Oleh :
….
1
2
Oleh :
….
NIM. …
Skripsi
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan
Oleh :
…..
NIM. ….
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR TERHADAP
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DAN
DIABETES MILLITUS DI PUSKESMAS SINGGAHAN
(Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun 2022)
Skripsi
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu
Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
Menyetujui,
Pembimbing
Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji proposal
Program Studi Sarjana Keperawatan Tuban
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama
Pada tanggal :
Tanda tangan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya, Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Peran Perawat Sebagai
Edukator Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Hipertensi dan
Diabetes Millitus di Puskesmas Singgahan (Kecamatan Singgahan
Kabupaten Tuban Tahun 2022)”
Dalam penulisan Penelitian sampai selesai, penulis banyak mendapat
bimbingan dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE. selaku Rektor IIKNU
Tuban yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep., M.M. Selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
3. Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Suhartono. S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku pembimbing, yang telah berkenan
memberikan waktu, tenaga, pikiran dan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Kepala Puskesmas Singgahan yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan Warga
Masyarakat yang telah berkenan memberikan waktu dan tempat kepada
peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Seluruh Dosen dan Staff Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
yang secara tidak langsung telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan dan do’a, serta
yang selalu menjadi inspirasi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teman – teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini dan Semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-
baiknya, namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
semua pihak demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Penulis
7
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat : Desa
Riwayat Pendidikan :
1. SD N Tahun
2. SMP N Tahun
3. SMA N Tahun
4. IIK NU Tuban Tahun 2018-sekarang
8
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
10
DAFTAR GAMBAR
27
Gambar 4.1 Kerangka Kerja
29
11
Daftar Singkatan
Dr. : Doktor
Ds. : Desa
Dsn. : Dusun
Kab. : Kabupaten
Kec. : Kecamatan
M.Kep : Magister Keperawatan
M.Kes : Magister Kesehatan
MM : Magister Manajemen
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NRS : Numeric Rating Scale
Ns : Ners
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
S.Kep : Sarjana Keperawatan
SD : Sekolah Dasar
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
12
Daftar Lambang
N : Besar Populasi
N : Besar Sampel
D : Tingkat Signifikan
% : Presentase
. : Titik
, : Koma
“ : Tanda Petik
? : Tanda Tanya
< : Kurang Dari
> : Lebih Dari
≤ : Kurang Dari Atau Sama Dengan
≥ : Lebih Dari Atau Sama Dengan
± : Kurang Lebih
+ : Penjumlahan
= : Sama Dengan
‐ : Tanda Hubung
( : Kurung Buka
) : Tutup Kurung
: : Titik Dua
; : Titik Koma
→ : Arah Panah
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :
BAB 1
PENDAHULUAN
penyakit ini sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
Salah satu syarat mutlak untuk dapat mencapai efektivitas terapi dan
pasien dalam mengonsumsi obat merupakan salah satu faktor utama penyebab
kegagalan terapi (Sinuraya, 2018). Kepatuhan minum obat adalah faktor terbesar
ulang pasien, serta gejala yang menetapkan atau tidak kunjung hilang.
kepatuhan terhadap saran atau pendidikan tentang kesehatan yang diberikan oleh
(Carpenito, 2019).
1
2
juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025 (Zaenurrohman et
al., 2017). Sebanyak 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju
dan prevalensi hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2018 menyatakan
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%,
tertinggi di Kalimantan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22.2%).
Jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar427.218 kematian (Riskesdas.
2018).
Di Indonesia, prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
diagnosis dokter pada penduduk usia >18 tahun keatas sebesar 8,4%. Berdasarkan
proporsi riwayat minum obat dan alasan tidak minum obat pada penduduk
hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat pada tahun 2018 adalah
sebesar 54,4% rutin minum obat, 32,3% tidak rutin minum obat dan 13,3% yang
tidak minum obat anti hipertensi (Riskesdas, 2018). Profil kesehatan Jawa Timur
tahun 2017 menyebutkan bahwa sebesar 20.43% atau sekitar 1.828.669 penduduk
dengan proporsi laki-laki 20.83% (825.412 penduduk) dan perempuan sebesar
20.11% (1.003.257 penduduk) menderita hipertensi.
Diabetes millitus di definisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang di tandai dengan tingginya kadar
gula darah di sertai dengan ganguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat di
sebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-selbeta
Langerhans kelenjar prankeas atau di sebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO,2019).
Diabetes millitus yang tidak terkontrol mengakibatkan komplikasi kronis
yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, gangguan mata/penglihatan,
gangguan saraf yang menyebabkan luka dan amputas pada kaki, gangguan ginjal
(P2PTM Kemenkes RI, 2021)
Di dunia penyakit kencing manis ini membunuh lebih satu juta orang setiap
tahun - dan siapapun dapat terkena.Penyakit ini terjadi saat tubuh tidak bisa
memproses semua gula (glukosa) di dalam aliran darah; menimbulkan komplikasi
3
yang dapat menyebabkan serangan jantung, tekanan darah tinggi, kebutaan, gagal
ginjal dan amputasi anggota tubuh bagian bawah. (P2PTM Kemenkes RI,2018)
Jumlah penderita terus meningkat dan tercatat saat ini mencapai 422 juta
orang di dunia - empat kali lebih banyak dari pada 30 tahun lalu, menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (P2PTM Kemenkes RI,2018)
Penderita darah tinggi dan deiabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas
singgahan menyebar di seluruh wilayah dan seluruh kalangan ekonomi. Dari
engamatan awal ditemukan 40 enderita diabetes mellitus dan hipertensi yang
tercatat dalam buku register puskesmas singgahan yang rutin berobat hanya 24
orang. Diketahui dari pengetahuan responden 15% mengetahui akibat dari
penyakitnya, sedangkan 85% tidak mengetahui akibat dari penyakitnya.
Kepatuhan minum obat pada pasien penderita hipertensi dan diabetes
millitus sangat penting karena dengan minum obat antihipertensi secara teratur
dapat mengontrol tekanan daarah pada penderita hipertensi, sehingga dalam
jangka panjang resiko kerusakan organ-organ seperti jantung, ginjal, dan otak
dapat dikurangi. Kepatuhan pengobatan pasien penderita hipertensi merupakan hal
penting kerena hipertensi dan diabetes millitus merupakan penyakit yang tidak
bisa disembuhkan tetapi harus selalu di kontrol agar tidak terjadi komplikasi yang
berunjung pada kematian.
Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran sebagai edukator atau
pendidik. Sebagai seorang pendidik, perawat membantu klien mengenal
kesehatanya. Adanya informasi yang benar dapat meningkatkan pengetahuan
penderita hipertensi untuk melaksanakan pola hidup sehat (Sustrani dalam
Kurniaputri & Supatmi 2015)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dilihat bahwa hipertensi dan diabetes
millitus sering di sebut juga the silent killer sering tanpa gejala. Hipertensi dan
diabetes millitus merupakan penyakit yang memiliki angka kejadian tertinggi dan
4
hipertensi dan diabetes millitus, terutama di Jawa Timur dengan faktor dominan
penyebabnya adalah kepatuhan minum obat pada pasien yang dapat berpengauh
pada penyakitnya.
minum obat pada pasien hipertensi dan diabetes millitus di Puskesmas Singgahan
bidang kesehatan .
1. Bagi penulis
2. Bagi profesi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut The Joint National Committee on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
Hipertensi
1. Aneurisma
Aneurisma merupakan tonjolan abnormal yang terdapat pada dinding
arteriyang semakin lama akan semakin membesar tanpa menunjukkan
tanda-tanda sampai tonjolan tersebut pecah. Tonjolan tersebut tumbu
cukup besar menekan dinding arteri dan memblokir aliran darah.
2. Penyakit Ginjal Kronis
Penyakit gagal ginjal dapat terjadi pada saat pembuluh darah berada di
ginjal menyempit.
3. Perubahan Kongnitif
Penelitian menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu, jumlah hipertensi
dapat menyebabkan perubahan kognitif. Tanda dan gejala termasuk
kehilangan memori, kesulitan menemukan kata-kata, dan kehilangan fokus
selama percakapan.
4. Kerusakan Mata
Pada saat pembuluh darah yang terdapat pada mata pecah atau berdarah,
maka terjadi perubahan penglihatan atau kebutaan.
5. Serangan Jantung
13
Ketika aliran darah yang kaya oksigen ke bagian otot jantung tiba- tiba
tersumbat dan jantung tidak mendapatkan oksigen, maka bagian dada akan
mengalami nyeri dan sesak napas.
6. Gagal jantung
Jantung yang tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan mengakibat jantung gagal memompa dan
mengakibatkan sesak napas, merasa lelah dan terdapat pembengkakan
pada pergelangan kaki, dan vena yang terdapat di leher
7. Penyakit Arteri Perifer
Kenaikan tekanan darah dapat mengambitkan menumpuknya di arteri kaki
dan mempengaruhi aliran darah di kaki. Gejala yang paling umum
dirasakan adalah nyeri, kram, kesemutan.
8. Stroke
Ketika aliran darah yang kaya oksigen ke bagian otak tersumbat, maka
gejala yang timbul berupa kelemahan mendadak, kelumpuhan pada
anggota tubuh, dan kesulitan berbicara.
2.1.7 Pencegahan dan Penanganan
Terapi pencegahan yang dapat dilakukan menurut (Lemone, et al., 2019) adalah :
4. Penurunan stress
Stress menstimulasi sistem saraf simpatis, meningkatkan vasokonstriksi,
resistensi vaskular sistemik, curah jantung dan tekanan darah. Latihan fisik
sedang dan teratur adalah adalah penanganan pilihan untuk menurunkan
stress pada hipertensi.
2.1.8 Terapi farmakologi
Terapi farmakologi bertujuan menurunkan mortalitas, menurunkan angka
kejadian stroke, penurunan angka kematian jantung mendadak, dan infark
miokard. (Susilo dan Wulandari. 2021)
DM adalah kondisi kronis yang terjadi bila ada peningkatan kadar glukosa
dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau menggunakan
insulin secara efektif. Insulin adalah hormon penting yang diproduksi di pankreas
kelenjar tubuh, yang merupakan transports glukosa dari aliran darah ke dalam sel-
sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya insulin atau
15
2.2.2 Klasifikasi DM
1. DM Tipe 1
DM Tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan
tubuh menyerang sel beta penghasil insulin dipankreas. Akibatnya,
tubuhmenghasilkan insulin yang sangat sedikit dengan defisiensi insulin
relatif atau absolut. Kombinasi kerentanan genetik dan pemicu lingkungan
seperti infeksi virus, racun atau beberapa faktor diet telah dikaitkan dengan
DM tipe 1. Penyakit ini bisa berkembang pada semua umur tapi DM tipe 1
paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang dengan DM tipe 1
memerlukan suntikan insulin setiap hari untuk mempertahankan tingkat
glukosa dalam kisaran yang tepat dan tanpa insulin tidak akan mampu
bertahan.
2. DM Tipe 2
DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling umum, terhitung sekitar 90% dari
semua kasus DM. Pada DM tipe 2, hiperglikemia adalah hasil dari
produksi insulin yang tidak adekuat dan ketidakmampuan tubuh untuk
merespon insulin secara sepenuhnya, didefinisikan sebagai resistensi
insulin. Selama keadaan resistensi insulin, insulin tidak bekerja secara
efektif dan oleh karena itu pada awalnya mendorong peningkatan produksi
insulin untuk mengurangi kadar glukosa yang meningkat namun seiring
waktu, suatu keadaan produksi insulin yang relatif tidak memadai dapat
berkembang. DM tipe 2 paling sering terlihat pada orang dewasa yang
16
lebih tua, namun semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan orang
dewasa muda. Penyebab DM tipe 2 ada kaitan kuat dengan kelebihan berat
badan dan obesitas, bertambahnya usia serta riwayat keluarga. Di antara
faktor makanan, bukti terbaru juga menyarankan adanya hubungan antara
konsumsi tinggi minuman manis dan risiko DM tipe 2 (IDF, 2017).
3. DM Gestasional
DM gestasional adalah jenis DM yang mempengaruhi ibu hamil biasanya
selama trimester kedua dan ketiga kehamilan meski bisa terjadi kapan saja
selama kehamilan. Pada beberapa wanita DM dapat didiagnosis pada
trimester pertama kehamilan namun pada kebanyakan kasus, DM
kemungkinan ada sebelum kehamilan, namun tidak terdiagnosis. DM
gestasional timbul karena aksi insulin berkurang (resistensi insulin) akibat
produksi hormon oleh plasenta (IDF, 2017).
2.2.3 Etiologi DM
1. DM Tipe 1
DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran autoimun sel β pankreas. Proses
ini terjadi pada orang yang rentan secara genetik dan (mungkin) dipicu
oleh faktor atau faktor lingkungan (Skyler & Ricordi, 2018). DM tipe 1
disebabkan oleh interaksi genetika dan lingkungan, dan ada beberapa
faktor genetik dan lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap
perkembangan penyakit.
2. DM Tipe 2
Terdapat hubungan yang kuat antara DM tipe 2 dengan kelebihan berat
badan dan obesitas dan dengan bertambahnya usia serta dengan etnis dan
riwayat keluarga (IDF, 2017). DM tipe 2 ditandai oleh resistensi insulin
dan penurunan progresif dalam produksi insulin sel β pankreas. Resistensi
insulin adalah kondisi di mana insulin diproduksi, tetapi tidak digunakan
dengan benar: jumlah insulin yang diberikan tidak menghasilkan hasil
yang diharapkan (Allende-Vigo, 2020; Olatunbosun, 2021).
Penurunan progresif dalam fungsi sel β pankreas adalah karena penurunan
massa sel β yang disebabkan oleh apoptosis (Butler, et al 2018); ini
mungkin merupakan konsekuensi dari penuaan, kerentanan genetik, dan
17
resistensi insulin itu sendiri (Unger & Parkin, 2020). Etiologi DM tipe 2
adalah kompleks dan melibatkan faktor genetik dan gaya hidup.
3. DM Gestasional
DM gestasional terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan,
diperkirakan terjadi karena perubahan pada metabolisme glukosa
(hiperglikemi akibat sekresi hormon – hormon plasenta). DM gestasional
dapat merupakan kelainan genetik dengan carainsufisiensi atau
berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis,
dan konsentrasi gula darah tinggi (OsgoodND, Roland FD, Winfried KG,
2021).
2.2.4 Faktor Risiko
Secara garis besar faktor risiko DM Tipe 2 terbagi menjadi tiga, yaitu pertama
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat genetik, umur ≥45 tahun,
jenis kelamin, ras dan etnik, riwayat melahirkan dengan berat badan lahir bayi
>4000 gram atau riwayat menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan
berat badan rendah yaitu <2500 gram. Kedua, faktor yang dapat diubah yaitu
obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan diet tidak sehat.
Serta ketiga yaitu faktor risiko lainnya seperti merokok dan konsumsi alkohol
(PERKENI, 2019)
1. Riwayat Keluarga
Transmisi genetik adalah paling kuat terdapat dalam DM, jika
orang tua menderita DM maka 90% pasti membawa carier DM yang
ditandai dengan kelainan sekresi insulin. Risiko menderita DM bila salah
satu orang tuanya hanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua
orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%.
Risiko untukmendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah
dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam
kandungan lebih besar dari ibu (Price & Wilson, 2018).
2. Usia
Usia lebih dari 45 tahun adalah kelompok usia yang berisiko menderita
DM. Lebih lanjut dikatakan bahwa DM merupakan penyakit yang terjadi
18
1. Edukasi Pemberdayaan
Pasien DM memerlukan partisipasi aktif dari dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Tenaga kesehatan bertugas untuk memberikan informasi
terkait pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia
serta cara mengatasinya kepada pasien DM dan keluarga. Pemantauan gula
darah dapat dilakukan secara mandiri setelah pasien mendapatkan
pengetahuan dan pelatihan khusus.
2. Terapi gizi medis
Prinsip pengaturan makan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing- masing individu.
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45- 65% total asupan energi, asupan
lemak sekitar 20- 25% kebutuhan kalori dan protein sebesar 10 – 20%
total asupan energi,pembatasan natrium tidak boleh lebih dari 3000 mg (1
sendok teh), konsumsi cukup serat (kurang lebih 25g/hari) dan pemanis
yang tidak berkalori (aspartam, sakarin, sucralose dll).
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari- hari dan latihan jasmani secara teratur (3- 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2.
4. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis untuk pasien DM terdiri dari obat oral dan injeksi.
Berdasarkan cara kerjanya, OHO (obat hipoglikemik oral) dibagi menjadi
26
2.3 Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hiperetnsi dan Diabetes Millitus
27
1. Metode langsung
Dilakukan dengan observasi pengobatan secara langsung, mengukur
konsentrasi obat dan metabolismenya dalam darah. Namun, biaya yang
digunakan sangat mahal.
2. Metode tidak langsung
Dilakukan dengan menanyakan pasien tentang cara pasien menggunakan
obat, menilai respon klinik, melakukan penghitungan obat (pill count), dan
mengumpulkan kuesioner kepada pasien.
Menurut Jasti, et al., (2005) dalam Pratiwi (2021), cara menghitung jumlah sisa
tablet secara langsung dan menghitung tingkat kepatuhan pasien dengan
menggunakan rumus:
Kepatuhan =
Keterangan:
1. Patuh : 70-100%
yaitu MMAS-8 dengan reabilitas yang lebih tinggi yaitu 0,83 serta
sensivitas dan spesifitas yang lebih tinggi pula.
Morisky secara khusus membuat skala untuk mengukur kepatuhan
dalam mengomsusmsi obat yang dinamakan Morisky Medication
Adherence Scale (MMAS), dengan delapan item yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang menunjukan frekuensi kelupaan dalam minum obat,
kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter,
kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat
(Morisky et al.,2018).
Salah satu metode pengukuran kepatuhan secara tidak langsung
adalah dengan menggunakan kuesioner. Metode ini dinilai cukup
sederhana, murah dalam pelaksanaanya. Salah satu model kuesoner yang
telah tervalidasi untuk menilai kepatuhan terapi jangka panjang adalah
Morisky 8-items. Pada mulanya Morisky mengembangkan beberapa
pertanyaan singkat (dengan 4 butir pertanyaan) untuk mengukur kepatuhan
pengobatan pada pasien hipertensi. Modifikasi kuesioner Morisky tersebut
saat ini telah dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan pengobatan
penyakit jangka panjang. pengukuran skor Morisky scale 8- items untuk
pertanyaan 1 sampai 7, dan apabila jawaban ya bernilai 0, kecuali
pertanyaan nomor 5 jawabanya ya bernilai 1, sedangkan untuk pertanyaan
nomor 8 jika menjawab tidak pernah/jarang (tidak sekalipun dalam satu
minggu) bernilai 0 dan bila respondenya menjawab ssesekali (satu/d ua
kali semunggu), terkadang (tiga/empat kalidalam semingggu), biasanya
(lima/enam kali dalam seminggu) dan setiap saat bernilai 1 (Morisky et
al.,2018)
2.4 Tinjauan peran peawat
2.4.1 Pengertian perawat
Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai pendidikan dalam sistem
pelayanan kesehatan dan memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan (Budiono dan Sumirah Budi,2019).
2.4.2 Pengertian Peran
32
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil dalam Hilman (2018).
2.4.3 Peran Perawat
Menurut Dermawan (2017), peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang
bersifat stabil.
Menurut Kozier Barbara (dalam Dermawan, 2017), peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
Peran perawat menurut Hasil Lokakarya Keperawatan Tahun 1983 adalah :
a. Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
b. Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan
c. Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan
d. Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
1. Peran perawat sebagai Konsultan (penasihat)
Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
Peran sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat bagi pasien. Dimana peran ini berfungsi memecahkan atau
mendapat solusi dari berbagai masalah yang dialami oleh klien (dalam hal ini
pasien), masalah yang dimaksud disini bukan hanya berupa penyakit yang
diderita klien, tetapi juga semua hal yang dapat mengancam kesehatannya.
Peran konsultasi ini juga berlaku terhadap keluarga pasien/perawat dan
perawat lain.
2. Peran perawat sebagai Edukator (pendidik)
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan. Doheni dalam Hilman (2018) sebagai pendidik klien,
perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian
33
berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat (Gellad et al., 2021). Keterbatasan tenaga
kesehatan khususnya tenaga apoteker, dan rendahnya pengetahuan tenaga kesehatan,
pasien dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab utama tidak
terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia. Edukasi dari
tenaga kesehatan dengan model komunikasi dua arah dan kepercayaan pasien terhadap
tenaga kesehatan menjadi modal dalam upaya peningkatan kepatuhan. Salah satunya
adalah edukasi menggunakan brosur yang dilakukan melalui wawancara dan diskusi
sehingga memungkinkan komunikasi berjalan dua arah (Burnier, 2017).
Pengaruh pemberian edukasi melalui brosur terhadap tingkat kepatuhan menurut
peelitian minum obat berdasarkan kuesioner MMAS-8 Emy Oktaviani dkk, (2020).
Edukasi melalui brosur dapat meningkatkan kepatuhan responden dalam meminum
obat. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan
terdapat perbedaan bermakna tingkat kepatuhan responden sebelum dan sesudah
diberikan edukasi (p<0,05). Hasil ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian lain yang
menyebutkan bahwa edukasi memberikan pengaruh terhadap tingkat kepatuhan pasien
hipertensi dalam minum obat dan secara statistik memberikan hasil yang signifikan
(p<0,05) (Ayodapo et al.,2020; Bijani et al., 2020; Gaziano et al.,2019).
Pemberian edukasi dengan metode yang baik dan tepat dapat membantu
meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi sehingga tekanan darah berada pada
rentang yang normal dan komplikasi akibat hipertensi dan diabetes millitus dapat
dicegah dan dikontrol. Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai
perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh
tenaga kesehatan (Fauzi & Khairu, 2018). promosi kesehatan adalah upaya
memberdayakan perorangan, kelompok dan masyarakat agar memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Dengan
pemberian edukasi menggunakan metode yang tepat, maka responden akan
terdorong untuk patuh pada pengobatan yang mereka jalani (Efendy dan Makhfudli
2019).
36
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung
Terapi farmakologi
Edukator
a. Memberikan penjelasan
b. Menasehati
c. Mengajarkan
d. Memberi contoh
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
37
millitus di pengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain adalah dukungan
Oleh karena itu didalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti ada tidaknya
H1: ada pengaruh peran perawat sebagai edukator terhadap kepatuhan obat pada
pasien hipertensi dan diabetes millitus.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross
sectional. Metode cross sectional merupakan suatu metode penelitian yang
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
mengunakan pendekatan, observasional atau pengumpulan data sekaligus pada
satu waktu (point time approach) (Notoatmojo, 2018).
Sampling
Non Probability Sampling
Sampel
Sebagian pasien hipertensi dan DM di puskesmas Singgahan Kecamatan Sianggahan bulan
November 2022 sejumlah 60 responden
Desain Penelitian
Observasional dengan pendekatan Cross Sectional
Pengumpulan Data
Kuisioner MMAS
Analisa Data
Uji chi square
Kesimpulan
38
39
4.3.1 Populasi
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
4.3.2 Sampling
Kriteria eksklusi
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini
jumlah 60 responden.
(Nursalam, 2014)
Rumus :
150
n=
1+ 150 ( 0,0 1 ) ²
150
n=
1+ 150(0,01)
150
n=
1+ 1,5
150
n=
2,5
n = 60 (60 responden)
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
41
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus pada penelitian. (Setiawan Ari,
2015)
lainnya.
edukator.
akibat dari adanya variabel bebas. Dikatakan sebagai variabel terikat karena
Variabel dependen dari penelitian ini adalah kepatuhan minum obat pada
Definisi Alat
No Variabel Indikator Skala Kode/Skor
Operasional Ukur
1. Peran Persepsi 1. Memberikan Kuisioner Ordinal Skor dalam
perawat penderita penjelasan; rentang 30-
sebagai hipertensi 2. Menasehati ; 130 yang di
edukator. terhadap 3. Memberi kategorikan :
edukasi yang contoh
di lakukan 1. jika buruk
yang di nilai < 83,73
lakukan oleh 2.jika baik
perawat nilai > 83,73
mencakup
pengajaran,
penhetahuan
kepada pasien
dengan
memberikan
pennjelasan ,
menasehati,
mengajarkan
dan memberi
contoh.
2. Kepatuhan Kepatuhan 1. Lupa Kuisioner Ordinal Skor dalam
minum minum obat mengonsumsi MMAS-8 rentang < 6
obat pada diartikan sebagai obat (modifiene sampai
pasien perilaku pasien 2. Tidak d morisky dengan 8.
yang mentaati
hipertensi meminum obat adhere Kategori :
semua nasehat
dan dan petunjuk
3. Berhenti scale) 1.kepatuhan
diabetes yang dianjurkan meminum obat rendah jika
millitus. oleh tenaga 4. Terganggu skor< 6
medis dalam oleh jadwal 2. kepatuhan
mengkonsumsi minum obat sedang skor
obat, meliputi 6-8
keteraturan, 3. kepatuhan
waktu dan cara tinggi skor 8
minum obat.
Penilaian
terhadap
kepatuhan
diperoleh dari
total skor
keteraturan,
waktu dan cara
minum obat yang
di peroleh pada
saat
pengumpulan
kuesioner
komsumsi oba
43
Instrumen adalah alat pengumpul data yang digunakan oleh peneliti dalam
cara kuisioner MMAS-8, kuisioner data demografi dan kuisioner peran perawat
sebagai edukator.
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini adalah data yang diambil
langsung dengan responden setelah mendapat ijin dari IIK NU Tuban, dan
petugas memberi penjelasan tentang tata cara pengisian kuesioner tersebut agar
hasilnya valid. Setelah peneliti meminta izin kepada pihak-pihak yang terkait
3. Tabulating
a Analisis univarian
penelitian.
4.9.2 Anonimity (Tanpa nama)
47
memberikan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode
4.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil