DI SUSUN OLEH :
S1 - Keperawatan
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT ,yang atas Rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “MAKALAH & ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERPARATIROID”. Penulisan Makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2.
Dalam penulisan Makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
Teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
Kritik dan Saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
Makalah ini.
Dalam penulisan Makalah ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah ini,
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami, serta pihak pihak pendukung yang tidak
dapat kami cantumkan satu per satu.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................ i
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
A. Pengertian Hiperparatiroid............................................................................... 3
B. Klasifikasi Hiperparatiroid............................................................................... 4
C. Etiologi Hiperparatiroid................................................................................... 5
D. Manifestasi klinik Hiperparatiroid................................................................... 6
E. Patofisiologi Hiperparatiroid............................................................................ 7
F. Komplikasi Hiperparatiroid............................................................................. 9
G. Pemeriksaan penunjang Hiperparatiroid.......................................................... 9
H. Penatalaksanaan Hiperparatiroid...................................................................... 10
I. Konsep Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
B. Penutup ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat- zat
kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke
dalam darah dan cairan limfe, beredar ke dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus
(saluran). Permukaan sel kelenjar menempel pada dinding stenoid/kapiler darah. Hasil
sekresinya disebut hormon. Hormon merupakan bahan yang dihasilkan tubuh oleh organ
yang memiliki efek regulatorik spesifik terhadap aktivitas organ tertentu, yang disekresi
oleh kelenjar endokrin, diangkut oleh darah ke jaringan sasaran untuk mempengaruhi
atau mengubah kegiatan alat atau jaringan sasaran.
Sistem endokrin sendiri terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama
dengan sistem saraf, memiliki peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ
tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat yang disebut dengan hormon. Kelenjar
endokrin terdiri dari kelenjar hipofisis (pituitari), tiroid, paratiroid, adrenal, pulau-pulau
Langerhans pankreas, ovarium dan testis. Dari masing-masing kelenjar tersebut,
menghasilkan masing-masing hormon yang memiliki fungsi masing-masing pula.
Dalam makalah ini akan dibahas terkait dengan kelenjar paratiroid, yaitu kelenjar
yang menghasilkan hormon paratiroksin yang diperlukan untuk menaikkan kadar
kalsium. Produksi hormon paratiroid akan meningkat apabila kadar kalsium di dalam
plasma menurun dalam keadaan fisiologi normal. Salah satu fungsi kelenjar paratiroid
adalah menjaga konsentrasi ion kalsium plasma dalam batas sempit meskipun terdapat
variasi-variasi yang luas, mengontrol eksresi kalsium dan fosfor oleh ginjal,
mempercepat absorbsi kalsium di intestinum dan menstimulasi transpor kalsium dan
fosfat melalui membran dari mitokondria.
Jika salah satu fungsi kelenjar paratiroid terganggu, terdapat gangguan pada kelenjar
paratiroid yang salah satunya disebut dengan hiperparatiroid. Hiperparatiroid merupakan
produksi berlebihan hormon paratiroid yang ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan
1
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Pada pasien dengan
hiperparatiroid, satu dari ke empat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat
kadar hormon paratiroid menjadi tinggi tanpa memperdulikan kadar kalsium. Dengan
kata lain akan terjadi sekresi hormon yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah
normal atau meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimasud dengan Hiperparatiroid ?
2. Bagaimanakah klasifikasi Hiperparatiroid ?
3. Apa etiologi dari Hiperparatiroid ?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari Hiperparatiroid ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Hiperparatiroid ?
6. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Hiperparatiroid ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Hiperparatiroid ?
8. Apa saja penatalaksanaan pada Hiperparatiroid ?
9. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada kasus Hiperparatiroid ?
10. Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian dari Hiperparatiroid.
2. Mengetahui tentang klasifikasi dari Hiperparatiroid.
3. Mengetahui tentang etiologi dari Hiperparatiroid.
4. Mengetahui tentang manifestasi klinik dari Hiperparatiroid.
5. Mengetahui tentang patofisiologi dari Hiperparatiroid.
6. Mengetahui tentang komplikasi yang bisa terjadi dari Hiperparatiroid.
7. Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada Hiperparatiroid.
8. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada Hiperparatiroid.
9. Mengetahui tentang konsep Asuhan Keperawatan pada kasus Hiperparatiroid.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hiperparatiroid
3
Hiperparatiroid adalah produksi berlebihan hormon paratiroid oleh kelenjar paratiroid,
ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan pembentukan batu ginjal, yang mengandung
kalsium. (Brunner & Suddarth, 2002)
B. Klasifikasi Hiperparatiroid
1. Hiperparatiroid Primer
Adalah penyakit endokrin yang ditandai dengan hipersekresi hormon paratiroid.
Hiperparatiroid primer adalah yang paling tersering.
2. Hiperparatiroid Sekunder
Merupakan kondisi yang terjadi akibat dari stimulasi faktor eksternal terhadap
kelenjar paratiroid untuk meningkatkan sekresi PTH. Pada hiperparatiroid sekunder
tidak pernah ditemukan peningkatan serum kalsium. Hal ini merupakan konsekuensi
dari kondisi hipoparatiroid kronis. Pada kondisi ini hormon paratiroid bekerja pada
tulang dan dapat menyebabkan penyakit tulang yang parah. Biasanya terjadi pada
pasien gagal ginjal dan pasien dengan diet rendah vitamin D (riketsia). Merupakan
komplikasi yang sering dan serius pada pasien hemodialisis.
3. Hiperparatiroid Tersier
Adalah sekresi berkelanjutan dari jumlah hormon paratiroid yang banyak setelah
terjadi hiperparatiroid sekunder yang berkepanjangan. Pada hiperparatiroid tersier
biasanya terdapat hiperplasia asimetris pada kelenjar paratiroid. Dapat juga terjadi
setelah transplantasi ginjal.
Dari klasifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa hiperparatiroid primer
merupakan kejadian yang paling sering dan kerusakan diakibatkan karena adanya
kerusakan pada kelenjar paratiroid sendiri. Sedangkan pada hiperparatiroid sekunder,
diakibatkan karena kerusakan pada organ lain yang menyebabkan kerusakan kelenjar
paratiroid. Dan hiperparatiroid tersier, diakibatkan kerusakan pada kelenjar paratiroid
sendiri dan kerusakan akibat dari organ lain, sehingga hiperparatiroid tersier
merupakan gabungan antara hiperparatiroid primer dan sekunder.
4
C. Etiologi Hiperparatiroid
1. Hiperparatiroid Primer
Disebabkan oleh sekresi PTH yang tidak normal sehingga meimbulkan hiperkasemia
(Taniegra, 2004). Penyebabnya antara lain :
Adenoma pada salah satu kelenjar paratiroid, penyebab tersering sekitar 85%
Hipertrofi pada keempat kelenjar paratiroid (hiperplasia paratiroid) dan adenoma
multipel sekitar 15%
Karsinoma pada kelenjar palatiroid sekitar <1%
Radiasi ionisasi secara eksternal pada leher, dengan presentasi yang minimal
Mendapatkan terapi garam lithium (untuk psikosis), dapat menyebabkan overaktif
kelenjar paratiroid, dengan aktivitas yang berlebihan tetap muncul meskipun setelah
pemutusan pengobatan (terapi)
Sebagian kecil disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar paratiroid yang dapat
diwariskan sekitar 20%
2. Hiperparatiroid Sekunder
Pada hiperparatiroid sekunder, merupakan hasil dari respon paratiroid secara
patofisiologik atau fisiologis pada hipokalsemia yang berusaha mempertahankan
homeostasi kalsium. Berapa penyebabnya antara lain :
Gagal ginjal kronis, merangsang produksi hormone paratiroid berlebih, salah
satunya hipokalsemia, kekurangan produksi vitamin D karena hiperpospatemia
berperan penting dalam perkembangan hyperplasia paratiroid yang akhirnya
berkembang menjadi hiperparatiroid sekunder
Kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit (defisiensi vitamin D, kelainan
gastrointestinal).
Malabsorbsi, pada kelainan hepato bilier
Kegagalan satu atau lebih komponen dari mekanisme homeostatik kalsium
Metastase kanker prostat
Hungry Bone Syndrome
Genetik (pseudohypoparathyroidsm)
5
3. Hiperparatiroid Tersier
Perubahan fungsi otonom jaringan paratiroid yaitu hiperparatiroidisme
hypercalcemic
Hiperparatiroid sekunder yang berlansung lama
Penyakit ginjal kronis yang berlangsung lama
Gejala hipokalsemia yang lama (biasanya akibat gagal ginjal kronis),
menyebabkan kelenjar paratiroid menjadi hiperplasia, sekresi yang berlebihan
dari PTH dari kelenjar paratiroid menghasilkan hiperkalsemia. (Taniegra, 2004)
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya
beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah,
konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan
peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari
emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan
oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium akan
menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan otot.
6
E. Patofisiologi Hiperparatiroid
Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi
kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat
meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan penurunan kreanini
klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat mengendap pada
jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul pada kulit, jaringan
subkutis, tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago (khondrokalsinosis). Vitamin D
memainkan peranan penting dalam metabolisme kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH
untuk bekerja di target organ.
7
Patofisiologi Hiperparatiroid
Kekurangan Vitamin D Adenoma paratiroid Kadar kalsium darah yang rendah Peningkatan cepat dari konsentrasi
serum hormon paratiroid
Karsinoma sel
skuamosa HIPERPARATIROID
Reabsorbsi kalsium
PTH di sirkulasi Vitamin D3 aktif dalam ginjal
meningkat
Ekskresi kalsium dalam urin Mudah terjadi absopsi kalsium makanan di usus
Penurunan Ekskresi kalsium Kadar peningkatan Otak dan sistem Jantung Lambung
kerja ginjal dan dan dan fosfor kalsium saraf
gagal ginjal ekstraseluler dan
mengendap di
Konsentrasi Aritmia Sekresi asam
jaringan
menurun, depresi lambung
, gangguan
Deminerali
kesadaran,
sasi tulang Rasa sakit
Psikosis,
atau nyeri
Iritabilitas
Terdapat sel-sel
raksasa benigna
Tumor tulang
8
F. Komplikasi Hiperparatiroid
Ø Dehidrasi
Ø Batu ginja
Ø Hiperkalsemia
Ø Osteoklastik
9
g. Pemeriksaan EMG (Elektromiogram), bertujuan utuk mengidentifikasi perubahan
kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium.
h. Pemeriksaan ginjal
i. Biopsi
j. Percobaan Sulkowich, bertujuan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium
dalam urin, sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan
dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowich. Bila pada percobaan tidak
terdpat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan
sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/dl). Bila
endapan banyak, maka kadar kalsiumnya tinggi.
k. Percobaan Ellwort-Howard, dengan cara klien disuntik dengan parathormon
melalui intravena kemudian urin ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada
hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubah.
l. Percobaan kalsium intravena, didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya
kadar serum kalsium akan menekan pembentukan parathormon. Pada
hiperparatiroid, serum pospor dan diuresis pospor tidak banyak berubah.
m. Pemeriksaan radioimmunoassay, untuk parathormon sangat sensitif dan dapat
membedakan hiperparatiroidisme primer dengan penyebab hiperkalasemia lainnya
pada lebih dari 90 % pasien yang mengalami kenaikan kadar kalsium serum.
n. Pemeriksaan antibodi ganda hormon paratiroid, digunakan untuk membedakan
hiperparatiroidisme primer dengan keganasan, yang dapat menyebabkan
hiperkalsemia.
H. Penatalaksanaan Hiperparatiroid
Pemberian hidrasi (minum air putih) sebanyak 2000 ml cairan atau lebih untuk
mencegah terbentuknya batu ginjal.
Anjuran pada klien untuk latihan olahraga teratur, karena merupakan salah satu cara
terbaik untuk membentuk tulang kuat dan memperlambat pengerapuhan tulang.
Penuhi kebutuhan vitamin D sebelum berusia 50 tahun, rekomendasi minimal
vitamin D yang harus dipenuhi setiap hari adalah 200 International Units (IU).
Setelah berusisa lebih dari 50 tahun, asupan vitamin D harus lebih tinggi, sekitar
400-800 IU perhari.
10
Hindari merokok. Merokok dapat menyebabkan peningkatan pengerapuhan tulang
seiring meningkatnya masalah kesehatan termasuk kanker.
Waspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi tertentu
seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah
meningkat.
Mamantau kondisi pasien dengan ketat untuk mendeteksi gejala tetanus yang
mungkin merupakan komplikasi dini pascaoperatif
Kepada pasien dan keluarga pasien harus di ingatkan tentang pentingnya tindak
lanjut untuk memastikan kembalinya kadar kalsium serum pada keadaan normal
Keseimbangan cairan harus diperhatikan untuk menigkatkan pemulihan
keseimbangan cairan serta elektrolit pada keadaan normal
11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERPARATIROID
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama
Umur : Bisa terjadi pada semua kalang umur terutama pada wanita yang berumur 50
tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.
2. Keluhan Utama
Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, obstipasi, dan nyeri lambung
yang akan disertai penurunan berat badan.
Depresi
Tanyakan pada keluarga riwayat penyakit yang dialami pasien seperti: apakah pasien
sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama dan apakah keluarga mempunyai
penyakit yang sama.
12
B. Pemeriksaan fisik
1. Breath (B1) :
2. Blood (B2)
Tanda: hipertensi (nadi kuat, edema jaringan, pitting pada kaki, telapak tangan),
disritmia jantung, pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Brain (B3)
4. Bladder (B4)
Gejala: penurunan frekuensi urine, obstruksi traktus urinarius, gagal fungsi ginjal
(gagal tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine, oliguria, hiperkalsemia, Batu ginjal biasanya terdiri
dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat
5. Bowel (B5)
6. Bone(B6)
Tanda: penurunan rentang gerak, kehilangan tonus otot, kelemahan otot,atrofi otot
7. Integritas ego
13
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
Tujuan : Klien tidak akan menderita cidera, seperti yang ditunjukkan oleh tidak
terdapatnya fraktur patologi.
Intervensi Keperawatan :
R/ : Karena klien rentan untuk mengalami fraktur patologis bahkan oleh benturan
ringan sekalipun. Bila klien mengalami penurunan kesadaran pasanglah tirali
tempat tidurnya.
Ø Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan hati-hati.
R/ : Mobilitas pasien dengan banyak berjalan atau penggunaan kursi goyang harus
diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami stress normal
akan melepaskan kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu ginjal.
Ø Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah posisi tubuh,
dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
14
R/ : Mencegah terjadinya trauma fisik.
Ø Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan. Anjurkan
klien agar berjalan secara perlahan-lahan.
R/ : Membantu pasien untuk lebih mandiri karena klien rentan untuk mengalami
fraktur patologis bahkan oleh benturan ringan sekalipun
Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang ditunjukkan
oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 sampai 60 ml/jam.
Intervensi Keperawatan :
Ø Berikan sari buahn canbery atau prune untuk membantu agar urine lebih bersifat
asam.
Tujuan : Klien akan mendapat masukan makanan yang mencukupi, seperti yang
dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat
mempertahankan berat badan ideal.
Intervensi Keperawatan :
Ø Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium untuk
memperbaiki hiperkalsemia.
15
Ø Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan produk susu.
Ø Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori tanpa produk
yang mengandung susu.
R/ : Agar lebih tepat dalam penentuan kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi oleh
pasien dimana pasien dianjurkan untuk menghindari diet kalsium terbatas atau
kalsium berlebih. Karena anoreksia umum terjadi, peningkatan selera makan
pasien harus diupayakan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh kelenjar
paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang
mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 3, yaitu hiperparatiroidisme
primer, sekunder dan tersier. Hiperparatiroid khususnya primer adalah gangguan endokrin
nomor tiga yang paling umum. Kelainan hormon paratiroid banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid carsinoma, dan
hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperparatiroidisme.
Beberapa pemeriksaan diagnostic dapat dilakukan untuk pasien dengan
hiperparatiroid seperti pemeriksaan sulkowitch, Ellort-Howard, kalsium intravena,
radiologi, ECG, EMG, dan foto rontgen. Beberapa penanganan medis juga dapat
dilakukan untuk menangani pasien dengan hiperparatiroid seperti pengangkatan dengan
cara pembedahan jaringan paratiroid yang abnormal, menghindari diuretic tiazid,
pemberian hidrasi yang cukup, serta pemberian obat-obatan untuk mengatasi
hiperkalsemia sesuai resep dari dokter.
B. Saran
Para pembaca pada umumnya agar lebih menjaga organ tubuh kita agar selalu
berfungsi dengan baik, dengan mengetahui penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
tubuh kita misalnya hiperparatiroid.
Para mahasiswa/i khususnya supaya lebih memahami konsep penyakit-penyakit agar
mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hiperparatiroid dengan
baik sesuai dengan SAK (standart asuhan keperawatan)
17
DAFTAR PUSTAKA
https://masyiitha.wordpress.com/2013/06/21/makalah-hiperparatiroiditis/
https://www.academia.edu/15278901/Hiperparatiroid
18