Anda di halaman 1dari 23

PATOFISIOLOGI PADA JANTUNG

PERIKARDITIS DAN MIOKARDITIS

oleh
Kelompok 1
Ulfi

NIM 142310101002

Anggi Kurniawati
devia

NIM 142310101039
NIM 1423101010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikardium merupakan selaput luar pembungkus jantung yang terdiri dari dua
lapisan, yaitu lapisan parietal dan lapisan visceral. Kedua lapisan tersebut akan
bertemu dipangkal jantung dan akan membentuk kantung jantung. Diantara dua
lapisan tersebut terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelicin untuk menjaga agar
tidak terjadi gesekan sehingga tidak menimbulkan gangguan pada jantung.
Miokardium meerupakan bagian tengah otot jantung, yang terdapat diseluruh
atrium dan ventrikel. Gunanya adalah sebagai kontraksi jantung. Miokardium
terdiri dari 3 otot yaitu: otot atrium, otot ventrikel kiri dan otot serat khusus.
Adanya gangguan pada perikardium dan miokardium dapat menimbulkan
tidak efektifnya kerja jantung. Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada
perikardium yaitu perikarditis sedangkan yang dapat terjadi pada miokardium
yaitu miokarditis.Gangguan perikarditis dapat menyebabkanpenimbunan cairan di
ruang interstisial, sedangkan untuk gangguan mioarditits dapat menyebabkan
kelemahan otot jantung dan penurunankontraktilitas jantung.Untuk mengetahui
lebih dalam tentang perikarditis dan miokarditis, disini kami akan mengulas
tentang penyakit tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perikarditis dan miokarditis?
2. Apa penyebab seseorang mengalami perikarditis dan miokarditis?
3. Apa saja tanda dan gejala perikarditis dan miokarditis?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk perikarditis dan miokarditis?
5. Bagaimana penatalaksanaan untuk perikarditis dan miokarditis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien perikarditis dan miokarditis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perikarditis dan miokarditis

2. Untuk mengetahui penyebab seseorang mengalami perikarditis dan


miokarditis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala perikarditis dan miokarditis
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk perikarditis dan
miokarditis
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk perikarditis dan miokarditis
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien perikarditis dan
miokarditis
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dari perikarditis dan miokarditis
2. Dapat mengetahui penyebab seseorang mengalami perikarditis dan
miokarditis
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala perikarditis dan miokarditis
4. Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk perikarditis dan
miokarditis
5. Dapat mengetahui penatalaksanaan untuk perikarditis dan miokarditis
6. Dapat mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien perikarditis dan
miokarditis

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi Perikarditis
Perikarditis merupakan radang yang terjadi pada selaput tipis yang melekat
pada otot jantung atau paling luar (terjadi sebagai proses pertama, akan tetapi
biasanya merupakan proses akibat penyakit lain).
Perikarditis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perikarditis akut dan
perikarditis kronik.
1. Perikarditis akut

Perikarditis akut adalah peradangan pada pericardium (kantong selaaput


jantung), yang dimulai secara tiba-tiba dan sering menyebabkan nyeri.
Peradangan menyebabkan cairann dan produk darah (fibrin sel darah
merah dan sel darah putih) memenuhi rongga pericardium.
2. Pericarditis kronis
Pericarditis kronis adalah suatu peradangan pericardium(kantng jantung)
yang menyebabkan penimbunan cairan atau penebalan biasanya
penyakit ini terjadi secara bertahap serta berlangsung lama. Pericarditis
krodis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :perikarditis efusif kronis dan
perikarditis konstruktif kronis.
Definisi Miokarditis
Miokarditis merupakan proses peradangan pada jantung yang disebabkan oleh
bakteri,virus, riketsia dan parasit. Miokardium dapat disebut juga suatu
peradangan atau inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agenagen infeksi.
2.2 Etiologi Perikarditis
Peradangan pada perikardium menyebabkan cairan dan produk darah (fibrin,
sel darah merah, dan sel darah putih) memenuhi rongga perikardium. Perikarditis
memiliki bermacam macam penyebab, diantaranya adalah:
a. Infeksi virus
b. Demam rematik
c. Gagal ginjal kronik
d. Komplikasi serangan jantung
e. Komplikasi cedera dada, termasuk penggunaan kateter kardiak
f. Penyebaran kanker ke lapisan paling luar.
Perikarditis Kronik disebabkan oleh:
1.
2.
3.
4.
5.

Infeksi virus
Terapi penyinaran untuk kanker payudara atau limfoma
Artritis rematoid
Cedera
Pembedahan jantung

6. Infeksi bakteri
Perikarditis Akut :
1.
2.
3.
4.

Infeksi virus sampai kanker


AIDS
Serangan jantung (infark miokardial)
Pembedahan jantung

5.
6.
7.
8.
9.

SLE (Sistemic Lupus Eritromatosus)


Penyakit rematik
Kegagalan ginjal
Cedera
Terapi penyinaran

10. Kebocoran darah dari suatu aneurisma aorta


Etiologi miokarditis
a. Infeksi kronik,
b. Dipterie,
c. typhus abdominalis,
d. suptyphus
e. dan wildisiase
2.3 Patofisiologi perikarditis
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada
perikarditis akan memberikan respon sebagai berikut:
1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong
perikardium.
2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk
fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun
parietal yang menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat
akan menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
Patofisiologi Miokarditis
a. Kerusakan oleh miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui 3
mekanisme dasar, yaitu:
1. Infasi langsung ke miokard,
2. proses imunologis terhadap miokard

3. pengeluaran toksin yang merusak miokardium.


b. proses miokarditis viral dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu:
1. fase akut berlangsung kira-kira satu minggu,dimana terjadi invasi ke miokard,
replikasi virus, dan liselis sel. Kemudian, terbentuk neutralizing antibody dan
virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan
natural killer cell (sel NK)
2. pada fase berikutnya, miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system imun
akan diaktifkan, antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard,
akibat perubahan permukaan sel oleh virus. Ase ini berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang diikuti adanya kerusakan miokard (FKUI,1999).
2.4 Manifestasi Klinik perikarditis
Orang yang menderita perikarditis biasanya tidak menunjukkan gejala
(asimptomatik), kecuali demam dan pembentukan gerakan friksi. Menurut
Boughman (dalam Yasmin, 2000), tanda dan gejala yang seringkali ditemukan
pada penderita perikarditis sebagai berikut:
1. nyeri di atas perikardium atau dapat juga terasa di bawah klavikula dan leher
serta region skapula;
2. nyeri perikardial diperburuk dengan bernapas, berbalik di tempat tidur dan
mermutarkan tubuh;
3. nyeri biasanya menghilang saat pasien beristirahat dengan posisi duduk tegak;
dan
4. dapat terjadi dipsnea sebagai akibat kompresi perikardial pada gerakan jantung.
Tanda dan gejala yang sering timbul pada perikarditis antara lain:
a. Nyeri hebat di dalam dada, merambat ke leher dan bahu. Rasa nyeri
memburuk jika bergerak dan berkurang jika duduk atau bersandar kedepan.
b. Nafas cepat
c. Batuk batuk
d. Mengalami demam dan menggigil
e. Lesu
Manifestasi klink miokarditis
Orang yang mengalami penyakit miokarditis tanda paling umumnya
menunjukkan:
a. Retensi cairan dengn pembengkakan pergelangan kaki.
b. Nyeri dada yang mungkin terasa seperti serangan jantung atau angina.

c. Sesak napas pada saat istirahat atau selama aktivitas fisik


d. Kelelahan
e. Denyut jantung yang cepat atau abnormal
Sedangkan tanda yang kuran umum terjadi, antara lain:
a. Pingsan atau tiba-tiba kehilangan kesadaran.
Gejala lainya yang terkait dengan infeksi virus, antara lain:
a. Demam
b. Nyeri sendi
c. Diare
d. Sakit kepala
e. Sakit tenggorokan
f. Nyeri tubuh
g. Letih
h. Napas pendek
i. Detak jantung tidak teratur
Gejala-gejala lain karena gangguan yang mrndasari antara lain:
a. Menggigil
b. Anoreksia
c. Nyeri dada
d. Dispnea dan distrimia
e. Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi pericardial)
f. Nyeri otot
g. Malaise (kurang enak badan)
2.5 Pemeriksaan Diagnostik perikarditis
Pemeriksaan diagnostik pada perikarditis merupakan pemeriksaan yang sangat
penting dalam penegakan diagnostik pada penyakit perikarditis. Pemeriksaan ini
akan membantu dalam pengidentifikasian kondisi perkembangan penyakit
perikarditis yang dialami dan tindak lanjut dari keadaan yang terlihat. Ada
beberapa pemeriksaan diagnostik pada perikarditis yaitu:
1. Foto rontgen toraks
Pada rontgen toraks efusi perikardium membentuk gambaran konfigurasi
bayangan jantung berbentuk buli-buli air. Semakin besar efusi maka bayangan
jantung akan terlihat semakin besar dan membentuk seperti botol air
(Sabiston,1994).
2. Elektrokardiografi
Pada elektrokardiografi akan terlihat gambaran konduksi listrik dari jantung.
Gambaran irama jantung pada penyakit perikarditis menunjukkan perubahan
pada komplek QRS dan segmen ST. Hal ini diakibatkan oleh efusi perikardium

yang menimbulkan voltase rendah dari komplek QRS dan menimbulkan


elevasi segmen ST sehingga menyebabkan gelombang Q tidak dapat timbul.
Dari gambaran yang terlihat pada elektrokardiografi dapat terlihat bahwa
sepertiga pasien sepertiga perikarditis mengalami takikardi (Sabiston,1994).
Jika pada elektrokardiografi menghasilkan perubahan gelombang denyut
jantung maka hal ini menunjukkan terjadinya kardiomegali.
3. Echokardiografi M-Mode
Echokardiografi M-mode merupakan echokardiografi dua dimensi yang dapat
digunakan untuk memastikan adanya efusi perikardium dan memperkirakan
banyaknya cairan pada perikardium (Muttaqien,2009). Hasil echokardiografi
ini dapat dgunakan untuk memantau perkembangan atau progersifitas dari efusi
pada perikarditis.
4. CT-Scan
Tomografi komputerisasi atau CT-scan. digunakan dalam pemeriksaan
diagnostik perikarditis untuk mengevaluasi keadaan perikardium. Dari
Pemeriksaan CT-Scan ini dapat diketahui keadaan efusi dari perikarditis,
kondisi penebalan pada perikardium dan ukuran ruangan jantung. Hasil dari
CT-Scan ini dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa kelainan
konstriktiva atau perikarditis konstriktiva.
Pemeriksaan diagnostik miokarditis
1. USG
2. ECG
3. Laboratorium Darah,Urine voll
4. Terapi
-istirahat total selama 3 minggu
-infus glucose 10% bila terjadi muntah.
-obat cardiotonika digitalis.
-obat sedative.
-obat roborantia
-obat anti piretika.
-kontrol pemeriksaan ECG, foto thorax.
2.6 Penatalaksanaan perikarditis
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menentukan penyebab, untuk
memberikan terapi pada penyebab spesifik (jika diketahui), dan untuk mengawasi

terhadap tamponade jantung (kompresi jantung akibat adanya cairan di dalam


kantung perikardial).
1. Tirah baring jika curah jantung terganggu, sampai demam, nyeri dada, dan
gesekan friksi menghilang;
2. analgesik narkotik untuk menghilangkan nyeri selama fase akut;
3. salisilat untuk menghilangkan nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan pada
perikarditis reumatik;
4. kortikosteroid untuk mengontrol gejala, mempercepat penyembuhan proses
inflamasi, dan mencegah kekambuhan efusi perikardial;
5. penisilin untuk perikarditis demam reumatik;
6. esoniazid ethambutol, rifampin, dan streptomisin

untuk

perikarditis

tuberculosis;
7. amfoterisin B untuk perikarditis fungal;
8. steroid adrenal untuk perikarditis akibat lupus eritematosus; dan
9. tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai perbaikan kondisi (Baughman &
Hackley, 2000).
Penatalaksanaan miokarditis
Penataan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit ini adalah:
a. dilakukan perawatan untuk tindakan observasi.
b. Pasien dibaringkan/dibatasi aktivitasnya
c. Pemberian antibiotic/dilakukan kemoterapi
d. Dilakukan pengobatan sistemik suportif yang ditujukan pada penyakit
infeksi sistemik
e. Pemberian obat kortison
f. Jika penyakit berkembang menjadi gagal jantung kongestif, maka perlu
dilakukan diuretic untuk mngurangi retensi cairan, digitalis untuk
merangsang detak jantung, dan pemberian obat antibeku untuk mencegah
pembentukan bekuan( Griffith,1994)

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas (bisa bertanya pada keluarga).
c. Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas (bisa bertanya pada keluarga) tetang gejala
yang timbul seperti edema perifer, gangguan abdominal, lelah, ortopnea,
palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
d. Riwayat penyakit dahulu
Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia,
ada trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.

2. Pemeriksaan fisik
B1: Breathing (Respiratory System)
Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+).
B2: Blood (Cardiovascular system)
takikardi, penurunan TD, aritmia jantung.
B3: Brain (Nervous system)
Normal.
B4: Bladder (Genitourinary system)
penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap.
B5: Bowel (Gastrointestinal System)
Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi.
B6: Bone (Bone-Muscle-Integument)
Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas.
Pengkajian miokarditis
a. Aktivits/ istirahat
Gejala: kelelahan,kelemahan
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah,dispmea dengan aktivitas
b. Pernafasan
Gejala : nafas pendek (nafas penddek kronis memburuk pada malam hari).
Tanda : DNP (dispnea nocturnal paroxysmal), batuk, inspirsi mengi,
takipnea, krekels an ronkhi, pernapsan dangkal.
c. Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital,bedah
jantung,palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia,disritmia,perpindahan

titik

impuls

maksimal,

kardiomegali,frivtionrub, murmur,irama gallop (s3 dan s4),edema,DVJ,


petekie,hemoragi splinter, nodus osler,lesi jeneway
d. Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal; penurunan frekuensi /jumlah
urine
Tanda : urin pekat gelap
e. Nyeri
Gejala : nyeri seperti tertimpa beban berat dan terasa terbakar
Tanda : perilaku distraksi misalnya gelisah
f. Keamanan

Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri,jamur (miookarditis;trauma


dada;penyakit

keganasan/iradiasi

thoraxal;dalam

penanganan

gigi;pemeriksaan endoskopiks terhadap system GI/GU),penrunan system


immune,SLE/ penyakit kolagen lainya.
Tanda : demam

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan nyeri berhubungan dengan efusi perikardium.
2. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan curah jantung
menurun
4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan fisik
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi cairan di
pericardium
Diagnosa miokardium
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik
dsri infeksi, iskemia jaringan.
2. Resiko tinggi terhadap penuruan curah jantung berhungan dengan
degenerasi otot jantung,penurunan atau konstriksi fungsi ventrikel.
3. Infeksi berhubungan dengan penyebaran agen infeksius.
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhungan dengan penurunan
cardiaoutput.
5. Intoleransi aktivitas berhungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel
otot miokard, penurunan curah jantung.
6. Kurnag pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya
ingat,mis-intepretasi

informasi,keterbatasan

diagnose.
3.3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan nyeri berhubungan dengan efusi perikardium
Tujuan

: Dalam 1x24 jam skala nyeri <2

kognitif,menyangkal

Kriteria Hasil : - CRT < 3 detik


- TD normal
- Aritmia jantung (-)
- Penurunan curah jantung teratasi
Intervensi
Rasional
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan Memaksimalkan ketersediaan oksigen
lain: Berikan oksigen suplemen sesuai untuk menurunkan beban kerja jantung
indikasi

dan

menurunkan

ketidaknyamanan

berhungan dengan iskemia.


Palpasi nadi perifer
Mengontrol penurunan curah jantung.
Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan
optimal.
Observasi
peningkatan

adanya

jantung.
hipotensi, Manifestasi

JVP, perubahan

klinis

pada

kardiak

suara tamponade yang mungkin terjadi pada

jantung, penuruna tingkat kesadaran.

perikarditis ketika akumulasi cairan

Pantau perubahan pada sensorik

eksudat pada rongga perikardial.


Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral

sebagai

dampak

sekunder

terhadap penuruna curah jantung


Kolaborasi dengan tenaga kesehatan Pembatasan natrium untuk mencegah,
lain: Pemberian diet jantung.
Pemberian vasodilator

mengatur, atau mengurangi edema.


Meningkatkan
curah
jantung,
menurunkan

volume

sirkulasi

dan

tahanan vaskular sistemik, juga kerja


ventrikel.
2. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan kompresi perikardial
Tujuan

: Dalam 3x24 jam penurunan curah jantung teratasi

Kriteria Hasil : - CRT < 3 detik


- Pengeluaran urine adekuat
- TD normal
- Aritmia jantung (-)

Intervensi
Palpasi nadi perifer
Pantau output urine
Istirahatkan klien dengan tirah baring
optimal.
Observasi
peningkatan

Rasional
Mengontrol penurunan curah jantung
Mengontrol penurunan curah jantung.
Mengetahui respon ginjal dalam

menurunkan curah jantung.


hipotensi, Manifestasi klinis pada

adanya

JVP, perubahan

kardiak

suara tamponade yang mungkin terjadi pada

jantung, penuruna tingkat kesadaran.

perikarditis ketika akumulasi cairan

Pantau perubahan pada sensorik

eksudat pada rongga perikardial.


Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral

sebagai

dampak

sekunder

terhadap penurunan curah jantung


Kolaborasi dengan tenaga kesehatan Pembatasan natrium untuk mencegah,
lain: Pemberian diet jantung.
Pemberian vasodilator

mengatur, atau mengurangi edema.


Meningkatkan
curah
jantung,
menurunkan

volume

sirkulasi

dan

tahanan vaskular sistemik, juga kerja


ventrikel.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan curah jantung menurun.
Tujuan

Perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil

Mempertahankan atau mendemonstrasikan


perfusi jaringan adekuat secara individual
misalnya mental normal, tanda vital stabil,
kulit hangat dan kering, nadi perifer`ada atau
kuat, masukan/ haluaran seimbang.

Intervensi
Evaluasi status

mental.

Rasional
Perhatikan Indikator

yang

menunjukkan

terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, embolisasi sistemik pada otak. Emboli


muntah, peningkatan TD, nyeri dada, arteri, mempengaruhi jantung dan / atau
dispnea tiba-tiba yang disertai dengan organ vital lain, dapat terjadi sebagai
takipnea, nyeri pleuritik, sianosis, pucat

akibat dari penyakit katup, dan/ atau

disritmia

kronis.

Dapat

mencegah

pembentukan atau migrasi emboli pada


pasien endokarditis. Tirah baring lama,
membawa resikonya sendiri tentang
terjadinya fenomena tromboembolic.
Meningkatkan sirkulasi perifer dan
aliran

balik

menurunkan
thrombus.
Istirahatkan klien dengan tirah baring Mengetahui

vena

karenanya

resiko
respon

pembentukan
ginjal

dalam

optimal.
menurunkan curah jantung.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan Heparin dapat digunakan secara
lain: Berikan antikoagulan, contoh profilaksis bila pasien memerlukan
heparin, warfarin (coumadin)

tirah baring lama, mengalami sepsis


atau GJK, dan/atau sebelum/sesudah
bedah penggantian katup.
Catatan : Heparin kontraindikasi pada
perikarditis dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk
terapi setelah penggantian katup jangka
panjang, atau adanya thrombus perifer.

4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik


Tujuan

: Meningkatkan kemampuan beraktifitas anak

Kriteria Hasil :

Intervensi
Tingkatkan

Klien mampu bermobilisasi di tempat tidur

Aktivitas sehari hari klien terpenuhi

istirahat

dan

Rasional
berikan Mengurangi kebutuhan oksigen.

aktivitas senggang yang tidak berat.


Anjurkan
menghindari
tekanan Dengan mengejan dapat mengakibatkan
abdomen,

seperti

mengejan

saat bradikardi, menurunkan curah jantung

defekasi.
dan takikardi, serta peningkatan TD.
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan vena balik.
tinggikan kaki klien.
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot sehingga
sakit krisis.
Bantu mobilisasi pasien.

membantu vena balik.


Mencegah dekubitus.

5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di perikardium


Tujuan
Kriteria hasil

:
:

Tidak terjadi infeksi


- Akumulasi cairan (-)
- Tanda-tanda infeksi (-)

Intervensi
Pantau suhu pasien

Rasional
Suhu pasien merupakan tanda-tanda

Kolaborasi dengan tenaga kesehatan

terjadinya infeksi.
Perikardiosentesis merupakan tindakan

lain: Lakukan tindakan

aspirasi efusi.

perikardiosentesis.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan

Pungsi perikardium untuk konfirmasi

lain: Lakukan tindakan pungsi

dan mencari etiologi efusi sebagai

perikardium.

penegakan diagnosis.

6. Intervensi miokardium
a. Nyeri
Tujuan

Nyeri hilang atau terkontrol

Kriteria hasi

Nyeri berkurang atau hilang

Klien tampak tenang

Intervensi:
Intervensi
Rasional
Kolaborasi pemberian obat-obatan Dapat menghilangkan
sesuai indikasi (agen nonsteroid; menurunkan
aspirin,
steroid).

endocin;

antiseptic; menurunkan

respon
demam;

nyeri,

inflamasi,
steroid

diberikan untuk gejala yang lebih

Kolaborasi

pemberian

berat.
oksigen Memaksimalkan

suplemen sesuai indikasi.

ketersediaan

oksigen untuk menurunkan beban

kerja jantung.
Berikan lingkungan yang tenang Tindakan
ini

menurunkan

dan

fisik

tindakan

misalnya:

kenyamanan, ketidaknyamanan

perubahan

dan

posisi, emosional pasien.

gosokkan punggung, penggunaan


kompres

hangat

atau

dingin,

dukungan emosional.
Berikan teknik distraksi yang Mengarahkan kembali perhatian,
tepat.

memberikan

distraksi

dalam

tingkat aktivitas individu.


Memonitoring keluhan nyeri dada Pada nyeri ini memburuk pada
dan

factor

pemberat

atau inspirasi dalam, gerakan atau

penurunan. Perhatikan petunjuk berbaring

dan

hilang

dengan

nonverbal dari ketidaknyamanan, duduk tegak atau membungkuk.


misalnya: berbaring dengan diam
atau

gelisah,

tegangan

otot,

menangis.
7. Resiko tinggi terhadap penurunan curah janntung
Tujuan

Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban


kerja jantung

Criteria hasil

- Melaporkan atau menunjukan penurunan periode


dispnea,angina, dan disritmia.
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil

Intervensi
Intervensi
Rasional
Pertahankan tirah baring dalam posisi Menurunkan
semi-fowler.

beban

kerja

memaksimalkan curah jantung.

jantung,

Memberikan

tindakan

kenyamanan. Meningkatkan

relaksasi

dan

Misalnya : perubahan posisi, gosokan mengarahkan kembali perhatian


punggung, dan aktivitas hiburan dalam
toleransi jantung.
Kolaborasi pemberian

obat

sesuai Dapat diberikan untuk meningkatkan

indikasi, seperti digitalis, diuretic.

kontraktilitas miokard dan menurunkan

beban kerja jantung


Kolaborasi pemberian antibiotic atau Diberikan untuk mengatasi pathogen
antimicrobial intervena.
Memantau

frekuensi

yang

teridentifikasi

dan

mencegah

kerusakan jantung yang lebih lanjut


irama Memantu
menentukan
derajat

atau

jantung, TD, dan frekuensi pernafasan dekompensasi jantung dan pulmonal.


sebelum dan setelah aktivitas.

Penurunan

TD,

takikardia,

disritmia,dan takipnea adalah indikatif


dari

kerusakan

toleransi

jantung

terhadap aktivitas
Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan Memberikan deteksi dini dari terjadinya
jarak atau muffled tonus jantung, komplikasi. Misalnya :GJK, tamponade
murmur, gallop s3 dan s4.

jantung.

8. Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran agen infeksius


Tujuan

Tidak terjadi penyebaran infeksi.

Kriteria hasil

- suhu tubuh normal, 36,5-37 C nilai WBC normal


3800-9800/mcl

Intervensi
Intervensi
Kolaborasi pemberian antibiotic
Melakukan

tes

darah

Rasional
Antibiotic

untuk

mengurangi

agen

infeksius
lengkap Untuk mengetahui nilai WBC dan

memantau nilai granulosit dan WBC

granulosit sebagai indicator adanya

Observasi tanda-tanda vital.

infeksi.
Memantau
pasien

dan

perkembangan
melakukan

kondisi
tindakan

selanjutnya.
9. Intoleransi aktivitas
Tujuan

Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil

Perilaku

menampakan

kemampuan

untuk

memenuhi kebutuhan diri.


-

Pasien

mengungkapkan

mampu

untuk

melakukan bebrapa aktifitas tanpa di bantu.


Koordinasi otot, tulang, dan anggota gerak
lainnya baik

Intervensi
Intervensi
Rasional
Bantu psien dalam program latihan Saat inflamasi atau kondisi dasar
progresif bertahap sesegera mungkin teratasi,

pasien

mungkin

mampu

untuk turun dari tempat tidur, encatat melakukan aktivitas yang di inginkan,
respons tanpa tanda vital dan toleransi kecuali kerusakan meokard permanen
pasien pada peningkatan aktivitas
atau terjadi komplikasi
Mengkaji respons pasien terhadap Mioarditis menyebabkan inflamasi dan
aktivitas. Perhatikan adanya perubahan kemungkinan fungsi sel-sel miokard.
dan keluhan kelemahan, keletihan, dan
dispnea berkenaan dengan aktivitas
Pertahankan tirah baring selama Meningkatkan

resolusi

inflamasi

periode demam dan sesuai indikasi.


selama fase akut.
Kolaborasi
pemberian
oksigen Memaksimalkan katersediaan oksigen
suplemen sesuai indikasi
Memantau

frekuensi

untuk mengimbangi konsumsi oksigen


atau

yang terjadi dengan aktivitas


irama Membantu
menentukan

derajat

jantung, TD, dan frekuensi pernapasan dekompensasi jantung dan pulmonal.


sebelum dan setelah ativitas dan selama Penurunan TD, takikerdia, disritmie,
di perlukan

dan takipnea adalah indikatif dari


kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas

10. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiac output


Tujuan

Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3 x


24 jam

Kriteria hasil

- RR 30-60x /menit
- Nadi 120-140x /menit
- Suhu 36,5-37C
- Sianosis(-)
- Ekstremitas hangat

Intervensi
Intervensi
Beri oksigen sesuai kebutuhan

Rasional
Membantu

Observasi frekuensi dan bunyi jantung

output.
Frekuensi dan bunyi jantung yang

meningkatkan

cardiac

normal mengindikasikan aliran darah


lancer yang berarti perfusi jaringan
kembali normal.
Adanya
sianosi

Observasi adanya sianosis

atau

kebiruan

menunjukan adanya gangguan perfusi


jaringan
Memantau

Observasi TTV
Kolaborsi

dengan

dokter

perkembangan

kondisi

pasien
untuk Meningkatkan cardiac output

memberikan terapi
11.Kurang pengetahuan.
Tujuan

Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit


dan regimen pengobatan

Kriteria hasil

mengidentifikasi
kemungkinan

efek

samping

komplikasi

yang

obat

dan

perlu

di

perhatikan.
-

Memperlihatkan

perubahan

mencegah komplikasi
Intervensi

perilaku

untuk

Intervensi
Rasional
Kaji kesiapan dan hambatan dalam Perasaan sejahtera yang sudah lama
belajar termasuk orang terdekat.

dinikmati mempengaruhi minat pasien


atau orang terdekat untuk mempelajari

penyakit.
Jelaskan efek inflmasi pada jantung, Untuk bertanggungjawab
secara individual pada pasien. Ajarkan kesehatan
untuk

memperhatikan

sendiri,

gejala memahami

pasien

penyebab

terhadap
perlu
khusus,

sehubungan dengan komplikasi atau pengobatan dan efek jangka panjang


berulangnya dan gejala yang dilaporkan yang

diharapkan

dari

kondisi

dengan segera pada pemberi perawatan, inflamasi,sesuai dengan tanda/ gejala


contoh : demam,peningkatan nyeri dada yang
yang

tak

beratbadan,

biasanya,

menunjukkan

peningkatan kekambuhan/komplikasi.

peningkatan

toleransi

terhadap aktivitas.
Anjurkan pasien/orang terdekat dengan Informasi perlu untuk meningkatkan
dosis, tujuan dan efek samping obat; perawatan diri, peningkatan terlibat
kebutuhan diet;pertimbangan khusus; pada

program

aktivitas yang diijikan/dibatasi


komplikasi.
Kaji ulang perlunya antibiotic jangka Perawatan
panjang/terapy antimicrobial

lama/pemberian

terapeutik,mencegah
dirumah
antibiotic

sakit
IV/

antimicrobial perlu sampai kultur darah


negative/ hasil darah lain menunjukkan
tidak ada infeksi.

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung pada parietal
maupun viseral. Perikardium merupakan selaput luar pembungkus jantung yang
terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan parietal dan lapisan visceral. Kedua lapisan
tersebut akan bertemu dipangkal jantung dan akan membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan tersebut terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelican untuk
menjaga agar tidak terjadi gesekan sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
jantung.
Miokarditis merupakan proses peradangan pada jantung yang disebabkan oleh
bakteri,virus, riketsia dan parasit. Miokardium dapat disebut juga suatu
peradangan atau inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agenagen infeksi.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat sebaiknya harus lebih mengerti, memahami dan bisa
mengatasi penyakit yang bisa mengenai organ vital manusia, salah satunya
perikarditis dan miokarditis pada jantung. Selain itu, perawat harus bisa
mengidentifikasi bagaimana

penyakit tersebut dan mengetahui bagaimana

perbedaan di setiap penyakit. Sehingga akan didapatkan pelayanan yang maksimal


dari seorang perawat kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C dan Joann C. Hakley. Keperawatan Medikal Bedah: Buku
Saku untuk Brunner dan Suddarth. Alih bahasa oleh Yasmin Asih. 2000.
Jakrta: EGC.
Betz, Cecily Lynn & Sowden, Linda .A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Hayes, Peter .C & Mackay, Thomas .W. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi.
Jakarta: EGC.
Mitchell, Richard N. Et al. 2008. Buku Saku Dasar Patofisiologis Penyakit
Robbins Dan Cotran. Ahli bahasa: Andry Hartono. Jakata: EGC.
Muttaqien, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai