Oleh :
KELOMPOK I
SITTI ZAENAB (C051171722)
NOVIETA (C051171713)
A. Definisi
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih
dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Melakukan
pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang pasti t entang ada
atau tidaknya penyakit menular seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan
karena PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi
yang dikandung/dilahirkan (Yulifah,dkk, 2009).
Penyakit Menular Seksual. PMS adalah infeksi yang penularannya terjadi melalui
kontak seksual baik dalam bentuk kontak seksual genital, oral atau anal. Banyak penderita
PMS tidak menyadari bahwa dirinya mengidap PMS oleh karena penyakit ini seringkali
tidak menunjukkan gejala.
Penyakit Menular Seksual (PMS) relative sering terjadi pada kehamilan, terutama
pada penduduk perkotaan yang kurang mampu, tempat penyalahgunaan obat dan prostitusi
yang mewabah. Penapisan, identifikasi, edukasi dan te rapi merupakan komponen penting
pada perawatn prenatal wanita yang beresiko tinggi mengidap penyakit – penyakit ini.
PMS adalah infeksi atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks (oral,
anal, vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks
yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan menyerang
mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak serta organ tubuh lainnya. Misalnya
HIV/AIDS, Hepatitis B. (Eny Ratna, 2009; hal. 31)
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. PMS
dapat menyebabkan :
1. Abortus
2. Kehamilan Ektopik (embrio melakukan implantasi diluar rahim)
3. Persalinan preterm (kehamilan ≤ 37 minggu )
4. Lahir mati
5. Cacat bawaan
6. Morbiditas neonatus
7. Kematian
Seringkali penularan pada janin terjadi saat persalinan, saat melalui jalan lahir yang
terinfeksi. Namun, sejumlah infeksi juga dapat terjadi secara transplasental sehingga
menyebabkan infeksi janin intrauterin.Adalah satu hal yang penting untuk memastikan
bahwa wanita hamil bebas dari PMS. Pada kunjungan prenatal pertama, provider
kesehatan (bidan, dokter , obstetric dan gynecologist) akan melakukan skrining untuk
beberapa jenis PMS, termasuk HIV – human immunodeficiency virus (pada beberapa
sentra kesehatan tertentu) dan syphilis. Beberapa jenis PMS dapat disembuhkan dengan
obat, namun tidak semua jenis PMS dapat diobati dengan obat.Bila jenis PMS yang
diderita termasuk jenis yang sulit disembuhkan maka harus diambil langkah terbaik untuk
melindungi janin yang dikandung.
B. Etiologi
1. Sifilis
a) Sifilis disebabkan oleh triponema palidum, spiroket yang menginfeksi mukosa
sampai timbulnya kanker membran.
b) Sifilis sulit di lacak dan penyakit ini hanya menghilang ke dalam tubuh dan terus
melakukan kerusakan di tempat-tempat yang tidak dapat dilihat
c) Lama masa inkubasi, dari waktu pajanan sampai timbulnya kanker primer,
bergantung pada jumlah microorganism yang menetap saat infeksi dan berapa lama
organism ini bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 jam untuk bereplikasi
dibandingkan bakteri yang hanya memerlukani beberapa menit untuk bereplikasi.
Inkubasi pada tahap primer adalah 10-90 hari setelah kontak, rata-rata 21 hari.
Tanda dan gejala sembuh dengan spontan dalam 3 minggu tanpa terapi.
Inkubasi pada tahap sekunder adalah 17 hari samapai 6 bulan setelah kontak, rata-
rata 2,5 bulan. Bila sifilis tidak diobati tanda dan gejala sembuh secara spontan
dalam 2-8 minggu, dengan rata-rata 4 minggu.
Tahap laten dimulai setiap lesi sekunder hilang.
d) Individu dinyatakan infeksius bila muncul salah asatu lesi primer atau sekunder.
Respon antibodi awal adalah IgM, dan dalam 2 minggu IgM berubah menjadi IgG.
2. Gonoroe
a) Organisme gonokokus (gonokokus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk
kacang-kacang merah, yang bersifat patogen pada epitel. Lokasi infeksi yang umum
mencakup:
Orofaring
Konjungtiva mata
Uretra pria
Saluran reproduksi wanita. GC menetap dalam vagina hingga menstruasi, saat
kanalis serviks terbuka, dan kemudian naik ke uterus serta tuba falopii.
Rektum
b) Infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi
bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
3. HIV/ AIDS
a) Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti
hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik,dan alat-alat
penusuk (tato,penindik,dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap
HIV kepada janin atau disusui oleh wanita
b) Yang mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih
mungkin tertular
c) Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar penularan terjadi
waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan
berlanjut lama.Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh
darah ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus
itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.
C. Gambaran Klinis
1. Sifilis
Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil, hanya
perlu diwaspadai hasil tes serologi sifilis pada kehamilan normal bisa memberikan hasil
positif palsu.Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah plasenta
terbentuk utuh, kira – kira sekitar umur kehamilan 16 minggu.Oleh karena itu bila sifilis
primer atau sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16 minggu, kemungkinan
untuk timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.
a) Tahap primer menunjukan ciri-ciri berikut :
Lesi primer adalah sanker: papula kecil yang membentuk jalan masuk dan
menghancurkan diri untuk membentuk ulserasi superficial yang tidak nyeri, dan
berakhir selama 5 minggu dan sembuh secara spontan. Lesi ini sehingga luput
dari deteksi. Lesi mungkin satu atau banyak.
Sekitar 70% kasusu terjadi duseminata dari jalan masuk infeksi ke kelenjar limfe
yang menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada lipatan paha dan axila yang
diikuti pembesaran kelenjar limfe yang lain (bubo-satelit), nyeri tekan dan
berbatas tegas.
b) Tahap sekunder
Disebabkan diseminata hematogen yang berasal dari drainase kelenjar limfe
regional. Tahap sekunder ditandai dengan kondisi berikut:
Ruam kulit yang menyeluruh, bilateral, tidak gatal, dan tidak nyeri tampak
hamper diseluruh tubuh , namun terutama di membrane mukosa, telapak tangan
dan telapak kaki. Ruam yang muncul bias berupa salah satu atau semua bentuk
lesi berikut:
Macula datar, berwarna tembaga
Papula eritematosa, berkerak
Pustule
Tampilan ruam dalam mulut berupa erosi putih yang disebabkan dengan
“tempelan mukosa”.
Lesi lecet yang berkombinasi dengan kondiloma latum yang terbentuk pada area
tubuh yang lembab, seperti area vulva dan perianal. Lesi ini berupa sekelompok
kecil veruka datar yang tertutup oleh eksudat keabu-abuan; lesi ini sangat
infeksius. Jangan keliru membedakan lesi ini dengan kondiloma akuminata,
veruka eksternal yang disebabkan oleh HPV.
Gejala sistemik yang biasa terjadi:
Adenopati yang menyeluruh
Demam, malaise, letargi dan sakit kepala
Anoreksia dan penurunan berat badan
Alopesia terjadi dimana saja pada tubuh.
c) Tahap laten
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta. YBPS
Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer C.S, Bare G.B,. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3.
Jakarta : EGC
Nanda International. (2015). Jakarta : EGC