Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

EPIDEMOLOGI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Dosen Pengampu : Oktariani Dasril, S.KM, M. KES

PENYUSUN :

1. AGENG GUPONO (2103049)


2. ELVINA DASWARI (2103052)
3. FANICIA PUTRI (2103055)
4. NENENG SEPTRIANI (2103058)
5. TRI MARYANTI (2103063)
6. TAUFIQ (2103070)
7. LATHIFAH AZZAHRA (2103076)
8. ADEK IRMA YULIANI (2103078)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Studi Promosi Kesehatan

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang Penyakit Menular Seksual.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen mata kuliah
Epidemologi Penyakit Menular, Ibu Oktariani Dasril, S.KM, M.KES dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan
materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Padang, 06 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................................................3
2.1 Etiologi Penyakit Penular Seksual..............................................................................................3

2.2 Aspek Klinis, Tatalaksana dan Epidemiologis.............................................................................4

2.3 Akibat Yang Disebabkan Oleh Penyakit Menular Seksual........................................................13

2.4 Metode Penularan Penyakit Menular Seksual.........................................................................13

BAB III..................................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17

3.2 Saran........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemahaman individu dan masyarakat dalam mengerti PMS sangat minim. Padahal
di zaman yang berkembang ini sudah cukup banyak perantara untuk menyampaikan
informasi secara berkala dan meluas. Bagi individu-individu yang mengetahui dampak
ataupun pehaman PMS secara menyeluruh pun tidak memperhatikan lagi konsekuensinya.
Mereka cenderung acuh tak acuh dan selalu merasa menyesal saat penyakit itu telah
becongkol dalam tubuhnya.

Banyaknya mahasiswa yang ada di Papua ini, dengan jumlahyang fantastis tidak
jarang dari mereka berasal dari luar kota dan mendiami kota jayapura dengan tinggal di
rumah kamar sewa, rumah kamar sewa yang ada di jayapura ini tidak jarang kurang
memberi peraturan jam malam dan jam berkunjung, sehingga banyak warga rumah kamar
sewa yang memasukkan tamu mereka dalam kamar secara langsung. Mahasiswa yang
kurang memahami pentignya menajga diri dan tata krama cenderung akan memasukkan
teman yang lawan jenis sehingga tidak menutup kemungkina terjadi hal-hal yang tidak
kita inginkan.

Dalam makalah ini kami harap kami dapat memberi sedikit pembukaan
pengetahuan yang lebih dalam tentang pentingnya tidak melakukan seks bebas,
keprihatinan kami pada kalangan mahasisiwa yang merupakan kaum terpelajar namun
tidak sedikit pula yang tidak menggubris adanya penyakit ini dan kebayakan pula dari
mereka dengan sukarala melakukan seks (oral) yang menurut mereka seks aman.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai
Epidemiologi Penyakit Menular Seksual.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Etiologi Penyakit Menular Seksual ?


2. Apa Aspek klinis dan tatalaksana penderita Penyakit Menular Seksual?
3. Apa Aspek epidemiologis Penyakit Menular Seksual ?
4. Apa Upaya pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular Seksual?

1.3 Tujuan

Terdapat dua tujauan dalam pembuatan makalah ini, yaitu tujuan khusus dan tujuan
umum.
1. Tujuan khusus
a. Menambah pengetahuan
b. Member inforamsi agar perluasan PMS dapat di cegah denagn tambahan ilmu.
2. Tujuan umum
Sebagai kewajiaban untuk melengkapai dan menjalankan tugas dari ibu dosen
mikrobiologi dan parasitologi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi Penyakit Penular Seksual

Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan


seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda melakukan hubungan seksual
denganberganti-ganti pasangan baik melalui alat kelamin, oral maupun anal. Bila tidak
ditangani secara tepat, infeksi pada alat reproduksi ini dapat menjalar dan menyebabkan
sakit berkepanjangan, kemandulan, bahkan kematian.

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for
Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan pertahun.
Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki
risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasusbaru tiap tahun adalah dari kelompok
ini.

Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati
seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS
lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yangdisebabkan
oleh virus, belum dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak
mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapatmematikan. Sifilis, AIDS, kutil
kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkangonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai
penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti
Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan.
Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan.

Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual
melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputiciuman, kontak oral-genital, dan
pemakaian “mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual
yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul

3
“seks aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di
mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang
menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan
penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya
ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap
merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah
beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam
mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap
penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin

2.2 Aspek Klinis, Tatalaksana dan Epidemiologis

Beberapa penyakit menular seksual:

1. Gonorea/kencing nanah
2. Sifilis/raja singa
3. Trikonomiasis
4. Ulkus Mole (Chancroid)
5. Klamidia
6. HIV-AIDS
7. Herpes
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
9. Hepatitis B (HBV)
1. Gonorea/kencing nanah

Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)

Cara penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.

Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala


muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-
gejala meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat
buang air kecil. Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian.

4
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.

Penanganan :

1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis


awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan
2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d)
Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosistunggal. b)
Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)
Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam
klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan
pengobatan hingga tuntas.

Komplikasi terhadap orang yangterinfeksi:


1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada saluran
kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis,
2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput lendir
rahim setelah melahirkan ( post partum endometriosis ), abortus , cistitis
(peradangan kandung kencing).
Bila gejala sudah meluas ke arah PID ( Pelvic Inflamatory Disease ) maka sering
timbul :
o Nyeri perut bagian bawah.
o Nyeri pinggang bagian bawah.
o Nyeri sewaktu hubungan seksual .
o Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid .
o Mual - mual .
o Terdapat infeksi rektum atau anus .

5
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan jika
tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul,
yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri
panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak
diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat
menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis
pada bayi yang terinfkesi pada prosespersalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua
bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.

2. Sifilis/Raja Singa

Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)

Cara Penularan : Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks
vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan
non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak
dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.

Gejala-gejala : Berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13


minggu.Setelah itu akan timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang disertai
pusing dan nyeri tulang seperti flu serta hilang sendiri tanpa diobati. Bercak
kemerahan pada tubuh juga akan muncul sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan
seks. Seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang
dengan sendirinya. Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa
sakit atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapatjuga
muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke
fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan,rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.

Pengobatan : Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan


pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:

6
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan seriuspada hati, otak, mata,
sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang
sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus
tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus
HIV.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang
ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang
dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus
terjadi pada sekitar 25% darikasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis
aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.

3. Trikonomiasis

Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.

Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak
terjadi pada perempuan mudadan aktif seksual. Diperkirakan, 5 jutakasus baru terjadi
pada perempuan dan laki-laki.

Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual.


Trichomonas vaginalis dapat bertahanhidup pada benda-benda seperti baju-baju yang
dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.

Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa,


dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan
atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri
vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin
akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka pada
penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.

Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus


diobati.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:

7
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin
juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus
tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan
meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada
perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.

4. Ulkus Mole (Chancroid)

Tipe : Bakterial (Hemophilus ducreyi)

Gejala-gejala : Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak teratur,
keluar nanah dan rasa nyeri; Biasanya hanya pada salah satusisi alat kelamin. Sering
(50%) disertai pembengkakan kelenjar getah beningdi lipat paha berwarna kemerahan
(bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.

Komplikasi yang mungkin terjadi :

Kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.

5. Klamidia

Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)

Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.

Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-
laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal,
dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga
dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan
seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada
testis. Nyeri di rongga panggul; Perdarahan setelah hubungan seksual.

8
Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan
tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan
dilakukan.

Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:

Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia
akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis (tempat di mana
sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu yang
terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir premature,
pneumonia pada bayi dan infeksi matapada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena
penularan penyakit ini saat proses persalinan.

6. HIV-AIDS

Tipe : Viral (Human Immunodeficiency Virus)

Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau
produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna
narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat
persalinan, atau saat menyusui.

Gejala-gejala : Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi


pertama kali. Sementara yang lainnyamengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk
demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah danpembengkakan saluran
getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai
sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa
tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan,
menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-
infeksi oportunistik.

Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti


retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang

9
terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga
diderita.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:

Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan
meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir
dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS
akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi
tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang
diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam
proporsi yang cukup besar.

7. Herpes

Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex virus )

Cara Penularan : Herpes menyebarmelalui kontak seksual antar kulit dengan


bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau
oral, Juga melalui seperti : alat-alat tidur , pakaian, handuk, dll, secara bergantia.
Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya
menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun,
HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi
alat kelamin. Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes
simpleks. Kedua herpes ini berasal darivirus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan
oleh virus Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada
bagian tubuh kananatau kiri saja. Jenis yang kedua adalahherpes simpleks, yang
disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan dari pinggang ke atas
sampai di sekitar mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang
bagian pinggang ke bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,
walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan
kelamin secara orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral
seks, serta penularan melalui tangan.

10
Gejala-gejala : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi
rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan.
Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya
di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh
yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat
muncul kembali.

Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obatanti virus


biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala
karena infeksi HSV-2.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:

Orang yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi
HIV jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV. Konsekuensi
yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang mengalami episode
pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan
indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang
mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak
yang serius.

8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)

Tipe : Viral (Human Papiloma Virus)

Cara Penularan : Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.

Gejala-gejala : Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol
tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.

Pengobatan : Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil dapat


dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:

11
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus ini
berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker
vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks
adalah virusHPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan
Amerika setiap tahunnya.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:

Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil
pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus
dikeluarkan.

9. Hepatitis B (HBV)

Tipe : Viral

Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum
suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan
kedokteran gigi; melalui transfusi darah.

Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala.


Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot,
lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala
yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing
berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.

Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan


sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi
secara kronis.

Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:

Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang
menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan. Konsekuensi yang
mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat menularkan
penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir
menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati.
Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi

12
dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk
menghilangkan risiko infeksi kronis.

2.3 Akibat Yang Disebabkan Oleh Penyakit Menular Seksual


1. Kemandulan pada pria maupun wanita yang disebabkan oleh penyebaran infeksi
pada alat kelamin bagian dalam seperti gonore, klamidia.

2. Menyebabkan kematian, seperti: sifilis, hepatitis B/C, dan AIDS.

3. Menyebabkan penyakit kanker (kanker leher rahim) dan penyakit yang selalu
kambuh, seperrti: herpes genitalis, kondiloma akuminata (jengger ayam).

4. Khusus pada wanita hamil yang mengidap IMS tertentu bisa menularkan pada bayi
yang RSS Beatrice Ruth Batubara - AtomRSS Beatrice Ruth Batubara - RSSRSS
Beatrice Ruth Batubara - AtomRSS Beatrice Ruth Batubara -
Atompreviousmengakibatkan lahir cacat, lahir muda, dan lahir mati.

2.4 Metode Penularan Penyakit Menular Seksual

1. Seks tanpa pelindung

Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia tetap merupakan cara terbaik
untuk menghindarkan Anda dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju
penularan PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi
terbaik terhadap PMS.Biasakanlah memakai kondom.

2. Berganti-ganti pasangan

Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak
pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi,
orang yang suka berganti pasangan cenderung memilihpasangan yang suka berganti
pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya pasangan Anda.

3. Mulai aktif secara seksual pada usia dini

Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang
lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan
terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna
sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai
kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.

13
4. Pengggunaan alcohol

Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa
minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan
batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar
maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.

5. Penyalahgunaan obat

Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh
obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilakuseksual beresiko/tanpa
pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa
seseorang melakukan perilaku seksualyang dalam keadaan sadar tidak akandilakukan.
Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko
penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa
ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat

Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah
sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman.
Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar.
Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.

7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi

Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi,
ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi
PMS.

8. Monogami serial

Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi
kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh
gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan
kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya,sebab orang yang mempraktekkan
monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif
sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan

14
seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada
monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudahdites kesehatan reproduksi.

9. Sudah terkena suatu PMS

Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi sering),
Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang
terinfeksi dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi. Karena Anda
sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam gaya hidup Anda
yang beresiko.

10. Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi

Kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih
pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari
kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang tidak ingin
menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau
memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang jelas,
perlindungan ganda (pil KB dan kondom) adalah pilihan terbaik…meski tidak semua
orang melakukannya.

Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua,
yaitu:

 Memutuskan rantai penularan infeksiPMS

 Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.

Dengan pencegahan secara tepat dan penganan secara dini PMS bisa ditangani dengan
lebih baik. Yang penting sekali diingat adalah bentuk-bentuk gejala awal yang
menjadi pertanda PMS, diantaranya :
a. Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
b. Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
c. Bengkak atau merah di sekitar lat kelamin
d. Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
e. Buang air kecil lebih sering dari biasanya
f. Demam, lemah, kulit menguning danrasa nyeri sekujur tubuh
g. Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari

15
h. Keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
i. Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll
Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya perlu diwaspadai
kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS. Pencegahan yang bisa
dilakukan antara lain :
a. Tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti
pasangan· menggunakan kondom setiap hubungan seks
b. Menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas
asal-usulnya
c. Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis
yang steril Yang lebih penting dari semua itu adalah menjaga nilai-nilai moral,
agama, nilai etika dan norma kehidupan bermasyarakat karena dengan moral dan
etika yang baik kita akan terhindar dari gangguan atau penyakit yang akan
membawa kita dalam masalah serius.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Menular Seksual


merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksualitas. PMS akan lebih
beresiko jika Anda melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik
melalui alat kelamin, oral maupun anal.

Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual
melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputiciuman, kontak oral-genital, dan
pemakaian “mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual
yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul
“seks aman” adalah abstinensia.

3.2 Saran

Penyakit Menular Seksual dapat dicegah dan dapat diobati apabila dilakukan
dengan mengikuti ketentuan yang benar, Bila tidak ditangani secara tepat, infeksi pada
alat reproduksi ini dapat menjalar dan menyebabkan sakit berkepanjangan, kemandulan,
bahkan kematian.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Agustini, Ni Nyoman Mestri, dan Ni Luh Kadek Alit Arsani. 2013. Infeksi Menular
Seksual dan Kehamilan. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. Dapat diakses pada:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/view/2722 (20 Agustus
2022, pukul 22.25 WIB).
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Nasional Penanganan
Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
3. Ratnaningsih D.,dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Pencegahan
HIV/AIDS Pada Wanita Pekerja Seksual. Jurnal Permata Indonesia Vol 7, No 2 : ISSN
2086-9185.
4. Laksana A.S.D & Diyah Woro Dwi Lestari. 2010. Faktor - Faktor Resiko Penularan
HIV/AIDS Pada Laki-Laki Dengan Orientasi Seks Heteroseksual dan Homoseksual di
Purwokerto. Universitas Jendral Sudirman Purwokerto. 21 November 2017. 04. 28 Wib.
5. Sjaiful Fahmi Daili, dkk (2017), Infeksi Menular Seksual. Universitas Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai