BERPIKIR
A. Pengertian Berpikir
Menurut Bochenski
Berpikir Berkembangnya ide dan konsep didalam diri seseorang.
Menurut Solso
Berpikir Sebagai proses representasi mental baru yang dibentuk, baik melalui transformasi
informasi, atau dengan interaksi yang komplek.
Berpikir : Menyusun dan menyimpulkan ulang informasi yang diperoleh, baik informasi yang
diterima dalam bentuk symbol maupun secara langsung.
B. Tahapan Berpikir
Piaget membagi beberapa tahapan perkembangan dalam berpikir, antara lain :
1. Tahap Sensorimotor
Fase ini terjadi saat bayi lahir hingga usianya menginjak 2 tahun.
Bayi pada tahap ini membangun pemahaman tentang duanianya, ia belajar mengkoordinasikan
pengalaman sensor motoriknya lewat gerakan, gerakan mata dan mengeluarkan suara yang tidak jelas
2. Tahap Praoperasional
Fase ini berlangsung kira – kira dari usia 2 tahun hingga 7 tahun.
Anak – anak mulai melukiskan dunia dengan kata – kata dan gambar – gambar.
3. Tahap Operasional Konkret
Fase ini berlangsung kira – kira dari usia 7 tahun hingga 11 tahun.
Pada tahap ini anak – anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan kedalam contoh – contoh yang spesifik atau konkret.
4. Tahap Operasional Formal
Fase ini berlangsung dari usia 11 tahun dan 15 tahun.
Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman – pengalaman konkret, dan berpikir
secara abstrak dan lebih logis
C. Kegiatan Berpikir
1. Berfikir asosiatif
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan
pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul
secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif :
a. Asosiasi bebas
Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang
makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran, dapur, nasi atau anak yang belum
sempat diberi makanan atau hal lainnya.
b. Asosiasi terkontrol
Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide
tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya,
pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di
luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang,
piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c. Melamun
Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d. Mimpi
Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini
kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e. Berfikir artistik
Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan
pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para
seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berfikir terarah
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu,
biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a. Berpikir analitis
Berpikir AnalitisadalahBerpikir Konvergen (cenderung menyempit dan menujujawaban yang
tunggal.
b. Berpikir kreatif
Berpikir Kreatif : Berpikir untuk menentukan hubungan - hubungan baru antara berbagai hal,
menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik
baru dan sebagainya untuk memperoleh lebih dari satu jawaban.
D. Karakteristik Berpikir
Berpikir menurut Morgan, dkk terdapat 8 macam, antara lain :
1. Berpikir Lateral
2. Berpikir Vertikal
3. Berpikir Pendek
4. Berpikir Ilmiah
5. Berpikir Analogis
6. Berpikir Klasifikatoris
7. Berpikir Abstrak
8. Berpikir Konkret
Menurut De Bono, yang membedakan aktivitas berpikir tibagi menjadi 2, antara lain :
1. Berpikir Vertikal
2. Berpikir Lateral (Divergen)
E. Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir terdapat 4 langkah, antara lain :
1. Pembentukan Pengertian (Pengertian Logis)
Pembentukan pengertian dibentuk melalui menganalisis, membandingkan, dan mengabstraksi.
2. Pembentukan Pendapat
Menggabungkan beberapa pengertian menjadi satu.
Terdapat 3 bentuk pendapat, antara lain:
a. Pendapat Afirmatif
b. Pendapat Negatif
c. Pendapat Modalitas
3. Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil akal membentuk pendapat baru.
Terdapat 3 macam keputusan, antara lain :
a. Keputusan berdasarkan pengalaman
b. Keputusan berdasarkan tanggapan
c. Keputusan berdasarkan pengertian yang diperoleh
4. Pembentukan Kesimpulan
Menarik keputusan dari hasil keputusan – keputusan yang lain.
PEMECAHAN MASALAH
A. Proses Pemecahan Masalah
Proses pemecahan masalah dibagi menjadi 2, antara lain :
1. Penafsiran Masalah
Dapat dilakukan dengan berpikir kreatif, diawali dengan mengenali dan mendefenisikan akar masalah.
2. Strategi Pemecahan Masalah
Membuat seleksi terhadap strategi pemecahan masalah yang terbaik.
Belajar :
Proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sebagai
pengalaman individu itu sendiri. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar
dapat berupa keterampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan.
B. Teori Belajar
1. Teori Stimulus dan Respon
Teori ini hanya memperhitungkan faktor yang datang dari luar individu (Faktor Eksternal)
Dalam teori ini belajar merupakan upaya menggabungkan respons dari stimulus dengan cara
mengulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, makan semakin banyak respons yang
diperoleh.
Contoh :
Untuk menghafal menghafal materi pelajaran, maka setiap mahasiswa akan membaca buku berulang-
ulang dan mebuat catatan yang dapat membantunya dalam menghafal.
2. Teori Transformasi
Teori ini hanya memperhitungkan faktor yang datang dari dalam individu (Faktor Internal)
Teori belajar yang termasuk teori transformasi, antara lain :
a. Teori transformasi yang berlandaskan psikologi kognitif
Proses belajar merupakan transformasi dari input, reduksi input, analisis input, penyimpanan,
penemuan kembali, dan pemanfaatan
Contoh :
Pada saat seorang mahasiswa mendapatkan nursing kits, yang didalamnya salah satunya terdapat
stetoskop yang masih dalam betuk bagian-bagian, ia mengetahui bahwa apabila bagian tersebut
digabungkan maka akan menjadi stetoskop. Lalu ia mulai mencoba merangkainya satu demi satu
sehingga menjadi sebuah stetoskop. Kemudian memanfaatkan alat tersebut dengan
menggunakannya.
b. Teori belajar asosiasi
Proses belajar : interaksi individu dengan duania luar, masukan sensoris, diseleksi, masuk dalam
memori, dan menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotor
Contoh :
Pada saat seorang mahasiswa masuk lingkungan baru, mereka akan mendapatkan teman-teman
yang baru, serta harus beradaptasi dengan lingkungan kampus yang baru juga, mereka saling
berkenalan dan saling bercerita, hingga suatu hari mereka menemukan orang cocok untuk
menjadi teman dilingkungan yang baru, dan secara otomatis mereka akan berteman, saling
mempengaruhi perilaku dan pola pikir.
3. Teori Classical Conditioning
Teori ini dicetuskan oleh Pavlov berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada anjing, inti dari
penelitian ini antara lain :
a. Eksperimen menggunakan anjing yang kelenjar ludahnya telah dioperasi, sehingga air liur
yang keluar dapat ditampung dan diukur. Jika ada makanan, maka keluarlah air liur tersebut
sebagai respons.
b. Peneliti selalu membunyikan bel sebelum memberikan makanan
c. Perlakuan tersebut dilakukan berulang kali, dan ternyata pada akhirnya dengan hanya
menggunakan bunyi bel saja tanpa disertai dengan pemberian makanan, air liur anjing
tersebut keluar secara otomatis.
Kesimpulan :
Segala sesuatu yang dipelajari dapat dikembalikan kepada stimulus dan respons.
4. Teori Behaviorism
Tokoh yang menjadi pelopor teori ini adalah Watson. Pendapat yang dikemukakannya antara lain :
a. Teori Stimulus dan Respons
Menurut teori ini, jika menganalisis tingkah laku yang kompleks, maka akan menemukan
rangkaian unit stimulus dan respons yang disebut reflex
Contoh :
1) Saat lapar, maka yang diambil adalah makanan
2) Menutup pintu saat angina kencang
3) Saat haus, maka yang dicari adalah minuman
b. Pengamatan dan Kesan
Adanya kesan motoris ditujukan terhadap berbagai stimulus
Contoh : apabila melihat Ruffi (Tokoh kartun one piece) maka akan teringat saraf Ruffi pada
kulitnya yang berfungsi untuk menanggapi rangsang panas
c. Perasaan, Tingkah Laku, dan Afektif
d. Terdapat 3 reaksi emosional yang dibawa sejak lahir, yaitu : takut, marah, dan cinta.
Perasaan senang dan tidak senang adalah reaksi senso-motoris.
Contoh : Seseorang merasa takut saat melihat film hantu.
e. Teori Berpikir
Berpikir harus merupakan tingkah laku senso-motoris dan berbicara dalam hatu adalah tingkah
laku berpikir.
Contoh : Seseorang yang menghafal pelajaran dengan cara dibaca dalam hati.
f. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
Reaksi instinktif atau kodrati yang dibawa sejak lahir jumlahnya sedikit sekali, sedangkan
kebiasaan yang terbentuk dalam perkembangan disebabkan oleh latihan dan belajar.
Contoh : Seorang anak yang diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, maka setelah
dewasa perbuatan membuang sampah pada tempatnya sudah menjadi kebiasaan
5. Teori Operant Conditioning
Tokoh yang menjadi pelopor dari teori ini adalah Skinner.
Menurut Skinner terdapat 2 macam jenis respons, antara lain :
a. Respondent Response (Reflexive Response atau Respondense Behavior)
Respon ini timbul akibat adanya perangsang tertentu yang disebut electing stimuli, yang sifatnya
relatif tetap dan terbatas.
Hubungan antara stimulus dan respons pada jenis respons ini sudah pasti, sehingga kemungkinan
untuk memodifikasi kecil.
Contoh : Menjauhkan tangan secara reflex saat menyentuh benda panas.
b. Operant Response (Instrumental Response atau Instrumental Behavior)
Response ini timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu, yang biasa disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer. Perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan
oleh organisme sehingga sifatnya mengikuti.
Contoh : Tikus didalam kotak akan menginjak tombol pengungkit untuk menghidupkan lampu,
agar makanannya bias terlihat.
6. Teori Gestalt atau Organis
Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan suatu kesatuan yang bulat bukan hanya sekadar
tanggapan.
Jiwa manusia bersifat hidup dinamis atau aktif berinteraksi dengan lingkungan. Teori ini mengandung
beberapa asas belajar, antara lain :
a. Keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian
Contoh : Menggabung-gabungkan artikel mengenai seks bebas.
b. Belajar merupakan proses perkembangan
Contoh : Siswa belajar memainkan gitar tidak hanya sekadar menghafalkan kunci-kuncinya,
namun akan mendalaminya sehingga menjadi fasih, dan akan menghasilkan petikan nada yang
indah.
c. Belajar adalah reorganisasi dari pengalaman
Contoh : Jika pada usia SMP seseorang telah belajar memainkan gitar, maka ketika sudah
menjadi mahasiswa tentunya masih ingat letak kuncinya serta mampu memainkannya.
d. Belajar akan berhasil jika memiliki minat dan tujuan
Contoh : Seseorang yang belajar gitar karena memiliki cita-cita menjadi gitaris terkenal akan
lebih cepat berhasil daripada yang sekadar hobi saja.
e. Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus
Contoh : Seorang gitaris tidak hanya belajar sekali atau dua kali, namun latihan dilakukan secara
terus menerus sampai mahir dalam memainkannya.
7. Teori Kognitif
Terdapat 2 jenis teori kognitif, antara lain :
a. Eksperiman Kohler
Hasil eksperimen Kohler dalam proses pembelajaran anak didik diterangkan :
1) Insight (pemahaman) diperoleh apabila anak didik melihat atau memperoleh suatu
masalah dan dalam situasi tertentu. Dengan adanya insight, maka didapatlah
pemecahan dari suatu masalah tersebut.
2) Guru sebaiknya menyusun strategis dalam memilih metode dan menggunakan media
pembelajaran yang tepat, dan itu salah satu cara dalam pembentukan insight.
3) Proses pembelajaran akan berjalan efektif, apabila anak didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Selain itu guru mempunyai tanggung jawab untuk membantu anak
didik dengan cara memahami tujuan pembelajaran tersebut.
4) Proses pembelajaran dikatakan berhasil, jika anak didik mampu menangkap suatu
pokok permasalahan dan dapat memecahkan masalsh dalam situasi apapun dan guru
hendaknya dapat membantu anak didik untuk menguasai pokok materi yang
diajarkannya.
Eksperiman Tolman
Pada tahun 1930 pakar psikologi AS Edward C. Tolman sudah meneliti proses kognitif dalam belajar
dengan penelitian eksperimen bagaimana tikus belajar mencari jalan melintasi maze (teka-teki berupa
jalan yang ruwet). Ia menemukan bukti bahwa tikus-tikus percobaannya membentuk “peta kognitif”
(atau peta mental) bahkan pada awal eksperimen, namun tidak menampakakan hasil belajarnya
sampai mereka menerima penguatan untuk menyelesaikan jalannya melintasi maze—suatu
fenomena yang disebutnya latent learning atau belajar latent. Eksperimen Tolman menunjukkan
bahwa belajar adalah lebih dari sekedar memperkuat respons melalui penguatan
Agar proses pembelajaran yang dilakukan bias berlangsung secara efektif, maka diperlukan penerapan
prinsip-prinsip pembelajaran, beberapa prinsip belajar yang ditekankan, antara lain :
Berpartisipasi aktif selama proses belajar, pembelajaran komprehensif, terstruktur, sederhana,
dan proses pembelajaran memberikan reinforment.
Sebuah penelitian tentang daya serap selama proses belajar yang dilakukan oleh Vemon A. Magnesen,
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. 10 % dari apa yang kita baca
2. 20 % dari apa yang kita dengar
3. 30 % dari apa yang kita lihat
4. 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar
5. 70 % dari apa yang kita katakana
6. 90 % dari apa yang kita katakana dan lakukan
Belajar tidak hanya sekadar membaca saja, mendengar saja, atau melihat saja. Akan tetapi
kesemuanya harus dilakukan secara terintegrasi.
LUPA
A. Pengertian Memori Lupa
Menurut Agus Suyanto
Lupa Peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
Menurut Irwanto
Lupa Suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk
digunakan.
Menurut Muhibbinsyah
Lupa hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana.
Menurut Gulo dan Reber
Lupa ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari,
dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Lupa kegagalan untuk mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang
disebabkan oleh lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut dibutuhkan.