Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT GONORE DAN SIFILIS

KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA :

1. ALVI ADELAIDE HAUTAES


2. BENEDIKTA WAIKELAK
3. DESLYN DJARA LIWE
4. ERWIN BENYAMIN TUNAY
5. INGGRID FEBRIZIA BADJ
6. JANWAR NAMO
7. MEYLANI A. C MASSI
8. REYNALDI NDEPAYAMI
9. ROSALINDA PEDJA
10. YUNITA NENOBAIS

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penyakakit Menular Seksual Gonore dan Sifilis” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Epidemiologi Penyakit Menular.
Dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis mengetahui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kami sangat terbuka untuk saran, kritik dan tanggapan yang bersifat
membangun dari para pembaca sekalian dan dari dosen mata kuliah guna
penyempurnaan makalah ini ke depannya.

Kupang, 25 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II...................................................................................Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ...................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Pengertian Penyakit Gonore dan Sifilis ................................................................. 3
B. Etiologi Gonore dan Sifilis..................................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala Penyakit Gonore dan Sifilis .................................................... 10
D. Patofisiologi Penyakit Gonore dan Sifilis ............................................................ 14
E. Mekanisme Penularan Penyakit Gonore dan Sifilis ............................................. 15
F. Epidemiologi penyakit Gonore dan Sifilis ........................................................... 16
G. Faktor Resiko Penyakit Gonore dan Sifilis .......................................................... 20
H. Pencegahan Penyakit Gonore dan Sifilis ............................................................. 21
I. Pengobatan Penyakit gonore dan Sifilis ............................................................... 23
BAB III ............................................................................................................................. 24
PENUTUP ........................................................................................................................ 24
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 25
B. Saran..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular
seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bekteri
diplokokus garam negatif, Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae), yang
menginfeksi membran mukosa dari urethra, endocervix, rectum, dan pharynx.
Infeksi ini bisa tidak menimbulkan gejala (Morel, 2010). Gonore merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting dan kedua tersering dari IMS di
Amerika. Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seks vaginal, anal dan
oral dengan pasangan yang terinfeksi bakteri N. Gonorrhoeae. Gonore juga
dapat ditularkan melalui ibu yang sedang mengandung kepada bayi yang ada
dalam kandungannya selama proses melahirkan bayi tersebut sehingga
menyebabkan ophtalmia neonatorum dan systemic neonatal. (Wong, 2016).
Sifilis merupakan penyakit menular seksual (IMS) yang menyebar
cukup mengkhawatirkan di indonesia. Penyakit sifilis tidak bisa diabaikan,
karena merupakan penyakit berat yang bila tidak terawat dapat menyerang
hampir semua alat tubuh, seperti kerusakan sistem saraf, jantung, tulang, dan
otak. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat juga menularkan
penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan penyakit bawaan dan kematian.
Bhkan sifilis stadium lanjut terdapat suatu lubang (gumma) yang bisa timbul
di langit-langit mulut. Maka istilah untuk penyakit ini yaitu “raja singa” sangat
tepat karena keganasannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan penyakit Genorhea dan Sifilis?
2. Bagaiaman etiologi penyakit Gonerhea dan Sifilis?
3. Bagaimana riwayat alamiah penyakit gonore dan sifilis?
4. Apa saja tanda dan gejala penyakit Gonerhea dan Sifilis?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit genorhea dan sifilis?
6. Bagaimana mekanisme penularan penyakit Gonorhea dan Sifilis?

1
7. Bagaimana epidemiologi penyakit Gonorhea dan Sifilis?
8. Apa saja faktor risiko penyakit Gonorhea dan Sifilis?
9. Bagaiamana upaya pencegahan penyakit Gonorhea dan Sifilis?
10. Bagaimana pengobatan penyakit Gonorhea dan Sifilis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit Gonorhea dan Sifilis
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit Gonorhea dan Sifilis
3. Untuk mengethui riwayat alamiah penyakit gonore dan sifilis
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Gonorhea dan Sifilis
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Gonorhea dan Sifilis
6. Untuk mengetahui mekanisme penularan penyakit Gonorhea dan Sifilis
7. Untuk megetahui epidemiologi penyakit Gonorhea dan Sifilis
8. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit Gonorhea dan Sifilis
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit Gonorhea dan Sifilis
10. Untuk mengetahui pengobatan penyakit Gonorhea dan Sifilis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Gonore dan Sifilis


a. Pengertian Penyakit Gonore
Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi
menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Penyakit ini paling
sering diderita oleh orang yang sering melakukan hubungan seksual
berganti-ganti pasangan, karena penyakit ini bisa menular melalui
hubungan seksual (vaginal, anal, oral). Gonore juga dapat ditularkan
melalui ibu yang sedang mengandung kepada bayi yang ada dalam
kandungannya selama proses melahirkan bayi tersebut sehingga
menyebabkan ophtalmia neonatorum dan systemic neonatal. Gonore
biasanya menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainya, terutama
kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin
dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul
dan gangguan reproduksi. Pada pria, jika GO dibiarkan maka akan
menyebar ke seluruh organ tubuh termasuk jantung, penyebaran ke arah
kantung buah zakar akan menyebabkan peradangan (epididymitis).
b. Pengertian Penyakit Sifilis
Sifilis atau penyakit raja singa adalah salah satu penyakit menular
seksual (PMS) yang kompleks, desebabkan oleh infeksi bakteri
Treponema pallidum, penyakit ini bersifat sangat kronis dan bersifat
sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh,
termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Penyakit ini dapat ditularkan
dari satu orang ke orang lain melalui hubungan geniti-genital (kelamin-
kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Selain itu wanita hamil yang

3
mendarita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga
menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyebabkan kelainan bawaan
atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat
disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat
berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar
alat kelamin.

B. Etiologi Gonore dan Sifilis


a. Etiologi Gonore
Penyebab gonore adalah gonokokok yang ditemukan oleh Albert
Ludwig Siegmund Neisser berkebangsaan Jerman, melalui pengecatan
hapusan duh tubuh uretra, vagina dan konjungtiva dan pertama kali di
kultur in vitro tahun 1882 oleh Leistikow. Bakteri Neisseria gonorrhoeae
adalah bakteri diplokokus gram negatif yang aerob dan berbentuk seperti
biji kopi. Terletak intraselular yang biasanya terdapat di dalam leukosit
polimorfonuklear. Bakteri tersebut memilki diameter sekitar 0,8 μm.
Selain itu, kuman ini tidak motil dan tidak berspora. Suhu 35°C-37°C dan
pH 7,2- 7,6 merupakan kondisi optimal untuk bakteri Neisseria
gonorrhoeae tumbuh.
Secara morfologik gonokokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1
dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada
mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
b. Etiologi Sifilis
Penyebab sifilis adalah bakteri dari famili Spirochaetaceae, ordo
Spirochaetales dan Genus Treponema
spesiesTreponema pallidum. Pada Tahun
1905 penyebab sifilis ditemukan oleh
Schaudinn dan Hoffman yaitu Treponema
pallidum. Treponema berupa spiral halus,
panjang 5-15 mikron dan diameter 0,009-0,5

4
mikron, setiap lekukan gelombang berjarak 1 mikron dan rata-rata setiap
bakteriterdiri dari 8-14 gelombang dan bergerak secara aktif, karena
spiralnya sangat halus maka hanya dapat dilihat pada mikroskop lapangan
gelap dengan menggunakan teknik immunofluoresensi. Kuman ini bersifat
anaerob dan diantaranya bersifat patogen pada manusia (CDC, 2010).
Ada tiga macam antigen Treponema pallidum yaitu protein tidak
tahan panas, polisakarida, dan antigen lipoid. Dalam keadaan anaerob pada
suhu 25°C, Treponema pallidum dapat bergerak secara aktif dan tetap
hidup selama 4-7 hari dalam perbenihan cair yang mengandung albumin,
natrium karbonat, piruvat, sistein, ultrafiltrat serum sapi. Kuman ini sukar
diwarnaidengan zat warna lilin tetapi dapat mereduksi perak nitrat menjadi
logam perak yang tinggal melekat pada permukaan sel kuman. Kuman
berkembang biak dengan cara pembelahan melintang. Waktu pembelahan
kuman ini kira-kira 30 jam (J Todd et.al, 2001).

C. . Riwayat Alamiah penyakit Gonore dan Sifilis


a. Riwayat alamiah penyakit Gonore
1. Masa Inkubasi dan Masa Klinis
Masa inkubasi gonore sangat singkat, pada umumnya bervariasi antara
2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena
penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak
cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh
penderita.Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang
beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan
keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan
desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini
menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan
membengkak.
Pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena pada umumnya
asimtomatik. Tanda dini gonore pada wanita biasanya ialah gonore
pada suami. Sering keluhan pertamanya baru timbul bila suda terjadi

5
adneksitis. Gonore pada wanita kadang-kadang baru diketahui bila
sedang melahiran, karena pada masa tersebut wanita baru
memeriksakan alat kelaminnya pada dokter. Jika timbul gejala,
biasanya bersifat ringan. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim,
saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri
pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar
di sekitar lubang vagina.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan
seksual melalui anus(lubang dubur) bisa menderita gonore pada
rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan
dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan
kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan
dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum
penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex)
dengan seorang penderita gonore bisa menyebabkan gonore pada
tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak
menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan
dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata
maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama
proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak
matanya dan dari matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi
gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena. Jika
infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.
2. Masa Laten dan Periode Infeksi Pada Pria
a. Uretristis
Yang paling sering dijumpai adalah uretristis anterior akuta dan
dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan
komplikasi local, asendens, dan diseminata, Keluhan subyektif
berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra, kemudian disusul

6
disuria, pola kisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra kadang
disertai darah dan nyeri waktu ereksi.
b. Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma, infeksi
biasanya terjadi pada penderita dengan prepuitium yang sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Bila duktus tertutup
akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
c. Parauretristis
Pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau
hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengn butir pus pada
kedua muara parauretra.
d. Cowperitris
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau
infeksi terjadi pada kelenjar cowper terjadi asbes. Keluhan berupa
nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa
penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak
diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum
dan mengakibatkan proktitis.
e. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah
perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing, sampai
hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urintenesmus
ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba
pembesaran prostate dengan konsistensi kenyal nyeri kalau
ditekan, bila prostatistik menjadi kronik, gejalanya ringan dan
intermittrn , tetapi kadang-kadang menetap.
f. Vesikulitis
Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikulaseminalis dan
duktus ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau
epididimis akut. Gejala subjektif menyerupai gejala protstatitis
akut berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada

7
waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah. Pada
pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikulaseminalis yang
membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat.
g. Epididirmis
Epididirmis akut biasanya unilateral dan setiap epididirmitis
biasanya disertai deferentitis. Faktor yang mempengaruhi keadaan
ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irrigator
terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar,
pengurutan prostate yang berlebihan, dan aktivitas seksual yang
berlebihan. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai
kedua epididirmis dapat mengakibatkan sterilitas.
h. Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterioe mengenai
trigonomvesikaurinaria, menimbulkan gejala polluria, disuroa
terminal, dan hematuria.
3. Pada Wanita
Gambaran perjalanan penyakit pada wanita berbeda denga pria karena
disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi kelamin. Pada
mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang
mukopuruln dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan
menyerang uretra, duktus para uretra, kelenjar bartholin, rectum, dan
dapat juga naik ke atas sampai daerah kandung telur.
a. Uretritis
Gejala utama ialah disuria, pada pemeriksaan, orifisium uretra
ekstemum tambak merak, edematosa dan ada secretmukopurulen.
b. Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang timbul nyeri. Serviks tampak merah
dengan erosi dan secretmukopurulen. Duh tubuh lebih banyak bila
terjadi akut.
c. Bartholinitis

8
labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan
nyeri. Kelenjar Bartholin membengkak terasa nyerih sekali bila
berjalan dan sukar duduk. Bila saluran kelenjar dapat timbul abses
dan dapat pecah , jika tidak diobati menjadi kista.
d. Salpingtis
Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopii sampai
pada daerah samping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan
penyakit radang panggul yang dapat menumbulkan kehamilan
ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan
berakhir dengan penyakit radang panggul. Gejalanya terasa nyeri
pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan
menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.
b. Riwayat alamiah penyakit Sifilis
1. Masa Inkubasi dan klinis
Sifilis biasanya ditandai dengan munculnya sakit tunggal (disebut
chancre), tetapi mungkin ada beberapa luka. Waktu antara infeksi
dengan sifilis dan awal gejala pertama dapat berkisar dari 10 sampai
90 hari (rata-rata 21 hari). Luka biasanya tegas, bulat, kecil, dan tanpa
rasa sakit. Tampaknya di tempat di mana sifilis masuk ke dalam tubuh.
Luka berlangsung 3 sampai 6 minggu,dan itu menyembuhkan tanpa
pengobatan.
Tahap sekunder Ruam kulit dan lesi selaput lendir ciri tahap sekunder.
Tahap ini biasanya dimulai dengan pengembangan ruam pada satu atau
lebih area tubuh. Ruam biasanya tidak menyebabkan gatal. Ruam
terkait dengan sifilis sekunder dapat muncul sebagai chancre adalah
penyembuhan atau beberapa minggu setelah chancre telah
sembuh.Ruam karakteristik dari sifilis sekunder mungkin muncul
sebagai bintik-bintik coklat kasar, merah, atau kemerahan baik di
telapak tangan dan bagian bawah kaki. Namun, ruam dengan
penampilan yang berbeda dapat terjadi pada bagian lain dari tubuh,
kadang menyerupai ruam disebabkan oleh penyakit lain. Kadang-

9
kadang ruam yang terkait dengan sifilis sekunder yang begitu samar
sehingga mereka tidak melihat. Selain ruam, gejala sifilis sekunder
mungkin termasuk demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit
tenggorokan, rambut rontok tambal sulam, sakit kepala, penurunan
berat badan, nyeri otot, dan kelelahan. Tanda-tanda dan gejala sifilis
sekunder akan menyelesaikan dengan atau tanpa pengobatan, tetapi
tanpa pengobatan akan maju ke tahap laten dan mungkin akhir
dari penyakit.
2. Masa laten dan Periode infeksi
Yang laten (tersembunyi) tahap sifilis dimulai ketika gejala primer dan
sekunder menghilang. Tanpa pengobatan, orang yang terinfeksi akan
terus memiliki sifilis meskipun tidak ada tanda-tanda atau gejala,
infeksi tetap dalam tubuh. Tahap laten bisa berlangsung selama
bertahun-tahun. Tahap akhir sifilis dapat berkembang pada sekitar 15%
dari orang yang belum dirawat karena sifilis, dan dapat muncul 10-20
tahun setelah infeksi pertama kali diperoleh. Pada tahap akhir sifilis,
penyakit ini dapat merusak organ-organ internal, termasuk otak, saraf,
mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi. Tanda dan
gejala tahap akhir sifilis termasuk kesulitan koordinasi gerakan otot,
kelumpuhan, mati rasa, kebutaan bertahap, dan demensia. Kerusakan
ini dapat cukup serius untuk menyebabkan kematian.

D. Tanda dan Gejala Penyakit Gonore dan Sifilis


a. Tanda dan gejala pada penyakit Gonore
Gejala pada penyakit gonore ini menyerang laki-laki dan wanita.
Gejala pada penderita pria biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi. Mulanya penderita tidak enak pada uretra, yang beberapa jam
kemudian diikuti oleh nyeri ketika keluarnya nanah dari penis. Penderita
sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih dan merasakan
desakan untuk berkemih yang semakin memburuk ketika penyakit ini

10
menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan
membengkak.
Gejala pada wanita, gejala awal biasa timbul dalam waktu 7-21
hari setelah terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan
gejala selama beberapa minggu atau bulan dan diketahui menderita
penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala,
biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala
yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih,
keluarnya cairan dari vagina dan merasa demam, saluran telur, uretra dan
rectum dapat menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika
melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bias berasal dari leher
rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.
Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari
rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan
kasar, tinjanya terbungkus oleh lender dan nanah. Melakukan hubunga
nseksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bias
menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokal). Biasanya
infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri
tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai
mata maka bias terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore). Bayi baru
lahir bias terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya keluar
nanah. Pada dewasa, bias terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya
satu mata yang terkena. Jika infeksi ini tidak di obati bias terjadi
kebutaan.
Ada beberapa tanda dan gejala penyakit gonore lainnya, yaitu:
a) Gejala pada Wanita
Pada wanita, gejala awalnya kadang-kadang sangat ringan hingga
keliru dengan infeksi kandung kemih atau infeksi vagina. Gejala
meliputi:
1. Sering buang air kecil dan terasa sakit

11
2. Anusnya terasa gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
3. Cairan vagina abnormal
4. Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan seks
atau anatar periode haid
5. Alat kelamin terasa gatal
6. Perut bagian bawah terasa sakit
7. Pendarahan haid tidak teratur
8. Kelenjar bengak adanya nyeri pada pembukaan vagina (kelenjar
Bartholin)
9. Hubungan seksual terasa menyakitkan
10. Yang jarang terjadi, sakit tenggorokan dan penyakit mata
menular
b) Gejala pada Pria
Pada pria, gejala biasanya cukup jelas tetapi beberapa orang
mengalami gejala ringan atau tanpa adanya gejala dan tanpa disadari
dapat menularkan infeksi gonore untuk pasangan seksnya. Gejala biasa
meliputi:
1. Cairan penis abnormal (terlihat seperti susu pada awalnya,
kemudian kuning, lembut dan berlebihan, kadang-kadang darahnya
kebiruan).
2. Sering buang air kecil dan terasa sakit.
b. Tanda dan gejala Penyakit Sifilis
Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana penyakit
tersebut muncul (primer, sekunder, laten , dan tersier).
1. Tahap Primer
Pada tahap ini, luka yang tidak menimbulkan rasa sakit akan muncul di
tempat dimana bakteri masuk ke dalam tubuh. Hal ini biasanya terjadi
dalam waktu 3 minggu dalam paparan, dengan kisaran antara 10-90
hari. Seseorang dapat sangat menular selama tahap primer ini.
 Pada pria, luka ini sering muncul di daerah kelamin, biasanya (tapi
tidak selalu) pada penis. Lika ini sering menimbulkan rasa sakit

12
 Pada wanita, luka dapat berkembang pada bagian luar alat kelamin
atau di bagian dalam vagina.
 Perkembangan kelenjar getah bening dapat terjadi di daerah sekitar
luka.
 Luka juga dapat terjadi dibagian tubuh lain selain kelamin.
 Luka biasanya berlangsung selama 3-6 minggu, dan dapat sembuh
tanpa pengobatan, namun akan meninggalkan luka tipis. Meskipun
luka telah sembuh.
2. Tahap Sekunder
Tahap ini ditandai dengan ruam yang muncul selama 2-12 minggu
setelah luka berkembang dan terkadang bahkan sebelum ia sembuh.
Gejala lain mungkin terjadi, yang berarti bahwa infeksi telah menyebar
keseluruh tubuh. Seseorang juga akan sangat menular pada tahap
sekunder. Ruam sering berkembang pada seluruh tubuh dan umumnya
termasuk telapak tangan dan kaki.
 Ruam biasanya terlihat cokelat kemerahan, kecil, padat, datar atau
terangkat pada kulit kurang dari 2 cm. Namun, ruamakan tampak
seperti masalah kulit biasa.
 Luka kecil terbuka dapat hadir pada luka mungkin terlihat terang
dibandingkan kulit di sekitarnya.
 Ruam kulit biasanya sembuh dalam waktu 2 bulan dengan
sendirinya tanpa bekas luka. Setelah penyembuhan, perubahan
warna kulit dapat terjadi. Namun, meskipun luka telah sembuh,
sifilis akan tetap menular kepada orang lain.
3. Tahap Laten
Jika pengobatan masih belum tuntas atau tidak dilakukan sama sekali,
maka akan masuk kedalam tahap laten ini. Ini adalah tahapan setelah
seseorang terinfeksi dan ruam pada tahap sekunder hilang. Pengidap
tidak akan merasakan gejala apapun dalam beberapa waktu. Bisa saja
gejala bertahan hingga satu tahun atau bahkan 5- 20 tahun.
4. Tahap Tersier

13
Jika tidak diobati, tahap akhir ini mungkin akan muncul dalam waktu
dini, yaitu 1 tahun. Selain itu, tahap ini juga bisa muncul kapan saja
seumur hidup. Tahap ini merupakan tahapan yang paling menular.
Pengidap akan merasakan gangguan serius pada pembuluh darah dan
jantung. Ia juga akan mengalami gangguan mental , kebutaan, masalah
sistem saraf, dan bahkan kematian.

E. Patofisiologi Penyakit Gonore dan Sifilis


a. Patofisiologi Penyakit Gonore
Patofisiologi gonorrhea, dikenal juga sebagai gonore atau gonorea,
terjadi melalui penyebaran bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui
penularan secara kontak seksual atau melalui jalan lahir. Bakteri tersebut
akan menyebabkan infeksi purulen pada membran mukosa.
Kuman penyebab gonorrhea masuk ke dalam tubuh dengan
karakteristik yang berbeda-beda pada protein yang terdapat di permukaan
masing-masing kuman, subtipe tertentu dapat menghindari respon imun
dan bhkan cenderung menyebabkan infeksi yang meluas (sistemik).
Neisseria gonorrhoeae bersifat patogen, dipengaruhi oleh keberadaan fili
pada permukaannya, yakni berupa rambut halus di permukaan membran.
Fili tersebut mencegah fagositosis oleh neutrofil, dan juga mengandung
IgA protease yang mencerna IgA pada permukaan mukosa, baik pada
uretra, tuba falopi serta endoserviks, sehingga dapat menempel dan
menyebabkan reaksi inflamasi yang mencetuskan timbulnya eksudat
purulen.
Pada kehamilan, bakteri Neisseria
gonorrhoeae dapat ditransmisikan
kepada bayi pada saat persalinan, yang
umumnya menyebabkan inflamasi
supuratif pada konjungtiva mata.

14
b. Patofisiologi Penyakit Sifilis
Patofisiologi sifilis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sifilis
yang didapat maupun sifilis kongenital. Perbedaan patofisiologi keduanya
terdapat pada cara masuknya bakteri Treponema pallidum. Pada sifilis
didapat, bakteri masuk melalui mukosa atau kulit, sedangkan pada sifilis
kongenital, bakteri menembus sawar plasenta dan menginfeksi fetus.
1. Sifilis Didapat
Treponema pallidum mula-mula masuk melalui mikroabrasi dermal
atau membran mukosa yang intak. Hal ini akan menyebabkan
munculnya lesi tunggal tidak nyeri (chancre) pada area inokulasi.
Dalam beberapa jam setelahnya bakteri akan masuk ke dalam aliran
limfe dan darah yang kemudian menjadi infeksi sistemik.
2. Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital adalah suatu infeksi serius yang dapat berdampak
kecacatan seumur hidup dan mematikan pada bayi baru lahir. Ibu
hamil yang terinfeksi Treponema pallidum dapat menularkan bakteri
tersebut ke janin melalui plasenta ke dalam tubuh janin.
Sifilis kongenital adalah infeksi yang mengancam jiwa karena dapat
menyerang berbagai sistem organ di dalam tubuh sang janin yang
sedang berkembang. Infeksi sifilis dapat berdampak ke berbagai organ
tubuh termasuk otak, sistem limfatik hingga tulang.
Ibu hamil sangat mungkin menularkan infeksi pada sang janin,
terutama jika penyakit ini tidak ditangani dan terjadi pada trimester
kedua. Infeksi ini juga dapat meningkatkan risiko berat badan lahir
rendah, lahir prematur, keguguran, ataupun lahir mati.

F. Mekanisme Penularan Penyakit Gonore dan Sifilis


a. Mekanisme penularan penyakit gonore
Kencing nanah atau gonore (GO) adalah salah satu penyakit
menular seksual (PMS) yang paling sering terjadi. Gejalanya cukup jelas
tetapi beberapa orang mengalaminya tanpa gejala. Gonore disebabkan oleh

15
bakteri yang disebut Neisseria gonorrhoeae, yang pertama kali
diidentifikasi pada tahun 1879. Orang yang terkena gonore umumnya
tertular pertama kali karena kontak dengan orang yang terinfeksi saat
melakukan hubungan seksual melalui vagina, oral, anus. Sedangkan
kontak non seksual terjadi pada ibu hamil yang terkena gonore kemudian
menularkan pada anaknya saat proses persalinan.
Bakteri ini masuk melalui lapisan dalam uretra (saluran kemih),
leher rahim, rektum (jalur usus besar ke anus) dan tenggorokan atau
bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita,
gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam
panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Masa
inkubasi, dari waktu terpapar bakteri sampai mengembangkan gejala
biasanya 2 sampai 5 hari. Tetapi bisa saja tak bergejala sampai 30 hari.
b. Mekanisme penularan sifilis
Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama
kehamilan dari ibu ke janinnya, spiroseta mampu menembus membran
mokusa utuh atau ganguan kulit. Oleh karena itu dapat ditularkan melalui
mencium area di dekat lesi, serta seks oral, vaginal, dan anal. Sekitar 30
sampai 60% dari mereka yang terkena sifilis primer atau sekunder akan
terkena penyakit tersebut.
Contoh penularannya, seseorang yang disuntik dengan hanya 57
organisme mempunyai peluang 50% terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari
kasus baru di United States terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki. Penyakit tersebut dapat ditularkan lewat produk darah.

G. Epidemiologi penyakit Gonore dan Sifilis


a. Epidemiologi penyakit gonore
Di dunia, gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi
sepanjang abad ke 20, dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi
tiap tahunnya. Di Amerika terdapat insiden 600.000infeksi baru setiap

16
tahunya. Dilaporkan terdapat kurang lebih 240 kasus pada 100.000
populasi. Rata-rata penyakit gonore banyak terjadi pada ras Afrika
Amerika dibandingkan dengan ras lain dan lebih tinggi dan kejadiannya di
pedesaan sebelah tenggara Amerika Serikat dan di dalam kota,
kemungkinana hal ini di hubungkan dengan faktor budaya dan
sosioekonomi masyarakat daerah tersebut.
Pada tahun 2008, kasus baru penderita gonore di Wilayah Asia
Tenggara adalah 25,4 juta kasus. Sedangkan untuk angka prevalensianya
adalah 9,3 juta kasus. Angka insiden dan prevalensia lebih tinggi pada
jenis kelamin wanita di bandingkan jenis kelamin laki-laki.untuk jenis
kelamin wanita angka insidennya 8,3 per 1000 populasi sedangkan jenis
kelamin laki-laki 7,0 per 1000 populasi.
Sedangkan di Indonesia dari data rumah sakit yang beragam seperti
RSU mataram pada tahun 1998 dilaporkan gonore yang sangat tinggi yaitu
sebesar 52,87% dari seluru penderita IMS.
Pada tahun 2013, kasus gonore di sumatera utara adalah sebanyak
811 kasus dengan rincian kasus pada jenis kelamin laki-laki adalah
sebanyak 477 kasus dan pada perempuan sebanyak 333 kasus.

Tirad epidemiologi
a. Agent
Gonore disebabkan oleh bkteri Neisseria gonorhoeae, bakteri ini hanya di
temukan setelah kontak seksual dengan orang yang terinfeksi
b. Host
Host dari penyakit gonore adalah manusia baik wanita maupun pria, yang
melakukan hubungan seksual dengan penderita yang telah terinfeksi
sebelumnya.
Pria memiliki resiko 20% terkena infeksi dari satu tindakan hubungan
seksual vagina dengan seorang wanita terinfeksi gonore.Resiko bagi laki-
laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (MSM) yang lebih

17
tinggi.Wanita memiliki resiko 60-80% mendapatkan infeksi dari satu
tindakan hubungan seksual vagina dengan seorang pria terinfeksi gonore.
Seorang ibu yang terinfeksi dapat mengirimkan gonore ke bayinya selama
persalinan, kondisi yang di kenal sebagai oftalmia neonatorium.
c. Environment
Lingkungan yang sangat berpengaruh pada terjadinya penyakit gonore
adalah lingkungan social dari masyarakat.Perubahan-perubahan yang
terjadi di masyarakat misalnya perubahan pola pikir, gaya hidup, perilaku
dan perubahan budaya seiring dengan perkembangan zaman dan
teknologi mengakibatkan perubahan pada nilai moral dan agama pada
masyarakat.Perubahan tersebut tidak hanya mempunyai pengaruh yang
baik tetapi juga menimbulkan dampak negative, zaman sekarang banyak
masyarakat yang mengikuti budaya yang salah seperti seks bebes dan
bergonta-ganti pasangan, yang mengakibatkan penularan penyakit kelamin
seperti gonore semakin meningkat.
b. Epidemiologi penyakit sifilis
a. Data kasus sifilis
Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita
sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina,
laporan menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 per
100.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa
pada tahun 2005. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus
sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi.
Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
Insiden sifilis menurun pada sekitar tahun 1940 setelah ditemukan
penicillin. Pada tahun 1990, insiden penyakit ini menurun pada banyak
negara karena tata laksana penyakit menular seksual yang baik,
perubahan gaya hidup, dan laporan kematian akibat AIDS. Setelah
ditemukan pengobatan antiretroviral untuk HIV, insiden penyakit ini
kembali meningkat dan sering ditemukan infeksi konkuren dengan

18
HIVs. Peningkatan ini diperkirakan karena memburuknya perilaku dan
gaya hidup seksual.
Pada negara maju dilaporkan prevalensi sifilis meningkat pada
kelompok tertentu, seperti pria homoseksual, wanita transgender, dan
pekerja seks. Data CDC tahun 2017, melaporkan distribusi kasus sifilis
primer dan sekunder terjadi 52% pada pria yang berhubungan seksual
dengan pria saja, 6% pada pria yang berhubungan seksual dengan pria
dan wanita, dan 15% pada pria yang berhubungan seksual dengan
wanita saja. Berdasarkan data dari WHO tahun 2012, didapatkan
sekitar 900.000 wanita hamil terinfeksi sifilis dengan jumlah kelainan
kongenital yang diakibatkan adalah 350.000 dan jumlah kematian
sekitar 200.000.
Di Indonesia, pada tahun 2011 prevalensi sifilis pada wanita
pekerja seks yang terinfeksi HIV adalah 16,7% dan yang tidak
terinfeksi HIV adalah 9,47%. Pada populasi pria yang berhubungan
seksual dengan pria yang terinfeksi HIV adalah 23,8% dan yang tidak
terinfeksi HIV sebesar 16,67%.

b. Agent
Sifilis adalah infeksi dapat disembuhkan yang disebabkan oleh
bakteri yang disebut Treponema pallidum. Infeksi ini menular seksual,
dan juga dapat ditularkan dari ibu ke janinnya selama kehamilan.
Sebagai penyebab penyakit ulkus kelamin, sifilis telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko penularan HIV dan akuisisi. Kebanyakan

19
orang dengan sifilis cenderung tidak menyadari infeksi mereka dan
mereka dapat menularkan infeksi ke kontak seksual mereka atau,
dalam kasus seorang wanita hamil, untuk anaknya yang belum lahir.
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan konsekuensi serius seperti
kematian lahir mati, prematur dan neonatal. Hasil samping dari
kehamilan dapat dicegah jika infeksi terdeteksi dan diobati sebelum
pertengahan trimester detik. Deteksi dini dan pengobatan juga penting
dalam mencegah komplikasi berat jangka panjang dalam transmisi
pasien dan selanjutnya ke pasangan seksual. Sifilis kongenital
membunuh lebih dari satu juta bayi setahun di seluruh dunia tetapi
dapat dicegah jika ibu terinfeksi diidentifikasi dan diobati dengan tepat
sedini mungkin.
c. Host
Sifilis ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung
dengan luka sifilis. Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal,
vagina, anus, atau di dubur. Luka juga dapat terjadi pada bibir dan
mulut. Transmisi organisme terjadi selama hubungan seks vaginal,
anal, atau oral. Wanita hamil dengan penyakit ini dapat menularkan ke
bayi mereka membawa. Sifilis tidak dapat menyebar melalui kontak
dengan kursi toilet, pegangan pintu, kolam renang, kolam air panas,
bak mandi, pakaian bersama, atau peralatan makan.
d. Environment
Perubahan dalam sistem lingkungan dan pertanian global adalah
salah satu faktor diabaikan utama dalam munculnya, ketekunan dan
munculnya kembali penyakit menular. Ini juga berinteraksi dengan
tren pembangunan ekonomi, pertumbuhan penduduk, urbanisasi,
migrasi dan polusi. Perubahan iklim dan variabilitas menambahkan
faktor-faktor baru ini konglomerat mengemudi pasukan, seperti halnya
tren terkait dari over-dan di bawah-gizi.

H. Faktor Resiko Penyakit Gonore dan Sifilis

20
a. Faktor resiko penyakit gonore
Gonore dapat terjadi pada semua manusia. Tetapi tidak semua manusia
risiko tinggi untuk terinfeksi kuman penyebab gonore ini. Faktor-faktor
yang meningkatkan risiko untuk terinfeksi kuman Neissreia gonorrhoeae
adalah:
1. Semakin muda usia (<25 tahun) untuk melakukan hubungan seksual
pertama kali
2. Penggunaan obat-obatan terutama secara injeksi, peminum alkohol
3. Tinggal bersama di suatu tempat penahanan / penjara
4. Memiliki banyak pasangan seksual secara bersamaan dan bergantian
5. Berhubungan seksual dengan pasangan baru, penderita infeksi menular
seksual (heteroseksual, homoseksual, biseksual)
6. Tidak menggunakan kondom atau menggunakan kondom tapi tidak
benar (wanita memiliki risiko ±40-60% tertular oleh pasangannya yang
terinfeksi)
7. Kondisi tubuh yang rentan terhadap suatu infeksi
8. Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.
b. Faktor resiko penyakit sifilis
Faktor resiko silfilis tidak terlepas terhadap cara penutaran sifilis.
Kelompok seks bebas dan pemakai obat-obatan jarum suntik tidak steril
menempati urutan teratas, karena mayoritas sífilis ditularkan melalui organ
genital saat berhubungan seksual dan perpindahan kuman atau virus
melalui jarum suntik yang tidak steril. Selain itu, bayí selama dan setelah
persalinanjuga dapat menjadi faktor resiko, karena penuLazn melalui
perinatal. Kontak cairan tubuh secara Iangsung dengan penderita jugadapat
meningkatkan resiko terkena shifilis.

I. Pencegahan Penyakit Gonore dan Sifilis


a. Pencegahan penyakit gonore
1. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal, dan oral dengan
orang yang terinfeksi.

21
2. Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat
menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.
3. Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai
4. Sarankan juga pasangan seksual untuk diperiksa guna mencegah
infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
5. Jangan memiliki lebih dari satu pasangan seksual pada suatu
waktu. Risiko tertular Penyakit Menular Seksual akan tinggi jika
memiliki beberapa mitra seks pada waktu yang bersamaan.
6. Untuk pasangan yang hendak menikah, tanyalah pasangan Anda
apakah ia pernah diperiksa Penyakit Menular Seksual termasuk
gonore. Jika tidak, tanyakan apakah dia bersedia untuk menjalani
tes pemeriksaan. Beberapa penyakit menular seksual seperti HIV,
bisa memakan waktu hingga 6 bulan sebelum dapat dideteksi
dalam darah.
7. Jangan berhubungan seks dengan seseorang yang memiliki gejala
gonore. Jika pasangan Anda memiliki tanda-tanda atau gejala
infeksi seperti nyeri saat buang air kecil atau memiliki keluhan
pada daerah genitalnya, jangan berhubungan seks dengannya.
8. Lakukan pemeriksaan gonore secara rutin jika Anda memiliki
resiko tertular yang tinggi misalnya jika Anda pernah menderita
gonore atau infeksi menular seksual lain di masa lalu.
b. Pencegahan penyakit sifilis
1. Berhenti melakukan kontak seksual selama masih terinfeksi
penyakit sifilis.
2. Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual.
3. Menghindari Alkohol dan obat-obat terlarang.
4. Jangan melakukan onani, hubungan sek secara tidak wajar, dan jaga
selalu kebersihan.
5. Biasakan menggunakan kondom bila harus berhubungan seksual
dengan orang yang tidak dikenal.

22
J. Pengobatan Penyakit gonore dan Sifilis
a. Pengobatan penyakit gonore
Pengobatan gonore yang paling utama adalah pemberian antibiotik.
Lamanya pengobatan dengan antibiotik tergantung dari tingkat
keparahannya. Gonore yang parah dan sudah menyebar ke organ tubuh
lain membutuhkan pengobatan lebih lama. Antibiotik yang diberikan dapat
berupa tablet minum atau suntikan.
Selain penderita, pasangan seksual penderita juga perlu diperiksa dan
diobati, karena kemungkinan besar pasangannya juga terkena gonore.
Gejala gonore akan mereda dalam waktu beberapa hari setelah
pengobatan, tetapi rasa sakit di testis atau panggul membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk hilang sepenuhnya. Sedangkan perdarahan
berlebihan saat menstruasi, akan membaik saat haid berikutnya.
Pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan dua minggu setelah pengobatan
untuk melihat apakah infeksi tersebut telah hilang sepenuhnya.
Gonore yang telah berhasil diobati, tidak membuat penderitanya
kebal terhadap penyakit gonore. Penderita yang sudah sembuh masih bisa
tertular kembali jika melakukan hubungan intim dengan penderita gonore.
Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dalam menggunakan antibiotik,
agar pengobatan dapat berhasil. Segera temui dokter kembali jika gejala
tidak kunjung membaik.
b. Pengobatan penyakit sifilis
Secara umum, pengobatan utama sifilis atau raja singa adalah
dengan suntikan antibiotik penisilin. Dosis penisilin berbeda-beda tiap
penderita, tergantung kondisinya. Untuk mengatasi sifilis yang masih di
tahap awal, penyuntikan penisilin cukup satu kali (dosis tunggal).
Sedangkan pada sifilis tahap lanjut, diperlukan dosis tambahan sesuai
petunjuk dokter.
Sifilis (sipilis) termasuk penyakit yang dapat disembuhkan, terutama jika
cepat terdeteksi dan ditangani. Bila sifilis baru diobati saat sudah terjadi

23
kerusakan organ, pengobatan sifilis tidak bisa memperbaiki kerusakan
organ.
Antibiotik penisilin juga diberikan kepada ibu hamil yang mengalami
sifilis dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita sifilis. Bagi
penderita sifilis atau raja singa yang alergi terhadap penisilin, diskusikan
kembali manfaat dan risiko penggunaan penisilin. Tanyakan kepada dokter
kulit Anda, adakah pengganti obat penisilin. Setelah disuntik antibiotik
penisilin, beberapa penderita sifilis bisa merasakan reaksi Jarisch-
Herxheimer. Reaksi ini dapat menimbulkan gejala berupa demam, sakit
kepala, dan nyeri otot atau nyeri sendi. Reaksi ini bukan kondisi yang
serius dan biasanya hanya berlangsung selama satu hari.
Selama pengobatan berlangsung, penderita tidak diperbolehkan
untuk melakukan hubungan seksual hingga dinyatakan sembuh. Untuk
mencegah penularan, beri tahu pasangan tentang kondisi yang dilami agar
pasangan segera melakukan tes sifilis dan segera diobati.
Setelah pengobatan, penderita tetap diminta untuk menjalani tes
darah secara berkala guna memastikan bahwa infeksi telah sembuh total.
Penderita juga harus tetap waspada karena masih bisa terinfeksi sifilis
kembali, meski sudah diobati dan dinyatakan sembuh.

BAB III
PENUTUP

24
A. Kesimpulan
Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi
menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Sifilis atau penyakit raja singa adalah salah satu penyakit menular
seksual (PMS) yang kompleks, desebabkan oleh infeksi bakteri
Treponema pallidum, penyakit ini bersifat sangat kronis dan bersifat
sistemik.

B. Saran
Saran dari pembaca sangat kami diharapkan demi perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

25
Afriana,nurhalina. 2012. Faktor-faktor yang Berhubunga dengan Kejadian Infeksi
Gonore pada Wanita Penjaja Seks Komersial di 16 Kabupaten/Kota Indonesia
(Analisis Data Sekunder Survei Terpadu Biologi dan Perilaku 2011). Universitas
Indonesia. Tesis pdf.
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/gonorea/patofisiologi
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/sifilis/patofisiologi

26

Anda mungkin juga menyukai