Anda di halaman 1dari 13

PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA

KREATIF & KONSEP BELAJAR

BERPIKIR
A. Pengertian Berpikir
 Menurut Bochenski
Berpikir  Berkembangnya ide dan konsep didalam diri seseorang.
 Menurut Solso
Berpikir  Sebagai proses representasi mental baru yang dibentuk, baik melalui transformasi
informasi, atau dengan interaksi yang komplek.

Berpikir : Menyusun dan menyimpulkan ulang informasi yang diperoleh, baik informasi yang
diterima dalam bentuk symbol maupun secara langsung.

B. Tahapan Berpikir
Piaget membagi beberapa tahapan perkembangan dalam berpikir, antara lain :
1. Tahap Sensorimotor
Fase ini terjadi saat bayi lahir hingga usianya menginjak 2 tahun.
Bayi pada tahap ini membangun pemahaman tentang duanianya, ia belajar mengkoordinasikan
pengalaman sensor motoriknya lewat gerakan, gerakan mata dan mengeluarkan suara yang tidak jelas
2. Tahap Praoperasional
Fase ini berlangsung kira – kira dari usia 2 tahun hingga 7 tahun.
Anak – anak mulai melukiskan dunia dengan kata – kata dan gambar – gambar.
3. Tahap Operasional Konkret
Fase ini berlangsung kira – kira dari usia 7 tahun hingga 11 tahun.
Pada tahap ini anak – anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan kedalam contoh – contoh yang spesifik atau konkret.
4. Tahap Operasional Formal
Fase ini berlangsung dari usia 11 tahun dan 15 tahun.
Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman – pengalaman konkret, dan berpikir
secara abstrak dan lebih logis
C. Kegiatan Berpikir
1. Berfikir asosiatif
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan
pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul
secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif :
a. Asosiasi bebas
Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang
makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran, dapur, nasi atau anak yang belum
sempat diberi makanan atau hal lainnya.
b. Asosiasi terkontrol
Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide
tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya,
pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di
luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang,
piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c. Melamun
Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d. Mimpi
Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini
kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e. Berfikir artistik
Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan
pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para
seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berfikir terarah
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu,
biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a. Berpikir analitis
Berpikir AnalitisadalahBerpikir Konvergen (cenderung menyempit dan menujujawaban yang
tunggal.
b. Berpikir kreatif
Berpikir Kreatif : Berpikir untuk menentukan hubungan - hubungan baru antara berbagai hal,
menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik
baru dan sebagainya untuk memperoleh lebih dari satu jawaban.

D. Karakteristik Berpikir
Berpikir menurut Morgan, dkk terdapat 8 macam, antara lain :
1. Berpikir Lateral
2. Berpikir Vertikal
3. Berpikir Pendek
4. Berpikir Ilmiah
5. Berpikir Analogis
6. Berpikir Klasifikatoris
7. Berpikir Abstrak
8. Berpikir Konkret

Menurut Kartono, terdapat 6 pola berpikir, antara lain :


1. Berpikir Konkret
2. Berpikir Abstrak
3. Berpikir Klasifikatoris
4. Berpikir Analogis
5. Berpikir Ilmiah
6. Berpikir Pendek

Menurut De Bono, yang membedakan aktivitas berpikir tibagi menjadi 2, antara lain :
1. Berpikir Vertikal
2. Berpikir Lateral (Divergen)

E. Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir terdapat 4 langkah, antara lain :
1. Pembentukan Pengertian (Pengertian Logis)
Pembentukan pengertian dibentuk melalui menganalisis, membandingkan, dan mengabstraksi.
2. Pembentukan Pendapat
Menggabungkan beberapa pengertian menjadi satu.
Terdapat 3 bentuk pendapat, antara lain:
a. Pendapat Afirmatif
b. Pendapat Negatif
c. Pendapat Modalitas
3. Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil akal membentuk pendapat baru.
Terdapat 3 macam keputusan, antara lain :
a. Keputusan berdasarkan pengalaman
b. Keputusan berdasarkan tanggapan
c. Keputusan berdasarkan pengertian yang diperoleh
4. Pembentukan Kesimpulan
Menarik keputusan dari hasil keputusan – keputusan yang lain.

PEMECAHAN MASALAH
A. Proses Pemecahan Masalah
Proses pemecahan masalah dibagi menjadi 2, antara lain :
1. Penafsiran Masalah
Dapat dilakukan dengan berpikir kreatif, diawali dengan mengenali dan mendefenisikan akar masalah.
2. Strategi Pemecahan Masalah
Membuat seleksi terhadap strategi pemecahan masalah yang terbaik.

B. Strategi Pemecahan Masalah Secara Kreatif


Beberapa strategi pemecahan masalah yang sering digunakan, antara lain :
1. Trial and Error
2. Informatinal Retrieval
Proses memperoleh informasi ketika memecahkan masalah secara tepat.
3. Algoritma
Upaya memecahkan masalah dengan cara mengembangkan kesempatan yang ada.
4. Heuristic
Upaya menyederhanakan masalah. Baik itu masalah yang timbul dari masa lalu ataupun masa
sekarang.
KONSEP BELAJAR
A. Pengertian Belajar
 Menurut Hilgard
Belajar  Proses perubahan tingkah laku yang potensial terhadap situasi tertentu, yang diperoleh dari
pengalaman yang dilakukan secara berulang – ulang.
 Menurut Oemar .H.
Belajar  Sebagai bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam
berperilaku, baik itu diperoleh melalui pengalaman, ataupun melalui latihan.

Belajar :
Proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sebagai
pengalaman individu itu sendiri. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar
dapat berupa keterampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan.
B. Teori Belajar
1. Teori Stimulus dan Respon
Teori ini hanya memperhitungkan faktor yang datang dari luar individu (Faktor Eksternal)
Dalam teori ini belajar merupakan upaya menggabungkan respons dari stimulus dengan cara
mengulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, makan semakin banyak respons yang
diperoleh.
Contoh :
Untuk menghafal menghafal materi pelajaran, maka setiap mahasiswa akan membaca buku berulang-
ulang dan mebuat catatan yang dapat membantunya dalam menghafal.
2. Teori Transformasi
Teori ini hanya memperhitungkan faktor yang datang dari dalam individu (Faktor Internal)
Teori belajar yang termasuk teori transformasi, antara lain :
a. Teori transformasi yang berlandaskan psikologi kognitif
Proses belajar merupakan transformasi dari input, reduksi input, analisis input, penyimpanan,
penemuan kembali, dan pemanfaatan
Contoh :
Pada saat seorang mahasiswa mendapatkan nursing kits, yang didalamnya salah satunya terdapat
stetoskop yang masih dalam betuk bagian-bagian, ia mengetahui bahwa apabila bagian tersebut
digabungkan maka akan menjadi stetoskop. Lalu ia mulai mencoba merangkainya satu demi satu
sehingga menjadi sebuah stetoskop. Kemudian memanfaatkan alat tersebut dengan
menggunakannya.
b. Teori belajar asosiasi
Proses belajar : interaksi individu dengan duania luar, masukan sensoris, diseleksi, masuk dalam
memori, dan menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotor
Contoh :
Pada saat seorang mahasiswa masuk lingkungan baru, mereka akan mendapatkan teman-teman
yang baru, serta harus beradaptasi dengan lingkungan kampus yang baru juga, mereka saling
berkenalan dan saling bercerita, hingga suatu hari mereka menemukan orang cocok untuk
menjadi teman dilingkungan yang baru, dan secara otomatis mereka akan berteman, saling
mempengaruhi perilaku dan pola pikir.
3. Teori Classical Conditioning
Teori ini dicetuskan oleh Pavlov berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada anjing, inti dari
penelitian ini antara lain :
a. Eksperimen menggunakan anjing yang kelenjar ludahnya telah dioperasi, sehingga air liur
yang keluar dapat ditampung dan diukur. Jika ada makanan, maka keluarlah air liur tersebut
sebagai respons.
b. Peneliti selalu membunyikan bel sebelum memberikan makanan
c. Perlakuan tersebut dilakukan berulang kali, dan ternyata pada akhirnya dengan hanya
menggunakan bunyi bel saja tanpa disertai dengan pemberian makanan, air liur anjing
tersebut keluar secara otomatis.
Kesimpulan :
Segala sesuatu yang dipelajari dapat dikembalikan kepada stimulus dan respons.
4. Teori Behaviorism
Tokoh yang menjadi pelopor teori ini adalah Watson. Pendapat yang dikemukakannya antara lain :
a. Teori Stimulus dan Respons
Menurut teori ini, jika menganalisis tingkah laku yang kompleks, maka akan menemukan
rangkaian unit stimulus dan respons yang disebut reflex
Contoh :
1) Saat lapar, maka yang diambil adalah makanan
2) Menutup pintu saat angina kencang
3) Saat haus, maka yang dicari adalah minuman
b. Pengamatan dan Kesan
Adanya kesan motoris ditujukan terhadap berbagai stimulus
Contoh : apabila melihat Ruffi (Tokoh kartun one piece) maka akan teringat saraf Ruffi pada
kulitnya yang berfungsi untuk menanggapi rangsang panas
c. Perasaan, Tingkah Laku, dan Afektif
d. Terdapat 3 reaksi emosional yang dibawa sejak lahir, yaitu : takut, marah, dan cinta.
Perasaan senang dan tidak senang adalah reaksi senso-motoris.
Contoh : Seseorang merasa takut saat melihat film hantu.
e. Teori Berpikir
Berpikir harus merupakan tingkah laku senso-motoris dan berbicara dalam hatu adalah tingkah
laku berpikir.
Contoh : Seseorang yang menghafal pelajaran dengan cara dibaca dalam hati.
f. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
Reaksi instinktif atau kodrati yang dibawa sejak lahir jumlahnya sedikit sekali, sedangkan
kebiasaan yang terbentuk dalam perkembangan disebabkan oleh latihan dan belajar.
Contoh : Seorang anak yang diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, maka setelah
dewasa perbuatan membuang sampah pada tempatnya sudah menjadi kebiasaan
5. Teori Operant Conditioning
Tokoh yang menjadi pelopor dari teori ini adalah Skinner.
Menurut Skinner terdapat 2 macam jenis respons, antara lain :
a. Respondent Response (Reflexive Response atau Respondense Behavior)
Respon ini timbul akibat adanya perangsang tertentu yang disebut electing stimuli, yang sifatnya
relatif tetap dan terbatas.
Hubungan antara stimulus dan respons pada jenis respons ini sudah pasti, sehingga kemungkinan
untuk memodifikasi kecil.
Contoh : Menjauhkan tangan secara reflex saat menyentuh benda panas.
b. Operant Response (Instrumental Response atau Instrumental Behavior)
Response ini timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu, yang biasa disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer. Perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan
oleh organisme sehingga sifatnya mengikuti.
Contoh : Tikus didalam kotak akan menginjak tombol pengungkit untuk menghidupkan lampu,
agar makanannya bias terlihat.
6. Teori Gestalt atau Organis
Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan suatu kesatuan yang bulat bukan hanya sekadar
tanggapan.
Jiwa manusia bersifat hidup dinamis atau aktif berinteraksi dengan lingkungan. Teori ini mengandung
beberapa asas belajar, antara lain :
a. Keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian
Contoh : Menggabung-gabungkan artikel mengenai seks bebas.
b. Belajar merupakan proses perkembangan
Contoh : Siswa belajar memainkan gitar tidak hanya sekadar menghafalkan kunci-kuncinya,
namun akan mendalaminya sehingga menjadi fasih, dan akan menghasilkan petikan nada yang
indah.
c. Belajar adalah reorganisasi dari pengalaman
Contoh : Jika pada usia SMP seseorang telah belajar memainkan gitar, maka ketika sudah
menjadi mahasiswa tentunya masih ingat letak kuncinya serta mampu memainkannya.
d. Belajar akan berhasil jika memiliki minat dan tujuan
Contoh : Seseorang yang belajar gitar karena memiliki cita-cita menjadi gitaris terkenal akan
lebih cepat berhasil daripada yang sekadar hobi saja.
e. Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus
Contoh : Seorang gitaris tidak hanya belajar sekali atau dua kali, namun latihan dilakukan secara
terus menerus sampai mahir dalam memainkannya.
7. Teori Kognitif
Terdapat 2 jenis teori kognitif, antara lain :
a. Eksperiman Kohler
Hasil eksperimen Kohler dalam proses pembelajaran anak didik diterangkan :
1) Insight (pemahaman) diperoleh apabila anak didik melihat atau memperoleh suatu
masalah dan dalam situasi tertentu. Dengan adanya insight, maka didapatlah
pemecahan dari suatu masalah tersebut.
2) Guru sebaiknya menyusun strategis dalam memilih metode dan menggunakan media
pembelajaran yang tepat, dan itu salah satu cara dalam pembentukan insight.
3) Proses pembelajaran akan berjalan efektif, apabila anak didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Selain itu guru mempunyai tanggung jawab untuk membantu anak
didik dengan cara memahami tujuan pembelajaran tersebut.
4) Proses pembelajaran dikatakan berhasil, jika anak didik mampu menangkap suatu
pokok permasalahan dan dapat memecahkan masalsh dalam situasi apapun dan guru
hendaknya dapat membantu anak didik untuk menguasai pokok materi yang
diajarkannya.

Eksperiman Tolman
Pada tahun 1930 pakar psikologi AS Edward C. Tolman sudah meneliti proses kognitif dalam belajar
dengan penelitian eksperimen bagaimana tikus belajar mencari jalan melintasi maze (teka-teki berupa
jalan yang ruwet). Ia menemukan bukti bahwa tikus-tikus percobaannya membentuk “peta kognitif”
(atau peta mental) bahkan pada awal eksperimen, namun tidak menampakakan hasil belajarnya
sampai mereka menerima penguatan untuk menyelesaikan jalannya melintasi maze—suatu
fenomena yang disebutnya latent learning atau belajar latent. Eksperimen Tolman menunjukkan
bahwa belajar adalah lebih dari sekedar memperkuat respons melalui penguatan

8. Teori Modelling (Observational Learning)


Teori Observational Learning dipelopori pertama kali oleh Bandura.
Prinsip dari teori ini  Menitikberatkan pada karakteristik model lebih penting daripada insentif.
Contoh :
Seseorang bernyanyi dengan gaya bernyanyi dari idolanya.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar


Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain :
1. Faktor Internal
a. faktor Sosial
b. Faktor Nonsosial
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Fisik
1) Kematangan Fisik
2) Kematangan Indra
b. Faktor Psikologis
1) Motivasi
2) Emosi
3) Sikap
4) Minat
5) Bakat
6) Intelegensi
7) Kreativitas

D. Prinsip Belajar Yang Efektif


Pada hakikatnya belajar adalah perubahan. Dengan demikian jika seseorang berubah maka ia telah
belajar, sebaliknya jika statis, maka diragukan apakah ia telah belajar dengan baik atau tidak.

Agar proses pembelajaran yang dilakukan bias berlangsung secara efektif, maka diperlukan penerapan
prinsip-prinsip pembelajaran, beberapa prinsip belajar yang ditekankan, antara lain :
Berpartisipasi aktif selama proses belajar, pembelajaran komprehensif, terstruktur, sederhana,
dan proses pembelajaran memberikan reinforment.

Sebuah penelitian tentang daya serap selama proses belajar yang dilakukan oleh Vemon A. Magnesen,
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. 10 % dari apa yang kita baca
2. 20 % dari apa yang kita dengar
3. 30 % dari apa yang kita lihat
4. 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar
5. 70 % dari apa yang kita katakana
6. 90 % dari apa yang kita katakana dan lakukan

Belajar tidak hanya sekadar membaca saja, mendengar saja, atau melihat saja. Akan tetapi
kesemuanya harus dilakukan secara terintegrasi.

E. Metode Belajar Efektif


Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan sebagai langkah awal menuju proses belajar yang
lebih efektif, antara lain :
1. Memotivasi Diri
Motivasi tinggi dalam belajar dapat dilihat dari ciri – ciri tingkah laku siswa dalam hal minat,
ketajaman perhatian, konsentrasi, dan ketekunan.
2. Menentukan Tujuan
Mula – mula tanyakan kepada diri sendiri. Apa sebenarnya yang ingin anda pelajari ? Mengapa anda
ingin mempelajarinya ? Apa yang ingin anda ketahui ? Pertanyaan – pertanyaan seperti itu yang
nantinya akan membantu kita untuk menentukan tujuan yang lebuh spesifik.
3. Dapatkan Pemandu Yang Antusias
Apapun yang ingin kita pelajari, sesungguhnya banyak orang lain yang telah mempelajarinya.
Sehingga setelah menetapkan tujuan, maka temukan seseorang yang dapat dimintai nasihat, agar dapat
menjalankan tujuan tersebut.
4. Mulailah Dengan Gambaran Menyeluruh
Jika ingin mengetahui keseluruhan dari isi sebuah buku, maka bacalah ringkasannya, setelah
mendapatkan gambaran besarnya, maka carilah detailnya. Sehingga dapat mengetahui posisi detail
tersebut dari gambaran besarnya.
5. Bertanyalah
Bertanyalah merupakan salah satu metode efektif untuk memperoleh jawaban terhadap berbagai
persoalan.
Hindari perasaan takut, ragu, dan gengsi, ketika akan mengajukan pertanyaan.
6. Belajar Melalui Praktik
Proses belajar akan berlangsung tidak efektif, jika memisahkan antara teori dan praktik, karena belajar
yang paling baik adalah dengan mempraktikkannya langsung.
7. Gunakan Alat Bantu Dengan Menggunakan Memori Ingatan
Suatu informasi dapat diingat secara lebih mudah dengan cara mengaitkan informasi tersebut dengan
sesuatu yang sudah kita ketahui sebelumnya.
8. Ajarilah Orang Lain
Dalam proses belajar, selain kita menerima suatu ilmu, kita juga harus mampu mengajarkan kepada
orang lain. Sebuah ilmu akan semakin hafal dan paham. Jika dapat ditransfer kepada orang lain. Hal
tersebut secara tidak tidak langsung sebagai sarana pengulangan dan pengecekan sudah sejauh mana
kita menguasai sebuah ilmu yang diterima.
9. Jadikanlah Proses Belajar Merupakan Sesuatu Yang Menyenangkan
Belajar yang dijadikan sebagai beban dan kewajiban dapat membuat seseorang akan merasa malas dan
cepat bosan.
Namun apabila belajar dianggap sebagai suatu yang menyenangkan, maka proses belajar akan dapat
lebih dinikmati.

F. Jenis – jenis Belajar


Setiap kegiatan belajar mempunyai ciri khas masing – masing, para ahli melihat ciri – ciri yang ada
didalamnya dan mencoba membagi menjadi beberapa jenis belajar, antara lain :
1. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata  menangkap arti yang terkandung didalam kata-kata yang digunakan.
Contoh :
Anak kecil belajar arti kata “kucing” dan “anjing”. Mereka belajar menyebutkan nama dengan melihat
visual dari kata yang disebutkan tersebut.
2. Belajar Kognitif
Belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental.
Objek – objek yang dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang
merupakn sesuatu yang bersifat mental.
Contoh : Seseorang menceritakan sesuatu yang dilihatkannya saat ditempat lain kepada teman –
temannya yang tidak pergi ketempat tersebut, makan ia akan menggambarkan objek – objek apa saja
yang dilihatnya.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat
diproduksi kembali secara nyata, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan – kesan yang
nantinya suatu waktu bila diperlukan maka dapat diingat kembali.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian,
perhatian, dan ingatan.
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta didalam suatu kerangka
organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang
terjadi dalam bidang studi ilmiah.
Maka diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan struktur -struktur yang
berhubungan.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri – ciri
yang sama.
Apabila seseorang memiliki konsep maka ia mampu mengadakan abstraksi terhadap objek yang
dihadapinya, sehingga objek tersebut ditempatkan dalam golongan tertentu.
6. Belajar Kaidah
Bila 2 konsep atau lebih dihubungkan satu dengan lainnya, maka terbentuk suatu ketentuan yang
merepresikan suatu keteraturan.
Seseorang yang telah mempelajari suatu kaidah, akan mampu menghubungkan dengan beberapa
konsep.
Contoh : seseorang berkata “besi dipanaskan memuai”, hal ini dikarenakan tersebut telah menguasai
konseo dasar dari sifat besi yang apabila dipanaskan maka akan memuai.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, seseorang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa
melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan masalah yang harus dipecahkan memalui
operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode belajar tertentu

G. Hukum Teori Belajar Efektif


Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan (law of readiness)  Semakin siap suatu organisme memperoleh suatu
perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum Latihan (law of exercise)  Semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) ,
maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect)  Hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

LUPA
A. Pengertian Memori Lupa
 Menurut Agus Suyanto
Lupa  Peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
 Menurut Irwanto
Lupa  Suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk
digunakan.
 Menurut Muhibbinsyah
Lupa  hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana.
 Menurut Gulo dan Reber
Lupa  ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari,
dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Lupa  kegagalan untuk mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang
disebabkan oleh lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut dibutuhkan.

B. Cara Menanggulangi Lupa


Beberapa cara untuk menanggulangi lupa, antara lain :
1. Overlearning (belajar) lebih
Upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pembelajaran tertentu. Overlearning
terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons
tersebut dengan cara di luar kebiasaan.
Contoh : Pembacaan teks pancasila setiap hari dapat memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih
kuat.
2. Extra Study Time (Tambahan waktu belajar)
Upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini
dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3. Pengelompokan Maksud kiat pengelompokan (Clustering)
Menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam
arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
Contoh :
1. Terdiri atas nama-nama negara serumpun, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunai dan
seterusnya.
2. Terdiri atas singkatan-singkatan lembaga negara, seperti MPR, DPR, dan seterusnya.
3. Terdiri dari singkatan-singkatan nama-nama badan internasional, seperti: WHO, ILO, dan
sebagainya

4. Pengaruh Letak Bersambung


Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), maka
dianjurkan untuk menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri
dengan kata-kata yang harus diingat.
Kata-kata yang harus diingat tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang
mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata lainnya yang tidak perlu diingat.
Dengan demikian kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan
diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen.

Anda mungkin juga menyukai