PENYAKIT KUSTA
Dosen Pembimbing :
KELOMPOK 6:
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kami ucapkan
kepada dosen pembimbing Ibu Arum Dwi Ningsih ,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang turut
membimbing kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di
tentukan.
Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai Kusta.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah (KMB) 3 .Dengan segala keterbatasan yang ada ,kami telah berusaha dengan segala
daya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. kami menyadari bahwasanya makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan
sarannya kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.
Penyusun
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….…1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………..…….2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………..……………...3
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………..…….3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………….………...……………….…....……21
4.2 Saran …………………………………………………………………...….……21
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1. Tugas ini berguna bagi pembaca untuk memperdalam pengetahuan dan
pemahaman tentang penyakit Kusta.
2. Penyusun dapat mengetahui dan memahami secara spesifik tentang penyakit Kusta.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
Penyakit Kusta adalah salah satu penyakit menular, dapat menyebabkan cacat, dan
keadaan ini menjadi penghalang bagi pasien kusta dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonominya. (Widoyono, 2009).
Kusta merupakan penyakit kronik yang di sebabkan oleh Infeksi Mycobacterium Leprae.
(Mansjoer Arif, 2010). Kusta adalah penyakit menular pada umum nya mempengaruhi
kulit dan saraf perifer, tetapi mempunyai cakupan manifestasi klinis yang luas. (COC,
2008)
2.2 Etiologi
Penyebab Penyakit Kusta adalah Bakteri mycobacterium leprae yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0.2-0.5 mikron, biasanya berkelompok
dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel, dan bersifat tahan asam (BTA).
Penyakit kusta bersifat menahun karena Bakteri kusta memerlukan waktu 12-21 hari
untuk membelah diri. Dan masa tunas nya rata-rata 2-5 tahun. Penyakit kusta dapat di
tularkan kepada orang lain melalui saluran pernafasan dan kontak kulit. Bakteri kusta ini
banyak terdapat pada kulit tangan, daun telinga,dan mukosa hidung. (Widoyono, 2009).
2.3 Patofisiologi
Cara penularan yang pasti belum di ketahui, tatapi menurut sebagian besar ahli
melalui saluran pernafasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat).
Kuman mencapai permukaan kulit melalui volikel rambut, kelenjar keringat, dan di duga
melalui air susu ibu. Beberapa hipotesis telah di kemukakan seperti adanya kontak dekat
dan penularan dari udara.
Penyakit ini sering di percaya bahwa penularanya di sebabkan oleh kontak antara
orang yang terinfeksi dan orang yang sehat.Melalaui kulit yang lecet pada bagian tubuh
yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh mycobacterium leprae ke kulit
tergantung factor imunitas seseorang ke mamapuan hidup mycobacterium leprae pada
suhu yang rendah, waktu regenerasi lama serta sifat kuman yang aviluren dan non toksis.
Mycobacterium leprae terurama terdapat pada sel makrofag di sekitar pembuluh darah
superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh bereaksi
mengeluarkan makrofag (berasal dari monosit darah, histiosit) untuk memfagositosis.
Masa Inkubasi pasti dari kusta belum belum dapat di kemukakan.beberapa peneliti
berusaha mengukur masa Inkubasinya. Masa inkubasi minimum di laporkan adalah
beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada Bayi muda. Masa inkubasi
maksimun di laporkan selama 30 tahun hal ini di laporkan berdasarkan pengamatan pada
veteran perang yang pernah terekspor untuk mengetahui Epidemiologi kusta menurut
karakteristik orang,waktu dan tempat.(Hasibun, 2008).
WOC Kusta
Mycobacterium Leprae
Droplet infection atau kontak dg kulit
Masuk dlm pem.darah dermis & sel saraf schwan
Sistem imun selular meningkat
Fagositosis
Pembentukan tuberkolosis
Morbus Hansen (kusta)
G3 Saraf tepi
Risiko
Infeksi sekresi mediator nyeri
Nyeri
G3 Citra
Tubuh
2.4 Manifestasi Klinis
Menurut WHO (2008) Dignosa kusta di tegakkan bila terdapat satu dari tanda cardinal
berikut:
a. Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensabilitas lesi kulit dapat tunggal atau
multipel biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau
berwarna tembaga biasanya berupa: macula, papul, nodul, kehilangan sensabilitas
pada lesi kulit merupakan gambaran khas. Kerusakan saraf terutama saraf tepi,
bermanifestasi ssebagai kehilangan sensabilitas kulit dan kelemahan otot.
b. BTA Positif
1. Pada beberapa kasus di temukan BTA di kerokan jaringan kulit.
2. Penebalan saraf tepi, nyeri tekan, parastesi.
Untuk mendiagnosis penyakit kusta, minimal harus di temukan satu cardinal sign,tanpa
adanya cardinal sign, kita hanya boleh menyatakan sebagai tersangka (suspek) Kusta
adalah:
1. Kelainan Kulit
a. Kelainan kulit berupa bercak merah atau putih, atau benjolan
b. Kulit mengkilap
c. Bercak tidak gatal
d. Lepuh tidak nyeri
e. Permukaan bercak kering dan kasar
f. Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil.
g. Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak.
2.7 Klasifikasi
Bentuk klinis penyakit kusta cukup di bedakan atas dua jenis yaitu:
1. Kusta Bentuk Kering (Tipe Tuberkuloid)
a. Merupakan bentuk yang tidak menular
b. Kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar uang logam atau lebih,
jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di pipi, punggung, pantat, paha atau
lengan. Bercak tampak kering, perasaan kulit hilang sama sekali,kadang-kadang
tepinya meninggi.
c. Pada Tipe ini lebih sering di dapatkan kelainan urat saraf tepi pada ,sering gejala
kulit tak begitu menonjol tetapi gangguan saraf lebih jelas
d. Komplikasi Saraf serta kecatatan relative lebih sering terjadi dan timbul lebih
awal darib pada bentuk basah
e. Pemeriksaan Bakteriologis sering kali Negatif, berarti tidak di temukan adanya
kuman penyebab
f. Bentuk ini merupakan yang paling banyak di dapatkan di Indonesia dan terjadi
pada orang yang daya tahan tubuhnya terhadap kuman kusta cukup tinggi
2. Kusta Bentuk Basah (Tipe Leprometosa )
a. Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat di temukan baik di
selaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain
b. Jumlahnya lebih sedikit di bandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada
orang yang daya tahan tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta
c. Kelainan kulit bisa berupa bercak kemerahan, bisa kecil-kecil dan tersebar di
seluruh badan ataupun sebagai penebalan kulit yang luas (infiltrat) yang tampak
mengkilap dan berminyak. Bila juga sebagai benjolan-benjolan merah sebesar di
badan, muka dan daun telinga
d. Sering di sertai rontoknya alis mata, menebalnya cuping telinga dan kadang-
kadang terjadi hidung pelana karena rusaknya tulang rawan hidung
e. Kecacatan pada bentuk ini umumnya terjadi pada fase lanjut dari perjalanan
penyakit
f. Pada bentuk yang parah bisa terjadi “ muka singa “ (facies leonine).
2.8 Komplikasi
Berdasarkan Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan Nasional, cacat akibat penyakit ini terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Cacat primer
Cacat primer adalah jenis cacat yang disebabkan langsung oleh
infeksi bakteri M. leprae dalam tubuh. Cacat jenis ini menyebabkan penderitanya
mengalami mati rasa, kulit kering dan bersisik serta claw hand alias tangan dan jari-
jari membengkok. Pada cacat primer, kemunculan bercak kulit yang mirip panu
biasanya terjadi secara cepat dalam waktu yang relatif singkat. Bercak ini lama-lama
menjadi meradang, membengkak, dan disertai dengan gejala demam. Selain itu, bisul
yang muncul sebagai salah satu tanda dari gejala lepra bisa pecah dan berkembang
menjadi borok. Kelemahan otot dan sensasi kulit mati rasa (kebas/ baal) biasanya
terjadi dalam kurun waktu enam bulan terakhir semenjak paparan infeksi awal.
2. Cacat sekunder
Cacat sekunder adalah perkembangan dari cacat primer, terutama yang
diakibatkan oleh kerusakan saraf. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bisul ulkus
(luka terbuka di kulit alias borok) dan keterbatasan gerak sendi. Hal ini terjadi
sebagai akibat kerusakan fungsional pada persendian dan jaringan lunak di sekitar
area yang terinfeksi. Kecacatan pada tahap ini terjadi melalui dua proses, yaitu:
a. Adanya aliran langsung bakteri M.leprae ke susunan saraf tepi dan organ
tertentu
b. Melalui reaksi lepra
Jika bakteri sudah masuk ke dalam saraf, maka fungsi saraf lambat laun akan
berkurang bahkan hilang. Secara umum, saraf berfungsi sebagai sensorik, motorik,
dan otonom. Kelainan yang terjadi akibat infeksi kulit satu ini bisa menimbulkan
gangguan pada masing-masing saraf atau kombinasi di antara ketiganya. Berikut
beberapa gangguan atau kelainan pada masing-masing saraf akibat penyakit lepra:
a. Gangguan saraf motorik. Saraf motorik berfungsi memberikan kekuatan pada
otot. Gangguan atau kelainan pada saraf motorik bisa berupa kelumpuhan pada
tangan dan kaki, jari-jari tangan maupun kaki membengkok, serta mata tidak
bisa berkedip. Jika infeksi terjadi pada bagian mata, maka penderita bisa
mengalami kebutaan.
b. Gangguan saraf sensorik. Saraf fungsi sensorik bertugas untuk memberi sensasi
dalam meraba, merasakan nyeri, dan merasakan suhu. Gangguan pada saraf
sensorik dapat mengakibatkan tangan dan kaki mati rasa serta refleks kedip
berkurang.
c. Gangguan saraf otonom. Saraf otonom bertanggung jawab atas kelenjar keringat
dan minyak di dalam tubuh. Gangguan pada bagian saraf ini mengakibatkan
kekeringan dan keretakan pada kulit akibat adanya kerusakan pada kelenjar
minyak dan aliran darah.
BAB 3
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Biodata
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan
dewasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat menentukan tingkat
sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada kenyataannya
bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien dengan morbus hansen datang berobat dengan keluhan adanya lesi
dapat tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf) kadang-kadang
gangguan keadaan umum penderita (demam ringan) dan adanya komplikasi pada
organ tubuh.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada klien dengan morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam kondisi lemah,
kehamilan, malaria, stres, sesudah mendapat imunisasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh
kuman kusta ( mikobakterium leprae) yang masa inkubasinya diperkirakan 2-5
tahun. Jadi salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus hansen
akan tertular.
e. Riwayat Psikososial
Klien yang menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar masyarakat
akan beranggapan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kutukan, sehingga klien
akan menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami gangguan jiwa pada
konsep diri karena penurunan fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita.
f. Pola Aktivitas Sehari-Hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan kaki
maupun kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain dalam
perawatan diri karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe
I, reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan saraf
tepi motorik.
h. Sistem penglihatan. Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata
anastesi sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan
kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan lagophthalmos jika
ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi berat, jika terjadi
peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis. Sedangkan
pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata akan rontok.
i. Sistem pernafasan. Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan
terdapat gangguan pada tenggorokan.
j. Sistem persarafan:
1. Kerusakan fungsi sensorik
2. Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/ mati rasa.
Akibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka,
sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
3. Kerusakan fungsi motorik
4. Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/ lumpuh dan lama-lama
ototnya mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki
menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada sendi (kontraktur),
bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata tidak dapat dirapatkan
(lagophthalmos).
5. Kerusakan fungsi otonom
6. Terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan
sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras dan
akhirnya dapat pecah-pecah.
k. Sistem muskuloskeletal.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan otot
tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
l. Sistem integumen.
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem (kemerah-
merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada kerusakan fungsi
otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi
darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-pecah. Rambut: sering
didapati kerontokan jika terdapat bercak.
3.3 Intervensi
1. Gangguan integritas kulit/jaringan : Neuropati perifer
Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis)
atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia,
otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligamen).
Penyebab : Neuropati perifer
4.1 Kesimpulan
Penyakit Kusta adalah salah satu penyakit menular, dapat menyebabkan cacat, dan
keadaan ini menjadi penghalang bagi pasien kusta dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonominya. ( Widoyono, 2005 ).
Penyebab Penyakit Kusta adalah Bakteri mycobacterium leprae yang berbentuk
batang, hidup dalam sel, dan bersifat tahan asam (BTA). Penyakit kusta bersifat menahun
karena Bakteri kusta memerlukan waktu 12-21 hari untuk membelah diri. Dan masa
tunasnya rata-rata 2-5 tahun. Penyakit kusta dapat di tularkan kepada orang lain melalui
saluran pernafasan dan kontak kulit. Bakteri kusta ini banyak terdapat pada kulit tangan,
daun telinga,dan mukosa hidung. (Widoyono, 2005).
4.2 Saran
Sebagai penyusun, kami merasa bersyukur dan bangga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sedemikian rupa, akan tetapi makalah ini belumlah sempurna seperti makalah
yang baik dan benar pada umum nya.Oleh karena itu, kami sebagai penyusun memohon
kritik dan saran dari para pembaca karena kami sadar tiada hal yang sempurna di muka
bumi ini, kecuali Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Https://merpatisepuluh.wordpress.com/2013/04/09/askep-kasus-kusta-puskesmas/, diakses
pada tanggal 20 Oktober 2018
Https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/dermatologi/lepra-kusta-adalah-infeksi-kulit/, diakses
pada tanggal 20 Oktober 2018