OLEH :
NIM : P07120016107
KELAS 3.3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI BERPAKAIAN
A. DEFINISI
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK atau BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuandasar yang dimiliki manusia
dalam melengkapi kebutuhannya dalamkelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya (Damaiyanti danIskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukanaktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan ituharus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).
B. ETIOLOGI
Menurut Wartonah (2009) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Kurang penurunan motivasi, kurasakan kognitif atau perseptual,
cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diatebes melitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
D. JENIS – JENIS
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi
atau beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
a. RENTANG RESPON
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif
Tidak
Kadang
Pola melakuka
perawata
perawata n
n diri,
n diri perawatan
kadang
seimbang diri pada
tidak
saat stres
F. POHON MASALAH
Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri (Fitria, 2012) :
C
G. MEKANISME KOPING a
u
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
s
Damaiyanti 2012 yaitu: a
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian
orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada
5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
I. AKIBAT
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai
berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
tidak terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12
fisik yang seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.