Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

INFEKSI MENULAR SEKS , HIV DAN AIDS

DOSEN PENGAMPU:

Dita Selvianti ,M.Kes

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

An-nur 202102005 Dini gempita sari 202102016

Ayulia kontesa 202102008 Dinda sulistianingsih 202102017

Cici paramita 202102011 Elisia tri indriyani 202102018

Dina ania melani 202102012 Mita indawati 202102027

Dhevia hilama sukma 202102013 Ereke alen della 202102019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI

TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah Kesehatan
Reproduksi Dan Keluarga Berencana “Infeksi Menular Seks, HIV Dan AIDS”,
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kesehatan reproduksi dan keluarga.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat diperlukan guna tersusunnya makalah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Bengkulu, 10 April 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….. Ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….. 4
A. Infeksi menular seks....................…………………….……. …… 4
B. HIV dan AIDS…………………………………………………… 6
5
BAB III PENUTUP……………………………………………………. 8
A. Kesimpulan..................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................... 8
DAFTAR PUSAKA.................................................................................. 9

iii
IV
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang penularannya terutama


melalui hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun 1998, istilah
STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat
menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO (2009), terdapat
lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi
gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi
human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Dalam semua masyarakat,
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang paling sering dari semua
infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab
pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan
penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang.
Dewasa dan remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif
secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru
yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80%
dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan
“screening” dan rendahnya pemberitaan akan IMS (Da Ros, 2008).
Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat disembuhkan
(sifilis, gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada
laki- laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar
di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Jutaan IMS
oleh virus juga terjadi setiap tahunnya, diantaranya ialah HIV, virus herpes, human
papilloma virus, dan virus hepatitis B (WHO, 2007). Di Amerika, jumlah wanita
yang menderita infeksi klamidial 3 kali lebih tinggi dari laki- laki. Dari seluruh
wanita yang menderita infeksi klamidial, golongan umur yang memberikan kontribusi
yang besar ialah umur 15-24 tahun (CDC, 2008). Di Indonesia sendiri, telah banyak
laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada
dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi
gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia,
sifilis maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena

1
peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah
penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah
penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya
belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia
pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sampai dengan Desember
2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan
kumulatif kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus
baru selama tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362
kematian (Depkes, 2009). Di Propinsi Sumatera Utara sendiri, dari 12.855.845
jumlah penduduk yang tercatat, ada sedikitnya 2947 yang menderita infeksi menular
seksual (Depkes, 2008).
Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang
tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita
infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic
inflammatory disease (WHO, 2008).
Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah menjadi
problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi menular
seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti
bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual. Wanita
dalam hal ini sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini mungkin
disebabkan masih kurangnya penyuluhan- penyuluhan yang diakukan oleh
pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya. Tidak adanya mata pelajaran yang
secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid sekolah menengah
atas, terutama siswi, juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian
infeksi menular seksual di kalangan remaja.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1.   Apa pengertian infeksi menular seks, HIV dan AIDS?

2.    Bagaimana gejala infeksi menular seks, HIV dan AIDS?

3.    Bagaimana jenis infeksi menular seks, HIV dan AIDS?

4. Bagaimana pencegahan infeksi menular seks, HIV dan AIDS?

2
C.      Tujuan

1.      Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dan penulis

2.     Untuk mengetahui dan memahami tentang infeksi menular seks, HIV dan
AIDS

3
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Infeksi menular seks

1. pengertian

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan

seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko apabila melakukan hubungan

seksual dengan berganti – ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal

(Sjaiful, 2007).

2. Gejala

Oleh karena bentuk dan letak alat kelaminnya yang menonjol, pada laki-laki
gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan, sedangkan pada perempuan
sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari.

Pada laki-laki gejala-gejala infeksi PMS antara lain:

1. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin.

2. Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin.

3. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam.

4. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin.

5. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing.

6. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk.

7. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi
borok.

8. Kehilangan berat badan yang drastis, disertai mencret terus menerus, dan sering
demam serta berkeringat malam.

4
Pada perempuan gejala-gejala PMS antara lain:

1. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.

2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.

3. Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin.

4. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan
pada alat kelamin atau sekitarnya.

5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.

6. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks.

7. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

3. Jenis IMS

Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia
yang banyak ditemukan saat ini adalah:

a. Gonore (GO) Kuman penyebabnya adalah Neisseria gonorrhoeae. Ada masa


tenggang selama 2 –10 hari setelah kuman masuk ke dalam tubuh melalui
hubungan seks.
b. Sifilis (raja singa) Kuman penyebabnya disebut Treponema pallidum. Masa
tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu.
Kemudian timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai
pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa
diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6- 12 minggu setelah
hubungan seks.
c. Herpes genital Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan
masa tenggang 4 – 7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui
hubungan seks. Gejala dan tandatandanya adalah:Bintil-bintil berair
(berkelompok seperti anggur) yang sangat nyeri pada sekitar alat kelamin
Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak, lalu hilang
sendiri.
d. Klamidia Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Masa tanpa
gejala berlangsung 7 – 21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat
reproduksi laki-laki dan perempuan.

5
e. Trikomoniasis vaginalis Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan oleh
parasit Trikomonas vaginalis. Gejala dan tanda-tandanya adalah: cairan
vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk.vulva
agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman.
f. Kandidiasis vagina Kandidiasis vagina merupakan keputihan yang disebabkan
oleh jamur Candida albicans. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit
maupun di dalam liang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu,
jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan.
g. Kutil kelamin Penyebabnya adalah human papilloma virus (HPV) dengan
gejala yang khas yaitu terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan.

4. Pencegahan

Berikut adalah cara untuk mencegah terjadi infeksi menular seks :


1.Bagi kamu yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan
hubungan seksual.
2. Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah.
3. Hindari hubungan seks yang tidak aman atau beresiko.
4. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS.
5. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

B. HIV dan AIDS


1. Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS
melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

6
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel
atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi
AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan
adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan
infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006).
2. Gejala
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-
gejala khusus. Baru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering kali
menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Penderita sering kali
merasa sehat dan dari luar memang tampak sehat. Sering kali 3-4 tahun penderita
tidak memperlihatkan gejala yang khas. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul
diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut,
dan terjadi pembengkakan di daerah kelenjar getah bening.

3.Jenis-Jenis
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan
menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan
masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua
grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh
dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).

4.Pencegahan
Individu dapat mengurangi risiko infeksi HIV dengan membatasi paparan
faktor risiko. Pendekatan kunci untuk pencegahan HIV, yang sering digunakan,
meliputi:
1.Penggunaan kondom pria dan wanita;
2.Tes dan konseling untuk HIV dan IMS;
3.Pengujian dan konseling untuk keterkaitan dengan perawatan tuberkulosis (TB);
4.Sunat laki-laki medis sukarela (VMMC);
5.Penggunaan obat antiretroviral (ARV) untuk pencegahan;
6.Pengurangan dampak buruk bagi orang yang menyuntikkan dan menggunakan
narkoba;

7
7.dan Penghapusan penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT).

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Beberapa
penyakit menular seksual: klamidia, gonore, hepatitis B, herpes, HIV/AIDS. human
papilloma virus (HPV), kutil kelamin. sifilis. Dan trikomoniasis. Tindakan
penanggulangan yang harus dilakukan terhadap penyakit menular seksual dapat
dilaksanakan ole diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Memberikan pemahaman dan
pengetahuan menjadikan landasan terpenting dalam penanggulangan penyakit
menular seksual.

B. Saran

Penderita penyakit menular seksual sebaiknya tidak melakukan hubungan


seks hingga penyakit dinyatakan sembuh oleh dokter. Hal ini dilakukan untuk
mencegah penularan penyakit kepada pasangan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Isi Kurikulum 2013 untuk
Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Pendidikan Jasmani, Olahraga,


dan Kesehatan. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Lu Montagnier. (1985). AIDS. Jakarta: PT. Temprint

http://repository.unmuhjember.ac.id/10455/3/BAB%20I%20NEW.pdfMarnidan
Kukuh rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai