Anda di halaman 1dari 22

Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai
berikut:

1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

2. Resiko tinggi trauma b.d. kehilangan integritas tulang (fraktur).

3. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah


(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

4. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan


membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

5. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,


terapi restriktif (imobilisasi)

6. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi

7. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,


taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

8. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi

9. Resiko kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi fisik.

10. Gangguan pola tidur b.d nyeri trauma

C. Rencana / Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b/d spasme otot dan gerakan sekunder terhadap fraktur.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau
hilang.
NOC:
NOC 1: Level Nyeri
Kriteria Hasil:
a). Laporkan frekuensi nyeri
b). Kaji frekuensi nyeri
c). Lamanya nyeri berlangsung
d). Ekspresi wajah terhadap nyeri
e). Kegelisahan
f). Perubahan TTV
NOC 2: Kontrol Nyeri
Kriteri Hasil:
a). Mengenal faktor penyebab
b). Gunakan tindakan pencegahan
c). Gunakan tindakan non analgetik
d). Gunakan analgetik yang tepat
NIC: Manajemen Nyeri
a) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi,
b) frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.
c) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika
tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
d) Berikan analgetik dengan tepat.
e) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
f) Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery,terapi
musik,distraksi)

2. Resiko tinggi trauma b.d. kehilangan integritas tulang (fraktur).


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi trauma.
NOC: Risk Control
Kriteria Hasil:
a. Memonitor faktor resiko lingkungan
b. Memonitor faktor resiko perilaku pasien
c. Menggunakan pelayanan kesehatan kongruen dengan kebutuhan
d. Memonitor perubahan status kesehatan
e. Partisipasi dalam perawatan untuk identifikasi resiko
NIC: Enviromental Manaement: Safety
a. Identifikasi keamanan yang dibutuhkan pasien, pada tingkat fungsi fisik dan kognitif
dan perilaku yang lalu
b. Identifikasi keselamatan pasien terhadap bahaya dalam lingkungan (fisik, biologi,
kimia)
c. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan resiko bahaya.
d. Monitor perubahan lingkungan dalam kondisi keamanan dan keselamatan pasien.
3.Resiko disfungsi neurovaskuler b.d. penurunan aliran darah
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan neurovaskuler perifer
berfungsi kembali.
NOC: Circulation Status
Kriteria Hasil:
a) Nadi normal
b) Tekanan vena sentral normal
c) Perbedaan arteriol-venous oksigen normal
d) Peripheral pulse kuat
e) Tidak terjadi cedera peripheral
f) Tidak terjadi kelemahan yang berlebihan
NIC:
NIC 1: Exercise Therapy
a. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efek dari fungsi
b. Monitor lokasi ketidaknyamanan selama pergerakan
c. Dukung ambulasi
NIC 2: Circulatory Care
a. Evaluasi terhadap edema dan nadi
b. Inspeksi kulit terhadap ulser
c. Dukung pasien untuk latihan sesuai toleransi
d. Kaji derajat ketidaknyamanan/nyeri
e. Turunkan ekstremitas untuk memperbaiki sirkulasi arterial
4. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan tidak
mengalami gangguan pertukaran gas.
NOC: Respiratory Status : Gas exchange, ventilation, vital Sign Status.
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekua
b. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
d. Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC
NIC 1 : Airway Management
a) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
NIC 2 : Respiratory Monitoring
a) Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
b) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
c) Monitor suara nafas, seperti dengkur
d) Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
5. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga
tidak mengalami kecemasan.
NOC: Control Cemas
Kriteria Hasil:
a) Monitor Intensitas kecemasan
b) Menurunkanstimulasi lingkungan ketika cemas
c) Menggunakan strategi koping efektif
d) Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e) Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
NIC: Penurunan Kecemasan
a) Tenangkan Klien
b) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan
c) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
d) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.
e) Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.
6. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai pengobatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan
keluarga bertambah
NOC: Pengetahuan (proses penyakit).
Kriteria Hasil:
a) Mengenal tentang penyakit
b) Menjelaskan proses penyakit
c) Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d) Menjelaskan faktor resiko
e) Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f) Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit
NIC:
NIC 1: Health Care Information exchange
a) Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain
b) Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan
keperawatan setelah penjelasan
c) Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan
d) Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.
e) Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan
NIC 2: Health Education
a) Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau mengurangi
dalam perilaku kesehatan.
b) Jelaskan pengaruh kesehatan dan perilaku gaya hidup individu,
keluarga/lingkungan.
c) Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program perawatan.
d) Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk membuat perilaku
kondusif.
7. Resiko tinggi infeksi b.d. trauma jaringan (prosedur invasif)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak
terjadi.
NOC:
NOC 1: Deteksi Infeksi
Kriteria Hasil:
e) Mengukur tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi
f) Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
g) Mampu mengidentifikasi potensial resiko
NOC 2: Pengendalian Infeksi
Kriteria Hasil:
a) Pengetahuan tentang adanya resiko infeksi
b) Mampu memonitor faktor resiko dari lingkungan
c) Membuat strategi untuk mengendalikan resiko infeksi
d) Mengatur gaya hidup untuk mengurangi resiko
e) Penggunaan pelayanan kesehatan yang sesuai
NIC: Teaching diases proses
a) Deskripsikan proses penyakit dengan tepat
b) Sediakan informasi tentang kondisi pasien
c) Diskusikan perawatan yang akan dilakukan
d) Gambaran tanda dan gejala penyakit
e) Instruksikan pasien untuk melaporkan kepada perawat untuk melaporkan tentang
tanda dan gejala yang dirasakan.
8. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan neurovaskuler
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang paling tinggi
NOC: Mobility level
Kriteria Hasil:
h) Keseimbangan penampilan Memposisikan tubuh
i) Gerakan otot
j) Gerakan sendi
k) Ambulansi jalan
l) Ambulansi kursi roda
NIC: Exercise Therapy: Ambulation
a) Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan dan cegah
Kecelakaan atau jatuh.
b) Tempatkan tempat tidur pada posisi yang mudah dijangkau/diraih pasien.
c) Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi sesuai
kebutuhan
d) Monitor pasien dalam menggunakan alat bantujalan yang lain
e) Instruksikan pasien/pemberi pelayanan ambulansi tentang teknik
ambulansi.
9. Resiko kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas
kulit tidak terjadi.
NOC: Integritas Jaringan: kulit dan membran mukosa
Kriteria Hasil:
a) Sensasi normal
b) Elastisitas normal
c) Warna
d) Tekstur
e) Jaringan bebas lesi
f) Adanya pertumbuhan rambut dikulit
g) Kulit utuh
NIC: Scin Surveilance
a) Observation ekstremitas oedema, ulserasi, kelembaban
b) Monitor warna kulit
c) Monitor temperatur kulit
d) Inspeksi kulit dan membran mukosa
e) Inspeksi kondisi insisi bedah
f) Monitor kulit pada daerah kerusakan dan kemerahan
g) Monitor infeksi dan oedema
10. Gangguan pola tidur b.d nyeri trauma
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan istirahat tidur terpenuhi
NOC :
Kriteria Hasil:
a). Laporkan frekuensi tidur
b). Kaji frekuensi tidur
c). Lamanya waktu tidur
e). Kaji faktor gangguan tidur
NIC :
Kriteri Hasil:
a). Mengenal faktor penyebab
b). Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
c). Ajarkan klien atau orang terdekat tentang faktor lain yang dapat menyebabkan
gangguan pola tidur
11. Defisit perawatan diri
NOC:
Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari: kemampuan untuk melakukan tugas
fisik paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi
Personal hygiene : kemampuan untuk mempertahankan hygnie dirinya
Tujuan/Kriteria Hasil:
a. Menerima bantuan / perawatan total dari pemberi perawatan
b. Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygine
mulut.
c. Mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk kekamar mandi menyediakan
perlengkapan mandi

NIC:
Mandi :membersihkan tubuh berguna untuk relaksasi, kebersihan dan penyembuhan
Bantuan perawatan diri, mandi/hygine : membantu pasien untk memenuhi hygine
pribadi
Aktivitas Keperawatan
a. Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
R: pasien dapat ber mobilitas
b. Kaji kondisi kulit saat mandi
R: agar pasien terlihat segar
c. Ajarkan pasien/ keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan hygine
mulut
R: dibantu keluarga/ perawat utk memandikan/ diseka
d. Libatkan keluarga dalam penentuan rencana
R : agar keluarga tetap memperhatihan hygine pasien
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC


Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3,
Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :
EGC
Elisabet J.2000. Patofisiologi . Penerbit Buku Kedokteran . Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta: EGC
Wilkinson, Nancy R. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/07/30/fraktur-patah-tulang/
www.nursesblog.askep-askep-fraktur.com
https://seekerofthetruth12.wordpress.com/2010/12/14/bone-healing-komplikasi-
dan-prognosis-fraktur/

BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui
mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu
seperti kanker tulang dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang
sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki
sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik .
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat .
7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada
dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien
seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,
pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien
melakukan olahraga atau tidak.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari
yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada
lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada
pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola
Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan
pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur .
d) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain
yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada
beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan
yang lain
e) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien
harus menjalani rawat inap
f) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan
akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
g) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya
tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur
h) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual
karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak, lama perkawinannya
i) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh
klien bisa tidak efektif.
j) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien
b. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi
hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
1. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda, seperti:
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada
keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus
fraktur biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri
tekan.
2) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri kepala.
3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
4) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk.
Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
5) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
6) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
7) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
9) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
10) Paru
a)Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien
yang berhubungan dengan paru.
b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c)Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor
dan ronchi.
11) Jantung
a) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
12) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

c) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d) Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
13) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai
status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia,
Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
a)Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).
(b) Cape au lait spot (birth mark).
(c) Fistulae.
(d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
(abnormal).
(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
b) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari
posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary refill time
Normal 3 5
(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama
disekitar persendian.
(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau
distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler.
Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan
ukurannya.
c)Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan
ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan
lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari
titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah
ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan
aktif dan pasif.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan
sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan
kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.
Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari
bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang
dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
1) Bayangan jaringan lunak.
2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga
rotasi.
3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang
kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di
ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari
tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino
Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme
penyebab infeksi.
b.Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas
tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada

Anda mungkin juga menyukai