Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MASALAH-MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN

UPAYA DALAM PENANGGULANGANNYA

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Anggita Maulida ( P3.73.24.2.19.042)

Iffa A’izzah Az Zahra ( P3.73.24.2.19.061)

Laila Salsabilla ( P3.73.24.2.19.062)

Nur Auriora Galih Kusumah ( P3.73.24.2.19.070)

Viani Astuti Hamzah ( P3.73.24.2.19.078)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kemudahan untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
Masalah-masalah kesehatan reproduksi dan upaya dalam penanggulangannya”, dalam
memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan Pperempuan dan Perencanaan Keluarga yang
diampu oleh Ibu Erika Yulita Ichwan SST, M.Keb.

Makalah ini tentu masih banyak kekurangan, maka dari itu kami sebagai mahasiswa
dengan senantiasa menerima kritik dan saran dari para pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Para Dosen yang senantiasa
membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini, sehingga makalah ini telah selesai tepat
waktu.

Bekasi, Selasa 09 Februari 2021

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Seksual Transmitted Disease (STD).............................................................................3


2.2 Gangguan Pra-Haid.....................................................................................................6
2.3 Pelvic Infamatory Disease (PID)..................................................................................9
2.4 Unwanted Pregnancy dan Aborsi...............................................................................11
2.5 Hormon Replacement Theraphy (HRT) ....................................................................14
2.6 Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan ...............................................................20
2.7 Pemerkosaan ..............................................................................................................29
2.8 Pelecehan Seksual .....................................................................................................33

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................37

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi remaja harus mendapatkan perhatian yang serius untuk
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dalam rangka mewujudkan
keluarga berkualitas . Dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi, masalah yang
terpenting adalah perilaku seksual remaja yang berakibat meningkatnya angka tindakan
aborsi, pernikahan usia muda, keluarga yang tidak diharapkan, melahirkan diluar nikah,
kematian ibu dan bayi, serta memberi peluang menyebarnya penyakit menular seksual
dan HIV/AIDS (Widyastuti, 2009).
Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah keadaan sehat secara
fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Untuk
permasalahan kesehatan reproduksi menjadi hal terpenting yang harus diketahui sejak
remaja dan menjadi perhatian yang utama.
Survei yang dilakukan di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012
menunjukkan bahwa sebanyak 4.5% remaja laki-laki dan 0.7% remaja perempuan usia
15-19 tahun telah melakukan seks pranikah, sedangkan seks pranikah pada remaja usia
20-24 tahun jumlahnya lebih tinggi lagi yaitu 14.6% pada remaja laki-laki dan 1.8% pada
remaja perempuan. Proporsi kehamilan pada usia 15-19 tahun berdasarkan data tahun
2013 adalah 1.97%.
Temuan dari Plan Internasional Indonesia, 44% perempuan yang menikah di usia
anak mengalami kekerasan dengan frekuensi tinggi sedangkan 56% sisanya mengalami
kekerasan dengan frekuensi rendah. Hasil penelitian menunjukkan, anak perempuan usia
10-14 tahun memiliki risiko kematian lebih besar pada saat kehamilan dan persalinan
(Centre for Reproductive Rights, 2013 diambil dari BPS dan Unicef, 2015) ). Selain itu
pernikahan di usia anak meningkatkan risiko terkena kanker serviks karena semakin
muda usia seseorang berhubungan seksual semakin besar risiko seseorang terkontaminasi
virus pada organ reproduksi (Kusumaredi, 2016).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Seksual Transmitted Disease (STD)?
2. Apa yang dimaksud dengan Gangguan Pra-Haid?
3. Apa yang dimaksud dengan Pelvic Infamatory Disease (PID)?
4. Apa yang dimaksud dengan Unwanted Pregnancy dan Aborsi?
5. Apa yang dimaksud dengan Hormon Replacement Theraphy (HRT)?
6. Apa yang dimaksud dengan Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan?
7. Apa yang dimaksud dengan Pemerkosaan?
8. Apa yang dimaksud dengan Pelecehan Seksual?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Agar dapat mengetahui apa itu Seksual Transmitted Disease (STD)?
2. Agar dapat mengetahui apa itu Gangguan Pra-Haid?
3. Agar dapat mengetahui apa itu Pelvic Infamatory Disease (PID)?
4. Agar dapat mengetahui apa itu Unwanted Pregnancy dan Aborsi?
5. Agar dapat mengetahui apa itu Hormon Replacement Theraphy (HRT)?
6. Agar dapat mengetahui apa itu Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan?
7. Agar dapat mengetahui apa itu Pemerkosaan?
8. Agar dapat mengetahui apa itu Pelecehan Seksual?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Seksual Transmitted Disease (STD)


a. Pengertian Sexually Transmitted Disease (STDS)

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam
bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted
Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi
yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah
tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya
menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena
menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).

Menurut Aprilianingrum (2002), Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai


penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan
kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang
berlainan jenis ataupun sesama jenis.

PMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit AIDS
yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai sekarang pengobatan yang
paling manjur masih belum ditemukan. Apalagi komplikasi dari PMS (termasuk AIDS)
bisa dibilang banyak dan akibatnya pun cukup fatal, antara lain :

1. Kemandulan
2. Kecacatan
3. gangguan kehamilan
4. kanker
5. kematian

b. Gejala yang timbul dari Sexually Transmitted Disease (STDS)

Gejala Perempuan Laki-laki

Luka terbuka dan atau luka basah dengan atau tanpa rasa
sakit, disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh
yang lain. Tonjolan (papules) kecil-kecil, diikuti luka yang
Luka sangat sakit di sekitar alat kelamin

                Anus gatal atau iritasi/Gatal-gatal di daerah alat


kelamin.

3
Cairan dari alat kelamin Cairan bening atau berwarna
bisa gatal, warna berasal dari pembukaan alat
keputihan, kekuningan, kelamin pria atau anus, rasa
Cairan tidak normal kehijauan, atau panas seperti terbakar atau
kemerahmudaan berbau sakit selama atau setelah
atau berlendir. Cairan kencing.
tubuh bisa juga keluar
dari anus.

Pada wanita, dapat juga


disebabkan oleh infeksi
kandung kencing yang Buang air kecil lebih sering
tidak ditularkan melalui dari biasanya.
hubungan seksual.

PMS pada wanita biasanya Rasa terbakar atau rasa/


tidak menyebabkan perih/panas/sakit selama
sakit atau burning atau setelah urination
Sakit pada saat urination terkadang diikuti dengan
buang air kecil keluarnya cairan putih dari
alat kelamin pria

Nyeri di paha atau bagian  perut lebih rendah.

Gejala Perempuan Laki-laki

4
Perubahan warna Terutama di bagian telapak tangan atau kaki. Perubahan bisa
kulit menyebar ke seluruh bagian tubuh

Tonjolan seperti Tumbuh tonjolan seperti jengger ayam/kutil di sekitar alat


jengger ayam kelamin

Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.

Rasa sakit yang muncul dan hilang, yang tidak berkaitan


dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran
Sakit pada bagian reproduksi (infeksi yang telah berpindah ke bagian dalam
bawah perut system reproduksi, termasuk servik, tuba falopi, dan
ovarium)

Kemerahan pada sekitar alat Kemerahan pada sekitar alat


kelamin, atau diantara kaki kelamin, kemerahan dan
Kemerahan sakit di kantong zakar

Pembengkakan kelenjar getah bening atau kemerahan di


sekitar alat kelamin

c. Pencegahan sexual transmitted diseases

Pencegahan merupakan cara yang bijak sebelum kalian terjangkit penyakit kelamin,
karena jika terjangkit kalian akan mengalami kerugian yang besar. Pencegahan penyakit
kelamin diantaranya dengan pencegahan penularan lewat seks

Pencegahan Penularan Cara lainnya :

1. Mencegah masuknya transfusi darah tambahan yang belum diperiksa kebersihannya dari
penderita Infeksi Menular Seks (IMS) ke dalam tubuh kita.
2. Berhati-hati waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah segar.
3. Mencegah pemakaian alat-alat tembus kulit yang tidak suci hama atau tidak steril.
Misalnya jarum suntik, alat tato, alat tindik dan sejenisnya yang bekas dipakai orang lain.
Jarum suntik yang baru biasanya masih dalam plastik dan dibuka dihadapan kita.
4. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, dimulai dari diri sendiri dan keluarga sehingga
terbentuknya masyarakat yang religious.
5. Memberikan pemahaman tentang seks pada anak-anak sekolah, untuk  berhati-hati dan
tidak mencoba-coba.

5
6. Menghargai hubungan seksual sebagai suatu yang sakral sehingga hanya boleh dilakukan
pada pasangan yang telah menikah.
7. Pemberantasan peredaran narkoba.
8. Menutup tempat-tepat prostitusi dan pelacuran terselubung.
9. Menjaga kebersihan pakaian dalam dan toilet umum.
10. Merawat rambut disekitar alat kelamin.
11. Pemeriksaan rutin ke dokter kulit dan kelamin

2.2 Gangguan Pra-Haid


a. Pengertian gangguan pra haid

Sindrom prahaid (premenstrual syndrome, PMS)adalah kumpulan gejala fisik, psikologis


dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95
persen perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang
dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat
diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum
menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan. namun dapat pula
berlanjut setelahnya. Pada sekitar 14 persen perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun,
sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka
beristirahat dari sekolah atau kantornya.

Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar dua
minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang lumrah bagi wanita usia produktif.
Sekitar 40% wanita berusia 14 - 50 tahun, menurut suatu penelitian, mengalami sindrom
pra-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (pre-menstruation syndrome).
Bahkan survai tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita
dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi.

Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan
antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan
progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti
melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya
perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang
menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan
dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang
dialami penderita.

b. Berbagai gejala gangguan menstruasi yang terlihat

6
1. PMS (Premenstrual Syndrome)

Sebelum siklus menstruasi dimulai, wanita mengalami perubahan secara fisik maupun
emosional yang disebut sebagai gejala gangguan haid. Gejala tersebut dikenal
sebagai premenstrual syndrome (PMS) dalam dunia medis.Terdapat beragam gejala
gangguan haid PMS yang bisa diamati, antara lain:

a) Perut melilit.
b) Nyeri punggung.
c) Payudara mengencang.
d) Sakit kepala.
e) Kemunculan jerawat berlebih.
f) Mudah lelah.
g) Mudah lapar.
h) Konstipasi.
i) Gelisah.
j) Kram perut.
k) Diare.

2. Absen Menstruasi.

Selain PMS, ada pula gejala gangguan haid lainnya, yaitu absen menstruasi ketika
seorang wanita tidak mengalami menstruasi di periode waktu tertentu. Kondisi tersebut
terjadi akibat gangguan hormon atau permasalahan pada sistem reproduksi wanita.

Umumnya, faktor hormonal juga bisa memengaruhi siklus haid, sehingga menjadi tidak
teratur. Kemungkinan seorang wanita mengalami haid dalam waktu yang lebih cepat
meningkat bila wanita tersebut memiliki hormon estrogen dan progesterone yang
berlebihan. Sementara itu, jika faktor hormonal menjadi penyebab gangguan haid,
dipastikan bahwa wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Hal itu dapat diatasi
dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel telur.

Gangguan menstruasi juga bisa terjadi karena penyebab kelainan non-organ, di


antaranya koagulopati, yaitu adanya gangguan fungsi pembekuan darah yang
menyebabkan darah sulit membeku. Hal yang paling sering terjadi adalah penyakit Von
Willebrand. Selain itu, disfungsi ovulasi juga sering terjadi.

Disfungsi ovulasi adalah terjadinya gangguan kesuburan yang dapat menyebabkan


gangguan hormon. Akibat gangguan hormon tersebut, perdarahan terjadi dalam jumlah
yang bervariasi dan dapat terjadi setiap saat. Manifestasi kelainan ini dapat berupa
perdarahan ringan (kemunculan flek), perdarahan banyak, maupun haid yang jarang
terjadi.

7
c. Pengobatan Gangguan Menstruasi

Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan menstruasi berbeda-beda. Dokter


terlebih dahulu menganalisis apa yang menjadi penyebab utama gangguan terjadi. Jika
penyebab kondisi ini adalah ketidakseimbangan hormon, mungkin dokter akan
memberikan beragam obat-obatan yang mengandung hormon jika memang diperlukan.
Maka dari itu, penangan harus dilakukan agar gejala gangguan menstruasi tidak semakin
parah. Berikut ini adalah penanganan yang dapat membantu gangguan menstruasi, antara
lain:

a) Berendam air hangat atau menempelkan kompres hangat pada bagian abdomen. Hal
tersebut bertujuan untuk mengurangi nyeri dan kram akibat haid.
b) Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
c) Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kram yang disebabkan oleh haid, gejalanya
bisa berkurang akibat orgasme.
d) Beberapa ahli mengatakan, gangguan menstruasi bisa dikurangi risikonya dengan
mengatur pola makan sekitar 14 hari sebelum haid. Disarankan pengidap
mengonsumsi gandum utuh, buah, dan sayuran segar, serta menghindari lemak jenuh
dan makanan cepat saji. Selain itu, batasi konsumsi garam (sodium), membatasi
asupan kafein, gula, dan alkohol.
e) Cegah dan atasi anemia.

d. Pencegahan Gangguan Menstruasi

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu mengatasi
gangguan menstruasi:

a) Faktor diet
Pengaturan pola makan dimulai sekitar 14 hari sebelum haid dapat membantu sebagian
orang dengan gangguan ringan menstruasi, seperti kram. Petunjuk umum diet sehat
untuk semua orang, termasuk mengonsumsi makanan gandum utuh, buah dan sayuran
segar, menghindari lemak jenuh, serta makanan cepat saji. Selain itu, membatasi
konsumsi garam (sodium) dapat membantu mengurangi kembung maupun membatasi
asupan kafein, gula, dan alkohol juga dapat bermanfaat.
b) Cegah dan atasi anemia
c) Olahraga. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
d) Aktivitas seksual. Terdapat laporan bahwa kram akibat haid bisa berkurang akibat
orgasme.
e) Rasa hangat. Nyeri dan kram akibat haid bisa dikurangi dengan berendam pada air
hangat atau menempelkan kompres hangat pada bagian abdomen.
f) Kebersihan menstruasi. Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Hindari menggunakan
pembalut atau tampon berparfum, serta deodoran wanita yang dapat mengiritasi
bagian kewanitaan. Douching tidak disarankan, karena dapat membunuh bakteri alami
yang hidup di vagina. Mandi seperti biasa sudah cukup.

8
2.3 Pelvic Infamatory Disease (PID)
a. Pengertian Pelvic Inflammatory Disease (PID)

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada organ


reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu penyebab paling
sering dari radang panggul adalah infeksi bakteri akibat infeksi menular seksual. 

Radang panggul umumnya dialami oleh wanita usia 15–25 tahun yang aktif berhubungan
seksual. Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri di panggul atau perut bagian bawah.
Kondisi ini perlu mendapat penanganan untuk mencegah terjadinya komplikasi,
seperti kehamilan di luar kandungan (ektopik) atau kemandulan (infertilitas).

b. Penyebab Radang Panggul


Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar dari vagina
atau serviks (leher rahim) ke organ reproduksi yang lebih dalam, seperti rahim, tuba
falopi (saluran indung telur), dan ovarium (indung telur).
Jenis bakteri yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri penyebab infeksi
menular seksual, seperti Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain
bakteri, radang panggul juga bisa disebabkan oleh infeksi patogen lain,
seperti Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis, Garnella vaginalis, atau Herpes
simplex virus 2 (HSV-2).
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami radang
panggul, yaitu:

a) Berusia 15–25 tahun dan aktif secara seksual


b) Pernah mengalami radang panggul atau infeksi menular seksual
c) Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
d) Berhubungan seksual tanpa kondom
e) Kerusakan pada serviks
f) Baru menjalani prosedur medis yang melibatkan proses pembukaan
serviks, seperti memasukkan alat kontrasepsi ke dalam rahim atau spiral

c. Gejala Radang Panggul


Pada tahap awal, umumnya radang panggul tidak menimbulkan gejala, sehingga
sebagian penderita tidak langsung menyadarinya. Seiring dengan perkembangan
penyakit, akan muncul gejala-gejala berikut:

a) Nyeri panggul atau perut bagian bawah


b) Nyeri ketika buang air kecil
c) Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
d) Keluar perdarahan di luar menstruasi atau setelah berhubungan seksual
e) Menstruasi menjadi lebih deras dan lebih lama (menorrhagia)
f) Mual dan muntah
g) Demam
h) Mudah merasa lelah atau tidak enak badan

9
i) Keputihan menjadi lebih banyak, berbau tak sedap, serta berubah warna menjadi
kekuningan atau kehijauan

d. Pengobatan Radang Panggul


Pengobatan radang panggul bertujuan untuk mengatasi infeksi, meringankan gejala, serta
mencegah penyebaran infeksi, dan mencegah komplikasi. Berikut adalah langkah-
langkah pengobatan yang dapat dilakukan:
1. Obat-obatan
Untuk mengatasi radang panggul, pemberian obat akan disesuaikan dengan kondisi
pasien. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan memberikan antibiotik. Obat
antibiotik perlu dikonsumsi sesuai aturan yang disarankan oleh dokter. Umumnya
antibiotik perlu dikonsumsi oleh pasien selama 2 minggu.
Pada kondisi radang panggul yang berat, kehamilan, atau adanya abses (penumpukan
nanah), perawatan rumah sakit dan pemberian antibiotik lewat suntikan dan cairan infus
akan diberikan oleh dokter. Selain antibiotik, dokter akan memberikan obat untuk
mengurangi keluhan, seperti nyeri dan demam, Beberapa obat yang bisa diberikan
adalah ibuprofen dan paracetamol.
2. Operasi
Prosedur operasi dilakukan jika terjadi abses pada radang panggul. Selain itu, operasi
juga dilakukan jika abses pecah atau berpotensi untuk pecah. Operasi bisa dilakukan
dengan menyedot, mengeluarkan, dan membersihkan cairan abses.

3. Tidak berhubungan seksual


Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama masa pengobatan
untuk mencegah penularan penyakit ke pasangan. Selain itu, pasangan seksual pasien
juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan meski tidak mengalami gejala penyakit.
Tujuannya sama, yaitu untuk mencegah potensi penularan yang berulang.

e. Komplikasi Radang Panggul


Jika tidak segera ditangani, radang panggul dapat menyebabkan beragam komplikasi,
antara lain:
a) Infertilitas atau kemandulan
b) Kehamilan ektopik
c) Terjadi abses pada ovarium atau tuba falopi
d) Nyeri panggul kronis
e) Sepsis

f. Pencegahan Radang Panggul


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya radang panggul, yaitu:

a) Jangan berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.


b) Gunakan kondom saat berhubungan seksual.

10
c) Periksa kesehatan rutin jika memiliki risiko tertular infeksi menular seksual.
d) Konsultasikan pilihan dan rencana penggunaan alat kontrasepsi dengan dokter.
e) Bersihkan area kemaluan dari depan ke belakang dan jangan sebaliknya.

Bila menderita radang panggul, Anda dianjurkan mengajak pasangan untuk turut melakukan
pemeriksaan. Hal ini diperlukan untuk mencegah berulangnya infeksi dan radang
panggul.
2.4 Unwanted Pregnancy dan Aborsi
a. Pengertian Unwanted Pregnancy dan Aborsi
Unwanted preagnancy atau di kenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan
suatu kondisi dimana pasangan tidak mengendaki adanya proses kelahira dari suatu
kehamilan .Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku seksual/hubungan
seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

b. Faktor-faktor penyebab Unwanted Pregnancy

Banyak faktor yang menyebabkan unwanted pregnancy,antara lain :

a. Penundaan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin dininya usia menstruasi
pertama (menarche).
b. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat
menyebabkan kehamilan.
c. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan.
d. Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak ).
e. Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilandan konsekuensi lainnya yang
dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar ).
f. Kehamilan karena incest.

c. Pencegahan Unwanted Pregnancy

Unwanted pregnancy dapat di cegah dengan beberapa langkah, yaitu :

a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.


b. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan poisitf seperti berolah raga ,seni
dan keagamaan.
c. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti meraba-
raba tubuh pasangnya dan menonton video porno.

d. Akibat Unwanted Pregnancy dan Aborsi bagi Remaja


Angka kejadian aborsi di indonesia di perkirakan mencapai 2,3 juta pertahun,sekitar
750.000 dilakukan oleh remaja .Program kesehatan reproduksi yang dikembangkan oleh
pemerintah tidak hanya untuk yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan
yang terkait dengan informasi seksualitas ,edukasi dan penyediaan pelayanan.

11
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang
tidak diharapkan (KTD).Ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh remaja ,yaitu
mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan (aborsi).Semua tndakan tersebut
membawa dampak baik fisik,psikis,sosial dan ekonomi.

e. Bila Kehamilan Diakhiri (Aborsi)


Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi)bila hamil.Jika di negara
maju yang melegalkan aborsi,bisa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan
berpengalaman .Di negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman
bahkan tidak azim dan oleh dukun aborsi mengakibatkan dampak negatif secara fisik
,psikis,dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.

1. Risiko Fisik
Perdarahan dan konflikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi.Aborsi yang berulang
selain bisa mengakibatkan kompilikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang
dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
2. Risiko psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, panuk, tertekan atau setres,
trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah atau
dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi itu juga sering
kehilangan kepercayaan diri.
3. Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena perempuan merasa
tidak perawan, pernah mengalami KTD atau aborsi .Selanjutnya remaja perempuan lebih
sulit menolak ajakan seksual pasanganya. Resiko lain adalah pendidikan menjadi
terputus atau masa depan terganggu.
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.

f. Penanganan Kasus Unwanted Pregnancy (KTD) pada Remaja


Saat menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja, sebagai petugas kesehatan harus :
1. Bersikap bersahabat dengan remaja.
2. Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya.
3. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila
belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli.
4. Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja yaitu
:
a. Diselesaikan secara kekeluargaan.
b. Segera menikah.
c. Konseling kehamilan, persalinan, dan keluarga berencana.
d. Pemeriksaan kehamilan sesuai standar.
e. Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk kepsikiater.
f. Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG.

12
g. Bila tidak terselesaikan dengan menikah anjurkan pada keluarga supaya menerima
dengan baik.
h. Bila ingin melakukan aborsi berikan konseling risiko aborsi.

ABORSI
a. Pengertian Aborsi
Menurut Eastmen n abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari 28
minggu. Sama halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah pengeluaran
dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by
llaous.
Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini
sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya
janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus
provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi
dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan
dalam keadaan mati atau hidup.

b. Jenis Aborsi
1. Abortus Spontaneus

Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam
Muhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan:

a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan


sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi
yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta.
c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini
keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti
pasmodica.
d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan
tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e. Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.

Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu
sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas
tinggi; ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi sepontan tidak
jarang janin keluar dalam keadaan utuh.

2. Abortus Provokatus (indosect abortion)


13
Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini
terbagi menjadi dua:
a. Abortus provokatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar
indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang
dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar
perkawinan.

c. Alasan Terjadinya Aborsi


1) Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena tidak ber-KB atau gagal
ber-KB, membatasi jumlah anak, jarak kehamilan yang terlalu pendek.
2) Keluarga yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan sehingga cenderung bersikap
menolak kelahiran anak.
3) Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang hamil di luar nikah,
baik secara sengaja ataupun pada kasus perkosaan. Wanita selalu disalahkan, tidak
ditolong atau dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga dalam
reaksinya wanita tersebut akan melakukan aborsi.
4) Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil (meskipun
punya suami) selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamil akan dihentikan dari
pekerjaannya.
5) Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku sekolah, misal
SMA, mengakibatkan kecelakaan dan membuahkan kehamilan. Karena merasa malu,
dengan teman-temannya, takut kalau kesempatan belajarnya terhenti dan barangkali
masa depannya pun menjadi buruk. Ditambah dengan tekanan masyarakat yang
menyisihkan sehingga akhirnya ia melakukan aborsi supaya tetap eksistensi di
masyarakat dan dapat melanjutkan sekolah.
6) Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila seorang wanita
hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko tinggi. Batasan ini sering
menakutkan, sehingga perempuan yang mengalaminya lebih menjurus menolak
kehamilannya dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi.
7) Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain adanya detak
jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu seorang wanita yang
mengalami suatu masalah akan melakukan aborsi dengan alasan usia bayi belum sampai
3 bulan

2.5 Hormon Replacement Theraphy (HRT)


a. Pengertian Hormon Replacement Theraphy

Hormone replacement therapy atau yang diterjemahkan sebagai terapi sulih hormon
didefinisikan sebagai :

14
1. Terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek defisiensi
hormon.
2. Pemberian hormon (estrogen, progesteron atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang ovariumnya telah diangkat, untuk menggantikan
produksi estrogen oleh ovarium.
3. Terapi menggunakan estrogen atau estrogen dan atau progesteron yang diberikan pada
wanita pascamenopause atau wanita yang menjalani ovarektomi, untuk mencegah
efek patologis dari penurunan produksi estrogen.

b. Indikasi
Di Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien menopause
dengankeluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman
osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun.

Kontra Indikasi

1. Kehamilan
2. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
3. Penyakit hepar akut maupun kronik
4. Penyakit trombosis vaskular
5. Pasien menolak terapi
Kontra Indikasi Relatif

1. Hipertrigliseridemia
2. Riwayat tromboemboli
3. Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
4. Gangguan kandung empedu
5. Migrain
6. Mioma uteri
Pemeriksaan yang harus dipenuhi sebelum pemberian terapi sulih hormon

1. Diagnosis pasti menopause


2. Penilaian kontra indikasi mutlak dan relatif
3. Informed consent mengenai untung rugi penggunaan terapi sulih hormon
4. Pemeriksaan fisik, meliputi tekanan darah dan pemeriksaan payudara dan pelvik
5. Pemeriksaan sitologi serviks dan mamografi harus memberi hasil negatif

c. Beberapa Cara Pemberian Terapi Sulih Hormon

Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron. Pilihan
sediaan yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita yang tidak
menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron untuk
mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.

a) Sediaan I, yang hanya mengandung estrogen Sediaan ini bermanfaat bagi wanita yang
telah menjalani histerektomi. Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus.
b) Sediaan II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.

15
1. Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron diberikan secara
sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap siklus dengan tujuan mencegah
terjadinya hiperplasia endometrium. Lebih sesuai diberikan pada perempuan pada usia
pra atau perimenopause yang masih menginginkan siklus haid.
2. Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa terputus. Cara ini
akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama dapat saja terjadi perdarahan
bercak. Sediaan ini tepat diberikan pada perempuan pascamenopause

d. Bentuk Sediaan

Terapi sulih hormon paling banyak diberikan per oral. Namun, masih banyak lagi metode
pemberiannya.

a. Pemberian Secara Oral


Estradiol valerat sangat cepat dihidrolisa oleh usus dan dimetabolisme oleh hepar. Kadar
maksimum tercapai dalam 6-8 jam dan lambat laun akan turun. Kadarnya tidak akan
turun secara tajam, sehingga 24 jam setelah penggunaan kadarnya masih cukup tinggi.
Kadar estradiol serum sangat berbeda pada setiap orang. Kadang-kadang pada pasien
tertentu tidak dapat dicapai konsentrasi serum yang cukup sehingga untuk memperoleh
konsentrasi yang memadai diperlukan estradiol dosis tinggi, namun pemberian dosis
tinggi akan meningkatkan efek samping. Hal ini diatasi dengan micronized estrogen.
Struktur sediaan ini memperbesar permukaan dan mempercepat proses absorpsi,
sehingga mengurangi hidrolisa di usus. Agar kadar hormon dalam serum bertahan cukup
lama, sebaiknya estrogen dikonsumsi setelah makan atau pada saat perut tidak kosong.
Di Amerika Serikat, sulih hormon yang paling banyak diberikan adalah estrogen saja.
Estrogen ekuin konjugasi (CEE) merupakan sediaan estrogen yang paling banyak
digunakan di AS. CEE merupakan campuran yang terdiri dari estron (50%) dan ekuilin
(25%), ditambah dengan 17-hidroksiekuilin, ekuilenin, 17 α-estradiol, and 17α-
dihidroekuilenin dalam bentuk ester sulfat.

Di Eropa, sediaan estrogen yang banyak digunakan adalah estradiol valerat dan
kombinasi estradiol, estron dan estriol. Estradiol oral akan dimetabolisme menjadi estron
di mukosa intestinal dan hepar, sehingga meningkatkan konsentrasi serum estron.
Meskipun estron merupakan estrogen yang lemah, namun karena adanya keseimbangan
reversible dengan estradiol sehingga dapat bekerja menggantikan estrogen ovarium pada
pascamenopause. Bentuk ketiga dari estrogen alami yaitu estriol tidak diubah menjadi
estradiol dan hanya memiliki sedikit aktivitas biologis. Hanya 1-2% dari seluruh estriol
per oral yang dapat mencapai sirkulasi.

b. Estrogen Transdermal
Terdapat 3 cara pemberian estradiol transdermal, yaitu plester reservoir, plester matriks
dan gel. Estrogen dapat secara parenteral untuk menghindari firstpass effect di hepar.
Estradiol yang diberikan melalui transdermal terdiri dari hormon dalam solusio alkohol
yang diabsorbsi ke dalam sirkulasi secara konstan selama 3-4 hari. Pemberian secara

16
transdermal sangat dianjurkan bagi wanita menopause yang memiliki tekanan darah
tinggi, dalam pengobatan dengan obat anti diabetes (OAD) dan riwayat operasi batu
empedu.
Estradiol dapat pula diberikan dalam bentuk implan subkutan yang dapat bertahan
selama beberapa bulan, namun tingkat penurunan estradiol serum sangat bervariasi dan
beberapa wanita mengalami gejala vasomotor meskipun dengan konsentrasi
supranormal. Oleh karena itu, pemberian implan tidak boleh diulang hingga konsentrasi
estradiol serum sama dengan konsentrasi pada fase mid-folikular siklus menstruasi.
Pemberian estradiol langsung ke dalam sirkulasi juga dapat melalui pesarium atau gel
vagina. Resorbsi melalui dinding vagina sangat baik, tanpa melalui metabolisme,
sehingga konsentrasi dalam darah bisa sangat tinggi.

Sediaan Kombinasi Estrogen dan Progesteron

Pemberian estrogen saja dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperplasia bahkann


karsinoma endometrium, maka wanita yang menggunakan terapi sulih hormon dan tidak
menjalani histerektomi diberi progesteron sebagai tambahan. Untuk keperluan ini
digunakan progestogen sintetik, sebab progesteron sangat sulit diabsorpsi meskipun
diberikan dalam bentuk mikro, selain itu juga sebuah laporan kasus menyebutkan bahwa
progesteron menimbulkan efek hipnotik sedatif.

Progestogen memiliki aktivitas androgenik, terutama derivat 19-nortestosteron seperti


norgestrel dan norethindron (noretisteron). Sebaliknya, derivat C-21 pregnane seperti
medroksiprogesteron asetat, didrogesteron, medrogeston dan megestrol asetat merupakan
androgen yang sangat lemah. Tiga derivat 19-nortestosteron dengan efek androgenik
yang dapat diabaikan yaitu desogestrel, norgestimate dan gestodene belakangan ini mulai
digunakan sebagai kombinasi kontrasepsi oral dan sulih hormon.

e. Persediaan Terapi Hormona


Terbagi sesuai dengan kebutuhan usia, seperti :

a) Perimenopause
1. Estrogen kontinyu dan progestogen siklik untuk melindungi endometrium dan
menimbulkan perdarahan withdrawal teratur.
2. Progestogen yang paling sering digunakan MPA (10 mg) dan noretisteron (0,7-1,25
mg), digunakan selama 10-14 hari pertama setiap bulan sesuai kalender.
3. Wanita dengan siklus yang relatif masih teratur tetapi mempunyai gejala, progestogen
diberikan sesuai dengan siklus.

b) Pascamenopause
1. Sediaan sama dengan perimenopause
2. Wanita yang telah menopause sekurangnya selama 2 tahun, diberi kombinasi estrogen-
progestogen (MPA 5 mg/hari atau noretisteron asetat 1mg/hari) kontinyu untuk mencapai
keadaan amenorea.

17
3. Wanita yang memulai terapi sulih hormon sistemik pertama kali lebih dari 5 tahun
setelah menopause, terapi awal diberikan dengan dosis yang sangat rendah (tablet estron
sulfat 0,3 mg, atau setengah tablet 0,625 mg tiap hari atau tiap 2 hari) dan ditingkatkan
secara progresif dalam 1-3 bulan untuk mencapai dosis optimal.
4. Dosis estrogen yang efektif dalam mencegah kehilangan masa tulang pada sebagian
besar wanita adalah CEE dan estron sulfat 0,625 mg, estradiol oral 2 mg dan transdermal
50 g

c) Menopause prematur
1. Dapat digunakan kombinasi kontrasepsi oral dosis rendah sampai usia 45-50 tahun (atau
sampai 35 tahun pada wanita perokok), kemudian diganti ke sediaan terapi sulih hormon
standar.
2. Dapat digunakan terapi sulih hormon konvensional pada usia berapapun, tetapi dosis
estrogen yang digunakan lebih tinggi daripada wanita yang lebih tua (contoh CEE 1,25-
2,5 mg tiap hari; estradiol transdermal 100-200 g).

g. Lama Penggunaan
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon sistemik selama 1
tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-angsur (dalam periode 1-3 bulan)
dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital, pemakaian
jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal tidak diterangkan dengan
jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan terhadap tulang
dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih hormon di
Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek keamanan
penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.
h. Efek Samping
Efek samping terkait estrogen berupa mastalgia (nyeri pada payudara), retensi cairan,
mual, kram pada tungkai dan sakit kepala. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi, namun
sangat jarang. Perlu untuk menginformasikan kepada pasien bahwa mastalgia tidak
berkaitan dengan kanker payudara. Sedangkan efek samping terkait progestin antara lain
retensi cairan, kembung, sakit kepala dan mastalgia, kulit berminyak dan jerawat,
gangguan mood dan gejala seperti gejala pramenstrual.
Perdarahan vagina merupakan keluhan yang sering ditemui dan meresahkan pasien.
Penggunaan progestin kontinyu dapat menyebabkan perdarahan vagina yang tidak dapat
diprediksi polanya, dengan atau tanpa spotting selama beberapa bulan. Sebanyak 5-20%
dari wanita ini bisa pernah mengalami amenorea dan mungkin beralih ke terapi hormon
siklik yang memberikan pola perdarahan yang lebih dapatdiprediksi. Keluhan-keluhan
ini menghilang sendiri dalam beberapa bulan atau dengan mengganti jenis dan dosis
sulih hormon. Pada pemakaian plester dapat terjadi iritasi kulit.
Banyak orang berpendapat bahwa pemakaian terapi sulih hormon dapat menyebabkan
penambahan berat badan namun berbagai penelitian tidak membuktikan adanya

18
hubungan antara sulih hormon dengan kenaikan berat badan permanen. Nafsu makan
memang meningkat, namun diperkirakan akibat wanita tersebut merasa sehat dan
nyaman. Pemberian terapi sulih hormon mempengaruhi distribusi lemak, terutama pada
panggul dan paha, namun tidak pada perut. Perlu diingat bahwa 45% wanita mengalami
kenaikan berat badan pada usia 50-60 tahun meskipun mereka tidak mendapatkan terapi
sulih hormon.
i. Tatalaksanan Efek Samping
a. Perdarahan vagina
Tidak ada kriteria universal yang digunakan untuk mendefinisikan perdarahan
abnormal dan yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Kriteria berikut ini dapat
digunakan bagi klinisi untuk tetap waspada dan meminimalkan tindakan biopsi
endometrium yang tidak perlu.

1. Wanita dengan terapi hormon siklik


Perdarahan normal dapat terjadi pada akhir fase progestogen pada siklus. Evaluasi
setiap perubahan signifikan terhadap pola normal ini atau adanya perdarahan pada
waktu lain. Perdarahan yang terjadi pada wanita lebih muda biasanya berhenti setelah
fungsi ovarium berhenti total. Sedangkan pada wanita yang telah mengalami
amenorea beberapa tahun, mengganti ke terapi hormon kontinyu dapat membantu.
Jika dari biopsi endometrium memperlihatkan aktivitas proliferasi persisten selama
fase progestogen, dosis progestogen dapat dinaikkan jika masih dapat ditoleransi.

2. Wanita dengan terapi hormon kontinyu


Evaluasi setiap perdarahan yang terjadi setelah 6 bulan amenorea atau yang bertahan
setelah 6 bulan penggunaan terapi hormon. Spotting dan perdarahan iregular dapat
menetap sampai beberapa bulan setelah pindah dari terapi hormon siklik ke kontinyu,
sekalipun pada wanita yang telah amenorea selama beberapa waktu. Perdarahan ini
umumnya akan membaik dengan penambahan dosis progestogen. Pilihan lain adalah
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang mensekresikan levonorgestrel daripada
progesteron oral. Peningkatan dosis estrogen dapat dilakukan selama evaluasi dalam
batas normal. Banyak wanita pada akhirnya kembali menggunakan terapi hormon
siklik untuk mendapatkan pola perdarahan yang lebih teratur. Namun, perdarahan
tidak harus selalu terjadi setiap bulan, perdarahan setiap 3-4 bulan masih cukup untuk
mencegah terjadinya hiperplasia endometrium.

b. Penambahan Berat Badan


Pada masa klimakterik, kebanyakan wanita mengalami penambahan berat badan dan
peningkatan proporsi lemak pada sentral abdomen. Hal ini tidak berkaitan dengan terapi
hormon. Beberapa wanita mengalami mastalgia dan retensi cairan segera setelah
memulai terapi hormon dan gejala ini dapat memberikan keluhan subjektif berupa
penambahan berat badan. Keluhan ini akan membaik setelah beberapa bulan. Edukasi
penting untuk membantu pasien menghadapi keluhan ini. Selain itu, penimbangan berat
badan pada setiap kunjungan dapat meyakinkan pasien, bahwa walaupun terdapat
perubahan distribusi lemak tubuh

19
c. Sakit kepala
Keluhan ini dapat berkurang dengan menurunkan dosis estrogen atau mengganti sediaan
dari oral ke transdermal.

d. Efek samping estrogenic


Retensi cairan dan sakit kepala berkaitan dengan baik estrogen dan progestogen,
modifikasi progestogen terlebih dahulu biasanya merupakan strategi yang lebih baik.
Mastalgia membaik dengan menurunkan dosis estrogen, atau dengan menyesuaikan dosis
progestogen jika gejala terjadi secara siklik. Penggantian ke estrogen transdermal dapat
mengurangi mual.

e. Efek samping progestogenik


Retensi cairan dan sakit kepala yang tidak membaik dengan modifikasi dosis
progestogen, pertimbangkan untuk memodifikasi komponen estrogen. MPA adalah yang
paling sering digunakan, namun agen lain seperti micronized progesterone (Prometrium)
dapat ditoleransi lebih baik.namun berat badan mereka tetap relatif stabil.

2.6 Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan


Kekerasan Pada Perempuan
a. Pengertian Kekerasan Perempuan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kekerasan adalah penggunaan kekuatan
fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perseorangan atau
sekelompok orang yang kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma atau
perampasan hak (1999). Sedangkan menurut Undang-undang Penghapusan KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 1, kekerasan
adalah perbuatan terhadap seseorang yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikologis, dan atau pentelantaran rumah tangga, termasuk
ancaman untuka melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
hukum dalam lingkungan rumah tangga.

b. Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan


Bentuk kekerasan yang terjadi pada perempuan cukup bervariasi, yaitu :
Kekerasan yang meyebabkan penderitaan fisik, secara emosional atau psikologis maupun
secara seksual. Kekerasan yang dialamipun berlapis dua, tiga atau empat secara sekaligus
seperti pemukulan, caci maki dan tidak diizinkan mengeluarkan uang tanpa
sepengetahuan suami. Penderitaan fisik yang dialami perempuan berupa pemukulan,

20
penganiayaan, ditendang, ditampar, ditonjok, dijambak rambutnya, dilempar dengan
benda keras, disiram dengan air panas ataupun disundut dengan rokok.

Kekerasan secara psikologis berupa caci maki, bentakan atau amarah, ancaman,
pengusiran, penyanderaan, dihukum dan tidak diberikan uang belanja/nafkah,
penghancuran dan pembakaran barang milik korban. Secara seksual terjadi dalam bentuk
pemaksaan hubungan seksual atau pemerkosaan. Kekerasan seksual dalam hubungan
suami-istri terjadi ketika suami memaksa istri berhubungan seks dengan cara-cara yang
“tidak wajar” yang tidak dikehendaki oleh istri seperti variasi hubungan yang seringkali
didapati suami ketika menonton film porno. Dalam pergaulan bersama dengan
masyarakat kekerasan seksual terjadi dalam bentuk sentuhan-sentuhan yang tidak
diinginkan perempuan (pencolekkan pada bagian tubuh yang “terlarang” ataupun
pelecehan seksual.

Selain itu, kekerasan fisik dapat diidentifikasi pula seperti memukul, menendang,
menonjok, menampar, menjambak rambut, menyiram dengan air panas, melempar
dengan benda keras dan menyundut dengan rokok. Kekerasan psikologis berupa caci
maki dengan kata-kata kasar dan menyakitkan, bentakan/amarah, ancaman, mengusir,
menyandera, menghukum dan tidak memberikan uang belanja/nafkah, menghancurkan
dan membakar barang milik korban. Dan kekerasan seksual contohnya adalah
pemaksaan dalam melakukan hubungan seksual oleh suami, pasangan atau orang lain
dan memasukkan benda asing ke dalam kemaluan perempuan (vagina). Yang termasuk
juga dalam kekerasan psikologis yaitu membanding-bandingkan istri dengan orang lain
dan mengatakan istri tidak becus. Kategori kekerasan juga termasuk di dalamnya adalah
kekerasan ekonomi dan kekerasan sosial. Yang dimaksud dengan kekerasan ekonomi
misalnya menjual atau memaksa istri untuk bekerja sebagai pelacur, atau
menghamburkan uang hasil penghasilan istri untuk bermain judi dan mabuk-mabukan.
Sedangkan kekerasan sosial yaitu membatasi pergaulan istri untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan di luar rumah.

c. Factor yang Menyebabkan Perempuan Mengalami Tindak Kekerasan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan mengalami tindakan kekerasan fisik,
seksual dan psikologis. Hetty Siregar dalam bukunya Menuju Dunia Baru: Komunikasi,

21
Media dan Gender (1999) sebagaimana dikutip dari Coomaraswanya (Fredoom From
Violence (1992) menyebutkan bahwa :

1) Kedudukan sosialnya yang dianggap lebih rendah dari laki-laki, maka perempuan
menjadi sasaran perkosaan, pembunuhan bayi perempuan dan tindak kriminal yang
berhungan dengan jenis kelamin

2) Karena berhubungan dengan laki-laki maka perempuan rentan terhadap


penganiayaan, pemukulan, perlakuan sewenang-wenang. Ini berkaitan dengan
anggapan bahwa perempuan merupakan milik laki-laki dan perempuan tergantung
padanya

3) Posisinya dalam masyarakat, perempuan gampang menjadi sasaran kemarahan,


kebrutalan dan penghinaan kepada komunitas di mana perempuan berada pada saat
perang, kerusuhan suku, kelas ekonomi dan sosial serta kekacauan, melalui tindakan
perkosaan dan penganiayaan.

Pinky Saptandari menyebutkan bahwa ada beberapa alasan mengapa laki-laki melakukan
kekerasan terhadap perempuan, yaitu:

1. Kekerasan itu perlu untuk mengakhiri perbedaan pendapat antara laki-laki dan
perempuan

2. Kekerasan merupakan simbol kejantanan. Laki-laki percaya bahwa laki-laki sejati harus
dapat mengendalikan segala kelakuan perempuan, berhak atas istri yang baik (patuh,
selalu siap melayani), memperoleh keturunan laki-laki, dan merupakan penentu nasib
keluarga

3. Kekerasan dipakai agar perempuan bergantung pada laki-laki dan agar perempuan
menjadi milik laki-laki, meski pada kenyataannya laki-lakilah yang membutuhkan
perempuan

4. Laki-laki menyangka kodratnya adalah harus memakai kekerasan ketika kehidupan


terasa sulit dan berat, sehingga kegagalan dalam pekerjaan harus dilampiaskan kepada
istri. Hal ini diperoleh laki-laki sejak masa kecil ketika ia melihat bapaknya atau kaum
laki-laki di sekitarnya sering melakukan kekerasan disaat kehidupan terasa sulit dan
berat.

22
d. Upaya Penanggulangan

Di Indonesia, berdasarkan Catatan Tahunan yang diluncurkan Komnas Perempuan pada


2017 terdapat 348.446 kasus kekerasan terhadap perempuan. Jumlah itu meningkat dari
2016 sebanyak 259.150 kasus. Agar kasus kekerasan tak terus menghantui perempuan,
ada beberapa kiat yang bisa dilakukan diantaranya sebagai berikut :

1) Pahami Bentuk Kekerasan

Pertama kali yang mesti dilakukan adalah memahami segala bentuk kekerasan yang
dapat terjadi. Psikolog Mira Amir meminta, baik perempuan ataupun laki-laki,
mengetahui bentuk kekerasan itu agar dapat mengetahui batasan-batasan saat berperilaku
di tengah masyarakat. Menurut Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan,
kekerasan pada perempuan meliputi segala bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan
seksual.Dengan memahami bentuk kekerasan ini, seseorang dapat lebih waspada dan
mengetahui segala bentuk ancaman yang bakal menimpanya.

2) Pahami hubungan yang sehat


Sebagian besar kekerasan terhadap perempuan terjadi pada ranah personal/privat.
Artinya, pelaku adalah orang yang memiliki hubungan darah, kekerabatan, perkawinan,
maupun relasi intim seperti pacar. Hubungan yang sehat merupakan hubungan yang
saling menghargai dan menghormati,Memahami bentuk hubungan yang sehat pada
keluarga dan kekasih merupakan kunci terhindar dari kekerasan. Jika mulai
menunjukkan tanda-tanda yang tidak wajar, tingkatkan kewaspadaan atau segera cari
pertolongan.

3) Waspada Pada Perubahan


Orang terdekat kerap menjadi pelaku kekerasan terhadap perempuan. Oleh karena itu,
waspadalah pada perubahan gelagat dan sikap-sikap yang mencurigakan. Jika sedang
berada di tempat umum, selalu amati kondisi di sekitar Anda dan tetaplah waspada.

4) Hindari lokasi berbahaya


Menghindari lokasi yang berbahaya seperti tempat yang sepi dan rawan kejahatan juga
bisa menurunkan risiko kekerasan pada perempuan. Hindari pula pulang larut malam
karena semakin meningkatkan risiko kejahatan. Atau pergilah berdua bersama teman
karena biasanya pelaku mengincar orang yang bepergian sendiri.

5) Pribadi yang kuat


Membentuk pribadi yang kuat dan sehat merupakan salah satu cara agar terhindar dari
kekerasan. Mira mengatakan, orang tua dan guru memiliki peranan penting untuk
mendidik serta mengedukasi anak perempuan dan laki-laki agar tidak terjerumus pada
kekerasan baik sebagai pelaku atau korban.

23
Kekerasan Terhadap Anak

a. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak


UNICEF mendefinisikan bahwa kekerasan terhadap anak adalah “Semua bentuk
perlakuan salah secara fisik dan emosional, penganiayaan seksual, penelantaran, atau
eksploitasi secara komersial atau lainnya yang mengakibatkan gangguan nyata ataupun
potensial terhadap perkembangan, kesehatan, dan kelangsungan hidup anak ataupun
terhadap martabatnya dalam konteks hubungan yang bertanggung jawab, kepercayaan,
atau kekuasaan”.

Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya
tanda atau luka pada tubuh sang anak.  Jika kekerasan terhadap anak di dalam rumah
tangga dilakukan oleh orang tua, maka hal tersebut dapat disebut kekerasan dalam rumah
tangga. Tindak kekerasan anak yang termasuk di dalam tindakan kekerasan rumah
tangga adalah memberikan penderitaan baik secara fisik maupun mental di luar batas-
batas tertentu terhadap anak. Namun, orang tua menyikapi hal tersebut adalah proses
mendidik anak, padahal itu adalah salah satu tindak kekerasan terhadap anak. Bagi
orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum.

Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan
perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas Perlindungan Anak (dalam
Nataliani, 2004) mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban
kekerasan, memiliki keinginan untuk membunuh ibunya. Bayangkan bagaimana seorang
anak menjadi sangat membenci dan tidak bersimpatik terhadap dunia disekitarnya,
khususnya pihak yang memberikan perilaku kekerasan padanya. Bila yang melakukan itu
adalah kedua orang tuanya, maka jelas anak tersebut bisa menjadi sosok yang sangat
menentang bahkan melawan orang tuanya. Rasa sakit hati yang disimpan oleh anak ini
akan sangat berpengaruh pada kehidupan psikologis anak. Meski kondisi lingkungan,
pendidikan dan pergaulan juga sangat berpengaruh.

Beberapa hal yang mungkin terjadi :

1. Anak menjadi penakut dan sulit mengambil keputusan.


2. Anak menjauhkan diri dari pergaulan dengan teman sebaya.

24
3. Anak menjadi agresif.
4. Anak suka mencederai atau menyakiti orang lain.
5. Anak melakukan penyimpangan seksual.
6. Anak menjadi pengguna markoba.
7. Anak depresi dan bahkan ingin bunuh diri.

b. Pemicu Kekerasan Terhadap Anak


Pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi diantaranya adalah :
1. Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga terjadi kekerasan
yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Kondisi ini kemudian
menyebabkan kekerasan terjadi juga pada anak. Anak seringkali menjadi sasaran
kemarahan orang tua.
2. Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana
seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran ibu
sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi.
3. Faktor ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan
ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi.
4. Anak memiliki cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku,
autisme, terlalu lugu, memiliki tempramental lemah, ketidak tahuan anak terhadap hak-
haknya, dan terlalu bergantung kepada orang dewasa.
5. Keluarga pecah (broken home) akibat perceraian, ketiadaan ibu atau ayah
dalam jangka panjang.
6. Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan
mendidik anak, harapan orangtua yang tidak realistis terhadap anak, anak lahir di luar
nikah.
7. Penyakit gangguan mental pada salah satu orangtua.
8. Orangtua yang dulu sering di telantarkan atau mendapatkan perlakuan
kekerasan , sering memperlakukan anaknya dengan perlakuan yang sama.

Kekerasan terhadap anak terbagi atas kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan
seksual, dan penelantaran. Namun kekerasan yang satu dengan yang lain saling
berhubungan. Jika anak menderita kekerasan fisik, pada saat bersamaan anak juga
menderita kekerasan emosional. Sementara jika anak mengalami kekerasan seksual,
selain menderita kekerasan emosional, anak juga akan mengalami penelantaran.

25
c. Dampak kekerasan terhadap anak
Moore (dalam Nataliani, 2004) menyebutkan bahwa efek tindakan dari korban
penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang
menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi, ada yang menjadi sangat pasif dan
apatis, ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri, ada yang sulit menjalin relasi
dengan individu lain dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap
dirinya sendiri. Selain itu Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik, seperti
perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem syaraf. Anak-anak korban
kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan perilaku
menyimpang di kemudian hari. Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan
berdasarkan masing-masing bentuk kekerasan terhadap anak, antara lain :
1) Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan
menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-
anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya
akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004)
menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada hubungannya dengan
perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang
berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius
terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban
meninggal dunia.

2) Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi
orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk,
seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan,
anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan
bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau
didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis
kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam
beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan,
perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol,
ataupun kecenderungan bunuh diri.

26
3) Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban
yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan
trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah
menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak
ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual terjadi
pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang
biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur,
kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya
masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991).

4) Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini
adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak,  Hurlock (1990)
mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya
perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan
mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.

d. Upaya Mengatasi Masalah Kekeraasan Terhadap Anak


Jika kekerasan terhadap anak terus di terapkan, maka anak-anak akan terbiasa dengan
polo hidup kekerasan, mereka akan menerapkan tindakan kekerasan dalam masyarakat,
sehingga bisa jadi makin banyak terjadinya kerusuhan, keributan, dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan kekerasan. Oleh sebab itu harus ada upaya untuk menghapuskan
pola kekerasan ini.

Upaya perlindungan yang dapat dilakukan berkaitan dengan kekerasan anak ini dapat
dilakukan dengan pendekatan kesehatan pada masyarakat, yaitu melalui usaha promotif,
preventif, diagnosis, kuratif, dan rehabilitatif. Dua usaha yang pertama ditujukan kepada
anak yang belum menjadi korban kekerasan, melalui kegiatan pedidikan masyarakat
dengan tujuan menyadarkan masyarakat bahwa kekerasan pada anak merupakan
penyakit masyarakat yang akan menghambat tumbuh kembang anak secara optimal, oleh
karena itu harus di hapuskan. Sedangkan dua usaha yang terakhir tujukan bagi anak yang
sudah menjadi korban kekerasan, dengan tujuan memberikan pengobatan baik secara
fisik dan psikologis anak, dengan tujuan meng-reintegrasi korban ke dalam lingkungan
semula. Upaya menurunkan tingkat kekerasan terhadap anak di Indonesia dapat
dilakukan oleh orangtua, guru sebagai pendidik, masyarakat dan pemerintah.

27
Pertama, orangtua. Para orangtua seharusnya lebih memperhatika kehidupan anaknya.
Orangtua di tuntut untuk mendidik dan menyayangi anak-anaknya. Jangan membiarkan
anak hidup dalam kekangan mental maupun fisik. Sikap memarah-marahi anak habis-
habisan, apalagi melakukan tindakan kekerasan bukanlah tidakan yang bijaksana sebagai
orangtua, karena hal itu hanya membuat anak merasa tidak di perhatikan dan tidak di
sayangi. Akhirnya anak merasa trama, dan bahkan putus asa. Sangat penting untuk
disadari bahwa anak di lahirkan ke dunia ini memiliki hak untuk medapatkan pengasuhan
yang baik, kasih sayang, dan perhatian. Anak juga memiliki hak mendapatkan
pendidikan yang baik di keluarga maupun di sekolah, juga mendapatkan nafkah.
Bagaimanapun juga, tidak wajib seorang anak menafkahi dirinya sendiri, sehingga ia
harus kehilangan hak-haknya sebagai anak, karena harus membanting untuk menghidupi
diri atau bahkan untuk keluarganya. Dalam kasus kekerasan terhadap anak ini, siklus
kekerasan dapat berkembang dalam keluarga. Individu yang mengalami kekerasan
orangtuanya, akan melakukan hal yang sama pada anaknya kelak. Oleh karena itu
penting untuk disadari bahwa perilaku mereka merupakan hal yang dapat ditiru oleh
anak-anak mereka, sehingga mereka mampu menghidari perilaku yang kurang baik
.
Kedua, guru. Peran seorang guru di tuntut untuk menyadari bahwa pendidikan bukan saja
membuat anak menjadi pintar, tetepi juga harus melatih sikap, dan mental anak didiknya.
Peran guru dalam memahami siswanya sangat penting. Sikap arif, bijaksana dan toleransi
sangat di perlukan, sehingga ia dapat bertindak dan bersikap bijaksana dalam mehadapi
anak didiknya.

Ketiga, masyarakat. Anak-anak kita ini selain berhadapan dengan orangtua dan guru,
mereka tidak lepas dari kehidupan bermasyarakat. Untuk itu diperlukan kesadaran dan
kerja sama dari berbagai elemen dalam masyarakat untuk turu memberikan nuansa
pendidikan yang positif bagi anak-anak. Salah satu elemen tersebut adalah stasiun TV.,
karena pengaruh media terhadap perilaku anak cukup besar. Berbagai tayangan kriminal
di TV , tanpa kita sadari telah menampilkan potret-potret kekerasan yang dapat
mempengaruhi mental dan kepribadian anak. Penyelengara TV bertanggung jawab untuk
memberikan tayangan yang mengandung edukasi yang positif.

28
c. Keempat, pemerintah. Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap
permasalahan rakyatnya, termasuk untuk menjamin masa depan bagi anak-anak kita
sebagai generasi penerus.
2.7 Pemerkosaan
a. Pengertian Pemerkosaan
Perkosaan sebagai suatu tindakan kekerasan merupakan suatu tindak kejahatan yang
dinilai sangat merugikan dan mengganggu ketentraman dan ketertiban hidup, terutama
bagi korbannya. Adanya reaksi umum yang berlebihan terkadang juga semakin
memojokkan korban. Peristiwa perkosaan yang merupakan berita yang cukup menarik
untuk dibicarakan membuat masyarakat tertarik untuk menjadikan berita tersebut sebagai
salah satu bahan pembicaraan (Fakih dalam Prasetyo, 1997).

Definisi perkosaan dalam KUHP pasal 285 tergolong sempit. Perkosaan menurut
undang-undang adalah tindak persetubuhan berdasar ancaman atau kekerasan yang
dilakukan pada perempuan yang bukan istri sah. Artinya menurut KUHP pasal 285,
pemerkosaan hanya sebatas tindakan pemaksaan penetrasi penis ke lubang vagina yang
dilakukan pria kepada wanita. Di luar itu, tidak dianggap sebagai pemerkosaan. Definisi
ini juga mengencualikan kemungkinan pria dapat menjadi korban.

Komnas perempuan mengartikan pemerkosaan sebagai serangan dalam bentuk


pemaksaan hubungan seksual dengan memasukkan penis, jari tangan, atau benda-benda
lainnya ke dalam vagina, dubur (anus), atau mulut korban. Serangan dilakukan tidak
hanya dengan paksaan, kekerasan, atau ancaman kekerasan. Perkosaan juga termasuk
didahului dengan manipulasi halus, penahanan, tekanan verbal atau psikologis,
penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan mengambil kesempatan di tengah situasi dan
kondisi yang tidak seharusnya.

b. Jenis-jenis pemerkosaan
Bentuk-bentuk pemerkosaan dapat dikelompokkan berdasarkan siapa yang melakukan,
siapa korbannya, dan tindakan spesifik apa yang terjadi dalam pemerkosaan tersebut.
Beberapa jenis pemerkosaan mungkin dianggap jauh lebih parah daripada yang lain.
Ditilik dari jenisnya, tindak perkosaan dibagi menjadi:
1. Perkosaan pada orang difabel

29
Pemerkosaan jenis ini dilakukan oleh orang sehat pada orang difabel, yaitu orang yang
memiliki keterbatasan/kelainan fisik, perkembangan, intelektual, dan/atau mental. Orang
difabel mungkin memiliki kemampuan yag terbatas atau tidak bisa mengungkapkan
persetujuan mereka untuk terlibat dalam aktivitas seksual.

Jenis perkosaan ini juga termasuk tindak perkosaan terhadap orang-orang yang sehat tapi
tidak sadarkan diri. Misalnya saat korban tidur, pingsan, atau koma. Termasuk juga
dalam keadaan setengah sadar, misalnya saat mabuk akibat pengaruh obat (efek samping
obat legal, narkotika, atau obat bius yang sengaja dimasukkan) atau minuman beralkohol.

Biarpun korban diam dan tidak melawan, kalau hubungan seks itu dipaksakan dan terjadi
di luar kehendaknya, tetap berarti perkosaan. Zat-zat tersebut menghambat kemampuan
seseorang untuk menyetujui atau melawan tindakan seksual, dan kadang bahkan
mencegah mereka mengingat peristiwa tersebut.

2. Perkosaan oleh anggota keluarga

Tindak pemerkosaan yang terjadi ketika pelaku dan korban sama-sama memiliki
hubungan sedarah atau disebut dengan perkosaan inses. Perkosaan inses bisa terjadi
dalam keluarga inti atau keluarga besar. Misalnya antara ayah dan anak, kakak dan adik,
paman/bibi dan keponakan laki-laki atau perempuan (keluarga besar), atau antar saudara
sepupu.

Menurut CATAHU Komnas Perempuan, ayah, kakak, dan paman kandung termasuk tiga
pelaku kekerasan seksual dalam keluarga yang terbanyak. Meski begitu, inses juga
termasuk perkosaan yang dilakukan oleh anggota keluarga tiri. Pada kebanyakan kasus,
tindak perkosaan dalam keluarga melibatkan anak di bawah umur.

3. Perkosaan pada anak di bawah umur (statutory rape)

Statutory rape adalah tindak perkosaan oleh orang dewasa pada anak yang belum genap
berusia 18 tahun. Ini juga bisa termasuk hubungan seksual antar sesama anak yang masih
di bawah umur. Di Indonesia, perkosaan dan/atau kekerasan seksual pada anak diatur
oleh UU Perlindungan Anak nomor 35 tahun 2014 dalam pasal 76D.

4. Pemerkosaan dalam hubungan (partner rape)

Jenis perkosaan ini terjadi di antara dua individu yang sedang menjalin hubungan
asmara, termasuk dalam pacaran atau dalam rumah tangga. Perkosaan dalam pacaran
tidak diatur secara spesifik oleh hukum Indonesia. Namun, perkosaan dalam perkawinan
diatur oleh Undang-Undang Penghapusan KDRT nomor 23 tahun 2004 pasal 8 (a) serta

30
Pasal 66. Pemaksaan penetrasi dengan cara apa pun tetap tergolong perkosaan, terlepas
apakah korban pernah berhubungan seks dengan pemerkosa sebelumnya atau tidak.

5. Perkosaan antar kerabat

Selama ini kita mungkin menganggap bahwa perkosaan hanya bisa terjadi antara orang
asing. Misalnya saat dicegat tengah malam oleh oknum tak dikenal. Namun, tindak
perkosaan sangat mungkin terjadi di antara dua orang yang sudah saling kenal. Tak
peduli baru kenal sebentar atau sudah lama. Misalnya teman sepermainan, teman
sekolah, tetangga, teman kantor, dan lainnya. Dua dari tiga kasus perkosaan dilakukan
oleh seseorang yang dikenal oleh korban.

c. Dampak Pemerkosaan

Perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual yang dapat


mengakibatkan cedera fisik serta trauma emosional dan psikologis. Setiap korban bisa
merespon peristiwa traumatis dengan caranya masing-masing. Maka dari itu, dampak
pemerkosaan bisa beragam pada masing-masing orang. Efek trauma bisa bersifat ringan
sampai serius dan fatal, serta terjadi dalam jangka pendek atau hingga bertahun-tahun
setelah mengalaminya.

1. Dampak fisik

Setelah mengalami pemerkosaan, tentu ada beberapa cedera atau dampak fisik yang bisa
dialami korban. Antara lain sebagai berikut:

a. Memar atau luka pada tubuh


b. Perdarahan di vagina atau anus setelah dipenetrasi
c. Kesulitan berjalan
d. Sakit pada vagina, dubur, mulut, atau bagian tubuh lainnya
e. Tulang patah atau terkilir
f. Infeksi dan penyakit menular seksual
g. Kehamilan yang tidak diinginkan
h. Gangguan makan
i. Dispareunia, nyeri saat atau setelah berhubungan seksual
j. Vaginismus, otot-otot vagina mengejang dan menutup dengan sendirinya
k. Sakit kepala tensi kambuhan
l. Gemetar
m. Mual dan muntah
n. Insomnia
o. Kematian
p. Hyperarousal

2. Dampak psikologi dan emosional

Selain fisik yang terluka, korban pemerkosaan juga bisa mengalami trauma psikologis
dan emosional luar biasa. Dampak psikologis pemerkosaan pada umumnya berwujud
syok (mati rasa), penarikan diri (isolasi) karena malu atau ketakutan, depresi, agresi dan

31
agitasi (mudah marah), mudah kaget dan terkejut, paranoid, disorientasi (kebingungan
dan linglung), gangguan disosiasi, PTSD, hingga gangguan cemas atau gangguan panik.
Namun, antara satu orang dan yang lain bisa mengalami efek yang berbeda tergantung
bagaimana masing-masing merespon peristiwa traumatis tersebut.

Korban perkosaan juga dapat mengalami sindrom trauma perkosaan atau yang disebut
Rape Trauma Syndrome (RTS). RTS adalah bentuk turunan dari PTSD (gangguan stres
pasca trauma) yang umumnya memengaruhi korban perempuan. Gejalanya bisa meliputi
campuran dari cedera fisik dan dampak trauma psikologis. Termasuk juga ingatan kilas
balik (flashbacks) dari peristiwa nahas tersebut dan peningkatan frekuensi mimpi buruk.

Berangkat dari keparahan dampak perkosaan yang mungkin dialami, banyak pula
penyintas yang memiliki kecenderungan ingin bunuh diri. Mereka menganggap bahwa
bunuh diri adalah cara terbaik untuk mengakhiri semua penderitaannya.

d. Upaya Menanggulangi Perkosaan

Pemerkosaan tak hanya terjadi pada perempuan yang berpakaian menggoda. Anak-anak
juga kerap menjadi korban pelampiasan. Laki-laki hidung belang mendadak merajalela,
mungkin efek kehilangan pelampiasan sejak di tutupnya beberapa lokalisasi.

1. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk hindari Perkosaan:


Biasakan berdoa untuk memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Berbusana sopan. Berpakaian menggoda acapkali menjadi magnet dan membahayakan.
Sebaiknya dihindari.
3. Sebaiknya tidak bepergian sendiri. Apalagi jika lokasi yang dituju cukup jauh dan malam
hari.
4. Jika terpaksa pergi sendiri, sebaiknya hindari tempat yang sepi dan rawan.
5. Jangan mudah tergoda dengan rayuan dan iming-iming orang yang baru di kenal.
6. Selektif dan hati-hati terhadap orang yang meminta bantuan. Seringkali niat baik kita
justru dimanfaatkan orang lain. Tidak sedikit orang yang berpura-pura meminta
pertolongan, tetapi ternyata justru mengarahkan korban ke tempat yang sepi.
7. Ada baiknya juga bagi para perempuan untuk belajar Bela diri. Bela diri bisa menjadi
pelindung yang cukup bisa diandalkan kaum perempuan disaat-saat darurat.

32
8. Jikapun tidak dapat Bela diri, kaum perempuan bisa menyimpan alat-alat perlindungan
diri seperti jarum pentul, peniti, bubuk merica / cabai atau alat kejut.
9. Sebaiknya jangan terlalu sering memainkan gadget dan memakai earphone. Karena akan
membuat kita kurang peka terhadap kondisi lingkungan. Perhatian terhadap gadget akan
membuat kita kurang peka jika ada orang yang menunjukan gelagat kurang baik dan
mencurigakan.

2.8 Pelecehan Seksual

a. Pengertian Pelecehan Seksual

Sexual adalah hal-hal yang menyangkut seks/jenis kelamin, Harassment adalah


penggangguan ketenangan yang sifatnya tidak diundang oleh subject yang diganggu,
Leceh: membuat kecil, mengejek, merendahkan martabat. (kamus besar Bahasa
Indonesia). Pelecehan adalah tindakan menurunkan martabat.

Sexual Harassment (pelecehan seksual) seperti dikutip oleh Judith Berman


Bradenburg adalah semua tingkah laku seksual atau kecenderungan untuk bertingkah
laku seksual yang tidak diinginkan oleh seseorang baik verbal (psikologis) atau
fisik yang menurut si penerima tingkah laku sebagai merendahkan martabat,
penghinaan, intimidasi, atau paksaan. Sedangkan menurut BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012) pelecehan seksual adalah
segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran
sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan
sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut.

b. Jenis-jenis pelecehan seksual


1. Quid pro quo
Pelecehan seksual yang seperti ini adalah pelecehan seksual yang biasanya dilakukan
oleh seseorang yang memiliki kekuasaan otoritas terhadap korbannya, disertai iming-
iming pekerjaan atau kenaikan gaji atau promosi.

2. Hostile work environment

Pelecehan seksual yang terjadi tanpa janji atau iming-iming maupun ancaman. Kategori
pelecehan seksual menurut Nichaus:

3. Blitz rape yaitu pelecehan seksual yang terjadi sangat cepat, sedangkan pelaku tidak

33
saling kenal.
4. Confidence rape yaitu pelecehan seksual dengan penipuan, hal ini jarang dilaporkan
karena malu.
5. Power rape yaitu pelecehan seksual yang saling tidak mengenal, pelaku bertindak
cepat dan menguasai korban, dilakukan oleh orang yang berpengalaman dan yakin
korban akan menikmati.
6. Anger rape, yaitu pelecehan seksual dimana korban menjadi marah dan balas dendam.

7. Sadistie rape yaitu pelecehan seksual dengan ciri kekejaman atau sampai
pembunuhan
Pelecehan seksual memiliki berbagai bentuk. Secara luas, terdapat lima bentuk pelecehan
seksual menurut ILO (International Labour Organization) yaitu:

1. Pelecehan fisik termasuk sentuhan yang tidak diinginkan mengarah ke perbuatan


seksual seperti mencium, menepuk, mencubit, melirik atau menatap penuh nafsu.

2. Pelecehan lisan termasuk ucapan verbal/ komentar yang tidak diinginkan tentang
kehidupan pribadi atau bagian tubuh atau penampilan seseorang, lelucon dan
komentar bernada seksual.
3. Pelecehan isyarat termasuk bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual,
kerlingan yang dilakukan berulang-ulang, isyarat dengan jari, dan menjilat bibir.
4. Pelecehan tertulis atau gambar termasuk menampilkan bahan pornografi , gambar,
screensaver atau poster seksual, atau pelecehan lewat email dan moda komunikasi
elektronik lainnya.
5. Pelecehan psikologis/emosional terdiri atas permintaan-permintaan dan ajakan-
ajakan yang terusmenerus dan tidak diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan,
penghinaan atau celaan yang bersifat seksual.
6. Pelecehan tertulis atau gambar termasuk menampilkan bahan pornografi,
screensaver atau poster seksual, atau pelecehan lewat email dan moda komunikasi
elektronik lainnya.
7. Pelecehan psikologis/emosional terdiri atas permintaan-permintaan dan ajakan-
ajakan yang terusmenerus dan tidak diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan,
penghinaan atau celaan yang bersifat

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

35
Kesehatan reproduksi remaja harus mendapatkan perhatian yang serius untuk
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dalam rangka mewujudkan
keluarga berkualitas . Dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi, masalah yang
terpenting adalah perilaku seksual yang berakibat meningkatnya angka permasalahan
reproduksi, seperti Infeksi Menular Seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi,
infeksi saluran reproduksi, dan lainnya.

Program pemerintah dalam menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi remaja


adalah dengan upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi perlu
diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu
relatif cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Source : Yatim, Faisal. "Macam macam penyakit menular dan pencegahannya." (2001).

ACOG Practice Committee (April 2000). "Premenstrual syndrome"

36
Source : Alodokter, dr. Merry Dame Cristy Pane. “Radang Panggul.” (2020)

Source : Hello Sehat, dr. Tania Savitri - Dokter Umum. “Beragam jenis pemerkosaan dan
dampaknya bagi korban, secara fisik dan mental “. (2020)
Ekandari Mustaqfirin Faturochman, 2001 “PERKOSAAN, DAMPAK, DAN ALTERNATIF
PENYEMBUHANNYA”, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, JURNAL
PSIKOLOGI 2001, NO. 1, 1 - 18

https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7011/5463#:~:text=Definisi%20perkosaan
%20dalam%20penelitian%20ini,secara%20fisik%20maupun%20secara%20psikologis.

http://repository.unissula.ac.id/9690/5/BAB%20I.pdf

https://griyahusada.id/files/bahan-ajar/Modul%20Kespro.pdf

37

Anda mungkin juga menyukai