Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Penyakit Menular Seksual (Sifilis dan Gonorhea)” ini
dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Asuhan
Keperawatan Penyakit Menular Seksual (Sifilis dan Gonorhea)”.
Kami harap makalah ini dapat member manfaat bagi kita semua. Memang makalah
ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkritik dan saran bagi pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Jakarta, 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan
oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena
memiliki masa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai
banyak penyakit, dan ditularkan dari ibu ke janin (Djuanda, 2015). Penularan
sifilis berhubungan dengan perilaku seksual. Perilaku seksual adalah bentuk
perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Bentuk perilaku ini dapat bermacam-macam, mulai dari
perasaan tertarik sampai berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono,
2013).
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria
gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram negatif
dan manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus,
infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual (Sari et al.,
2012). Menurut Irianto (2014) bahwa setiap tahunnya kasus gonore lebih
banyak terjadi pada wanita daripada pria.
Secara global pada tahun 2008, jumlah orang dewasa yang terinfeksi
sifilis adalah 36,4 juta dengan 10,6 juta infeksi baru setiap tahunnya (WHO,
2009). Daerah yang mempunyai tingkat penularan sifilis tertinggi ialah sub-
Sahara Afrika, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara. Beberapa studi yang
telah dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa terdapat 30% seropositif sifilis
pada antenatal dan 50%-nya mengakibat kematian bayi pada sifilis kongenital
(Lukehart, 2010). Sedangkan menurut Ties et al. (2015) memperkirakan setiap
tahun terdapat 78 juta penderita baru penyakit menular seksual dan pada tahun
2012 tercatat data yang diperoleh untuk penderita baru penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae sebanyak 78,3 juta diseluruh
dunia.
Dalam profil kesehatan provinsi Jawa Tengah yang ditulis oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2014) menyebutkan bahwa jumlah kasus
baru penyakit menular seksual pada tahun 2011 sebanyak 10.752 kasus, tahun
2012 sebanyak 8.671 kasus, tahun 2013 sebanyak 10.471 kasus
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit menular seksual (Sifilis dan
Gonorhea).
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui gambaran perjalanan penyakit gonorrhea
b. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
c. Agar mahasiswa mampu menegakkan dignosa kperawatan pada pasien
dengan penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
d. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi pada pasien dengan
penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
e. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada pasien
dengan penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
f. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan
penyakit menular seksual (Sifilis dan Gonorhea).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. SIFILIS
1. PENGERTIAN
(Sifilis adalah penyakit seksual menular kompleks yang disebabkan
oleh spiroket Treponema Palidum (kennedy, 2013).Infektivitas cenderung
tinggi, dengan 60 % individu yang terjangkit penyakit saat terpanjan
pertama kali oleh pasangan yang memiliki lesi primer. Infeksi pada ibu
dapat ditularkan ke janin (sifilis kongenital).
Angka sifilis di Amerika Serikat pada 2006 sebesar 3,3 kasus per
100.000 orang. Faktor resiko yang menyebabkan sifilis mencakup
penyalahgunaan zat-zat, terutama kokain, prostitusi tidak adanya
perawatan prenatal, usia muda, status sosial ekonomi rendah, ras atau etnis
minoritas, dan memiliki banyak pasangan seks (Leveno, 2015).
2. PATOFISIOLOGI
a. Infeksi Pada Ibu Hamil
Lesi genital pada sifilis primer disebut chancre, yang ditandai
dengan adanya ulkus keras dan tidak nyeri dengan tipe yang
meninggi dan dasar jaringan granulasi. Ulkus menetap selama 2
sampai 6 minggudan kemudian sembuh spontan dan sering disertai
pembesaran tak nyeri kelenjar getah bening inguinal. Sekitar 4
sampai 10 meniggu sampai chancre sembuh, biasanya timbul
sifilis sekunder dalam bentuk ruam kulit yang bervariasi.mungkin
dijumpai lesi mirip target di telapak tangan dan kaki, alopesia dan
bercak di mukosa. Pada sebagian kasus lesi terbatas di genitalia,
dan tampak sebagai lesi meninggi yang disebut kondiloma lata.
Gejala berupa demam, malese, artralgia, dan myalgia sering
terjadi. Jika tidak diobati sifilis berkembang menjadi tahap yang
asimtomatik, diagnosis adalah sifilis laten dini. Jika durasinya
lebih dari 12 bulan, ditegakan sifilis laten lanjut.
b. Infeksi Pada Janin Dan Neonatus.
Dahulu, sifilis merupakan penyebab dari sepertiga kasus lahir mati.
Sekarang sifilis memiliki peran yang kecil teapi persisten dalam
kematian janin. Spiroketa mudah menembus plasenta dan
menyebabkan infeksi kongenital, karena adanya imuno-
inkompetensi relative sebelum 18 minggu, janin biasanya tidak
memperlihatkan gejala klinis jika terinfeksi sebelum kurun waktu
ini. Frekuensi sifilis kongenital bervariasi sesuai stadium dan
durasi infeksi pada ibu, insidensi tertinggi adalah pada neonatus
yang lahir dari ibu dengan sifilis dini (primer, sekunder atau laten
dini) dan insidensi terendah pada laten lanjut. Penting diketahui
bahwa semua stadium sifilis pada ibu dapat menyebabkan infeksi
pada janin. Infeksi sifilis kongenital dibagi menjadi penyakit
stadium dini, yang bermanifestasi pada neonatus, dan penyakit
stadium lanjut yang bermanifestasi pada saat remaja.
3. GAMBARAN KLINIS
Menurut kennedy, 2015 penyakit sifilis terbagi menjadi fase primer,
sekunder dan laten.
a. Periode inkubasi sifilis primer 10-90 hari, chancre bisanya terjadi
3-4 minggu setelah pemanjanan.
b. Chancre sifilis primer terjadi pada area inokulasi dan tampak
sebagai ulkus berwarna merahyang tidak nyeri disertai bagian tepi
lesi yang menonjol dan bagian dasar yang bergranulasi (seperti
kancing). Chancre serviks sering terjadi pada ibu hami, mungkin
disebabkan serviks yang rapuh, yang mudah terinfeksi. Chancre
menetap selama 2-6 minggu, serta sembuh secara spontan.
Seringkali pembesaran nodus limfe inguinal yang yang tidak
terasa nyeri dapat di palpasi.
c. Sihilis sekunder terjadi 4-10 minggu setelah chancre primer
sembuh. Pada 15% wanita chancre masih dapat muncul, fase
sekunder ini melibatkan diseminasi T.Pallidum yang menyebar
luas dan oleh sebab itu, ditandai oleh gejala keterlibtan sistemik :
demam ringan, sakit tenggorok, sakit kepala, malaise, adenopati
dan ruam pada mukosa dan permukaan kulit. Allopesia hepatitis
ringan, dan gangguan ginjaldapat terjadi.
d. Lesi sifilis sekunder dapat dapat ringan dan bahkan tidak disadari.
Beberapa wanita mengalami lesi genital khas sifilis sekunder yang
disebut kondilomata lata. Lesi ini tampak sebagai lesi lembab
berwarna putih yang menonjol dan sangat menular. Lesi ini
sembuh dalam 3-12 minggu, dan penyakit memasuki fase laten.
e. Sifilis laten adalah infeksi pada individu yang memiliki uji
serologis reaktif tapi tidak ada manifestasi klinis. Fase laten
terbagi menjadi awal (satu tahun atau kurang sejak timbulnya
infeksi) dan akhir (lebih dari satu tahun sejak awal infeksi).
Infeksi terus berlangsung selama periode ini.
f. Sifilis tersier terjadi setelah beberapa tahun mengidap sifilis yang
tidak diobati. Sistem skeletal, saraf dan kardiovaskuler, dapat
sangat terpengaruh.
g. Perjalanan klinis sifilis tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
h. Hasil kehamilan dipengarui secara drastic oleh sifilis. Penularan
penyakit sangat bergantung pada durasi penyakit ibu.
i. Bayi yang paling terpengaruh adalah bayi yang dikandung oleh
ibu yang mengalami sifilis primer atau sekunder. Bayi yang
kurang terpengaruh adalah bayi adalah bayi yang dikandung oleh
oleh ibu yang mengalami penyakit fase latenawal atau akhir.
4. DIAGNOSIS
5. PENATALAKSANAAN
Sifilis dini : penicillin G Benzantin, 2,4 juta unit intramuskulus sebagai
suntikan tunggal, sebagian menganjurkan dosis kedua 1 minggu kemudian
Sifilis dengan durasi lebih dari setahun : penicillin G Benzantin, 2,4 juta
unit intramuskulussetiap minggu untuk 3 dosis
Neorosifilis : penicillin G kristal cair, 3-4 juta unit intravena setiap 4 jam
selama 10-14 hari atau penicillin prokain cair 2,4 juta unit intramuskulus
setiap hari, plus probenesid 500 mg per oral empat kali sehari, keduanya
10-14 hari.
6. TINDAK LANJUT
Kontak seksual selama tiga bulan terahir perlu perlu dievaluasi untuk
sifilis dan diterapi secara persumtif, meskipun seronegative. Titer serologi
ibu perlu diperiksa setiap bulan dan mendekati persalinan untuk
memastikan respon serologi terhadap terapi atau untuk mengetahui
reinfeksi pada kelompok beresiko tinggi ini.peningkatan titer 4 kali lipat
atau lebih mengisyaratkan reinfeksi atau kegagalan pengobatan, sebagai
contoh, titer VDRL yang semula 1:4 dan kemudian meningkat menjadi 1:
16 mengisyaratkan reinfeksi.
B. GONOREA
1. PENGERTIAN
Kencing nanah atau gonorrhea adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam
uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata
(konjungtiva) (leveno, 2009).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga
timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.Namun penyakit gonore ini
dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat.
Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui
makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan.
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria
gonorrhea / Gonokok yang bersifat patogen. Kuman tersebut termasuk
dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan
N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N.
pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
2. PATOFISIOLOGI
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan farings.Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas
deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar
skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan
melalui jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system
imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan
difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus
mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula
resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh
polimorfonukleosit.
Faktor yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein,membrane
bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.Daerah yang paling mudah
terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks,
kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini,
konjungtiva mata dan rectum.Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang
belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
3. GAMBARAN KLINIS
a. Pada Pria
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi
antara 2-5 hari, kadang - kadang lebih lama karena pengobatan diri
sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar
sehingga tidak diperhatikan.
Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra
kemudian diikuti nyeri Ketika berkemih. Disuria yang timbul
mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir
mukoid dari uretra. Retensi urin akibat inflamasi prostat, keluarnya
nanah dari penis atau kadang-kadang sedikit mengandung
darah.Tempat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan
uretritis. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing
terdapat pada ujung penis atau bagian distal uretra, perasaan nyeri
saat ereksi.
b. Pada Wanita
Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama
beberapa minggu atau bulan (asimtomatis) Jika timbul gejala,
biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan
gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih, Nyeri ketika
berkemih, Keluarnya cairan dari vagina, Demam, Infeksi dapat
menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan
hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya.
Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari
rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan
kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada umumnya
terdapat rasa sakit pada punggung bagian bawah, bersama-sama
keadaan tidak enak badan
4. DIAGNOSIS
Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan
ditemukan diplokokus gram negative, intraselular, dan ekstra
selular, leukosit PMN. Pada tubuh pria bahan diambil dari
daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita
diambil dari seviks , uretra ,muara kelenjar bartholin dan
rectum.
Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur).
Dua macam media yang dapat digunakan media transport,
misalnya :
media stuart dan media transgrow( merupakan
gabungan media transport dan pertumbuhan yang
selektif dan nutritive untuk neisseria gonorrhea dan
neissaria meningitis)
media pertumbuhan misalnya media Thayer martin
( selektif untuk mengisolasi gonokok )
tes definitive adalah tes oksidasi , semua neisseria member
reaksi positif dan terfermentasi , kuman gonokok hanya
meragikan glukosa.
Tes Thomson yaitu dengan menampung urin pagi dalam 2
gelas , tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana
infeksi sudah berlangsung.
5. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral
(melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin).Jika
gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh
darah, infus).
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap
penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin,
amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1
gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan
pengobatan yang memadai. Spectinomycin berguna untuk penyakit
gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin.
Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.Pengobatan jangka
panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
b. Non-Medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
Bahaya penyakit menular seksual, Pentingnya mematuhi pengobatan yang
diberikan
Dan Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat dihindari. Serta Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa
yang akan datang.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
SIFILIS DAN GONORHEA
A. Sifilis
1. Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut:
a. Anamnesa
1) Klien mengeluh nyeri pada tulang
2) Klien mengeluh tidak nafsu makan
3) Klien mengeluh nyeri pada kepala
4) Klien mengeluh kesemutan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Anoreksia dan berat badan menurun
2) Demam subfebris
3) Ulkus merah pada penis dan anus
4) Arthritis dan paresis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Hipertermi Gangguan integritas jaringan kulit
c. Risiko cedera pada janin
3. Intervensi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk
mencegah penularan dan mempercepat penyembuhan
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisisen pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi