Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

“VAGINITIS”

KELOMPOK 2
ANGGI ARISTA 201801003
DYLAN VAHLERI RAMADHAN 201801269
ELIN PUSPITA SARI 201801013
LENI MARLINA 201801018
NOVIANTI 201801024
NUR RIZKA BERLIN 201801025
NURUL FAJRIA 201801029
NUR SINTA HANDAYANI 201801028
PUTRI CLARA PERDANI 201801033
SARTINA 201801036
SISKHA MAUDY PUTRI 201801040
SUKMAWATY 201801044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPERAWATAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan shingga kami dapat
menyelsaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kesehatan, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelsaikan pembuatan makalah dengan judul “ GANGGUAN SISTEM
REPRODUKSI “VAGINITIS “ ”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Definisi......................................................................................................2
B. Etiologi......................................................................................................2
C. Patofisiologi...............................................................................................3
D. Pathway.....................................................................................................4
E. Manifestasi Klinis......................................................................................5
F. Klasifikasi..................................................................................................5
G. Pencegahan................................................................................................6
H. Penatalaksanaan.........................................................................................7
I. Komplikasi................................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................8
A. Pengkajian.................................................................................................8
B. Diangnosa keperawatan.............................................................................9
C. Rencana Keperawatan...............................................................................9
D. Implementasi.............................................................................................11
E. Evaluasi.....................................................................................................12
BAB IV PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka
memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah
mukosa vagina lembab. Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa
berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri, jamur serta virus yang
bisa dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,
seperti yang terdapat di daerah vagina yang biasa disebut sebagai vaginitis.
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis dapat terjadi
secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan
mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung
nanah yang keluar dari daerah ulkus. Vaginitis disebabkan oleh jamur dan
bakteri akibat tidak bersihnya genetalia, gejala pada vaginitis biasanya disertai
keluar cairan vagina atau keputihan yang abnormal, dikatakan abnormal karena
keputihan tersebut sangat berlebihan berbau dan terjadi iritasi disekitar vagina,
vaginitis bisa juga di sebabkan bawaan pada saat bersalin karena kurangnya
keseterilan dari alat atau dari henskun si penolong yang kurang seteril.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Vaginitis ?
2. Apa etiologi Vaginitis ?
3. Bagaimana patifisiologi Vaginitis ?
4. Bagaimana pathway Vaginitis ?
5. Apa manifestasi klinis Vaginitis ?
6. Bagaimana klasifikasi Vaginitis ?
7. Bagaimana pencegahan Vaginitis ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Vaginitis ?
9. Apa komplikasi Vaginitis ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Vaginitis
2. Mengetahui etiologi Vaginitis
3. Mengetahui patofisiologi Vaginitis
4. Mengetahui pathway Vaginitis
5. Mengetahui manifestasi klinis Vaginitis
6. Mengetahui klasifikasi Vaginitis
7. Mengehatui pencegahan Vaginitis
8. Mengetahui penatalaksanaan Vaginitis
9. Mengetahui komplikasi Vaginitis

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka
memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah
mukosa vagina lembab. Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab
bisa berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri, jamur serta virus
yang bisa dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan
penyakit,seperti yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai
vaginitis. Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2001). Vaginitis adalah suatu
peradangan pada lapisan vagina.
Vaginitis dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka
perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan
getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Vaginitis di
sebabkan oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala pada
vaginitis biasanya di sertai keluar cairan vagina atau keputihan yang
abnormal,di katakan abnormal karena keputihan tersebut sangat berlebihan
berbau dan terjadi iritasi di sekitar vagina,vaginitis bisa juga di sebabkan
bawaan pada saat bersalin karena kurangnya keseterilan dari alat atau dari
handscoon si penolong yang kurang steril.
B. Etiologi
1. Infeksi
a. Bakteri(misalnya klamidia, gonokokus)
b. Jamur(misalnya kandida)
c. Protozoa(misalnya trichomonas vaginalis)
d. Virus(misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes)
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif.
a. Kondom
b. Sabun pembersih genitalia dan pelembut pakaian
c. Deodoran
d. Zat didalam air mandi
e. Pakaian dalam yang terlalu ketat dan tidak menyerap keringat
3. Tumor atau jaringan abnormal lainnya
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormonal

2
C. Patofisiologi
Bila keseimbangan mikroorganisme berubabah, maka organisme yang
berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C.
Albicans pada kasus infeksimonolia serta G. Vagina dan bakteri anaerob pada
kasus vaginitis non spesifik beproliferasi sampai suatu konsentrasi yang
berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme lainnya, oragnisme ditularkan
melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti
trichomonas vaginalis dan nisseria gonorrhoea dapat menimbulkan gejala.
Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradagan terhadap
organisme yang menginfeksi dan menarik leukosit serta melepaskan
prostaglandin dan komponenn respon peradangan lainnya. Gejala
ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina
lokal terhadap infeksi T.Vaginalis atau C. Albicans. Organisme tertentu yang
menirik leukosit, termasuk T. Vaginalis, menghasilkan sekret kurulen.
Diantara wanita dengan vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh
terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob.
Histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local.
Produk lainnya dapat merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan infeksi
lainnya.

3
D. Pathway

Zat Asing Candida albitans Nisscria gonnorrboca Perubahan hormonal


triichomonas vaginalis

Resiko
Hygiene kuranga Hubungan sexual
tertular

Peningkatan konsentrasi Infeksi epitel


Flora normal vagina

Vaginitis

Ig E Stimulation

Histamin SRS-A Prostaglandin Bradikinin Leukotrienes

Hiperter
Efek vasodilatasi secret Peradangan
mi
Local purulen
Resiko tinggi
kesrusakan Gatal Edema
integritas kulit
Lesi Eritcma

Perubahan pola
Nyeri
eliminasi (disuria

Andictas

4
E. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal
dari vagina.Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya
menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering
tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya
bermacam-macam. Misalnya bisa seperti kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih,
abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan
hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin
menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri
semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar
pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina
keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita
penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi  karena
Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih,
hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-gatal
yang sangat hebat. Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah,
bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks  (leher rahim) atau endometrium.
Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan
hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan
oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker
stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka yang
menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses.
Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis.
Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah
vulva. Vulvitis dapat juga menyebabkan nyeri lokal sebagai tambahan pada
gejala-gejal  diatas. Nyeri pada areavulvar dirujuk sebagai vulvodynia
F. Klasifikasi
1.Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans.
Penyebab : Hygiene yang kurang. Pertumbuhan Candida yang berlebihan,
karena kadar glukosa darah yang tinggi, dan pemberian
antibiotik berspektrum luas.
Tanda dan gejala :
a. Pruritus vulvae.
b. Nyeri vagina yang hebat
c. Disuria ekstern  dan interna.
d. Rash pada vulva.
e. Eritematosa.
f. Sekret khas seperti keju lembut.

5
2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Penyebab : hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
a. Secret banyak dan bau busuk.
b. Disuria eksterna dan interna.
c. Pruritus vulva.- Edema vulva.
3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis.
Penyebab : Hygiene yang kurang dan Hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
a. Vagina berbau busuk dan amis.
b. Sekret encer, kuning sampai abu-abu.
4. Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi
estrogen.
Penyebab : pasca menopause rentan terhadap infeksi.
Tanda dan gejala :
a. Pendarahan pervaginam.
b. Disuria eksterna.
c. Pruritus.
d. Dispareunia.
e. Permukaan vagina merah muda, pucat.
G. Pencegahan
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang 
dandapat meredakan beberapa gejala:
1. Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar
daerah genital setelah mandi, dan mengeringkan area genitalia dengan
baik untuk mencegah iritasi. Jangan menggunakan sabun wangi atau
kasar, seperti yang dengan deodoran atau antibakteri.
2. Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
3. Bersihkan dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari
penyebaran bakteri dari tinja ke vagina.

Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:


1. Jangan gunakan douche.  Berulang menggunakan douche
mengganggu organisme normal yang berada divagina dan dapat
benar-benar meningkatkan risiko infeksi vagina. Douche tidak
menghilangkan sebuah infeksi vagina.
2. Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
3. Gunakan pakaian katun dan stoking dengan pemba

6
H. Penatalaksanaan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air
bisa membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis
perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung
kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa
dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi
pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena
bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul. Jika akibat infeksi
Labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama
lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain antibiotik, untuk
infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih
asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi menular
seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati
pada saat yang sama. Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi
dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet,
plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan
menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat
dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun
gliserin). Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan
kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin. Untuk
mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan
krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau
tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek
lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda
nyeri
I. Komplikasi
1. Endometritis
Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian mungkin karena
perubahan pH, bisa menyebabkan peningkatan angka endometritis
2. Salpingitis
Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar
ke tuba uterine
3. Servisitis
Peradangan ini dapat terjadi bila infeksi menyebar ke serviks

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
a. Nyeri
b. Luka
c. Perubahan fungsi seksual
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang
Keluhan klien menderita infeksi alat kelamin
b. Dahulu
Riwayat keluarga mempunyai penyakit gangguan reproduksi
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Bagial Luar
1) Inspeksi
2) Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan
klien
3) Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan
eksoria
4) Labia mayora, minora, klitoris, miatus uretra terhadap
pembengkakan ulkus, keluaran dan nodul.
b. Periksaan Bagian Dalam
1) Inspeksi
Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula, masa, keluaran dan
warnanya.
2) Palpasi
a) Raba dinding vagina : nyeri tekan dan nodula
b) Serviks : posisi, ukuran, konsistensi, regulasi, mobilitas dan
nyeri tekan.
c) Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
d) Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri
tekan.

8
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplai
vaskularisasi atau efek samping therapy / tindakan
2. Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan
pembedahan
3. Perubahan pola eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan
oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya, gangguan
sensorik / motorik.

C. Rencana Keperawatan
1. Nyri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplai
vaskulariusasi atau efek samping therapy / tindakan
a. Tujuan : nyeri berkurang / dapat teratasi dengan kriteria :
1) Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
2) Dapat mengontrol ADLs seminimal mungkin.
3) Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivits
diversional sesuai situasi individu.
b. Intervensi
1) Kaji riwayat nyeri seperti lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas
(skala 1-10) dan upaya untuk mengurangi nyeri
2) Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas
diversional
3) Dorongan penggunaan stress managemen seperti tehnik relaksasi,
visualisasi, komunikasi terapeutik melalui sentuhan
4) Evaluasi / kontrol berkurangnya rasa nyeri. Seusaikan pemberian
medikasi sesuai kebutuhannya.
5) Kolaborasi : imbangkan rencana managemen penanganan sakit
dengan klien dan dokter. Beri analgetik seusia indikasi dan dosis
yang tepat.
c. Rasional
1) Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas
intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu
bervariasi karena mengganggu fisik dan psikologi.
2) Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
3) Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan
kontrol
4) Tujuan umum / maksimal mengontrol tingkat nyeri dan minimum
ada keterlibatan dalam ADLs.

9
5) Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam
mengontrol rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam
perawtan di rumah.
6) Nyeri merupakan dampak / komplikasi suatu tindakan atau
keadaan penyakit serta perbedaan respon individu.
2. Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan
pembedahan
a. Tujuan : gambaran diri berkembang secara pasif dengan kriteria :
1) Mengerti tentang perubahan pada tubuh.
2) Menerima situasi yang terjadi pada dirinya
3) Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.
4) Menunjukan penyesuaian terhadap perubahan.
5) Dapat menerima realita.
6) Hubungan inerpersonal adekuat
b. Intervensi
1) Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna
membantu klien agar dapat aktif kembali sesuai ADLs
2) Review / antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang
dilakukan termasuk efek yang mengganggu aktifitas seksual
3) Dorongan untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan
masalah dari efek yang terjadi.
4) Beri informasi / konseling sesering mungkin
5) Beri dorongan / support psikologis
6) Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi
(pertahankan kontak mata)
7) Kolaborasi :
a) Refer klien pada kelompok program tertentu
b) Refer pada sumber / ahli lain sesuai indikasi
c. Rasional
1) Menerima dan mengerti tentang hal-hal yang dilakukan
merupoakan awal proses penyelesaian masalah.
2) Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses
adaptasi dalam mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi.
3) Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan
keterlibatan sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan
4) Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik
koping sesuai kebutuhan
5) Klien dengan gangguan mioplasma kanker membutuhkan support
tambahan selama periode tersebut

10
6) Penghargaan dan perhartian merupakan hal penting yang
diharapkan klien guna menurunkan perasaan klien akan keraguan /
ketidaknyamanan
7) Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan
meningkatkan kontak dengan klien lain dengan masalah sama.

3. Perubahan pola eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan


oleh massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya, gangguan
sensorik / motorik.
a. Tujuan : pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan kriteria hasil
ibu memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan
untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
b. Intervensi dan rasional
1) Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional : melihat perubahan pola eliminasi klien
2) Lakuak palpasi pada kandung kemih, observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
Rasional : menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien.
3) Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air
hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.
Rasional : mencegah terjadinya retensi urine

D. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencaoai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mecapai tujuan
yang di harapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan meliputi peningkatan kesehatan
atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan di catat ke
dalam format yang telah di tetapka institusi.
Penatalaksanaan bisa dilakukan dengan cara seperti berikut :
1. Menjelaskan pada klien tentang beberapa penyebab terjadinya
keputihan adalah jarmur/bakteri (karena kurang bersih dalam menjaga
kebersihan daerah kelamin), atau adanya penyakit lain (tumor).

11
2. Menjelaskan kepada klien bahwa keputihan dapat terjadi itu secara
normal atau tidak normal. Keputihan yang normal yaitu keputihan yang
terjadi pada saat sebelum menstruasi, pada saat hamil, tetapi menjadi
tidak normal jika pengeluaran lendir secara berlebihan dan terus-
menerus, berbau dan biasanya menimbulkan rasa gatal.
3. Menjelaskan kepada klien tentang beberapa yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kekambuhan dari keputihan adalah :
a. Menjaga kebersihan genetalia dengan baik (bersihkan dari arah
depan ke belakang dengan menggunakan sabun)
b. Mengganti celana dalam, gunakan celana dalam yang katun dan
tipis serta mudah menyerap keringat.
c. Anjurkan kepada pasangan untuk ikut kontrol serta meminum obat
yang diberikan dokter agar tidak terjadi saling menularkan penyakit.
4. Menganjurkan kepada klien untuk kontrol secara rutin dan
menghabiskan obat yang diberikan dokter meskipun keluhan sudah
berkurang.
5. Menganjurkan kepada klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah
di jelaskan oleh petugas.

E. Evaluasi
1. Tingkat kenyamanan pasien kembali seperti sebelum sakit
2. Pola seksualitas dapat berfungsi secara normal.
3. Tidak terjadi inveksi
4. Klien mengerti mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vaginitis adalah peradangan yang terjadi pada vagina yang disebabkan
oleh infeksi dari bakteri, jamur dan virus. Penyakit ini dapat menular melalui
hubungan suami istri. Tetapi penyakit ini juga bisa sembuh dengan terapi obat
yang di berikan oleh tenaga kesehatan. Gejala dari penyakit ini adalah dengan
keputihan yang mengganggu yaitudengan keputihan yang jumlah banyak berbau d
an gatel. Cara mudah mencegah penyakit iniadalah dengan menjaga selalu kebersi
han daerah genetal anda.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah jauh dari kata sempurna, maka dari itu 
bagi pembaca yang mempunyai kritik dan saran yang bersifat membangun
kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2004). Buku keperawtan maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC

Edge, V. (1993). Women’s health care. VSA : Von Hoffman Press.

Manuaba, Ida Bagus. (2001). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC

Padjadjaran, Universitas. (1981). Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.

Sinklair, C.C.R., Webb,J.B. (1992). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandung
untuk pemula. Jakarta : Binarupa Aksara

Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita selekta obsterti dan ginekologi. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, H. (1999). Ilmu kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono.

14

Anda mungkin juga menyukai