Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

(SIFILIS DAN GONORHEA)

Disusun oleh:

1. Anggi anugrah ( 20210910170062 )


2. Cindy juzianti f ( 20210910170050 )
3. Dwi apriyanti s ( 20210910170005 )
4. Haryati ( 20210910170079 )
5. M sukron wainsaf ( 20210910170073 )
6. Sally savitri ( 20210910170058 )
7. Wiwik puji rahayu ( 20210910170087 )
8. Anita dwi m ( 20210910170048 )
9. M akmal HI S ( 20210910170038 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
TRANSFER 2B
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Penyakit Menular Seksual (Sifilis dan Gonorhea)” ini
dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Asuhan
Keperawatan Penyakit Menular Seksual (Sifilis dan Gonorhea)”.

Kami harap makalah ini dapat member manfaat bagi kita semua. Memang makalah
ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkritik dan saran bagi pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jakarta, 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan
oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena
memiliki masa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai
banyak penyakit, dan ditularkan dari ibu ke janin (Djuanda, 2015). Penularan
sifilis berhubungan dengan perilaku seksual. Perilaku seksual adalah bentuk
perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Bentuk perilaku ini dapat bermacam-macam, mulai dari
perasaan tertarik sampai berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono,
2013).
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria
gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram negatif
dan manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus,
infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual (Sari et al.,
2012). Menurut Irianto (2014) bahwa setiap tahunnya kasus gonore lebih
banyak terjadi pada wanita daripada pria.
Secara global pada tahun 2008, jumlah orang dewasa yang terinfeksi
sifilis adalah 36,4 juta dengan 10,6 juta infeksi baru setiap tahunnya (WHO,
2009). Daerah yang mempunyai tingkat penularan sifilis tertinggi ialah sub-
Sahara Afrika, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara. Beberapa studi yang
telah dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa terdapat 30% seropositif sifilis
pada antenatal dan 50%-nya mengakibat kematian bayi pada sifilis kongenital
(Lukehart, 2010). Sedangkan menurut Ties et al. (2015) memperkirakan setiap
tahun terdapat 78 juta penderita baru penyakit menular seksual dan pada tahun
2012 tercatat data yang diperoleh untuk penderita baru penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae sebanyak 78,3 juta diseluruh
dunia.
Dalam profil kesehatan provinsi Jawa Tengah yang ditulis oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2014) menyebutkan bahwa jumlah kasus
baru penyakit menular seksual pada tahun 2011 sebanyak 10.752 kasus, tahun
2012 sebanyak 8.671 kasus, tahun 2013 sebanyak 10.471 kasus

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit menular seksual (Sifilis dan
Gonorhea).
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui gambaran perjalanan penyakit gonorrhea
b. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
c. Agar mahasiswa mampu menegakkan dignosa kperawatan pada pasien
dengan penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
d. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi pada pasien dengan
penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
e. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada pasien
dengan penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
f. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan
penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. SIFILIS
1. PENGERTIAN
(Sifilis adalah penyakit seksual menular kompleks yang disebabkan
oleh spiroket Treponema Palidum (kennedy, 2013).Infektivitas cenderung
tinggi, dengan 60 % individu yang terjangkit penyakit saat terpanjan
pertama kali oleh pasangan yang memiliki lesi primer. Infeksi pada ibu
dapat ditularkan ke janin (sifilis kongenital).
Angka sifilis di Amerika Serikat pada 2006 sebesar 3,3 kasus per
100.000 orang. Faktor resiko yang menyebabkan sifilis mencakup
penyalahgunaan zat-zat, terutama kokain, prostitusi tidak adanya
perawatan prenatal, usia muda, status sosial ekonomi rendah, ras atau etnis
minoritas, dan memiliki banyak pasangan seks (Leveno, 2015).

2. PATOFISIOLOGI
a. Infeksi Pada Ibu Hamil
Lesi genital pada sifilis primer disebut chancre, yang ditandai
dengan adanya ulkus keras dan tidak nyeri dengan tipe yang
meninggi dan dasar jaringan granulasi. Ulkus menetap selama 2
sampai 6 minggudan kemudian sembuh spontan dan sering disertai
pembesaran tak nyeri kelenjar getah bening inguinal. Sekitar 4
sampai 10 meniggu sampai chancre sembuh, biasanya timbul
sifilis sekunder dalam bentuk ruam kulit yang bervariasi.mungkin
dijumpai lesi mirip target di telapak tangan dan kaki, alopesia dan
bercak di mukosa. Pada sebagian kasus lesi terbatas di genitalia,
dan tampak sebagai lesi meninggi yang disebut kondiloma lata.
Gejala berupa demam, malese, artralgia, dan myalgia sering
terjadi. Jika tidak diobati sifilis berkembang menjadi tahap yang
asimtomatik, diagnosis adalah sifilis laten dini. Jika durasinya
lebih dari 12 bulan, ditegakan sifilis laten lanjut.
b. Infeksi Pada Janin Dan Neonatus.
Dahulu, sifilis merupakan penyebab dari sepertiga kasus lahir mati.
Sekarang sifilis memiliki peran yang kecil teapi persisten dalam
kematian janin. Spiroketa mudah menembus plasenta dan
menyebabkan infeksi kongenital, karena adanya imuno-
inkompetensi relative sebelum 18 minggu, janin biasanya tidak
memperlihatkan gejala klinis jika terinfeksi sebelum kurun waktu
ini. Frekuensi sifilis kongenital bervariasi sesuai stadium dan
durasi infeksi pada ibu, insidensi tertinggi adalah pada neonatus
yang lahir dari ibu dengan sifilis dini (primer, sekunder atau laten
dini) dan insidensi terendah pada laten lanjut. Penting diketahui
bahwa semua stadium sifilis pada ibu dapat menyebabkan infeksi
pada janin. Infeksi sifilis kongenital dibagi menjadi penyakit
stadium dini, yang bermanifestasi pada neonatus, dan penyakit
stadium lanjut yang bermanifestasi pada saat remaja.
3. GAMBARAN KLINIS
Menurut kennedy, 2015 penyakit sifilis terbagi menjadi fase primer,
sekunder dan laten.
a. Periode inkubasi sifilis primer 10-90 hari, chancre bisanya terjadi
3-4 minggu setelah pemanjanan.
b. Chancre sifilis primer terjadi pada area inokulasi dan tampak
sebagai ulkus berwarna merahyang tidak nyeri disertai bagian tepi
lesi yang menonjol dan bagian dasar yang bergranulasi (seperti
kancing). Chancre serviks sering terjadi pada ibu hami, mungkin
disebabkan serviks yang rapuh, yang mudah terinfeksi. Chancre
menetap selama 2-6 minggu, serta sembuh secara spontan.
Seringkali pembesaran nodus limfe inguinal yang yang tidak
terasa nyeri dapat di palpasi.
c. Sihilis sekunder terjadi 4-10 minggu setelah chancre primer
sembuh. Pada 15% wanita chancre masih dapat muncul, fase
sekunder ini melibatkan diseminasi T.Pallidum yang menyebar
luas dan oleh sebab itu, ditandai oleh gejala keterlibtan sistemik :
demam ringan, sakit tenggorok, sakit kepala, malaise, adenopati
dan ruam pada mukosa dan permukaan kulit. Allopesia hepatitis
ringan, dan gangguan ginjaldapat terjadi.
d. Lesi sifilis sekunder dapat dapat ringan dan bahkan tidak disadari.
Beberapa wanita mengalami lesi genital khas sifilis sekunder yang
disebut kondilomata lata. Lesi ini tampak sebagai lesi lembab
berwarna putih yang menonjol dan sangat menular. Lesi ini
sembuh dalam 3-12 minggu, dan penyakit memasuki fase laten.
e. Sifilis laten adalah infeksi pada individu yang memiliki uji
serologis reaktif tapi tidak ada manifestasi klinis. Fase laten
terbagi menjadi awal (satu tahun atau kurang sejak timbulnya
infeksi) dan akhir (lebih dari satu tahun sejak awal infeksi).
Infeksi terus berlangsung selama periode ini.
f. Sifilis tersier terjadi setelah beberapa tahun mengidap sifilis yang
tidak diobati. Sistem skeletal, saraf dan kardiovaskuler, dapat
sangat terpengaruh.
g. Perjalanan klinis sifilis tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
h. Hasil kehamilan dipengarui secara drastic oleh sifilis. Penularan
penyakit sangat bergantung pada durasi penyakit ibu.
i. Bayi yang paling terpengaruh adalah bayi yang dikandung oleh
ibu yang mengalami sifilis primer atau sekunder. Bayi yang
kurang terpengaruh adalah bayi adalah bayi yang dikandung oleh
oleh ibu yang mengalami penyakit fase latenawal atau akhir.

4. DIAGNOSIS

Meskipun secara tradisional sifilis didiagnosis berdasarkan deteksi


langsung dibawah mikroskop lapangan gelap, namun saat ini yang paling
sering digunakan adalah uji serologis. Skrining sifilis dilakukan dengan
menggunakan suatu pemeriksaan nontreponemal. Dua pemeriksaan yang
paling sering dilakuakan di Amerika Serikat adalah uji Venereal Disease
Research Laboratory (VDRL) dan rapid plasma reagin ( RPR) keduanya
murah dan secara teknis mudah dilakukan. Laporan berupa titer kuantitafif
yang sering menjadi negative setelah pengobatan, titer inilah yang diikuti
untuk menentukan efektifitas pengobatan.karena adanya angka positif
palsu sebesar 1 persen , uji nontreponemal yang positif perlu dikonfirmasi.
Konfirmasi dilakukan dengan menggunakan salah satu dari dua uji
nontreponemal yang tersedia. Uji fluorescent treponemal antibody
absorpsion (FTA-Abs) dan microhematoglutination assay untuk antibody
terhadap T.pallidum (MHA-TP) secara teknis sulit dan lebih mahal untuk
dilakukan. Hasilnya tidak dapat dikuantiikasi dan tetap positif selama
bertahun-tahun, bahkan dengan terapi yang memadai. Meskipun
merupakan uji konfirmatorik yang sangat baik keduanya tidak bermanfaat
sebagai skrining.

5. PENATALAKSANAAN
Sifilis dini : penicillin G Benzantin, 2,4 juta unit intramuskulus sebagai
suntikan tunggal, sebagian menganjurkan dosis kedua 1 minggu kemudian
Sifilis dengan durasi lebih dari setahun : penicillin G Benzantin, 2,4 juta
unit intramuskulussetiap minggu untuk 3 dosis
Neorosifilis : penicillin G kristal cair, 3-4 juta unit intravena setiap 4 jam
selama 10-14 hari atau penicillin prokain cair 2,4 juta unit intramuskulus
setiap hari, plus probenesid 500 mg per oral empat kali sehari, keduanya
10-14 hari.

6. TINDAK LANJUT
Kontak seksual selama tiga bulan terahir perlu perlu dievaluasi untuk
sifilis dan diterapi secara persumtif, meskipun seronegative. Titer serologi
ibu perlu diperiksa setiap bulan dan mendekati persalinan untuk
memastikan respon serologi terhadap terapi atau untuk mengetahui
reinfeksi pada kelompok beresiko tinggi ini.peningkatan titer 4 kali lipat
atau lebih mengisyaratkan reinfeksi atau kegagalan pengobatan, sebagai
contoh, titer VDRL yang semula 1:4 dan kemudian meningkat menjadi 1:
16 mengisyaratkan reinfeksi.

B. GONOREA
1. PENGERTIAN
Kencing nanah atau gonorrhea adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam
uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata
(konjungtiva) (leveno, 2009).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga
timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.Namun penyakit gonore ini
dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat.
Kuman  patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui
makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan.
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria
gonorrhea / Gonokok yang bersifat patogen. Kuman tersebut termasuk
dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan
N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N.
pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.

2. PATOFISIOLOGI
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan farings.Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas
deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar
skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan
melalui jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system
imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan
difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus
mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula
resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh
polimorfonukleosit.
Faktor yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein,membrane
bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.Daerah yang paling mudah
terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks,
kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini,
konjungtiva mata dan rectum.Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang
belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
3. GAMBARAN KLINIS
a. Pada Pria
  Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi
antara 2-5 hari, kadang - kadang lebih lama karena pengobatan diri
sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar
sehingga tidak diperhatikan.
Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra
kemudian diikuti nyeri Ketika berkemih. Disuria yang timbul
mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir
mukoid dari uretra. Retensi urin akibat inflamasi prostat, keluarnya
nanah dari penis atau kadang-kadang sedikit mengandung
darah.Tempat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan
uretritis. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing
terdapat pada ujung penis atau bagian distal uretra, perasaan nyeri
saat ereksi.
b. Pada Wanita
Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama
beberapa minggu atau bulan (asimtomatis) Jika timbul gejala,
biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan
gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih, Nyeri ketika
berkemih, Keluarnya cairan dari vagina, Demam, Infeksi dapat
menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
 Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan
hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya.
Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari
rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan
kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada umumnya
terdapat rasa sakit pada punggung bagian bawah, bersama-sama
keadaan tidak enak badan

4. DIAGNOSIS
 Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan
ditemukan diplokokus gram negative, intraselular, dan ekstra
selular, leukosit PMN. Pada tubuh pria bahan diambil dari
daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita
diambil dari seviks , uretra ,muara kelenjar bartholin dan
rectum.
 Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur).
Dua macam media yang dapat digunakan media transport,
misalnya :
 media stuart dan media transgrow( merupakan
gabungan media transport dan pertumbuhan yang
selektif dan nutritive untuk neisseria gonorrhea dan
neissaria meningitis)
 media pertumbuhan misalnya media Thayer martin
( selektif untuk mengisolasi gonokok )
 tes definitive adalah tes oksidasi , semua neisseria member
reaksi positif dan terfermentasi , kuman gonokok hanya
meragikan glukosa.
 Tes Thomson yaitu dengan menampung urin pagi dalam 2
gelas , tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana
infeksi sudah berlangsung.

5. PENATALAKSANAAN
a.  Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral
(melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin).Jika
gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh
darah, infus).
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap
penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin,
amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1
gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan
pengobatan yang memadai. Spectinomycin berguna untuk penyakit
gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin.
Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.Pengobatan jangka
panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
b. Non-Medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
Bahaya penyakit menular seksual, Pentingnya mematuhi pengobatan yang
diberikan
Dan Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat dihindari. Serta Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa
yang akan datang.
                                                                                                                                   
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
SIFILIS DAN GONORHEA

A. Sifilis
1. Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut:
a. Anamnesa
1) Klien mengeluh nyeri pada tulang
2) Klien mengeluh tidak nafsu makan
3) Klien mengeluh nyeri pada kepala
4) Klien mengeluh kesemutan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Anoreksia dan berat badan menurun
2) Demam subfebris
3) Ulkus merah pada penis dan anus
4) Arthritis dan paresis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Hipertermi Gangguan integritas jaringan kulit
c. Risiko cedera pada janin
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji Tanda Tanda


Kerusakan asuhan keperawatan Vital (TD, N, RR)
Jaringan selama 8 jam 2. Kaji keluhan,
Sekunder diharapkan nyeri lokasi, intensitas,
berkurang/hilang, frekuensi dan
dengan kriteria hasil: waktu terjadinya
nyeri (PQRST)
1. Klien tidak
3. Pemberian obat
mengeluh nyeri
dan analgesic
2. Skala nyeri 0-1 (0-
4. Edukasi efek
4)
samping obat
3. Klien tidak gelisah
5. Edukasi
manajemen nyeri
(Ajarkan teknik
relaksasi,
distraksi,
massage)
6. Pemantauan nyeri
7. Manajemen
kenyamanan
lingkungan
2 Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Regulasi
Respon Sistemik asuhan keperawatan Temperatur
ulkus mole selama 12 jam 2. Kolaborasi
diharapkan suhu tubuh pemberian cairan
dalam rentang normal, intravena dan
dengan kriteria hasil: antipireutik
3. Berikan kompres
1. Suhu tubuh
hangat
normal (36-37˚C)
4. Anjurkan klien
2. Kulit tidak panas,
untuk banyak
tidak kemerahan
minum 1500-2000
3. Turgor kulit
cc/hari
elastis
5. Anjurkan klien
4. Mukosa bibir
untuk memakai
lembab
pakaian yang tipis
dan mudah
menyerap keringat
6. Pemberian cairan
sangat penting
bagi pasien
dengan suhu tubuh
yang tinggi,
antipiretik untuk
menurunkan panas
tubuh klien.
3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Perawatan luka:
Integritas asuhan keperawatan monitor
Jaringan Kulit selama 1-2 minggu, karakteristik luka
b.d adanya ulkus diharapkan integritas (mis:drainase,
pada genetalia kulit membaik secara warna, ukuran,
optimal, dengan bau), monitor
kriteria hasil: tanda tanda
infeksi.
1. Pertumbuhan
2. Kolaborasi dalam
jaringan meningkat
pemberian obat
2. Keadaan luka antibiotik tropical
membaik 3. Edukasi
3. Luka menutup perawatan diri:
4. Mencapai anjurkan klien
penyembuhan luka untuk menjaga
tepat waktu kebersihan kulit
dengan cara
mandi sehari 2
kali
4. Tingkatkan
asupan nutrisi
4 Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Pemantauan
pada janin asuhan keperawatan, denyut jantung
diharapkan ibu dan janin:
janin tidak mengalami Observasi
cedera, dengan kriteria status obstetric
hasil: dan riwayat
obstetric,
1. Janin tidak
observasi
mengalami bahaya/
denyut jantung
kerusakan fisik
janin dan ibu
selama proses
2. Observasi gerakan
kehamilan dan
janin
persalinan
3. Pencegahan
cedera pada janin
4. Manajemen nutrisi
5. Manajemen stress
6. Perawatan
kehamilan
B. Gonorhoe
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama: Biasanya nyeri saat buang air kecil
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gaambaran rasa
nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala
nyeri dan kapan keluhan dirasakan.
c. Riwayat Penyakit Dulu:
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah
sebelumnya. (sinovitis,atritis).
d. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
 Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ua telah menderita
penyakit gonorrhea.
 Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila
infeksi terjadi pada tenggorokan maka pasien akan merasakan
nyeri pada tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.
 Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk
berkemih, nyeri ketika berkemih dan keluar cairan pada alat
kelamin. Kaji frekuensi, warna dan bau urin.
 Pola latihan/aktivitas
Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas
klien tidak begitu terganggu.
 Pola istirahat/tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, tanyakan klien merasa
terganggu dengan nyeri yang dirasakannya.
 Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi
infeksi pada mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan
padda konjungtiva pasien.
 Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimanaia memandang penyakit
yang di deritanya. Apakah klien bisa menerima dengan baik
kondisi yang ia alami saat ini.
 Pola koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stress,
apakah stresss yang dialami mengganggu pola lain seperti pola
tidur, pola makan dan lain-lain.
 Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
Apakah hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat.
 Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual
klien. Berapa jumlah anak klien. Tanyakan masalah seksual
klien yannng berhubungan dengan penyakitnya.
 Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas
ibadah klien, apakah klien taat beribadah. Tanyakan apakah
ada pengaruh agama dalam kehidupan.
2. Diagnose Keperawatan
a. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri
b. Hipertemi
c. Gangguan Eliminasi Urine
d. Risiko cedera pada janin
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji jenis dan


Rasa keperawatan selama tingkat nyeri
Nyaman: 1x24 jam diharapkan klien: identifikasi
Nyeri nyeri berkurang/hilang, lokasi,
dengan kriteria hasil: karakteristik,
durasi, frekuensi,
1. Nyeri
kualitas,
terkontrol/hilang
intensitas nyeri,
2. Ekspresi wajah
identifikasi skala
tidak meringis
nyeri
3. TTV dalam batas
2. Bantu klien untuk
normal
mendapatkan
posisi yang
nyaman,
menyokong
daerah yang sakit
apabila
diperlukan
3. Kolaborasi
pemberian obat
analgesic
4. Observasi
keefektifan
pengobatan
setelah 30 menit.
2 Hipertermi Setelah dilakukan asuhan 1. Regulasi
keperawatan selama Temperatur
1x24 jam diharapkan 2. Kolaborasi
suhu tubuh dalam pemberian cairan
rentang normal, dengan intravena dan
kriteria hasil: antipireutik
3. Berikan kompres
1. TTV normal
hangat
(TD 120/80mmHg,
4. Anjurkan klien
nadi 60-80x/m, RR
untuk banyak
12-20x/m suhu 36-
minum 1500-
37˚C)
2000 cc/hari
2. Kulit tidak panas,
5. Anjurkan klien
tidak kemerahan
untuk memakai
3. Turgor kulit elastis
pakaian yang
4. Mukosa bibir
tipis dan mudah
lembab
menyerap
keringat
6. Pemberian cairan
sangat penting
bagi pasien
dengan suhu
tubuh yang
tinggi, antipiretik
untuk
menurunkan
panas tubuh
klien.
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi
Eliminasi keperawatan selama eliminasi urin:
Urin 1x24 jam diharapkan a. Identifikasi
disfungsi eliminasi urin tanda dan
berkurang, dengan gejala retensi
kriteria hasil: atau
inkontinensia
1. Klien berkemih
urine
dengan jumlah
b. Identifikasi
yang cukup
faktor yang
2. Tidak teraba
menyebabkan
distensi kandung
retensi atau
kemih
inkontinensia
urine
c. Monitor
eliminasi
urine (mis:
frekunsi,
konsistensi,
aroma,
volume, dan
warna)
2. Bantu klien dalam
melakukan
prosedur
eliminasi kandung
kemih yang di
programkan
seperti maneuver
crede atau
valsava setiap 2
jam atau 3 jam
3. Edukasi klien dan
anggota keluarga
tentang teknik
berkemih yang
akan dilakukan di
rumah
4. Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu
4 Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Pemantauan
pada janin keperawatan, diharapkan denyut jantung
ibu dan janin tidak janin:
mengalami cedera, Observasi
dengan kriteria hasil: status obstetric
dan riwayat
1. Janin tidak
obstetric,
mengalami bahaya/
observasi
kerusakan fisik
denyut jantung
selama proses
janin dan ibu
kehamilan dan
2. Observasi
persalinan
gerakan janin
3. Pencegahan
cedera pada
janin
4. Manajemen
nutrisi
5. Manajemen
stress
6. Perawatan
kehamilan

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit kelamin adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh kuman


yang di tularkan melalui hubungan seks oral maupun melalui hubungan
kelamin. Jenisnya macam-macam, dari gonorrhea, sifilis, herpes, HIV/AIDS,
dll.
Gonorrhea/ Gonore/ GO adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonnorrhoeae yang menginfeksi lapisan
dalam uretra, leher Rahim, rectum, tenggorokan danbagian putih mata
(konjungtiva), Gonorrhea ini sering dikenal dengan kencing nanah, karena
memang penis akan mengeluarkan nanah berwarna putih kuning atau putih
kehijauan, Gonorrhea bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh
lainnya terutama kulit dan persendian.
(Sifilis adalah penyakit seksual menular kompleks yang disebabkan
oleh spiroket Treponema Palidum (kennedy, 2013).Infektivitas cenderung
tinggi, dengan 60 % individu yang terjangkit penyakit saat terpanjan pertama
kali oleh pasangan yang memiliki lesi primer. Infeksi pada ibu dapat
ditularkan ke janin (sifilis kongenital).

Tanda-tanda penyakit kelamin secara umum diantaranya:


1. Keluarnya cairan yang tidak normal dari saluran kencing atau liang
senggama (keputihan yang banyak, berbau amis, berwarna putih
kehijauan)
2. Rasa nyeri/sakit pada saat kencing atau saat berhubungan seksual
3. Rasa gatal di alat kelamin atau sekitarnya
4. Lecet, luka kecil (kadang ada yang tidak terasa sakit, yang disertai dengan
pembengkakan kelenjar getah bening
5. Timbul kelainan kulit di kelamin atau disekitarnya berupa kutil, atau
menyerupai bunga kol
6. Perubahan warna kulit dan mata seperti pada penyakit hepatitis

B. SARAN
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk
mencegah penularan dan mempercepat penyembuhan
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisisen pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi

Anda mungkin juga menyukai