Affandi (2013: MK-58) implan mencegah terjadinya
kehamilan melalui berbagai cara. Seperti kontrasepsi progestin pada
umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan mukus serviks
sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Walaupun pada
konsentrasi yang rendah, progestin akan menimbulkan pengentalan
mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant.
Progestin juga menekan pengeluaran Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise.
Lonjakan LH (surge) direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh
levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel
sehingga tidak terjadi ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan
implant-1.
9) AKDR/ IUD
a) Pengertian
AKDR adalah alat yang berukuran kecil, yang terbuat dari plastik
elastis yang dimaksukkan kedalam rahim ditempatkan 5 sampai 10
tahun (Manan, 2011). Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid
adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena yang
mengandung Levonogestrel (Affandi, 2010).
b) Efektifitas
Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10
tahun: CuT-380A), haid menjadi lebih lama dan banyak, pemasangan
dan pencabutan memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi, tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS)
(Saifuddin, 2010).
Jenis
c) AKDR CuT-380A Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel,
berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari

159
tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana
(Saifuddin, 2010).
d) Cara Kerja
i. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
ii. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
iii. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan kemampuan sperma untuk fertilisasi.
iv. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Saifuddin, 2010).

e) Keuntungan
i. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama.
ii. AKDR dapatefektif segera setelah pemasangan.
iii. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
iv. Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeski, dll (Saifuddin, 2010).
f) Kerugian
i. Efek samping yang umum terjadi :
ii. Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
iii. Haid lebih lama dan banyak.
iv. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
v. Tidak mencegah IMS termasuk HIVAIDS.
vi. Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri.
vii. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR

(Saifuddin, 2010).

160
g) AKDR Post Plasenta adalah AKDR yang dipasang dalam waktu 10
menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam. Insersi
AKDR setelah plasenta lahir paling baik dilakukan dalam waktu 10
menit setelah kelahiran plasenta, sampai dengan 48 jam.

h) Cara kerja :
Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan mempenaruhi
kemampuan sperma agar tidak mampu fertilisasi,mempengaruhi
implatansi sebelum ovum mencapai kavum uteri dan menghalangi
implantasi embrio pada endometrium.
i) Indikasi
i. Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan section
secarea dengan usia reproduksi dan paritas berapapun
ii. Pasca keguguran
iii. Masa meenyusui
iv. Riwayat hamil ektopik
j) Kontraindikasi
i. Menderita anemia,penderita kanker atau infeksi traktus genetalis
ii. Memiliki kavum uterus yang tidak normal
iii. Ketuban pecah sebelum waktunya
k) keuntungan
i. dapat efektif segera setelah pemasangan
ii. metode jangka panjang
iii. sangat efektif karena tidaak perlu lagi mengingat ngingat
iv. tidak mempengaruhi hubungan seksual
l) kerugian
i. haid lebih lama dan banyak
ii. saat haid lebih sakit
iii. pendarahan antar spotting antar menstruasi

161
10) Kondom
a) Pengertian
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan
seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, terbentuk
silinder, dengan muaranya tebal, yang bila digulung berbentuk rata
atau mempunyai bentuk seperti puting susu (Handayani.2010).
b) Tipe Kondom
i. Kondom kulit
ii. Kondom lateks
iii. Kondom plastik (Handayani,2010).
c) Cara kerja kondom
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah penularan
mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu
pasangan kepada pasangan paangan yang lain (khusus konddom
yang terbuat dari lateks dan vinil) (Handayani, 2010).
d) Keuntungan
i. Memberi perlindungan terhadap IMS
ii. Tidak mengganggu kesehatan klien
iii. Murah dan dapat dibeli secara umum
iv. Tidak perlu pemeriksaan fisik
v. Tidak mengganggu produksi ASI
vi. Mencegah ejakulasi dini
vii. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
(Handayani, 2010 )

162
e) Kerugian
i. Angka kegagalan terlalu tunggi
ii. Perlu mengehentikan sementara aktifitas & spontanitas hub
seks
iii. Perlu diapaki secara konsisten
iv. Haru selalu tersedia setiap kali hubungan seks
v. Masalah pembuangan kondom bekas
(Handayani, 2010)
f) Kondom dapat digunakan untuk:
i. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam program KB
ii. Ingin segera mendapatkan kontrasepsi
iii. Ingin kontrasepsi tambahan
(Saifuddin, 2013)
g) Tidak dapat dipakai untuk
i. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
ii. Pria yang sulit melakukan senggama terputus
iii. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
iv. Perempuan yang mempunyai pasangan yag sulit bekerja
sama
v. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
vi. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
h) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom
tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Angka kegagalan
kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun
(Saifuddin, 2010).
11) Kontrasepsi Steril /KONTAP
a) Pengertian

163
i. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan

ii. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan


kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi
(Saifuddin, 2010).

b) Cara Kerja
i. Tubektomi
Cara kerja dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat/memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat betemu
dengan ovum (Saifuddin, 2010).
ii. Vasektomi
Cara kerja dengan jalan melakukan oklusi vas deferensia sehingga
alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
(penyatuan dengan ovum) tidak terjadi
(Saifuddin, 2010).
iii. Indikasi
Yang dapat menjalani tubektomi usia > 26 tahun, paritas > 2,
yakin telah mempunyai jumlah anggota keluarga yang sesuai
dengan kehendaknya dan paham serta secara sukarela setuju
dengan prosedur ini (Saifuddin, 2010).
d. Langkah–Langkah Konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan
klien .Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang

164
satu dibandingkan dengan langkah lainnya. Kata kunci SATU TUJU dalah
sebagai berikut :

1) SA : sapa dan salam


Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya
diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan
apa yang dapat diperolehnya.
2) T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicaramengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien.
Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai
dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita di
dalam hati klien.Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat membantunya.
3) U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,
serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan alternative
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan jugamengenai
risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode ganda.
4) TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai
apa yangpaling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien
untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan

165
criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan
juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan
tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut pada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan: Apakah anda sudah
memutuskan pilhan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih
yang akan digunakan.
5) J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/
obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut
digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien
untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri
penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya
kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek
pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji
klien apabila dapat menjawab dengan benar.
6) U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.
7) Bagaimana menyakini pasien tidak hamil
Klien tidak hamil apabila
a) Tidak senggama sejak haid terakhir
b) Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
c) Sekarang di dalam 7 hari pertama haid terakhir
d) Didalam 4 minggu pascapersalinan
e) Dalam 7 hari pasca keguguran
f) Menyusui dan tidak haid

166
Pemeriksaan fisik jarang dilakukan,kecuali untuk menyingkirkan kehamilan
yang lebih dari 6-8 minggu

Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dalam situasi Pandemi Covid-19

A. Pesan Bagi Masyarakat terkait Pelayanan Keluarga Berencana Pada Situasi


Pandemi Covid-19
1. Tunda kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir
2. Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas Kesehatan, kecuali yang
mempunyai keluhan, dengan syarat membuat perjanjian terlebih dahulu
dengan petugas Kesehatan.
3. Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya, jika tidak
memungkinkan untuk datang ke petugas Kesehatan dapat menggunakan
kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau
kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara
tradisional (pantang berkala atau senggama terputus).
4. Bagi akseptor Suntik diharapkan datang ke petugas kesehatan sesuai
jadwal dengan membuat perjanjian sebelumnya. Jika tidak
memungkinkan, dapat menggunakan kondom yang dapat diperoleh
dengan menghubungi petugas PLKB atau kader melalui telfon. Apabila
tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional (pantang berkala atau
senggama terputus)
5. Bagi akseptor Pil diharapkan dapat menghubungi petugas PLKB atau
kader atau Petugas Kesehatan via telfon untuk mendapatkan Pil KB.
6. Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya langsung menggunakan KB Pasca
Persalinan (KBPP)
7. Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan
konseling terkait KB dapat diperoleh secara online atau konsultasi via
telpon

167
B. Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Pelayanan Keluarga
Berencana pada Situasi Pandemi Covid-19
1. Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat
menggunakan APD lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan
perjanjian terlebih dahulu dari klien :
a Akseptor yang mempunyai keluhan
b Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya,
c Bagi akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.
2. Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai program
yaitu dengan mengutamakan metode MKJP (IUD Pasca Plasenta /
MOW)
3. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kader untuk
minta bantuan pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan
yaitu
a. Bagi akseptor IUD/Implan/suntik yang sudah habis masa pakainya,
tetapi tidak bisa kontrol ke petugas kesehatan
b. Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas
Kesehatan sesuai jadwal
4. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kader untuk
minta bantuan pemberian Pil KB kepada klien yang membutuhkan
yaitu : Bagi akseptor Pil yang harus mendapatkan sesuai jadwal
5. Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta
pelaksanaan konseling terkait kesehatan reproduksi dan KB dapat
dilaksanakan secara online atau konsultasi via telpon
C. Hal Yang Perlu Diperhatikan oleh Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan
Pelayanan
1. Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan tetap
menggunakan kontrasepsi di situasi pandemi Covid-19, dengan
meningkatkan penyampaian informasi/KIE ke masyarakat

168
2. Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level yang
disesuaikan dengan pelayanan yang diberikan dan memastikan klien
yang datang menggunakan masker dan membuat perjanjian terlebih
dahulu
3. Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan melakukan upaya
pencegahan dengan selalu menggunakan masker dan segara mencuci
tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau handsanitizer
setelah ketemu klien
4. Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan pil dan
kondom di Kader atau PLKB, sebagai alternative pengganti bagi klien
yang tidak dapat ketemu petugas Kesehatan
5. Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PL KB dan kader
dalam membantu pendistribusian pil KB dan kondom kepada klien yang
membutuhkan, yang tetap berkoordinasi dengan petugas Kesehatan
6. Memudahkan masyarakat untuk untuk mendapatkan akses informasi
tentang pelayanan KB di wilayah kerjanya, missal dengan membuat
hotline di Puskemas dan lain-lain
10. Teori Managemen Keluarga Berencana
Standar Asuhan Kebidanan menurut KepMenkes Nomor
938/Menkes/SK/VIII/2007 antara lain sebagai berikut :
Standar I : Pengkajian
1. Data Subjektif
Data yang berhubungan sudut pandang masalah pasien.
a. Identitas Pasien
1) Nama
Untuk mengetahui nama lengkap pasien, agar tidak terjadi kesalahan dalam
memberikan penanganan.
2) Umur
Salah satu tolak ukur untuk mengambil keputusan berKB. Pasangan usia
muda (20-35 tahun) biasanya memilih alat kontrasepsi sederhana dan jangka

169
pendek untuk mengantisipasi keinginan memiliki anak agar kesuburan cepat
kembali.
Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
pasien dalam berdoa.
3) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya
4) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena dapat
mempengaruhi dalam gizi pasien.
5) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.
(Sulistyawati, 2011)
b. Keluhan Utama
dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi dan apa maksud dari klien
datang ke bidan. Jika ini kunjungan pertama pasien biasanya akan
mengatakan ingin mengetahui berbagai macam KB dan apa yang cocok
sesuai dengan kebutuhannya

c. Riwayat Menstruasi
Pengkajian riwayat menstruasi ini meliputi umur menarche, siklus
menstruasi, lama mestruasi, jumlah darah yang keluar, jenis dan warna darah
menstruasi, nyeri haid dan keluhan lain sewaktu menstruasi. Pengkajian ini
juga digunakan untuk mengetahui apakah klien mengalami kelainan
gangguan reproduksi atau tidak. Klien dengan perdarahan menstruasi yang
banyak tidak dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi AKDR karena akan
mengakibatkan perdarahan. (Manuaba, 2010)

d. Riwayat KB

170
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, waktu, tenaga dan
tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan atau alasan berhenti, adakah
keluhan saat menggunakan kontrasepsi, rencana KB selanjutnya setelah nifas.
(Sulistyawati, 2011)

e. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap alat kontrasepsi yang
akan dipakai oleh ibu, menyangkut penerimaan ibu dan keluarga terutama
suami terhadap alat kontrasepsi yang dipakai ibu. (Muslihatun, 2010)

f. Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi
yang akan dipakainya, dan pengetahuan tentang macam alat kontrasepsi.
(Muslihatun, 2011)

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum
Dilakukan saat kontak pertama antara bidan dengan klien karena dapat mendeteksi
tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status kesehatan klien, perhatikan kesan
pertama saat bertemu klien apakah klien dalam keadaan lemah dan memerlukan
tindakan khusus atau tidak.

b. Kesadaran
Saat menilai kesadaran, dapat menentukan tindakan pertama yang harus dilakukan,
ada tidaknya tindakan segera apabila kesadaran mulai menurun.

c. Tekanan darah
Tekanan darah yang normal untuk sistol adalah 110-140 mmHg dan untuk diastole
antara 60-80 mmHg. Data tekanan darah diperlukan untuk mengetahui apakah klien
termasuk indikasi atau kontraindikasi dalam penggunaan kontrasepsi tertentu. Untuk
tekanan darah diatas 180/110 mmHg tidak diperbolehkan memakai kontrasepsi pil

171
kombinasi dan suntik kombinasi, tetapi boleh menggunakan suntik progestin dan
AKDR.

d. Nadi
normalnya adalah 60-80 kali/ menit, nadi yang lebih dari normal bisa
mengindikasikan adanya penyakit jantung, diperlukan untuk mengetahui apakah
klien termasuk indikasi atau kontraindikasi dalam penggunaan kontrasepsi tertentu.

e. Suhu
normalnya 36,5-37,5oc dan tidak lebih dari 38oc karena dapat menyebabkan
terjadinya infeksi atau dehidrasi.

f. Pernapasan : normalnya 16-20 kali/ menit


g. Pemeriksaan Fisik:
Kepala : Dikaji untuk mengetahui warna rambut,
kebersihan, mudah rontok/ tidak.
Telinga : Dikaji untuk mengetahui kebersihan, adakah
gangguan pendengaran/ tidak
Mata : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu
mengalami sklera ikterik menderita hepatitis
B, konjungtiva pucat menderita anemia.
Hidung : Dikaji untuk melihat adakah polip dan
kebersihan hidung. Apakah terdapat pernafasan
cuping hidung menandakan ada gangguan pada
pernafasan.
Mulut : Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah
dan gigi apakah ada caries atau karang gigi.
Apabila mukosa bibir kering menandakan
dehidrasi dan apabila pucat menandakan
anemia.
Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, vena

172
jugularis. Kelenjar tyroid yang membesar perlu
dievaluasi tentanghipertyroid.Pembengkakan
lymfe kemungkinan infeksi dan metastase
keganasan. Bendungan vena kemungkinan
gangguan aliran darah akibat penyakit jantung.
Payudara : Dikaji untuk melihat apakah mammae simetris
atau tidak, puting susu menonjol atau terbenam,
bersih atau tidak, ASI keluar lancar atau belum,
ada benjolan abnormal atau tidak, ada infeksi
pada payudara atau tidak. Ibu menyusui tidak
diperkenankan menggunakan alkon pil
kombinasi dan suntik kombinasi karena
hormone estrogen akan mempengaruhi
produksi ASI nya. Tetapi diperkenankan
menggunakan alkon yang hanya mengandung
hormone progestin saja. Ibu yang memiliki
penyakit kanker payudara atau riwayat
kanker payudara tidak diperbolehkan
menggunaan kontasepsi hormonal seperti pil
kombinasi, suntik kombinasi, suntik tribulan,
dan implant.
Dada : Simetris atau tidak, terdapat benjolan yang
abnormal atau tidak, detak jantung, danadakah
gangguan pernapasan atau tidak.
Abdomen : Bentuk simetris atau tidak apakah ada bekas
luka operasi/ tidak, apakah ada masa atau tidak.
Ekstremitas : Bentuk apakah simetris atau tidak adakah
sianosis, adakah varices, adakah reflek patella,
adakah oedema.
Genetalia : Dikaji untuk melihat Kebersihan, ada

173
pengeluaran atau tidak, ada bekas luka atau
tidak. Dikaji untuk mengetahui apakah ada
tanda-tanda penyakit menular seksual atau
tidak, ada tanda penyakit radang panggul atau
tidak yang bisa mempengaruhi keputusan
mengikuti KB, apakah ada kelainan/infeksi
tidak, jika terjadi infeksi pada genetalia tidak
diperbolehkan menggunakan KB IUD. Wanita
dengan adanya mioma tidak dianjurkan untuk
memakai alat kontrasepsi hormonal karena
akan membuat sel mioma menjadi ganas.
Anus : Untuk melihat adakah hemeroid atau tidak.
(Sulistyawati, 2011)

Standar II : Perumusan Diagnosis atau Masalah Kebidanan

Diagnosa Kebidanan : Ny. X Umur... P...A... Akseptor KB...

Data Subjektif :

Ibu mengatakan masa nifasnya sudah berakhir Ibu mengtakan ingin


menggunakan alat kontrasepsi

Data Objektif :

Dasar diperoleh diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh


bidan. Hasil pemeriksaan TTV dan berat badan ibu sekarang.

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : konseling macam-macam KB

Diagnosa Potensial : tidak ada

Antisipasi Tindakan Segera : tidak ada

174
(Sulistyawati, 2010)

Standar III : Perencanaan

1. Beritahu ibu keadaan umum


2. Beritahu ibu tentang KIE macam-macam KB
3. Beri kesempatan ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan
4. Beri KIE untuk anak kontrasepsi yang dipilih ibu
5. Beritahu kunjungan ulang
(Muslihatun, 2011)

Standar IV : Implementasi

1. Memberitahu ibu keadaan umum


2. Memberitahu ibu tentang KIE macam-macam KB yaitu : Metode Amenore
Laktasi (MAL), metode kalender, Metode Suhu Basal (MBA), lendir serviks,
metode senggama terputus, kondom, diafragma, spermisida, mini pil, pil
kombinasi, suntik kombinasi atau 1 bulan, suntik tribulan atau progestin, IUD,
implant, tubektomi dan vasektomi.
3. Memberi kesempatan ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan.
4. Memberi KIE untuk anak kontrasepsi yang dipilih ibu
5. Memberitahu kunjungan ulang.
(Muslihatun, 2011)

Standar V : Evaluasi

1. Ibu sudah mengetahui keadaan umum saat ini


2. Ibu sudah mengetahui tentang berbagai macam KB
3. Ibu mendiskusikan dengan suami untuk memilih alat kontrasepsi apa yang akan
digunakan
4. Ibu sudah mengerti informasi alat kontrasepsi yang dipilihnya
5. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang berikutnya

175
(Muslihatun, 2011)

Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Metode pendokumentasian dan perkembangan yang digunakan dalam

Asuhan Kebidanan (SOAP) :

S : Ibu mengatakan ingin melakukan pemasangan alat


kontrasepsi
O : Keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan, payudara normal tidak ada kanker atau
riwayat kanker, genetalia normal tidak ada infeksi.
A : Diagnosa kebidanan : Ny…umur…tahun P…A…
dengan akseptor KB…..
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Pemasangan alat kontrasepsi
Diagnosa : Tidak ada Antisipasi
potensial
Tindakan : Tidak ada
segera
P : 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan keadaan umum
ibu.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui keadaan umumnya.
2.Menjelaskan kembali manfaat, cara kerja, kunjungan
ulang alat kontrasepsi yang dipilih.
Evaluasi : Ibu sudah paham dan mengerti penjelasan
bidan.
3.Membuat inform consent tentang penggunaan alat
kontrasepsi yang diinginkan.
Evaluasi : Ibu dan suami setuju dengan inform
consent.

176
4.Melakukan pemasangan alat kontrasepsi yang
diinginkan.
Evaluasi : Alat kontrasepsi telah terpasang.
5.Memberitahu ibu untuk kontrol ulang atau bila ada
keluhan.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk kontrol ulang.
(Muslihatun, 2011)

K. Kewenangan Bidan
Bidan mempunyai beberapa kewenangan untuk memberikan pelayanan
sebagaimana telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik IndonesiaNomor 28 Tahun 2017. Kewenagan bidan antara lain:
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan:
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 19
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan :
a. Konseling pada masa sebelum hamil;
b. Antenatal pada kehamilan normal;
c. Persalinan normal;
d. Ibu nifas normal;
e. Ibu menyusui; dan
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.

177
(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Bidan berwenang melakukan :

a. Episiotomi;
b. Pertolongan persalinan normal;
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
i. Penyuluhan dan konseling;
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Pasal 20

Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b


diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.

(1) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada


ayat Bidan berwenang melakukan :
a. Pelayanan neonatal esensial;
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan Konseling dan penyuluhan.

(2) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi HB 0, pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu
ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

178
(3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan nafas,
ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung;
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui
penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh bayi
dengan metode kangguru:
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering dan
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
infeksi gonore (GO).
(4) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan penimbangan
berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi
deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita dengan
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
(5) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan
keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada
bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan
tumbuh kembang.
Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang
memberikan:

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana; dan Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan
Pasal 22

179
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan memiliki
kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:

a. Penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau


b. Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan
secara mandat dari dokter.

Pasal 23

Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai


kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas :

a. Kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan


b. Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah
tempat Bidan bertugas.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan setelah
mendapatkan pelatihan.
(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi terkait
berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berhak memperoleh sertifikat pelatihan.
(5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pasal 24

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya, akibat


kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus sesuai dengan
kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan.

(1) Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang diperoleh


Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas kesehatan

180
kabupaten/kota harus melakukan evaluasi pascapelatihan di tempat kerja
Bidan.
(2) Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.
Pasal 25

Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23 ayat (1) huruf a, meliputi :

a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah
kulit;
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu;
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan;
d. Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;
e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah;
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit
lainnya;
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan

i. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;


(2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik lainnya dalam
pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26

181
Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat
Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga kesehatan lain dengan
kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

(1) Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
Pasal 27

Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari


dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b diberikan secara tertulis oleh
dokter pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tempat Bidan bekerja.

(1) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diberikan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan pelayanan yang melebihi
ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tersebut.
(2) Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan:
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah
dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan;
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
dokter pemberi pelimpahan;
c. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis
sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
(3) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab dokter pemberi mandat, sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai
dengan pelimpahan yang diberikan. Pencatatan Dan Pelaporan
Pasal 45

182
Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan.

(1) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke puskesmas


wilayah tempat praktik.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan
disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan
bagi Bidan yang melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan selain
Praktik Mandiri Bidan

L. Diagram Teori
Tabel 2.6 Tentang Diagram Teori

CoC

Pelayanan yang dicapai ketika terjalin secara terus menerus


antara seorang wanita dan bidan dengan memberikan asuhan
secara berkelanjutan.
183
Bersalin Bayi Baru Lahir Nifas KB
Hamil TM
III a. Kunjungana. Kunjungan a. Kontrasep
a. Kala I
b. Kala II Neonatal I Nifas I si jangka
a. K III
c. Kala III b. Kunjunganb. Kunjungan panjang
b. K IV
d. Kala IV Neonatal II Nifas II b. Kontrasep
c. Kunjunganc. Kunjungan si jangka
Neonatal III Nifas III pendek
d. Kunjungan
Nifas IV

a. Standar I : Pengkajian
b. Standar II : Perumusan Diagnosa Dan Masalah
Kebidanan
c. Standar III : Perencanaan
d. Standar IV : Implementasi
e. Standar V : Evaluasi
f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

AKI dan AKB Menurun

184
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

a. Jenis Laporan Kasus


Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan
studi kasus yang penelitian dengan menerangkan atau menggambarkan
masalah penelitian atau keadaan kasus. (Notoatmodjo, 2010) Pada
penelitian menggambarkan untuk memantau, dan mengikuti
perkembangan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. DW di
Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar mulai dari hamil sampai dengan KB dan
mendokumentasikan dalam SOAP.
b. Lokasi dan Waktu
Lokasi yang digunakan untuk pengambilan data Ny. DW di Puskesmas
Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar waktu
pelaksanaan mulai dari bulan November 2021 sampai bulan April 2022.
c. Subjek Laporan Kasus

185
Subjek pada laporan kasus asuhan kebidanan komprehensif adalah Ny.
DW di Puskesmas Mojogedang 1,Kecamatan Mojogedang, Kabupaten
Karanganyar dengan hamil, bersalin, BBL, Nifas dan KB.
d. Instrumen Laporan Kasus
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan
studi dokumentasi dalambentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil
sesuai dengan KEPMENKES Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007.

1. Format asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, BBL, Nifas dan KB


2. Alat tulis
3. Kartu KIA dan KMS
4. Alat pemeriksaan fisik
5. Partus set
e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada studi kasus ini menggunakan metode :

1. Data Primer

a. Wawancara
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana
peneliti mendapatkan keterangan atas pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran peneliti (responden) atau bercakapcakap berhadapan muka dengan
orang disebut (face to face). Peneliti mengumpulkan data dengan cara
anamnesa secara langsung pada klien.

b. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi

186
ini, instrumen ynag digunakan, antara lain lembar observasi, panduan
pengamatan (observasi), atau lembar cheklist.

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan
pasien, menambahkan informasi menyangkal perubahan status pasien dan
mengevaluasi pelaksanaan yang telah diberikan. Dalam melakukan
pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami seperti :
Inspeksi

Merupakan proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi masalah


kesehatan pasien. Cara efektif melakukan inspeksi adalah: Atur posisi pasien
sehingga bagian tubuh diamati secara detail, Terikat pencahayaan cukup,
Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu ukuran, bentuk, warna,
kesimetrisan dan posisi, Bandingkan suatu area sisi tubuh lainnya.

Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan bagian tubuh yang dapat teratur dengan
menggunakan tangan yang berbeda untuk mendeteksi jaringan, pergerakan
dan konsistensi.

Perkusi

Perkusi adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan


getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh.

Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan denyut jantung ibu dalam rongga dada


untuk mendeteksi perbedaan dari normal.

Pemeriksaan Penunjang

Seperti laboratorium, radiologi dan USG.

187
2. Data Sekunder
Untuk melengkapi data yang ada hubungannya dengan masalah yang
ditemukan maka peneliti mengambil data dengan studi dokumentasi yaitu
mendapatkan data dari dokumen atau catatan medik, misalnya mengambil
data dari buku KIA, register ibu hamil, dan kohort ibu.
(Notoatmodjo, 2010)

188
BAB IV
HASIL STUDI KASUS
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan
Standar I : Pengkajian

Tanggal : 26 Desember 2021 Jam : 17.00 WIB


Tempat : PMB Hartini

1. Data Subjektif
a. Identitas

Nama Ibu : Ny. DW Nama Ayah : Tn. S

Umur : 33 tahun Umur : 42 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bendo RT 02/RW 09 Mojogedang Karanganyar


b. Alasan Datang
1) Kunjungan saat ini : Kunjungan Ulang
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 12 tahun
214
Siklus : ± 28 hari, Teratur

Lama : 7 hari

Jumlah darah : 2-3 x ganti pembalut

Sifat darah : Encer

Warna : Merah Kehitaman

Bau : Khas

Dismenorrea : Ibu mengatakan tidak nyeri saat haid

Flour Albus : Ibu tidak mengalami keputihan

HPMT : 23 Maret 2021

HPL : 30 Desember 2021

Usia Kehamilan : 36 minggu


d. Riwayat Pernikahan

Nikah : 2 kali

Status Pernikahan : Syah


: 26
Umur Nikah Pertama
tahun
: 35
Lama Nikah tahun
e. Riwayat Kehamilan Ini

1) Riwayat ANC

ANC sejak umur kehamilan 6 minggu, ANC di PMB Puskesmas


Mojogedang 1

Frekuensi ANC :

TM I : 1 kali

Keluhan : Mual, pusing

Tindakan : KIE makan sedikit tapi sering, makan dan


minum cukup, istirahat cukup, pemberian terapi : anelat dengan
dosis 1x1000 mcg, pct dengan dosis 3x500 mg, B6 dengan
dosis 1x100 mg.

TM II : 3 kali

Keluhan : Tidak ada

Tindakan :
KIE menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup, minum obat secara teratur, makan gizi
seimbang, pemberian terapi : tablet Fe dengan
dosis 1x60 mg, kalk dengan dosis 1x500 mg.

TM III : 2 kali

Keluhan : Tidak ada

Tindakan : KIE jalan-jalan pagi hari, posisi knee chest


(menungging), tidur miring kiri, makan teratur dan istirahat

cukup, pemberian terapi : tablet Fe dengan dosis 1x60 mg, kalk

dengan dosis

1x500 mg

2) Pergerakan janin yang pertama umur kehamilan 18 minggu

Pergerakan janin dalam 12 jam 10 x/12 jam

3) Imunisasi

TT 1 tanggal : SD kelas 1

TT 2 tanggal : SD kelas 6

TT 3 tanggal : Capeng (2015)


TT 4 tanggal :-

TT 5 tanggal :-

f. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


G4P3A0

Tabel 4.1.Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.


Ha Persalinan Nifas Keadaan

mil Tgl UK Jenis Penolong Jenis BB Lakta Kompli sekarang


ke lahir persali Kelamin lahir si Kasi
nan
1. 2009 spontan Perempua 3000gr Ya
2. 2011 n 3700gr Tidak Sehat
spontan Laki-laki sehat Ya
3. 2017 Laki-laki Tidak
Spontan 3400gr Ya
4. Hamil Tidak
sekarang Sehat
Data Primer, 2021

g. Riwayat KB

Tabel 4.2 Riwayat KB

No Jenis Mulai memakai Berhenti/


ganti cara
Kontra Tang Oleh Tempat Keluhan Tang Oleh Tem Alasan
sepsi gal gal Keluh
pat an
1 KB 2017 Bidan PMB Tidak ada 2020 - - Ingin
Suntik 3 hamil
bulan

Data Primer, 2021

h. Riwayat Kesehatan

1) Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita

Ibu mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit

a) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami


nyeri

di dada sebelah kiri, tidak keluar keringat


dingin, dan tidak sesak nafas.
b) DM : Ibu mengatakan tidak merasa nafsu makan atau

minumnya bertambah dan mengalami

seringkencing dimalam hari.

c) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami batuk

lebih dari 2 minggu dan tidak pernah mengalami

pengobatan jangka panjang (6

bulan), batuk darah, sesak nafas.

d) Hipertensi : tidak ada riwayat hipertensi

e) Hepatitis : Ujung kuku, sclera, dan kulit tidak berwarna

Kuning

f) Asma : Tidak pernah mengalami sesak nafas

2) Riwayat Gynekologi, Riwayat Abortus

Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit gynekologi (mioma, kista, kanker

serviks, dll) dan belum pernah keguguran.

3) Penyakit sistemik/ menurun yang pernah/ sedang diderita keluarga

Ibu mengatakan di dalam keluarganya (baik dari ibu atau suami) tidak memiliki

penyakit sistemik seperti jantung, hipertensi, asma,

DM, dll)

4) Riwayat keturunan kembar/ cacat

Ibu mengatakan tidak memiliki keturunan cacat/ kembar baik dari keluarga ibu

atau suami
i. Data kebiasaan sehari- hari

1) Pola Nutrisi

Sebelum Hamil

Makan Minum

Frekuensi : 3 kali 6-8 kali

Macam : Nasi, sayur, lauk Air putih, teh

Jumlah : 1 piring 6-8 gelas

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

Selama Hamil

Makan Minum

Frekuensi : 3-4 kali 7-9 kali

Air putih,
Macam : Nasi, sayur, lauk, roti,
susu
dan makanan selingan
yang lain

Jumlah : 1 piring 7-9 gelas

Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
2) Pola Eliminasi

Sebelum Hamil

BAB BAK

Frekuensi : 1 kali 2-3 kali

Warna : Kuning Kuning jernih

Bau : Khas Khas

Konsistensi : Padat Cair


Selama Hamil

BAB BAK

Frekuensi : 1 kali 3-5 kali

Warna : Kecokelatan Jernih

Bau : Khas Khas

Konsistensi : Lembek Cair


3) Pola Aktivitas

Sebelum Hamil

Kegiatan sehari-hari : Ibu mengatakan melakukan kegiatan


seperti memasak, mencuci, menyapu,
mencuci piring

Istirahat tidur :
Ibu mengatakan tidur malam ±6 jam
dan tidur siang ±1 jam

: Ibu mengatakan tidak ada keluhan


Keluhan
Selama Hamil

Kegiatan sehari-hari :
Ibu mengatakan melakukan kegiatan
seperti memasak, mencuci, menyapu,
mencuci piring.

Istirahat tidur :
Ibu mengatakan tidur malam ±6 jam
dan tidur siang ±1 jam

Keluhan : Tidak ada

4) Sexsualitas (khawatir, takut, nyeri)

Sebelum Hamil
Frekuensi : Ibu mengatakan melakukan

hubungan seksual 1 kali/ minggu

Keluhan : Tidak ada

Selama Hamil

Frekuensi : Ibu mengatakan melakukan

hubungan seksual 1x dalam

seminggu

Keluhan : Tidak ada

5) Personal Higine Sebelum Hamil

a) Kebiasaan mandi 2 kali/ hari

b) Kebiasaan gosok gigi 2 kali/ hari

c) Kebiasaan keramas 2-3 kali/ minggu

d) Kebiasaan membersihkan alat kelamin setelah BAB/ BAK dan pada saat

mandi

e) Kebiasaan mengganti pakaian dalam dan luar 2 kali sehari

f) Jenis pakaian dalam yang digunakan berbahan katun.

Selama Hamil

a) Kebiasaan mandi 2 kali/ hari

b) Kebiasaan gosok gigi 2 kali/ hari

c) Kebiasaan keramas 2 kali/ minggu


d) Kebiasaan membersihkan alat kelamin setelah BAB/ BAK dan pada saat

mandi
e) Kebiasaan mengganti pakaian dalam dan luar 2 kali sehari

f) Jenis pakaian dalam yang digunakan berbahan katun.

6) Kebiasaan merugikan kesehatan

a) Merokok : ibu mengatakan tidak pernah merokok dan dirumah tidak ada

yang merokok

b) Minum minuman keras :

Ibu mengatakan tidak pernah minum minuman keras.

c) Makan/ minum pantangan :

Ibu mengatakan tidak memiliki pantangan makanan/ minuman.

d) Minum obat selain dari tenaga kesehatan :

Ibu mengatakan tidak pernah minum obat selain dari tenaga kesehatan.

e) Memelihara binatang peliharaan dalam satu rumah :

Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan seperti kucing dan

anjing.

j. Data Psikososial Spiritual

1) Kehamilan ini : diinginkan

2) Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini

Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kehamilan anak keduanya.

3) Tanggapan keluarga terhadap kehamilan


Ibu mengatakan keluarga sangat senang dan bahagia atas

kehamilannya saat ini.

4) Tanggapan lingkungan terhadap kehamilan


Ibu mengatakan lingkungan (tetangga) sangat mendukung atas

kehamilannya saat ini dengan menanyakan kondisi.

5) Ketaatan ibu dalam beribadah

Ibu mengatakan melaksanakan sholat 5 waktu

6) Pengambilan keputusan utama dan keluarga

Ibu mengatakan pengambilan keputusan utama dalam keluarga adalah

suami, tetapi apabila suami tidak ada pengambilan keputusan alternative

adalah orang tua.

k. Data pengetahuan ibu tentang kehamilan

1) Ibu mengatakan sudah mengetahui makanan bergizi ibu hamil

2) Ibu mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan

3) Ibu mengetahui tentang tanda-tanda persalinan.

2. Data objektif

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda Vital

Tekanan darah : 90/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit
Suhu :36,80c

3) TB : 158 cm

BB sebelum hamil : 50 kg
BB hamil : 53 kg

LILA : 21,5 cm
4) Kepala dan leher

Rambut : Rambut hitam, tidak ada ketombe, tidak ada


massa/ benjolan, rambut tidak rontok.

Muka :
Simetris, tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum

Mata :
Simetris, tidak ada secret, sclera putih, dan
konjungtiva merah muda.

Hidung :
Simetris, tidak ada secret, septum berada
ditengah.

Mulut :
Simetris, bibir lembab, tidak pucat, tidak ada
stomatitis, tidak ada gusi bengkak.

Telinga :
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
serumen.

Leher :
Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,
kelenjar limfe, dan vena jugularis.

:
Payudara Bentuk : Simetris

Areola mamae : Hiperpigmentasi


Puting susu : Menonjol
Kolostrum : Belum Keluar

Kelainan : Tidak ada

5) Abdomen

Bentuk : Simetris
Bekas Luka : Tidak ada

Striae Gravidarum : Ada

TFU : 32 cm

Palpasi Leopold
Leopold I :
Tinggi Fundus Uteri dipertengahan
prosesus xipoideus dan pusat. Bagian
fundus teraba bulat lunak, kurang
melenting (Bokong).

Leopold II :
Perut ibu sebelah kiri teraba bagian
kecilkecil (ekstremitas) dan perut ibu
bagian kanan teraba keras, memanjang
seperti papan (punggung janin).

Leopold III :
Bagian terbawah keras, bulat dan
melenting dan kepala masih dapat
digoyangkan.

Leopold IV : Tangan tidak bisa bertemu (divergen).

TBJ : (32-12) x 155 = 3.255 gram

Auskultasi DJJ : Punctum maksimum : perut kiri bagian


bawah.
Frekuensi :130X/menit, jelas teratur.

6) Genetalia Luar

Tanda Chadwick : Tidak dilakukan

Varices : Tidak dilakukan

Bekas Luka : Tidak dilakukan


Pembengkakan Kelenjar Bartolini : Tidak dilakukan

Pengeluaran : Tidak ada


7) Anus

: Tidak dilakukan
Hemoroid
8) Ekstremitas

Atas

Edema : Kedua tangan tidak ada pembengkakan/oedema.

Kuku : Tidak sianosis.

Bawah

Edema : Kedua kaki tidak ada pembengkakan/oedema.

Varices : Tidak ada varices.

Reflek Patella : Reflek patella kanan dan kiri positif

Kuku : Tidak sianosis.


b. Pemeriksaan penunjang

18 Oktober 2021 di Puskesmas Mojogedang 1 Karanganyar

Golongan darah : A+

HB : 11,2 gram %

HBSAg : Non Reaktif


HIV : Non Reaktif

SIFILIS : Non Reaktif

Standar II : Perumusan diagnosa dan masalah kebidanan

1. Diagnosa Kebidanan

Ny. DW G4P3A0 umur 33 tahun usia kehamilan 36 minggu janin tunggal, hidup
intra uterin, letak memanjang, preskep, puka, belum masuk panggul, dan dalam
keadaan normal.
DS : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


DO :
: Baik
Keadaan umum
: 90/60 mmHg
Tekanan Darah
: 80 x/menit
Nadi
: 36,8 0c
Suhu
Pernafasan
: 24 x/menit

TFU : 32 cm
Leopold I
: Tinggi Fundus Uteri dipertengahan
prosesus xipoideus dan pusat. Bagian
fundus teraba bulat lunak, kurang
melenting (Bokong).

Leopold II : Perut ibu sebelah kiri teraba bagian


kecil-kecil (ekstremitas) dan perut ibu

bagian kanan teraba keras,

memanjang seperti papan


(punggung janin).

Leopold III : Bagian terbawah keras, bulat dan


melenting dan kepala masih dapat
digoyangkan.

Leopold IV : Tangan tidak bisa bertemu

(divergen).

TBJ : (32-11) x 155 = 3.255 gram


: Punctum maksimum : perut kiri
Auskultasi DJJ
bagian bawah.

2. Masalah Frekuensi :130 X/menit,


jelas
teratur.

Tidak ada
3. Kebutuhan

KIE ketidaknyamanan TM III

KIE tanda bahaya TM III

4. Diagnosa Potensial

Tidak ada

5. Antisipasi Tindakan Segera

Tidak ada

Standar III : Perencanaan

Tanggal : 26 Desember 2021 Jam : 17.30 WIB Tempat : PMB Hartini

1. Beritahu ibu kondisi ibu dan janinnya pemeriksaan meliputi TTV, posisi janin,

DJJ.

2. Beritahu ibu KIE ketidaknyamanan TM III (SAP terlampir).

3. Beritahu ibu KIE tanda bahaya TM III (SAP terlampir)

4. Anjurkan ibu untuk jalan-jalan pagi hari untuk membantu penurunan kepala

janin dan untuk mengencangkan otot-otot dasar panggul yang akan menunjang

persiapan persalinan.
5. Beri terapi oral kepada ibu.

6. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau apabila ada

keluhan atau apabila ada tanda-tanda persalinan.

Standar IV : Implementasi

Tanggal : 26 Desember 2021 Jam : 17.40 WIB

Tempat : PMB Hartini

1. Memberitahu ibu kondisi ibu dan janinnya berdasarkan hasil pemeriksaaan

meliputi TTV, posisi janin, DJJ, yaitu: BB sekarang 66 kg, TB 145 cm, TD:

90/60 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36,8 oC, Respirasi: 24 x/menit, Leopold I

TFU pertengahan prosesus xipoideus dan pusat, teraba bokong janin, Leopold

II puka, bagian kiri ekstremitas janin, Leopold III preskep, belum masuk

panggul, Leopold IV divergen.

2. Memberitahu ibu KIE ketidaknyamanan TM III (SAP terlampir)


3. Memberitahu ibu KIE tentang tanda bahaya TM III seperti : pergerakan janin

berkurang dalam 12 jam, perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat,

bengkak pada muka dan tangan. (SAP terlampir)

4. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan pada pagi hari untuk membantu penurunan

kepala janin dan untuk mengencangkan otot-otot dasar panggul yang akan

menunjang persiapan persalinan.

5. Memberi terapi oral kepada ibu dan menganjurkan ibu untuk meminum obat

sesuai dengan dosis yang diberikan, yaitu:

Calcium Lactose dengan dosis 500 mg 1x1 (x)


Fe dengan dosis 60 mg 1x1 (x)

6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau apabila ada

keluhan atau apabila ada tanda-tanda persalinan.

Standar V : Evaluasi

Tanggal : 26 Desember 2021 Jam : 17.55 WIB

Tempat : PMB Hartini

1. Ibu sudah mengetahui kondisi ibu dan janinnya saat ini.

2. Ibu sudah mengetahui KIE Ketidaknyamanan TM III.

3. Ibu sudah mengetahui KIE tentang tanda bahaya TM III.

4. Ibu bersedia untuk jalan-jalan pada pagi hari.

5. Ibu sudah mendapat terapi oral dan bersedia meminumnya.

6. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau apabila ada

keluhan atau apabila ada tanda-tanda persalinan.

Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1. Data Perkembangan I

Tempat : PMB Hartini

Tanggal : 26 Desember 2021 Jam : 18.15 WIB

Subjektif

a. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.

b. Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Objektif
a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 100/70 mmHg

d. Nadi : 83 x/menit

e. Pernafasan : 21 x/menit

f. Suhu : 36,6oC

g. TB : 145 cm
: 53 kg
h. BB

i. Pemeriksaan Fisik
Leopold I :
TFU 3 jari dibawah px, bagian fundus teraba bulat,
lunak, dan tidak melenting (bokong).

Leopold II : Perut ibu sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil


(ekstremitas) dan perut ibu bagian kanan teraba keras,

memanjang seperti papan (punggung

janin).
Leopold III : Bagian terbawah keras, bulat dan kepala tidak
dapat digoyangkan.

Leopold IV : Tangan sudah tidak dapat bertemu (divergen) dan

bagian bawah sudah masuk panggul 1/5 bagian (1

jari diatas simpisis).


TFU : 32 cm

TBJ : (32-11)x155: 3.255 gram

Auskultasi DJJ : 130 x/menit, jelas teratur


j. Pemeriksaan Penunjang
18 Oktober 2021 di Puskesmas Mojogedang 1 Karanganyar

HB : 11,5 gram %

HBSAg : Negatif

HIV : Non Reaktif

SIFILIS : Non Reaktif

Swab PCR : Hasil belum keluar


Analisis

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. DW G4P3A0 umur 33 tahun, usia kehamilan 36 minggu janin tunggal,

hidup intra uterin, letak memanjang, preskep, puka, sudah masuk panggul

dalam keadaan normal.

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

KIE P4K dan KIE tanda-tanda persalinan.

d. Diagnosa Potensial

Tidak ada

e. Antisipasi Tindakan Segera

Tidak ada

Penatalaksanaan

Tempat : PMB Hartini

Tanggal : 26 Desember 2021 Jam : 18.45 WIB


a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam keadaan

sehat dengan TD: 100/70 mmHg, preskep, puki sudah

masuk panggul, DJJ: 130X/ menit, jelas teratur.

Evaluasi :

Ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, dan ibu

merasa senang karena keadaan ibu dan janin

sehat.

b. Memberikan KIE P4K seperti : perencanaan tempat persalinan (PMB, RS,

RB), pendamping persalinan (suami, orang tua, keluarga), persiapan kendaraan

(mobil, motor), penolong persalinan

(bidan, doker SpOG), persiapan apabila terdapat kegawatdaruratan

(biaya dan donor darah). (SAP terlampir)

Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui tentang P4K dan ibu merencanakan untuk bersalin di

Bidan, pendamping persalinan adalah suami, kendaraan yang akan digunakan

yaitu motor, penolong persalinan yaitu Bidan, biaya dan donor darah sudah

disiapkan.

c. Memberikan KIE tanda-tanda persalinan (SAP terlampir) Evaluasi :

Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan (SAP terlampir)

d. Menganjurkan ibu untuk tetap jalan-jalan pada pagi hari untuk membantu

penurunan kepala janin dan mengencangkan otot-otot dasar panggul yang akan

menunjang persiapan persalinan.


Evaluasi :

Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk jalamn-jalan pagi.

e. Memberikan terapi obat pada ibu yaitu :

FE 60mg 1x1 (X)

Calcium Lactose 500 mg 1x1 (X)

Evaluasi :

Ibu bersedia untuk minum obat yang telah diberikan.

f. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan 1 minggu lagi

apabila ada keluhan atau ada tanda-tanda persalinan.

Evaluasi :

Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau apabila ada

keluhan atau ada tanda-tanda persalinan.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

Ny. DW dengan menggunakan mobil rumah menuju ke Puskesmas Mojogedang 1


Ibu mengatakan dilakukan swab di Puskesmas Mojogedang 1 Karanganyar

kemudian hasil swab yang keluar menyatakan Ny. DW Negatif. Ny. DW

masuk ke ruang bersalin dan menjalani persalinan saat usia kehamilan 36

minggu. Bayi lahir pukul 03.15 WIB jenis kelamin perempuan, dengan berat

3600 gram dan dalam keadaan normal.

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Kunjungan I (KN I, 6-48 jam)


Bayi lahir tanggal 30 Desember 2021 dengan persalinan normal jam 03.15

WIB, jenis kelamin perempuan, cukup bulan, sesuai usia kehamilan, dalam

keadaan normal, menangis kuat, kulit kemerahan, gerak aktif, BB : 3600 gram,

PB : 50 cm, LK : 35 cm, LD : 33 cm. Dari data yang diperoleh bayi sudah

mendapatkan injeksi Vit K, HB 0 dan salep mata setelah bayi lahir, Kemudian

pada tanggal 30 Desember Sore bayi diperbolehkan pulang kerumah.

Kunjungan II (KN II, 6 hari)

Standar I : Pengkajian

Tempat : Rumah Ny. DW

Tanggal : 30 Desember 2021 Jam : 09.20 WIB

1. Data Subjektif

a. Identitas

Nama bayi : Bayi Ny. DW

Tanggal Lahir : 30 Desember 2021 Jam : 03.15 WIB

Jenis kelamin : Perempuan

b. Riwayat Antenatal

G4P3A0 umur kehamilan 36 minggu

Riwayat ANC : Teratur, 13 kali, di PMB Hartini dan Puskesmas


Mojogedang 1

Karanganyar.

Imunisasi TT :

TT 1 tanggal : SD

TT 2 tanggal : SD
TT 3 tanggal : Capeng 2015

TT 4 tanggal : 2016

TT 5 tanggal : 2017

Kenaikan BB : 3 kg
Keluhan saat hamil : mual, pusing

Penyakit selama hamil :

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak mudah lelah, dada tidak

berdebar-debar dengan frekuensi cepat, tidak nyeri dada,

tidak keluar keringat dingin, tidak sesak nafas

2) DM : Ibu mengatakan tidak merasa nafsu makannya

bertambah dan sering kencing di malam hari

3) Gagal ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri di daerah pinggang

kanan/ kiri

4) TBC : Tidak pernah menderita batuk dalam waktu

lebih dari 1 bulan dan tidak batuk berdarah

5) Hipertensi : Tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mmHg

6) Hepatitis : Ujung kuku, sclera, dan kulit tidak berwarna

kuning

7) Asma : Tidak pernah mengalami sesak nafas

8) HIV positif : Ibu mengatakan hasil lab dari puskesmas

negative

9) Trauma/ : Ibu mengatakan tidak memiliki trauma apapun penganiayaan


Kebiasaan makan : Ibu mengatakan sehari makan 3 kali tanpa

pantangan

Obat/ jamu : Ibu mengatakan tidak pernah minum obat/ jamu selain dari
tenaga kesehatan

Merokok : Ibu mengatakan tidak pernah merokok, suami

merokok tetapi selalu menjauh dari ibu saat

merokok

Komplikasi ibu :

1) Hyperemesis : Ibu mengatakan sering mual tapi tidak lebih dari

Gravidarum 1 minggu

2) Abortus : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

keguguran

3) Perdarahan : Ibu mengatakan tidak pernah perdarahan

4) Pre eklamsia : Ibu mengatakan tidak ada edema dan tensi tidak

dan eklamsia tinggi

5) Infeksi : Tidak ada

Janin :

1) IUGR : Ibu mengatakan hasil USG terakhir berat

sesuai usia kehamilan

2) Polihidramnion/ : Ibu mengatakan USG sebelum tindakan

Oligohidramnion operasi air ketuban cukup

3) Gemeli : Ibu mengatakan tidak pernah ada riwayat


kembar dari pihak ibu maupun suami
c. Riwayat Intranatal

Lahir tanggal : 5 Januari 2022 Jam : 13.10 WIB

Jenis persalinan : spontan


Penolong : bidan

Lama persalinan :

Kala I :- menit

Kala II :- menit

Komplikasi persalinan :

1) Ibu : tidak ada

2) Bayi : tidak ada

Keadaan bayi baru lahir

PB/ BB : 50 cm/ 3600 gram

Nilai Apgar : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit : -

Caput suksedanum : Tidak ada

Cephal Hematoma : Tidak ada

Cacat bawaan : Tidak ada

d. Resusitasi

Tindakan rangsangan, penghisap lender, ambubag, massase jantung, intubasi

endotrakeal, O2, dan terapi lainnya : tidak mendapatkan sumber data yang

valid

e. Eliminasi

BAK : sudah ±4-7 kali/hari

BAB : sudah ±2 kali/hari


f. Nutrisi

Bayi minum susu formula

g. Personal Hygine

Memandikan bayi 2x sehari, perawatan tali pusat dengan menggunakan

kassa steril tanpa dibubuhi apapun, menjaga kebersihan genetalia dengan

mengganti popok saat basah dan ketika mandi.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Warna kulit : Kemerahan

Denyut jantung : 135 x/menit

Suhu aksila : 36,6oC

Tonus otot : Pergerakan aktif

Kulit : Kemerahan

Tali pusat : Sudah kering dan belum lepas

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Tidak ada caput suksedaneum, tidak ada massa, UUB sudah

menutup dan UUK belum menutup

Mata : Tidak ada perdarahan, konjungtiva berwarna merah


muda, tidak ikterik, tidak juling

Telinga : Simetris, bersih, tulang rawan sudah terbentuk


dengan baik
Hidung : Septum berada ditengah, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada gerakan cuping hidung saat bernafas

Mulut : Bibir simetris, tidak pucat, bersih


Leher :
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar limfe dan
vena jugularis

: Tidak ada krepitasi (fraktur klavikula)


Klavikula dan
lengan atas

Dada : Simetris, tidak ada retraksi pada dinding dada


Abdomen :
Tidak ada perdarahan tali pusat, tidak kembung,
tidak ada pembengkakan abnormal, tidak ada massa

Genetalia :
Lengkap, labia mayor sudah menutupi labia minor,
tidak ada kelainan.

Ekstremitas :
Simetris, tidak sianosis, tidak polidaktili dan
sindaktili, tidak ada penyelaputan antara jari-jari

Punggung : Tidak ada spina bifida


: Sudah BAB, terdapat lubang anus
Anus
c. Reflek

1) Moro :
Positif, terdapat repson tiba-tiba saat ada suara yang
mengejutkan atau saat dikejutkan

2) Rooting :
Positif, saat pipi bayi disentuh akan menoleh kesisi
yang disentuh

3) Walking : Positif, kaki bayi seolah-olah menapak


4) Graphs : Positif, jari-jari bayi mencengkram saat ada benda
yang disentuhkan

5) Sucking :-

6) Tonikneck : Tidak dilakukan

d. Antropometri

BB : 3600gram

LK : 35 cm

LD : 33 cm

PB : 50 cm

LILA : Tidak dilakukan


e. Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan

Standar II :Perumusan Diagnosa atau Masalah

a. Diagnosa kebidanan

Bayi Ny. DW umur 6 hari, jenis kelamin perempuan, lahir cukup bulan, sesuai

usia kehamilan dalam keadaan normal

DS :

Ibu mengatkan hari ini anaknya berusia 6 hari Ibu

mengatakan bayinya minum ASI

DO :

Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis
Warna kulit : Kemerahan
Denyut jantung : 135 x/menit

Suhu aksila : 36,6oC

Respirasi : 45 x/menit

Laktasi :-

Kepala : UUK belum menutup, tidak ada massa

Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Abdomen : tidak kembung dan tidak ada massa


Tali pusat : belum lepas, kering dan tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Personal higine, nutrisi

d. Diagnosa Potensial

Tidak ada

e. Antisipasi tindakan segera

Tidak ada

Standar III : Perencanaan

Tanggal : 5 Januari 2022 Jam : 09.20 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya

2. Ajarkan ibu tentang perawatan tali pusat

3. Ajarkan ibu untuk memandikan bayi dan menjaga kehangatan bayi

4. Beritahu ibu untuk memberikan Nutrisi cukup pada bayi


5. Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi
6. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang

Standar IV : Implementasi

Tanggal : 5 Januari 2022 Jam : 09.30 WIB

1. Ibu sudah mengetahui bayinya dalam keadaan normal

2. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat yaitu : Cuci tangan dengan air

bersih dan sabun. Membuka pakaian bayi, membersihkan tali pusat dengan

kapas dan air DTT dari ujung ke pangkal.Bungkus tali pusat hanya

menggunakan kassa kering steril tanpa memberi apapun seperti betadin,

alkohol, dan ramuan-ramuan agar tali pusat cepat kering dan tidak terjadi

infeksi apapun. Lipat popok dibawah sisa tali pusat. Mengenakan pakaian bayi.

Membersihkan alat dan mencuci tangan dengan sabun.

3. Melakukan personal hygine dengan memandikan bayi 2x sehari dan menjaga

kehangatan bayi setelah mandi dan mengajarkan ibu cara membersihkan daerah

genetalia dengan menggunakan air hangat dibagian genetalia dengan

membasuh bagian dari atas ke bawah.

4. Memberitahu ibu untuk memberikan Nutrisi yang cukup untuk bayi

5. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya yang terjadi pada bayi

dan menganjurkan ibu membawa ke tenaga kesehatan bila terdapat tanda

bahayaseperti : warna kulit kuning, biru dan pucat, isapan lemah (tidak mau

menghisap), mengantuk berlebihan, banyak muntah, tali pusat memerah,

bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah, dan infeksi (suhu meningkat

dan pernafasan sulit). (SAP terlampir)


6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada hari ke 8-28 setelah

kelahiran atau apabila ada keluhan pada bayi.

Standar V : Evaluasi

Tanggal : 5 Januari 2022 Jam : 09.40 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.

2. Ibu sudah mengetahui tentang perawatan tali pusat.

3. Ibu sudah mengerti tentang personal hygine dan menjaga kehangatan

bayinya

3. Ibu bersedia untuk memberi cukup Nutrisi untuk bayinya

4. Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya pada bayi

5. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

Standar VI : Pencatatan dan Pelaporan

Kunjungan III (KN III, 13 hari)

Tempat : Rumah Ny. DW

Tanggal : 18 Januari 2022 Jam : 09.00 WIB

Subjektif

a. Ibu mengatakan hari ini anaknya berusia 13 hari

b. Ibu mengatakan anaknya masih minum ASI dan susu formula ketika

bayi sedang tidak mau menyusu

Objektif
Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Warna kulit : kemerahan

Denyut jantung : 140 x/menit

Suhu aksila : 36,6oC

Respirasi : 45 x/menit

Laktasi : bayi tidak mau menyusu

Kepala : UUB sudah menutup tidak ada massa

Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Abdomen : tidak kembung dan tidak massa

Tali pusat : sudah lepas dan bekas tali pusat sudah kering
Analisis

a. Diagnosa kebidanan

Bayi Ny. DW umur 13 hari, jenis kelamin perempuan, lahir cukup bulan,

sesuai usia kehamilan dalam keadaan normal.

b. Masalah

By Ny. DW tidak mau menyusu dan diberikan susu formula

c. Kebutuhan

Nutrisi, KIE tentang imunisasi dasar saat bayi berusia 1 bulan

d. Diagnosa Potensial

Tidak ada
e. Antisipasi tindakan segera

Tidak ada
Penatalaksaan

Tempat : Rumah Ny. DW

Tanggal : 18 Januari 2022 Jam : 09.15 WIB

a. Memeriksa tanda-tanda vital bayi

Evaluasi : Observasi tanda-tanda vital telah dilakukan dan bayi dalam kondisi

baik

b. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya.

Evaluasi : Ibu bersedia tetap memberikan ASI pada bayi nya

c. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh bayinya

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia menjaga kebersihan tubuh bayinya

d. Memberikan informasi tentang imunisasi dasar yang harus didapatkan bayi

ketika berusia 1 bulan yaitu BCG dan polio 1

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang imunisasi dasar yang harus didapatkan

bayinya ketika bayi berusia 1 bulan pada tanggal 30 Januari 2022.

e. Menganjurkan ibu untuk posyandu secara rutin setiap bulan sampai anaknya

berusia 5 tahun

Evaluasi :Ibu bersedia membawa anaknya ke posyandu secara rutin

D. Asuhan Kebidanan Nifas

Kunjungan I dan II (KF I & II)


Ibu mengatakan menyusui bayi nya dengan cara di pompa karena tidak

diperbolehkan menyusui secara langsung. Ibu mengatakan darah nifasnya

berwarna merah kehitaman (sanguinolenta).

Kunjungan III ( KF III, 27 hari)

Standar I : Pengkajian

Tempat : Rumah Ny. DW

Tanggal : 14 Februari 2022 Jam : 11.00 WIB

1. Data Subjektif

a. Identitas

Nama Ibu : Ny. DW Nama Ayah : Tn. S

Umur : 33 tahun Umur : 42 tahun


Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bendo RT 02/09 Mojogedang 1 Karanganyar


b. Keluhan Utama

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ke empat 27 hari

yang lalu

Ibu mengatakan kadang merasakan nyeri pada luka.

c. Status pernikahan

Nikah : 2 kali

Usia pernikahan pertama : 26 tahun


Dengan suami sekarang : 35 tahun

d. Riwayat Menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus : ±28 hari

HPHT : 23 Maret 2021


: 30 Desember
HPL 2021
e. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

P4A0

Tabel 4.3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas

Ha Persalinan Nifas Keadaan

mil Tgl UK Jenis Penolong Jenis BB Lakta Kompli sekarang


ke lahir persali Kelamin lahir si nan Kasi

1. 2009 Perempuan Ya Sehat


spontan 3000gr Tidak
2. 2011 Laki-laki
spontan 3700gr
3. 2017 Laki-laki
spontan 3400gr
Data Primer, 2021

f. Riwayat Keluarga Berencana

Tabel 4.4. Riwayat Keluarga Berencana

No Jenis Mulai memakai Berhenti/ ganti


cara
Kontra Tang Oleh Tempat Keluhan Oleh Tem Keluh Alasan
Tang pat an
sepsi gal gal
1 KB 2017 Bidan PMB Tidak 2020 - - Ingin
Suntik ada hamil
3 bulan

Data Primer, 2021

g. Riwayat Kesehatan

1) Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

a) Jantung : Tidak mudah lelah, dada tidak berdebar-debar


dengan frekuensi cepat, tidak nyeri dada, tidak
sesak nafas

b) DM :
Tidak merasa nafsu makannya bertambah dan
sering kencing dimalam hari

c) TBC :
Tidak pernah menderita batuk dalam lebih dari 1
bulan dan tidak batuk berdarah

d) Hipertensi : Tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mmHg


e) Hepatitis : Ujung kuku, sclera, dan kulit tidak berwarna

kuning

f) Asma : Tidak pernah mengalami sesak nafas

2) Riwayat Gynekologi, Riwayat Abortus

Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit gynekologi (miom, kista, kanker

servik, dll) dan belum pernah keguguran.

3) Penyakit sistemik/ menurun yang pernah/ sedang di derita keluarga


Ibu mengatakan di dalam keluarganya (baik dari ibu maupun suami) tidak

memiliki penyakit sistemil seperti jantung, hipertensi, TBC, asma, DM,

hepatitis, dll.

h. Riwayat Kehamilan dan Persalainan Sekarang

Tempat persalinan : Puskesmas Mojogedang 1 Karanganyar

Penolong : Bidan

Jenis persalinan : Spontan

Atas indikasi : Tidak ada

Komplikasi/ kelainan dalam persalinan : Tidak ada

Plasenta : Lengkap

1) Lahir : jam 03.15 WIB

2) Ukuran/ berat, panjang tali pusat : 3600gr/50cm,tidak mendapatkan data

yang valid

Perdarahan Kala I - Kala IV : tidak mendapatkan data yang valid

Lama persalinan :-

Operasi :-
Penyulit dalam persalinan : Tidak ada

Tindakan dalam persalinan : Tidak ada

i. Keadaan bayi baru lahir

Tanggal lahir : 30 Desember 2021 Pukul :03.15WIB

Masa gestasi : 36 minggu

Kondisi : Hidup

BB : 3600 gram PB : 50 cm
LD : 33 cm LK : 35 cm

IMD : Ya

Apgar Score : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit : tidak ada data yang


valid

Kelainan konginetal : tidak ada

Rawat gabung : ya dilakukan

j. Pola nutrisi saat nifas

Porsi makan : 1 piring nasi ditambah dengan makanan selingan

seperti buah, dll.

Jenis makanan : Nasi, sayur, protein nabati/ hewani, buah-buahan

Keluhan : Tidak ada

Minum : ± 9 gelas

Jenis minuman : Air putih dan teh

Keluhan : Tidak ada

k. Pola eliminasi saat nifas

BAK : ibu mengatakan BAK ±4 kali/ hari


BAB : ibu mengatakan BAB 1x/hari

l. Pola personal hygine saat nifas

1) Mandi dan gosok gigi : ibu mengatakan mandi 2x sehari

2) Ganti pembalut : ibu mengatakan ganti pembalut 1-2x sehari

3) Ganti pakaian : ibu mengatakan ganti pakaian 2x sehari

m. Pola aktivitas sehari-hari saat nifas

Ambulasi : ibu mengatakan sudah dapat berjalan seperti biasa

Tidur : ibu mengatakan tidur malam ±5 -6 jam


Keluhan : ibu mengatakan kadang terasa nyeri di luka jahit post SC

a. Pola seksual

Ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual setelah melahirkan

b. Pengalaman menyusui

Ibu mengatakan telah memiliki pengalaman menyusui anak pertamanya

c. Pendapat ibu tentang bayinya

Ibu mengatakan sangat senang atas kelahiran anak keduanya

d. Keadaan psiko sosial spiritual

1) Kehamilan saat ini adalah yang diinginkan

2) Tinggal serumah dengan

Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan anak pertamanya

3) Tanggapan ibu/ keluarga terhadap kelahiran bayinya


Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat menanti kelahiran bayinya

e. Data pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawatan bayi

Ibu belum mengetahui tentang tanda tanda bahaya nifas

Ibu sudah mengetahui perawatan payudara

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Status emosi : Stabil

3) Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg

Suhu : 36,5oC

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 21 x/menit
b. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Muka : Tidak ada edema


Mata :
Simetris, tidak ada secret, konjungtiva merah muda,
sklera putih

Hidung :
Simetris, tidak ada sekret, tidak ada benjolan, dan tidak
ada kelainan lain

Mulut : Simetris, bibir lembab, tidak pecah-pecah, tidak ada


caries dentist, dan gusi tidak bengkak

Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada serumen

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe

dan vena jugularis.

2) Bentuk : Simetris

Benjolan : Tidak ada

Puting susu : Menonjol

Pengeluaran : - , jenis : -

Keluhan : Tidak ada

3) Abdomen

Dinding perut : Simetris


Bekas luka :
Terdapat luka jahitan post sectio caesaria
tertutup kassa, sudah mulai mengering dan
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti :
kemerahan (Redness), memar (Echymosis),
pembengkakan (Edema), nanah (Discharge),
dan penyatuan jaringan baik (Approximate)

Kontraksi uterus : Keras


: Kosong
Kandung kemih
4) Genetalia luar

Edema : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Perineum : Utuh
Pengeluaran lokhea : Jenis : Alba

Warna : Putih bening

Jumlah : ± 5 cc

Konsistensi : lendir

Bau : khas

5) Anus

Hemoroid : Tidak ada

6) Ekstremitas

Atas : tidak ada edema, kuku tidak sianosis

Bawah : tidak edema, tidak sianosis, tidak ada varices

7) Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan
Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan Tanggal : 15

Februari 2022 Jam : 11.00 WIB

a. Diagnosa kebidanan

Ny. DW umur 33 tahun P4A0 27 hari dalam keadaan normal

DS :

a. Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya 27 hari yang lalu

b. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas ringan seperti mandi,

berjemur dipagi hari, dan pekerjaan rumah yang ringan

c. Ibu mengatakan memberikan susu formula pada bayinya

DO

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis
: stabil
Status emosi
b. Tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Suhu : 36,5oC

Nadi : 80 x/menit
: 21 x/menit
Pernafasan

c. Abdomen

Kontraksi uterus : keras

TFU : tidak teraba diatas symphisis


Bekas Luka jahitan sc : tidak ada
d. Payudara

Pengeluaran ASI : kolostrum

Puting susu : menonjol

e. Genetalia

Pengeluaran : lokhea alba

Jumlah : ± 5cc

Bau : khas
f. Masalah

Tidak ada

g. Kebutuhan

KIE personal hygine, KIE tanda bahaya nifas

h. Diagnosa Potensial

Tidak ada

i. Antisipasi tindakan segera

Tidak ada

Standar III : Perencanaan

Tanggal : 15 Februari 2022 Jam : 11.00 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Beritahu ibu KIE tanda bahaya nifas

3. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri sendri

4. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

5. Anjurkan ibu untuk istirahat

6. Beri ibu terapi obat oral


7. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu selanjutnya Standar IV :

Implementasi

Tanggal : 18 Februari 2022 Jam : 11.10 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa keadaannya

baik

2. Memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas seperti : peningkatan suhu tubuh

>38 oC, demam, muntah, dan rasa sakit saat berkemih, sakit kepala, nyeri

epigastrik (ulu hati), pengalihatan kabur, perdarahan pervaginam, bendungan

ASI, pembengkakan pada wajah dan

tangan.(SAP terlampir)

3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri terutama pada daerah

genetalia, mengganti pembalut dan celana dalam minimal 2x/ hari, cuci tangan

sebelum dan sesudah memegang genetalia.

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak ada

pantangan dalam makanan

5. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat/ tidur ketika anak-anaknya tidur agar

ibu dapat istirahat cukup dan tidak kelelahan

6. Memberikan ibu terapi obat oral : amoxilin 500 mg 3x1, paracetamol 500 mg

1x1, vit.C 90 mg 3x1

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu

selanjutnya
Standar V : Evaluasi

Tanggal : 18 Februari 2022 Jam : 11.20 WIB

1. Ibu sudah menegtahui kondisinya dalam keadaan normal


2. Ibu sudah menegtahui tentang tanda bahaya nifas

3. Ibu sudah paham tentang rasa nyeri yang dirasakan

4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersian dirinya

5. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

6. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup

7. Ibu sudah mendapatkan terapi obat

8. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan selanjutnya

Kunjungan IV ( KF IV, 37 hari)

Tempat : Rumah Ny. DW

Tanggal : 26 Februari 2022 Jam : 10.00 WIB

Subjektif

a. Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya 37 hari yang lalu

b. Ibu mengatakan memberikan susu formula pada bayinya

Objektif

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis
: stabil
c. Status emosi

d. Tanda vital

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Suhu : 36,5oC

Pernafasan : 21 x/menit
Nadi : 81 x/menit

e. Abdomen

TFU : sudah tidak teraba

Luka jahitan post sc : tidak ada

Payudara

Pengeluaran ASI : Kolostrum

Puting susu : menonjol

f. Genetalia

Pengeluaran : lokhea alba

Bau : tidak berbau

Analisis

a. Diagnosa kebidanan

Ny. DW 33 tahun P4A0 37 hari dalam keadaan normal

b. Masalah

Bayi diberikan susu formula

c. Kebutuhan

KIE metode kontrasepsi, personal hygine.

d. Diagnosa Potensial

Tidak ada

e. Antisipasi Tindakan Segera

Tidak ada
Penatalaksanaan
Tanggal : 26 Februari 2022 Jam : 10.10 WIB

a. Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa

keadaannya baik

Evaluasi :Ibu telah mengetahui kondisinya saat ini

b. Memberitau ibu untuk tetap memberika nutrisi yang cukup untuk bayi

Evaluasi : ibu bersedia untuk memberikan cukup nutrisi untuk bayinya.

c. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri terutama pada daerah

genetalia, mengganti pembalut dan celana dalam minimal 2x/ hari, cuci tangan

sebelum dan sesudah memegang genetalia.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri terutama genetalia

Memberikan KIE macam-macam metode kontrasepsi yang aman untuk ibu

menyusui (SAP terlampir)

Evaluasi :Ibu sudah mengetahui macam-macam metode kontrasepsi, dan ibu

memilih untuk menggunakan KB Suntik 3 bulan.

d. Menganjurkan ibu untuk tetap makan makanan yang bergizi dan tidak pantang

makanan apapun

Evaluasi :Ibu bersedia melakukannya

e. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ke bidan/ dokter apabila

mengalami masalah atau keluhan

Evaluasi :Ibu bersedia melakukannya

Anda mungkin juga menyukai