Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

“Makalah Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


II”

oleh :
1. Anisya Eka Saputri (19100001)
2. Ruth Novita Ega Pakpahan (19100002)
3. Markhistun Nadhiroh (19100004)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan
ini bisa selesai pada waktunya
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan rapi dan baik
Kami berharap semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya laporan selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 30 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

A. Latar Belakang ........................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 6

BAB II .................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN .................................................................................................... 7

A. Definisi Penyakit Menular Seksual .......................................................... 7

B. Etiologi Penyakit Menular Seksual .......................................................... 7

C. Jenis Penyakit Menular Seksual ............................................................... 7

D. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 10

E. Faktor Risiko ............................................................................................ 10

F. Patofisiologi Penyakit Menular Seksual ................................................ 13

G. Komplikasi Penyakit Menular Seksual .............................................. 14

H. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................... 15

I. Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual ........................................ 15

J. Pencegahan Penyakit Menular Seksual ................................................. 16

K. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 16

BAB III ................................................................................................................. 17

PENUTUP ............................................................................................................ 17

iii
A. Kesimpulan ............................................................................................... 17

B. Saran ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) sebagian besar negara relatif
tinggi dan setiap tahun ditemukan kasus baru. Komplikasi dari PMS antara lain
kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker, dan
juga kematian. Selain itu pola infeksi juga mengalami perubahan seperti infeksi
klamidia, herpes genital dan kondilma akuminata di berbagai negara cenderung
meningkat dibandingkan dengan uretritis gonore dan sifilis. Beberapa penyakit juga
sudah resisten terhadap antibiotika misalnya munculnya galur multiresisten
Neisseria gonorrhoeae, Hemophylus ducreyl dan Trichomonas vaginalis yang
resisten terhadap metronidazole.

Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui


hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dimana zaman sekarang
pergaulan bebas semakin mengkhawatirkan sehingga kalangan remaja dapat
melakukan perbuatan yang tidak diinginkan. Pengetahuan dan sikap remaja tentang
PMS juga masih sangat rendah dikarenakan kurangnya paparan informasi serta
edukasi tentang risiko dan dampak dari PMS. Pemaparan pornografi yang pernah
ditonton menjadi materi yang merugikan terhadap perilaku remaja karena remaja
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan sangat rentan untuk menirukan adegan
yang mereka tonton tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit menular seksual?
2. Apa saja etiologi penyakit menular seksual
3. Apa saja jenis penyakit menular seksual?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit menular seksual?
5. Apa saja faktor risiko penyakit menular seksual?
6. Bagaimana patofisiologi penyakit menular seksual?

5
7. Apa saja komplikasi penyakit menular seksual?
8. Bagaimana prosedur pemeriksaan diagnostik pada penyakit menular seksual?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit menular seksual?
10. Bagaimana cara pencegahan penyakit menular seksual?
11. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi penyakit menular seksual
2. Mengetahui etiologi penyakit menular seksual
3. Mengetahui jenis-jenis penyakit menular seksual
4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit menular seksual
5. Mengetahui faktor risiko penyakit menular seksual
6. Mengetahui patofisiologi penyakit menular seksual
7. Mengetahui komplikasi penyakit menular seksual
8. Mengetahui prosedur pemeriksaan diagnostik penyakit menular seksual
9. Mengetahui penatalaksanaan penyakit menular seksual
10. Mengetahui pencegahan penyakit menular seksual
11. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit menular
seksual

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoretis
Sebagai penambah keilmuan khusus tentang penyakit menular seksual serta
sebagai sumber penulisan makalah.

2. Manfaat Praktis
Pasien dan keluarga sebagai awal untuk meningkatkan keperawatan dan
sebagai informasi supaya lebih memperhatikan kesehatan seksual.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksual atau PMS dikenal juga sebagai infeksi menular
seksual atau IMS. Penyakit ini cukup berbahaya dan dapat ditularkan hanya jika
seseorang melakukan hubungan seksual yang berisiko atau hubungan seksual yang
tidak aman. Penyakit ini dapat menular melalui sperma, cairan vagina, darah,
ataupun cairan tubuh lainnya. Ada beberapa penyakit menular seksual lainnya
seperti sifilis, gonore, herpes, dan masih banyak lainnya. Penyakit menular seksual
dapat dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan dan juga menggunakan alat
pengaman, alat kontrasepsi ataupun kondom setiap berhubungan seksual dengan
pasangan.

B. Etiologi Penyakit Menular Seksual


1. Melalui Hubungan Seksual
a. Seks vaginal
b. Seks anal
c. Seks oral

2. Melalui Sarana Non-Seksual


a. Melalui darah atau produk darah
b. Ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan misalnya
pada penyakit sifilis, hepatitis B, HIV, klamidia, gonore, herpes, dan HPV

C. Jenis Penyakit Menular Seksual


Berdasarkan penyebab infeksinya, penyakit menular seksual dibedakan
menjadi 5 yaitu :
1. Infeksi Bakteri
a. Gonore

7
Gonore atau yang lebih dikenal sebagai kencing nanah adalah penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini
menyebabkan keluarnya cairan dari penis atau vagina dan rasa nyeri ketika buang
air kecil. Bakteri penyebab gonore juga dapat menimbulkan infeksi di bagian tubuh
lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina.

b. Klamidia
Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis. Pada wanita, klamidia menyerang serviks sedangkan pada pria
mneyerang saluran keluar urine di penis. Penularan dapat terjadi dari luka pada area
kelamin.

c. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga
dikenal dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada alat kelamin atau
mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi.

2. Infeksi Virus
a. HIV/AIDS
Infeksi HIV disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui
hubungan seks tanpa kondom, berbagai penggunaan alat suntik, transfusi darah,
atau saat persalinan.

b. Herpes Genitalis
Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini bersifat tidak aktif
atau tersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Penyebarannya terjadi
melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah terinfeksi.

c. Kutil Kelamin

8
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh Human Papilloma Virus.
Virus HPV menyebabkan kutil kelamin hingga kanker serviks pada perempuan.
Penularan HPV terjadi melalui kontak langsung atau melakukan hubungan seksual
dengan penderita.

3. Infeksi Protozoa
a. Trikomoniasis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit
trikomoniasis bisa menimbulkan keputihan pada wanita atau malah tidak
menimbulkan gejala, sehingga sering kali seseorang secara tidak sadar menularkan
penyakit ini ke pasangan seksualnya.

4. Infeksi Jamur
a. Candidiasis
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida albicans.
Infeksi jamur ini biasanya terjadi di kulit, mulut, dan organ intim. Jika tak
mendapatkan penanganan segera, infeksi ini bisa menyebar ke usus, ginjal, jantung,
dan otak.

5. Infeksi Parasit
a. Pedikulosis Pubis
Pedikulosis pubis juga biasa disebut kutu kelamin. Penyakit ini adalah
infeksi kutu pada rambut di daerah pubis dan sekitarnya oleh parasit Phthirus pubis
yang merupakan parasit yang hidup di aera berambut. Ukurannya hanya sekitar 1-
3 mm dan berkaki 6. Kutu ini ditularkan melalui kontak seksual.

b. Skabies
Skabies biasa disebut sebagai kudis. Kudis merupakan penyakit yang
terjadi karena serangan kutu dan bisa menyerang tangan, kepala, serta bagian
genital. Penyakit ini ditandai dengan munculnya rasa gatal pada kulit dan sering
menjadi lebih parah di malam hari.

9
D. Manifestasi Klinis
1. Rasa sakit atau nyeri pada saat buang air kecil atau berhubungan seksual
2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah
3. Pengeluaran lendir pada vagina atau alat kelamin
4. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal
6. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
7. Bintik-bintik berisi cairan, lecet, atau borok pada alat kelamin

E. Faktor Risiko
1. Penyebab Penyakit (Agen)
Penyakit menular seksual sangat bervariasi penyebabnya dapat berupa
virus, parasit, bakteri, dan protozoa.

2. Tuan (Host)
Beberapa faktor yang terdapat pada host berperan pada perbedaan insiden
penyakit menular adalah :
a. Umur
Pada remaja atau seseorang yang masih muda, sel-sel organ reproduksi
belum matang sehingga semakin mudah untuk terkena PMS. Selain itu, kelompok
usia baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 15-30 tahun mempunyai
prevalensi tertinggi mengalami PMS.

b. Jenis kelamin
Perempuan lebih berisiko

c. Pilihan dalam hubungan seksual


Ada tiga faktor yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.

10
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah yang memudahkan terjadinya perilaku antara
lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai pandangan
dan persepsi, tradisi, norma sosial, pendapatan, pendidikan, umur dan status sosial.

2) Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku
antara lain adanya keterampilan dan sumber daya seperti fasilitas, personal dan
pelayanan kesehatan serta memudahkan individu untuk mencapainya.

3) Faktor Pendorong
Faktor pendorong adalah faktor yang menguatkan seseorang untuk
melakukan perilaku tersebut diantaranya sikap dan perilaku petugas kesehatan serta
dorongan yang berasal dari masyarakat.

d. Lama bekerja sebagai pekerja seks komersial


Pekerjaan seseorang berkaitan erat dengan kemungkinan terjadinya PMS.
Pada beberapa orang yang bekerja dengan kondisi tertentu dan lingkungan yang
memberikan peluang terjadinya kontak seksual akan meningkatkan penderita PMS.
Orang tersebut termasuk dalam kelompok risiko tinggi terkena PMS. Semakin lama
masa kerja seorang WPS, maka semakin besar kemungkinan ia melayani pelanggan
yang telah terinfeksi PMS. Prevalensi HIV dan IMS pada WPS yang baru memulai
pekerjaan seks hampir sama tingginya dengan WPS dengan pengalaman yang lebih
panjang. Fakta ini menunjukkan bahwa WPS terinfeksi sangat cepat setelah mulai
menjual seks karena setiap 6 bulan, sepertiga sampai setengah WPS adalah
pendatang baru.

e. Status perkawinan
Insiden PMS lebih tinggi pada orang yang belum menikah, bercerai, atau
orang yang terpisah dengan keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang
sudah menikah karena orang yang sudah menikah kebutuhan seksualnya terpenuhi.

11
f. Pemakaian kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan misalnya latex, vynil, atau bahan alami yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual. Kondom ini fungsinya untuk mencegah kehamilan maupun
penularan PMS. Orang yang tidak menggunakan kondom berisiko terkena PMS
sebesar 3,987 kali dibandingkan dengan orang yang menggunakan kondom.

3. Faktor Lingkungan
a. Faktor Demografi
1) Bertambahnya jumlah penduduk dan pemukiman yang padat
2) Perpindahan popilasi yang menambah migrasi dan mobilisasi penduduk,
misalnya perdagangan, hiburan, dan lain-lain
3) Meningkatnya prostitusi dan homoseksual
4) Remaja lebih cepat matang dibidang seksual yang ingin lebih cepat
mendapatkan kepuasan seksual

b. Faktor Sosial Ekonomi


Sosial adalah sesuatu yang mengenai masyarakat, sedangkan ekonomi
adalah segala usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mencapai
kemakmuran hidup. Pekerja seks erat hubungannya dengan masalah ekonomi,
wanita biasanya terjerumus menjadi pekerja seks karena desakan ekonomi.
Kemiskinan sering memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi
kebutuhan hidup termasuk menjerumuskan diri ke lingkaran prostitusi. Hal ini
biasanya dialami oleh wanita kalangan menengah kebawah.

c. Faktor Kebudayaan
Kekosongan spiritual berhubungan dengan rendahnya pemahaman
terhadap nilai-nilai agama pada pekerja seks komersial. Berdasarkan hasil
penelitian, konflik kebutuhan menjadi konflik utama dalam diri mereka dan bukan
konflik yang disebabkan munculnya erasaan bersalah dan berdosa pada Tuhan.

12
d. Faktor Medik
Untuk memperbaiki kualitas diagnosis dan pengobatan PMS, setiap klinik
harus melakukan promosi kesehatan terkait dengan pencegahan PMS. Pelayanan
ditargetkan untuk kelompok berisiko tinggi. Selain itu fasilitas pelayanan kesehatan
harus memberikan pelayanan yang efektif yaitu pengobatan secepatnya bagi orang
dengan gejala, program penapisan, dan juga pengobatan secepatnya untuk PMS
tanpa gejala pada kelompok risiko tinggi.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, dilaporkan juga


beberapa faktor lain yang meningkatkan insiden PMS, yaitu :
1. Cuci Vagina (Vaginal Douching)
Vaginal douching adalah upaya pembersihan atau bilas vagina baik
eksternal maupun internal. External douching meliputi pembilasan labia dan bagian
luar vagina dengan bahan-bahan tertentu, sedangkan internal douching meliputi
memasukkan bahan atau alat embersih ke dalam vagina dengan jari atau dalam
bentuk spraying atau liquid. Menurut departemen Health and Human Service dari
National Women’s Health Information Center, penelitian menunjukkan bahwa
wanita yang douching sebagai rutinitas harian cenderung mendatangkan masalah
dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah atau jarang sekali douching.

2. Usia Pertama Kali Berhubungan Seks

F. Patofisiologi Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksual dimulai ketika seseorang melakukan hubungan
seksual yang tidak aman, atau melalui jarum suntik dan transfusi darah dari orang
yang terinfeksi. Selanjutnya, agen penyakit menempel pada sel epitel mukosa.
Membran kemudian dilepaskan ke dalam jaringan dalam tubuh sehingga seseorang
menjadi terinfeksi penyakit tersebut. Penyakit menular seksual bisa menimbulkan
gejala dan bisa juga muncul tanpa gejala misalnya pada penyakit HIV-AIDS.

13
Infeksi pada penyakit menular seksual bisa menyebar baik secara langsung maupun
hematogen.
1. Secara Langsung
a. Pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis
b. Pada wanita langsung menyebar ke kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba
falopii, dst

2. Hematogen
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada
wanita. Inidisebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh,misalnya. Defisiensi
C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi dan komplemen, bakteri dengan
protein porin A pada dinding sel kemudian menginaktivasi C3b. Manifestasi
berupa arthritis, lesikulit, dan tenosynovitis.

G. Komplikasi Penyakit Menular Seksual


Deteksi dan penanganan terhadap penyakit menular seksual perlu
dilakukan sejak dini. Jika dibiarkan, penyakit menular seksual dapat menyebabkan
beberapa komplikasi berikut :
1. Peradangan pada mata
2. Radang sendi
3. Nyeri panggul
4. Radang panggul
5. Infertilitas
6. Penyakit jantung
7. Kanker serviks
8. Kanker anus

Penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan komplikasi pada


kehamilan. Beberapa penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia, HIV dan
sifilis dapat menular dari ibu hamil ke janinnya selama kehamilan atau saat

14
persalinan. Kondisi ini dapat memicu keguguran dan gangguan kesehatan atau cacat
lahir pada bayi.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Jika mengalami gejala penyakit menular seksual, penderita akan menjalani
beberapa tes untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri penyebab penyakit
menular seksual. Tes yang akan dijalani adalah tes darah dan tes urine. Tes ini
dilakukan untuk menentukan penyebab penyakit menular seksual. Selanjutnya
dilakukan pula test swab untuk mengambil sampel cairan tubuh di sekitar area
kelamin. Sampel ini kemudian akan diperiksa di laboratorium.

I. Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual


1. Melakukan anamnesis tentang riwayat infeksi atau penyakit
2. Pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan
3. Diagnosis yang tepat
4. Pengobatan yang efektif
5. Nasihat atau edukasi yang berkaitan dengan perilaku seskual
6. Penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya
7. Penatalaksanaan mitraseksual
8. Pencatatan dan pelaporan kasus
9. Tindak lanjut klinis secara tepat
10. Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti gonore, klamidia, dan sifilis.
Antibiotik harus tetap dikonsumsi walaupun gejala yang dirasakan telah membaik.
Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi kembali terjadi.

Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk tidak berhubungan intim


hingga masa pengobatan terakhir dan gejala menghilang. Jenis antibiotik yang
diberikan antara lain penisilin, doxycycline, amoxicillin dan erythromycin. Selain
membunuh bakteri, antibiotik seperti metronidazole dapat membunuh parasit pada

15
penyakit trikomoniasis. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet yang diminum
maupun sediaan yang dimasukkan dalam vagina.

11. Antivirus
Pengobatan dengan obat antivirus hanya bertujuan untuk meredakan gejala
dan mengurangi risiko penyebaran. Jenis obat antivirus yang digunakan untuk
menangani herpes genital adalah acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir.
Sementara untuk hepatitis, obat yang diberikan meliputi entecavir, interferon, dan
lamivudine.

J. Pencegahan Penyakit Menular Seksual


1. Setia terhadap pasangan dengan tidak berganti-ganti pasangan seks
2. Menggunakan kondom setiap berhubungan seks
3. Melakukan sirkumsisi bagi laki-laki
4. Menjaga kebersihan organ reproduksi
5. Segera memeriksakan diri jika mengalami keluhan pada organ reproduksi
6. Lakukan vaksinasi terutama vaksin HPV dan hepatitis B
7. Tidak menggunakan NAPZA terutama dengan berbagi penggunaan jarum
suntik
8. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, khususnya yang berkaitan
dengan organ reproduksi

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi atau struktur tubuh
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan penyakit fisik
6. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit menular seksual atau PMS adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Penyebab dari PMS bervariasi, ada yang disebabkan
oleh virus, bakteri, protozoa, parasit, dan jamur. Penyakit menular seksual bisa
menyerang siapa saja baik pria maupun wanita. Jika tidak segera ditangani penyakit
ini menyebabkan komplikasi yang cukup serius. Untuk mendeteksi penyakit ini
dilakukan uji laboratorium, tes urin, dan swab. Pencegahan yang bisa dilakukan
adalah dengan menggunakan pengaman saat berhubungan seks, tidak berganti-
ganti pasangan, vaksin, menjaga kebersihan, dan lain-lain. Pengobatan untuk
penyakit ini bergantung kepada penyebab penyakit itu sendiri.

B. Saran
Sebelum penyakit terjadi, sebaiknya dilakukan pencegahan dengan
menjaga kebersihan, setia pada pasangan, menggunakan kondom saat berhubungan
seks, tidak menggunakan jarum suntik bekas pakai, dan lakukan pemeriksaan
secara berkala.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Irawan Sapto. 2020. Penyakit Menular Seksual : Gejala, Penyebab, dan Cara
Mengobati..
https://health.kompas.com/read/2020/12/01/180400368/penyakit-
menular-seksual-gejala-penyebab-dan-cara-mengobati?page=all
(diakses tanggal 31 Maret 2021, jam 22.00 WIB)
Amalia, Tuti. 2017. “Faktor-Faktor Risiko IMS pada WPS di Wilayah Puskesmas
II Baturaden”. Skripsi.
Andini, Olivia. 2018. Makalah Imunoserologi “Penyakit Menular Seksual (PMS)”.
https://id.scribd.com/document/369374835/Makalah-Penyakit-
Menular-Seksual (diakses tanggal 1 April 2021 jam 6.45 WIB).
Cindy. 2017. “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular
Seksual di Universitas Islam Sultan Agung Semarang”. Skripsi.
Program Studi S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kumalasari, Dwi. 2017. “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Penyakit
Menular Seksual Gonorea Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin”.
Laporan Akhir Studi Kasus. Akademi Kebidanan Sari Mulia
Banjarmasin.
Oktaviani, Dantri Astuti. 2017. “Studi Deskriptif Faktor Risiko Penularan Penyakit
Sifilis Pada Remaja di Klinik Griya Lentera PKBI (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia) Yogyakarta 2017”. Skripsi. Program
Studi S-1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
Suhartono, Fanisa Adani. 2019. Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Menular.
https://osf.io/mnq5s/ (diakses tanggal 31 Maret 2021, jam 22.00 WIB)

18
19

Anda mungkin juga menyukai