Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KEGIATAN

PENGARUH TERAPI MEDITASI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA


LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI
Disarankan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Komplementer

Dosen Pengampu:
Nanang Saprudin, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
- Desi Hartiningsih CKR0160010
- Kartika Fitrianingsih CKR0160023
- Rendi Lesmana CKR0160041
- Wasiq Fahmi Amirudin CKR0160055
- Zelin Ana Naelulmuna CKR0160058

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Komplementer. Adapun makalah ini
mengenai Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Klien Dengan Hipertensi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini
dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa Keperawatan.
Akhir kata, melalui kesempatan ini kami,penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.

Kuningan, Agustus 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul / Nama Kegiatan
Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi
1.2 Latar Belakang
Hipertensi termasuk dalam urutan ketiga pada sepuluh penyakit terbanyak di kota
Bukittinggi yaitu 6.189 jiwa (Dinkes Kota Bukittinggi, 2013). Tercatat sepanjang tahun 2014
kelompok lansia berusia diatas 60 tahun yang mengalami hipertensi berjumlah 7.575 jiwa (dinas
kesehatan, 2014).
Hipertensi ringan dengan TD 150/90 mmHg. Dari semua lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Pembantu Tabek Gadang Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh yang telah peneliti wawancarai
mengatakan lebih sering menggunakan terapi farmakologis anti hipertensi. Tetapi lansia
mengatakan menggunakan terapi nonfarmakologis seperti; terapi herbal menggunakan mentimun,
air kelapa dan jus mengkudu serta obat warung penghilang gejala hipertensi. Aktivitas perawatan
diri terhadap penyakit hipertensi melalui terapi nonfarmakologis dilakukan hanya ketika pasien
hipertensi merasakan gejala seperti pusing dan nyeri tengkuk atau saat pasien mengetahui
tekanan darahnya melebihi batas normal saat pemeriksaan di Puskesmas Pembantu Tabek
Gadang.
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Namun
karena terjadinya penurunan dari berbagai organ tubuh, adanya penyakit penyerta dan sering
terjadi komplikasi pada berbagai organ lansia serta terjadinya efek polifarmasi yang mengakibatkan
gangguang pada fungsi dan kerja ginjal, maka penatalaksanaan hipertensi padsa lansia menjadi
lebih rumit (Darmojo, 2004).
Penatalaksanaan farmakologis dan penerapan nonfarmakologis diatas dapat terintegrasi
dalam penatalaksanaan hipertensi yang ketiga yaitu an konsep aktivitas perawatan diri pasien
hipertensi pada kehidupan sehari-hari. Hadibroto et al (2006) menyatakan bahwa terapi
nonfarmakologis lain yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu dengan menerapkan terapi
komplementer (Fuad, 2012).
Terapi komplementer adalah terapi pelengkap dari terapi konvensional untuk
penyembuhan. Beberapa contoh terapi komplementer keperawatan yang dapat diberikan untuk
pasien hipertensi yaitu; terapi herbal, musik, yoga, akupuntur dan meditasi (Snyder & Lindquist,
2002). Salah satu terapi komplementer keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
keluhan dan menurunkan tekanan darah pasien hipertensi adalah melalui meditasi (Losyk, 2007).

3
Stres meningkatkan tahanan pembuluh darah tepi dan cardiak output dan menstimulasi
aktivitas sistem saraf simpatik. Dari waktu ke waktu hipertensi semakin berkembang. Stresor dapat
berupa apa saja kegaduhan, infeksi, inflamasi nyeri, suplai penurunan oksigen, panas, dingin,
trauma, pengeluaran cairan yang lama, respon terhadap kejadian kehidupan, kegemukan, usia tua,
obat-obatan, penyakit, pembedahan, pengobatan medis dapat memunculkan respon stress. Bila
stress berlangsung lama atau berlebihan, target organ tidak berfungsi atau akan terjadi penyakit
(Black & Hawks, 2009). Oleh karena itu, kondisi stress harus dikendalikan untuk mencegah
hipertensi bagi masyarakat luas dan secara khusus bagi penderita hipertensi dengan kegiatan
relaksasi melalui meditasi.
Meditasi mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, diantaranya
menimbulkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan menyegarkan atau menenangkan pikiran.
Penelitian yang dilakukan oleh Devi & Samaga, (2015) yang berjudul Effect of transcendental
meditation on stress and blood pressure among patients with systemic hypertension menyatakan
bahwa meditasi menimbulkan kondisi istirahat total pada tubuh, dimana kondisi istirahat, sehingga
terjadi pengendalian ventilasi permenit, frekuensi pernafasan dan penurunan asam laktat dalam
darah yang berimplikasi pada penurunan tekanan darah.
Berdasarkan permasalahan yang komplek pada lansia maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada
lansia yang mengalami hipertensi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tekanan pada lansia yang mengalami
hipertensi dan memberikan kenyamanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan
tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Materi
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan
usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin
bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
2.1.2 Batasan Lansia
WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, Usia lanjut beresiko yaitu usia 70
tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

5
2.1.3 Ciri–Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat
sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan
lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
memiliki harga diri yang rendah.
2.1.4 Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia

6
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori,
namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik.
2.1.5 Permasalahan Lansia Di Indonesia
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari
80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia
adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia
dibandingkan bayi atau balita.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta
faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada
lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan,
demensia, osteoporosis, dsb.
Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan pada
lansia tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang
lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan
28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28 orang mengalami sakit.
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam
kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan
tersebut diantaranya yaitu :

7
1. Masalah fisik
Masalahyang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat,
indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga seringsakit.
2. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah
rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia
sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak
pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
4. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah
kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya
belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui
permasalahan hidup yang cukup serius.
2.1.6 Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan
dan meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan
pada lansia terdiri dari :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi
kematian dengan tenang dan bermartabat.

8
5. Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial
lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat
pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan
lansia.
2.1.7 Pendekatan Perawatan Lansia
1. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang
dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2
bagian:
1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik
yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih
mampu melakukannya sendiri.
2) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan
dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan
kesehatan.
2. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung
terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan
sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik
dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap.
3. Pendekatan Sosial

9
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti
menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan
bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan
hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler (Jantung)
2.2.1.1 Anatomi Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk
dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara
bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita
(dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya
tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah
bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam
rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma,dan
pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan Vl dua jari di
bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan
jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin
untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak
menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama
kita masih hidup. karena itu mem butuhkan makanan yang dibawa
oleh darah. Pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah
untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.
Jantung dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis,
untuk menggiatkan kerja jantung dan nervus para simpatikus,

10
khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat
kerja jantung. Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan
menguncup yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal
dari susunan saraf otonom.
Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang
terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava yang disebut
nodus sinoatrial (sinus knop simpul keith flak). Dari sini rangsangan
akan diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis
oleh nodus atrioventrikular atau simpul tawara rnelalui berkas
wenkebach, Dari simpul tawara rangsangan akan melalui bundel
atrioventrikular (berkas his) dan pada bagian cincin yang terdapat
antara atrium dan ventrikel yang disebut anulus fibrosus, rangsangan
akan terhenti kira-kira 1/10 detik.
Seterusnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke bagian
apeks kordis dan melalui berkas purkinje disebarkan ke seluruh
dinding ventrikel, dengan demi kian jantung berkontraksi.
Struktur eksterior jantung

Struktur inferior jantung

11
Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode:
1. Periode konstriksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika
jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup
bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula
semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis
terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke
arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan.
Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aotra
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
2. Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan ketika
jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis
terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel
sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel
dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan
kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan
darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke
atrium dekstra.
3. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode konstriksi dan
dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada
waktu kita beristirahat jantung akan menguncup sebanyak
70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan
memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc.
Kalau kita bekerja maka jantung akan lebih cepat berkonstriksi
sehingga darah lebih banyak dialirkan ke seluruh tubuh: Kerja jantung
dapat diketahui dengan jalan memeriksa perjalanan darah dalam
arteri. Oleh karena dinding arteri akan mengembang jika di dalamnya
mengalir gelombang darah. Gelombang darah ini menimbulkan
denyutan pada arteri. Sesuai dengan kuncupnya jantung yang disebut
denyut nadi. Baik buruknya dan teratur tidaknya denyut nadi
bergantung dari kembang-kempisnya jantung.
2.2.1.2 Siklus jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung
selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu
konstriksi (sistole) dan pengendoran (diastole) konstriksi dari ke-2

12
atrium terjadi secara serentak yang disebut sistole atrial dan
pengendorannya disebut diastole atrial.
Lama konstriksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap pengendoran
selama 0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan
konstriksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri
harus lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh
untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel
kanan juga memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya
mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih
rendah.
2.2.1.3 Bunyi jantung
Selama pergerakan, jantung dapat terdengar dua macam suara
yang disebabkan oleh katup-katup yang menutup. Bunyi pertama
disebabkan menutupnya katup atrioventrikel, dan bunyi kedua karena
menutupnya katup aorta dan arteri pulmonary setelah konstriksi dari
ventrikel. Bunyi yang pertama adalah panjang, yang kedua pendek
dan tajam. Dalam keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lebih
keras, tetapi bila arus darah cepat atau kalau ada kelainan pada katup
maka terdapat bunyi bising.
2.2.1.4 Debaran Jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan pukulan ventrikel
kiri terhadap dinding anterior yang lerjadi selama konstriksi ventrikel.
Debaran ini dapat diraba dan sering terlihat pada ruang interkostalis
kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.
2.2.1.5 Sifat otot jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan
berkontraksi otot jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak
bergantung pada rangsangan saraf. Konduktivitas (daya hantar)
konstriksi melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali dan
sangat jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan gelombang yang
dimiliki otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung padi
rangsangan saraf.
2.2.1.4 Denyut arteri
Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri
bila darah dipompakan keluar jantung. Denyut ini dapat diraba pada

13
arteri radialis dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang
tekanan yang dialihkan dari aorta ke arteri yang merambat lebih cepat.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh
pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dan umur.
2.2.1.5 Daya pompa jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada
waktu banyak pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit
dengan daya pompa 20-25 liter/menit.
Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali
dialirkan dari vena ke jantung. Apabila pengembalian dari vena tidak
seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa
jantung maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah
sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa
menjadi edema.
2.2.1.6 Katup-katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting
artinya dalam susunan peredaran darah dan pergerakan jantung
manusia.
a. Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan
ventrikel dekstra yang terdiri dari 3 katup.
b. Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan
ventrikel sinistra yang terdiri dari 2 katup.
c. Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel
dekstra dengan arteri pulmonalis, tempat darah mengalir rnenuju
ke paru-paru.
d. Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra
dengan aorta tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
2.2.1.7 Fisiologi jantung
Jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot
atrium, otot ventrikel dan serat otot khusus pengantar rangsangan,
sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel
berkontraksi dengan cara yang sama seperti otoi rangka dengan
kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan
pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-
serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini

14
menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini
bekerfa sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung.
2.2.1.8 Fungsi umum otot jantung
1. Sifat ritmisitas/otomatis
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan
(impuls) sendiri. Pada keadaan fisiologis sel-sel miokardium
memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung
maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan
otot jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung
segera dapat mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu
berkontraksi dengan kekuatan yang sama. Kekuatan kontraksi
dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu, misalnya
serat otot jantung, suhu dan hormon tertentu.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga
masa relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi
diri.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara
maksimal, otot tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan
tertentu. Serat otot jantung akan bertambah panjang bila volume
diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui
batas tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
2.2.1.8 Elektrofisiologi sel otot jantung
Aktivitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan
permeabilitas membrane sel yang memungkinkan pergerakan ion-ion
melalui membran tersebut. Dengan masuknya ion-ion maka muatan
listrik sepanjang membran ini mengalami perubahan yang relatif.
Terdapat tiga macam ion yang mempunyai fungsi penting dalam
elektrofisiologi selyaitu kalium (K), natrium (Na) dan kalsium (Ca).
Kalium lebih banyak terdapat di dalam sel sedangkan kalium dan
kalsium lebih banyak terdapat di luar sel.

15
Dalam keadaan istirahat sel-sel otot jantung mempunyai muatan
positif di bagian luar sel dan muatan negatif di bagian dalam sel, ini
dapat dibuktikan dengan galvanometeir. Perbedaan muatan bagian luar
dan bagian dalam sel disebut resting membrane potensial. Bila sel
dirangsang akan terjadi perubahan muatan dalam sel menjadi positif
sedangkan di luar sel menjadi negatif. Proses terjadinya perubahan
muatan akibat rangsangan dinamakan depolarisasi. Kemudian setelah
rangsangan sel berusaha kembali pada keadaan muatan semula,
proses ini dinamakan repolarisasi. Seluruh proses tersebut dinamakan
potensial aksi. Potensial aksi terjadi disebabkan rangsangan listrik,
kirnia, mekanik dan termis.
1. Potensial aksi
Potensial aksi dibagi dalam lima fase:
1) Fase istirahat: Bagian luar sel jantung bermuatan positif dan
bagian dalam bermuatan negatif (polarisasi). Membran sel
lebih permeabel terhadap kalium daripada natrium sehingga
sebagian kecil kalium merembes keluar sel dengan hilangnya
kalium maka bagian dalam sel menjadi relatif negatif.
2) Fase depolarisasi (cepat): Disebabkan oleh meningkatnya
permeabel membran terhadap natrium sehingga natrium
mengalir dari luar ke dalam akibatnya muatan di dalam sel
menjadi positif sedangkan di luar sel menjadi negatif.
3) Fase polarisasi parsial: Segera setelah terjadi depolarisasi
terdapat sedikit perubahan akibat masuknya kalsium ke
dalam sel sehingga muatan positif di dalam sel menjadi
berkurang.
4) Fase plato (keadaan stabil): Fase depolarisasi diikuti
keadaan stabil yang agak lama sesuai dengan masa refrakter
absolut dari miokard. Selama fase ini tidak terjadi perubahan
muatan listrik. Terdapat keseimbangan antara ion positif yang
masuk dan yang keluar aliran kalsium dan natrium ke dalam
sel perlahan diimbangi dengan keluarnya kalium dari dalam
sel.
5) Fase repolarisasi (cepat): Pada fase ini muatan kalsium dan
natrium secara berangsur tidak mengalir lagi dan

16
permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat sehingga
kalium keluar dari sel dengan cepat. Akibatnya muatan positif
dalam sel menjadi sangat berkurang sehingga pada akhirnya
muatan di dalam sel menjadi relatif negatif dan muatan di
luar sel relatif positif.
2. Siklus jantung
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa
primer atrium dan 2 pompa tenaga ventrikel. Periode akhir
kontraksi jantung sampai akhir kontraksi berikutnya
dinamakan siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh
timbulnya potensial aksi secara spontan pada simpul SA
(sinoatrial) yang terletak pada dinding posterior atrium kanan
dekat muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan
dengan cepat melalui berkas atrioventrikular (AV) ke dalam
ventrikel, karena susunan khusus sistem penghantar. Atrium
ke ventrikel terdapat perlambatan 1/10 detik antara jalan
impuls jantung dan atrium ke dalam ventrikel. Hal ini
memungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel,
atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan
kemudian menyediakan sumber tenaga utama bagi
pergerakan darah melalui sistem vascular
2.2.2 PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Presure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi
maligna.
Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).

17
2.2.3 KLASIFIKASI HIPERTENSI
1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain
2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO:
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95mmHg.
3. Klasifikasi tekanan darah menurut Laporan Joint National Committee on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Presure (1993)
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Ke Atas
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 ( sangat berat) ≥210 ≥120

4. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya


tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
1) Hipertensi emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan
organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang

18
progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
2) Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).
2.2.4 ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktifitas, susunan saraf simpatik,
sistem renin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun

19
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan.
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
2) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3. Kebiasaan hidup
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Mudah stress
4) Merokok
5) Minum minuman beralkohol
6) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh komplikasi dari penyakit lain
atau abnormalitas pada beberapa organ tubuh tertentu, seperti:
1. Glomerulonefritis
2. Pielonefritis
3. Nekrosis tubular akut
4. Tumor
5. Aterosklerosis
6. Hiperplasia
7. Trombosis

20
8. Aneurisma
9. Emboli kolestrol
10. Diabetes Mellitus
11. Hipertiroidisme
12. Hipotiroidisme
13. Stroke
14. Ensepalitis
15. Obat-obatan steroid
16. Kontrasepsi oral
2.2.5 PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

21
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural
dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab terhadap
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan
ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono,
Slamet. 1996 ).
2.2.6 TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Pusing/migrain
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Kelemahan
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

22
2.2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN (Blood Unit Nitrogen)
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Glukosa
Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter

23
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi
2.2.8 PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
(1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
(2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
(3) Penurunan berat badan
(4) Penurunan asupan etanol
(5) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dapat megendalikan
tekanan darah bahkan dapat menstabilkan tekanan darah seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang, dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam
zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan
paling baik 5 kali perminggu

24
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
(1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
(2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan
cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-
otot dalam tubuh menjadi rileks
(3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation
And Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.

25
2.2.9 Komplikasi
1. Serangan jantung
2. Gagal jantung
3. Stroke
4. Aneurisma
5. Masalah ginjal
6. Masalah mata
7. Sindrom metabolik
2.3 Terapi Meditasi
2.3.1 Pengertian Meditasi
Istilah terapi modalitas dalam ilmu keperawatan ialah dikenal dengan
terapi komplementer, terapi alternatif, terapi holistis, terapi nonbiomedis,
pengobatan integratif atau perawatan kesehatan, perawatan
nanolalopati, dan perawatan nontradisional.
Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang
menggunakan kemampuan fisik atau eletktrik. Terapi modalitas
bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi
keluhan yang dialami oleh klien. Terapi komplementer adalah istilah
untuk terapi yang bukan bagian dari terapi nonkonvensional.
NCCAM mendefinisikan terapi komplemnter adalh suatu penyembuhan
yang mencakup sistem kesehatan, modalitas, praktik dan teori, serta
keyakinan dari masyarakat atau budaya dalam periode sejarah tertentu.
Kategori terapi komplementer menurut NCCAM adalah sebagai berikut:
1. Terapi pikiran tubuh
2. Terapi berbasis biologi
3. Terapi manipulatif dan berbasis tubuh
4. Terapi energi yang termasuk dalam kategori energi hayati dan
bioelektromagnetik.
Penggunaan terapi komplementer
Faktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi
komplementer antara lain:
1. Adanya keyakinan bahwa teapi biomedis tidak menyentuh
seluruh domain yang dimiliki individu
2. Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek
terapi yang diharapkan

26
3. Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang
peduli
4. Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secara utuh
atau holistis
5. Konsumen menginginkan keterlibatan dalam pengambilan
keputusan dalam menangani kesehatan yang dihadapi
6. Peningkatan pergeseran budaya yang menggunakan sistem
pelayanan kesehatan lain sistem biomedis
Terapi komplementer yang umum digunakan dalam
keperawatan meliputi active listening, akupresur, aroma terapi,
biofeedback, healing touch, tertawa, pijatan, meditasi, musik, spiritual,
presence, relaksasi otot progresif, reiki, thi chi, sentuhan terapeutik, dan
lain-lain.
Meditasi telah dikenal di India sejak lebih dari 7000 tahun yang
lalu dan terus berkembang serta dipraktekkan oleh sebagian masyarakat
sampai saat sekarang. Meditasi telah tercatat dalam sejarah umat
manusia sebagai salah satu cara untuk meningkatkan ketenangan,
kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan.
Meditasi, menurut Udupa adalah merupakan ilmu pengetahuan
tradisional yang dapat membantu seseorang mengkoordinasi tubuh dan
pikirannya menjadi lebih efektif, sehingga memungkinkan orang tersebut
untuk menjaga keseimbangan mental dan mencapai ketenangan yang
mendalam. Meditasi juga dapat dipergunakan sebagai tindakan prepentif
dan kuratif dalam mengelola berbagai gangguan fisik dan psikis.
Meditasi adalah suatu teknik latihan dalam meningkatkan
kesadaran, dengan membatasi kesadaran pada satu objek stimulasi yang
tidak berubah pada waktu tertentu untuk mengembangkan dunia internal
atau dunia batin seseorang, sehinga menambah kekayaan makna hidup
baginya. Menurut Iskandar (2008) meditasi adalah latihan olah jiwa yang
dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental, dan spiritual seseorang.
Beberapa ahli memberikan istilah lain tentang meditasi (dalam P.
Satiadarma, 1998) yaitu Visualisasi (Epstein, 1988; Fanning, 1988),
relaksasi (Benson, 1975), mind-body healing (Rossi, 1988), dan Mind-
body medicine (Goleman&Gurin, 1993).
Ada empat tahapan meditasi terapi yaitu:

27
1. Meditasi Usada I : Mengelola getaran dan menyehatkan diri
sendiri.
2. Meditasi Usada II : Mengelola unsur materi dan menyehatkan diri
sendiri.
3. Meditasi Usada III: Mengelola pikiran dan menyehatkan diri
sendiri.
4. Meditasi Usada IV: Menelusur penyakit orang dan menyehatkan
diri sendiri
Pada dasarnya meditasi terapi merupakan usaha sadar untuk mengelola
sistem di otak. Ada tiga sistem yang bekerja di otak:
1. sistem sensoris yang berkaitan dengan sel saraf yang menerima
rangsang dari luar. Rangsangan tersebut ditangkap oleh panca
indera baik oleh penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba,
dan pengecap.
2. sistem motorik yang terdiri atas sel-sel saraf yang memerintah
dan menggerakkan bagian-bagian atau organ tubuh seperti kaki,
tangan dan lain-lain.
3. Sistem asosiasi yaitu sel saraf yang menghubungkan atau
menggabungkan segala sesuatu yang diperoleh dari apa yang
telah dipelajari, dialami, atau diingat. Ketiga sistem ini berada
pada lapisan Cortex.
Meditasi adalah praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan
pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan
dalam hidup kita sehari-hari. Meditasi tidak hanya dikenal dalam ajaran
agama Budha saja, namun di dalam ajaran agama Islam juga dikenal
aktifitas meditasi. Dalam islam, meditasi diajarkan dalam tasawuf. Ada
beberapa kegiatan spiritual yang dapat dikategorikan sebagai meditasi
dalam tasawuf, yaitu muraqabah, muhasabah, wirid, tafakur, zikir, doa,
uzlah, dan i‟tikaf.
Dengan bermeditasi maka energi ilahi yang ada di alam sekitar
dapat terserap secara maksimal di dalam diri. Sehingga individu pun akan
selalu diliputi oleh energi positif yang akan membantu dalam menghadapi
berbagai masalah hidup.
Narayo dan Onstein (Tart,1997; Prabowo,2007) mengklarifikasikan
meditasi menjadi meditasi Konsefatif dan meditasi Pembukaan (Opening

28
up meditation). Teknik meditasi konserfatif pada dasarnya memberikan
instruksi untuk memperhatikan secara penuh pada hal tertentu, dapat
berupa objek eksternal yang terlihat nyata atau sensasi internal seperti
tarikan nafas. Sedangkan opening up meditation pada dasarnya mengacu
pada keragaman teknik bertujuan membantu seseorang meningkatkan
kepekaan dan kesadaran penuh dari apapun yang terjadi padanya,
menjadi pengamat yang sadar dalam mengamati apa yang terjadi tanpa
harus bereaksi padanya.
2.3.2 Jenis-jenis Meditasi
Jenis dari meditasi antara lain :
1. Meditasi Menghitung Pernafasan
Disini seseorang bermeditasi dengan menghitung keluar
masuknya pernafasan dari hidung. Beberapa ahli menyarankan
hitungan yang berbeda. ada yang menghitung dari satu sampai
empat saja kemudian di ulang lagi. Ada juga yang menyarankan
menghitung sampai sepuluh. Bahkan ada yang menyarankan
ketika menarik nafas sekali dan kemudian mengeluarkan
termasuk hitungan kesatu, begitu seterusnya. Pada dasarnya
semuanya benar dan yang perlu digaris bawahi adalah tujuan
utama meditasi ini adalah memperhatikan hitungan, bukan
menghitung itu sendiri
2. Meditasi Suara
Objek yang dijadikan pusat perhatian dalam meditasi ini adalah
suara, baik yang ada dalam diri maupun yang ada disekitar.
Meditasi ini sering juga disebut meditasi penyadapan suara.
3. Meditasi Visual (Visual Meditation)
Dalam meditasi visual ini, seorang harus memilih satu objek
sebagai stimulus untuk memusatkan perhatian.
4. Meditasi Gelembung Pikiran
Meditasi ini juga disebut sebagai penyadapan pikiran, karena
dilaksanakan dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang
muncul. Pikiran-pikiran itu bisa diibaratkan sebagai gelembung-
gelembung yang muncul dari air ketika air diberi sabun. Disini
seseorang diminta memperhatikan gelembung-gelembung yang
muncul dan naik ke udara kemudian hilang. Kadang kalanya

29
tidak hanya pikiran yang muncul,tetapi juga perasan atau sensasi
tubuh.
5. Meditasi dengan Mantra
Ini adalah bentuk meditasi yang banyak dilakukan orang. Mantra
disini diartikan sebagai suatu frasa atau kata yang dibaca
berulang-ulang (wirid atau dzikir dalam agama Islam). Meditasi
ini biasanya memang lebih baik kalau dilakukan dengan
mengikuti satu ajaran agama tertentu. Misalnya orang Islam
menggunakan kata “Allah”, orang Hindu menggunakan kata“om”,
dan sebagainya.49
Peneliti menggunakan meditasi mantra karena dalam penelitian
ini menggunakan teknik wirid yaitu bacaan-bacaan dzikir bagi
subjek agar subjek merasa lebih tenang dalam menghadapi
permasalahan hidupnya.
6. Meditasi Pernafasan
Pada meditasi ini, pusat perhatian diarahkan pada kegiatan
pernafasan itu sendiri dan bukan pada kegiatan menghitung. Jadi
seseorang terus menerus secara sadar memperhatikan keluar
masuknya udara lewat hidung.
Meditasi relaksasi dengan napas adalah pernafasan abdomen
dengan frekuensi lambat atu perlahan, beririama, dan nyaman
yang dilakukan dengan memajamkan mata.
Meditasi, relaksasi otot progresif, latihan pernafasan, dan
petunjuk gambar merupakan teknik relaksasi yang sering
digunakan dalam pengaturan klinis klien untuk membantu
mengatur stres dan reaksi untuk mencapai kesejahteraan secara
keseluruhan.
Manfaat terapi meditasi dengan relaksasi nafas:
1. Mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman
2. Mengurangi rasa nyeri
3. Tidak mengalami stres
4. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan
yang biasanya menyertai nyeri
5. Mengurangi kecemasan yang memperburuk presepsi nyeri

30
6. Relaksasi napas dalam mempunyai efek distraksi atau
pengalihan perhatian
Indikasi
1. Orang yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan
sedang akibat penyakit yang kooperatif
2. Orang yang mengalami stres
3. Nyeri pascaoperasi
Kontraindikasi
Terapi ini tidak diberikanpada klien yang mengalami sesak nafas
2.3.3 Tujuan Meditasi
Menurut Lichstein (1988) tujuan utama dalam meditasi adalah sebagai
berikut :
1. perenungan dan kebijaksanaan
2. perubahan dalam kesadaran
3. relaksasi.
2.3.4 Manfaat Meditasi
Meditasi banyak digunakan untuk mengurangi kecemasan, stress, dan
depresi. Ketenangan jiwa yang diperoleh ketika bermeditasi dengan baik
mampu meredakan dan memungkinkan seseorang berpikir jernih dalam
pengambilan suatu keputusan. Meditasi merupakan pengalihan perhatian
ketingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran
yang paling dalam dan mencapai sumber pemikiran (T. Mattesion, 2006).
Meditasi mampu menurunkan tingkat rangsangan seseorang dan
membawa suatu keadaan yang lebih tenang, baik secara psikologis
maupun fisiologis (T. Mattesion, 2006).Dengan meditasi mampu
menurunkan kecemasan, perasaan reaktif dan agresivitas
(Hjelee,1974;Prabowo,2007).
Meditasi yang dilakukan individu akan menghasilkan reaksi yang
mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan mempelancar
proses metabolisme tubuh, laju denyut jantung lebih teratur, peredaran
darah lancar, mengatasi berbagai macam penyakit, mendorong racun dan
kotoran dari dalam tubuh keluar, menurunkan tingkat agretifitas dan
perilaku-perilaku buruk dampak dari stress, menurunkan tingkat
egosentris sehingga hubungan intrapersonal ataupun interpersonal
menjadi lancar, mengurangi kecemasan, pada anak-anak dapat

31
meningkatkan intelegensi meliputi karakter kognitif, matematis, logis serta
karakter afektif, relational, kreatif dan emosional, pola pikir menjadi lebih
matang, mempermudah dalam mengendalikan diri, meningkat
kesejahteraan (Benson, 2000; R. Santoso, 2001).
Meditasi sering diartikan secara salah, dianggap sama dengan
melamun sehingga meditasi dianggap hanya membuang waktu dan tidak
ada gunanya. Meditasi justru merupakan suatu tindakan sadar karena
orang yang melakukan meditasi tahu dan paham akan apa yang sedang
dia lakukan. Manfaat meditasi yang kita lakukan bisa secara langsung
maupun tidak langsung kita rasakan secara fisik. Salah satu manfaat
tersebut adalah kesembuhan yang kita peroleh, jika kita menderita sakit
tertentu. Dari sudut pandang fisiologis, meditasi adalah anti-stres yang
paling baik. Saat anda mengalami stres, denyut jantung dan tekanan
darah meningkat, pernapasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar
adrenalin memompa hormon-hormon stres.
Selama anda melakukan meditasi, detak jantung melambat,
tekanan darah menjadi normal, pernapasan menjadi tenang, dan tingkat
hormon stres menurun. Selama meditasi, lama-kelamaan Anda bisa
mendengarkan denyutan jantung, bahkan lebih lanjut lagi Anda dapat
mengkoordinasikan irama denyut jantung dengan irama keluar masuknya
napas. Di masa lalu testimoni mengenai manfaat meditasi datang hanya
dari orang-orang yang mempraktikkan meditasi, saat ini ilmu pengetahuan
menunjukkan manfaat meditasi secara objektif.
Riset atas para pendeta oleh Universitas Wisconsin
menunjukkan bahwa praktik meditasi melatih otak untuk menghasilkan
lebih banyak gelombang Gamma, yang dihasilkan saat orang merasa
bahagia. Dari penelitian terungkap bahwa meditasi dan cara relaksasi
lainnya bermanfaat untuk mengatasi gangguan fungsi ginjal dengan
meningkatkan produksi melatonin dan serotonin serta menurunkan
hormon streskortisol. Dr. Herbert Benson, seorang ahli jantung dari
Universitas Harvard, adalah orang pertama yang dengan penuh
keyakinan menggabungkan manfaat meditasi dengan pengobatan gaya
barat. Secara ilmiah, ia menjelaskan manfaat-manfaat dari meditasi yang
telah dipraktikkan orang selama berabad-abad. Manfaat meditasi:

32
1. Apabila anda secara rutin melakukan meditasi, organ-organ tubuh
dan sel tubuh akan mengalami keadaan baik dan bekerja lebih
teratur.
2. Mampu mengatur dan mengendalikan orang lain serta
memaafkannya.
3. Mampu mengerti orang lain dan memaafkannya.
4. Selalu bertekun dalam hidup yang baik, sebagai pembawa berkat
bagi sesama.
5. Mampu menerima suka dan duka, kesulitan, dan kebaikan hidup
dengan baik.
2.3.5 Tahap Proses Meditasi
Tahapan Proses Meditasi:
1. Pengkajian
1) Informed concent
2) Indentifikasi keluhan utama saat ini
3) Identifikasi Tekanan Darah Pasien
4) Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
5) Menjelaskan prinsip prosedur dari terapi meditasi yang akan
dilakukan
6) Menjelaskan kepada klien jangka waktu efektif melakukan
meditasi (15-30 menit)
2. Perencanaan
1) Menyiapan diri secara fisik dan psikolog (tidak ada konflik
yang dapat mempengaruhi proses terapi)
2) Menyiapkan lingkungan yang tenang, nyaman dan aman

3. Pelaksanaan
1) Persiapkan peralatan
2) Meminta kepada klien untuk mengambil posisi yang nyaman
atau duduk bersila, tegak tetapi tidak kaku
3) Meminta klien mengambil napas dalam-dalam, rileks dan
lakukan yang terbaik untuk mengosongkan pikiran
4) Meminta klien untuk memusatkan pikiran dan konsentrasi

33
5) Meminta klien untuk menyadari pernapasan melalui
pemusatan perhatian pada sensasi udara yang bergerak
masuk keluar tubuh ketika klien bernafas
6) Meminta klien merasakan perut klien mengembang dan
mengempis ketika menghirup menghembuskan napas
7) Meminta klien untuk merasakan kesejukan dan kehangatan
udara yang masuk dan keluar dari hidung ketika kita menarik
dan menghembuskan napas
8) Meminta klien untuk mengamati pikiran-pikiran klien ketika
ada sesuatu datang dan pergi
9) Ketika pikiran-pikiran itu muncul dalam benak klien, minta
klien untuk jangan menghiraukan, minta klien untuk
mengamati saja.
10) Jika klien merasakan diri terbawa oleh pikiran yang muncul,
amati saja kemana pikiran itu pergi, minta klien jangan
menghiraukan, kembalilah kepernapasan.
11) Ketika meditasi selesai, minta klien duduklah dengan tenang,
dan perlahan-lahan kembalikan pikiran dan kesadaran ke
sekeliling klien.
12) Minta klien bangun secara bertahap dan lakukan peregangan
sebentar.
13) Minta klien siap kembali kerutinitas normal dalam keadaan
rileks dan bugar.
4. Terminasi
1) Mengeksplorasi perasaan klien setelah meditasi
2) Mendiskusikan umpan balik bersama klien setelah meditasi
5. Dokumentasi
1) Waktu pelaksanaan
2) Nama perawat yang melaksanakan
3) Hasil pemeriksaan

34
2.3.6 Proses Pelaksanaan Terapi Relaksasi Meditasi
1. Posisi duduk
1) Duduk dengan santai.
2) Anjurkan pasien memfokuskan pandangan pada satu titik
dengan jarak satu meter didepan pasien hingga mata merasa
lelah dan tertutup sendiri.
3) Anjurkan pasien menarik nafas dalam melalui hidung dan
niatkan dalam hati bersamaan dengan menarik nafas untuk
menarik energi penyembuhan dari sekitar kita.
4) Keluarkan nafas pelan melalui hidung, bersamaan dengan itu
keluarkan energi melalui telapak kedua kaki. Lakukan secara
berulang-ulang ( 3 x).
(1) Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui kedua
telapak tangan. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3
kali.
(2) Tarik nafas dalam , keluarkan energi melalui ubun-
ubun. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali.
(3) Tarik nafas dalam , keluarkan energi ke seluruh
tubuh. Lakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali.
5) Bawa pasien kembali pada masa lalu yang mengganggu
pasien.
6) Bimbing pasien untuk pasrah kepada Tuhan dan menyadari
bahwa masalah tersebut merupakan bagian dari kehidupan
dan terima apa adanya.
7) Bimbing pasien berdo’a kepada Tuhan, “ Tuhan berikanlah
penyembuhan pada diri saya”. Kemudian rasakan energi dari
atas kepala masuk kedalam tubuh dan menyapu bersih
semua energi negatif dalam diri. Biarkan energi tersebut
membersihkan energi negatif, sementara pasien pasrah
kepada Tuhan dengan fokus pada hati nurani.
2. Posisi berbaring
1) Anjurkan pasien melakukan posisi tidur telentang dan
pejamkan mata.
2) Dorong pasien untuk merilekskan semua organ tubuh mulai
kaki sampai ujung kepala.

35
3) Dorong pasien untuk memfokuskan pikiran pada kedua kaki
pasien dan merasakan energi masuk mulai ujung ibu jari naik
ke mata kaki, betis, lutut, paha hingga ujung kepala.
4) Anjurkan pasien untuk membiarkan energi mengalir terus
mulai ujung kaki hingga ujung kepala.
5) Bawa pasien kembali pada masa lalu yang mengganggu
pasien.
6) Bimbing pasien untuk pasrah kepada Tuhan dan menyadari
bahwa masalah tersebut merupakan bagian dari kehidupan
dan terima apa adanya.
7) Bimbing pasien berdo’a kepada Tuhan, “ Tuhan berikanlah
penyembuhan pada diri saya”. Kemudian rasakan energi dari
atas kepala masuk kedalam tubuh dan menyapu bersih
semua energi negatif dalam diri. Biarkan energi tersebut
membersihkan energi negatif, sementara pasien pasrah
kepada Tuhan dengan fokus pada hati nurani.
2.3.7 Sikap Mental Dalam Meditasi
1. Jangan mengharapkan apapun
2. Jangan tegang
3. Jangan terburu-buru
4. Jangan melekati apa pun dan jangan menolak apapun
5. Lepaskan segala pikiran yang terpendam
6. Terimalah apapun yang muncul
7. Perlakukanlah diri dengan lembut
8. Selidikilah diri sendiri
9. Pandanglah semua masalah sebagai tantangan
10. Janganlah terjebak dalam perbedaan

36
BAB III
PERSIAPAN DAN KEGIATAN
3.1 Pengkajian
Topik : Pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang
mengalami hipertensi
Sasaran : Lansia yang mengalami hipertensi ringan dan memiliki riwayat hipertensi

Hari/tanggal : Selasa, Juli 2019

Waktu : 08.00 s/d selesai

Tempat : Jln.Eyang Weri Gg.Muhammad Rt.01 Rw.04 Awirarangan-Kuningan

Metode : Demonstrasi, diskusi dan ceramah


Penelitian
Pengkajian : 1. Idntifikasi penyebab hipertensi
Setelah dilakukan pengkajian melalui wawancara bersama 20 responden yang
mengalami hipertensi. Kebanyakan terjadinya hipertensi disebabkan karena
adanya faktor stres dan faktor makanan.
2. Identifikasi Tekanan Darah Pasien
Hasil Pmeriksaan Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Terapi Meditasi

NO Nama Usia Hasil TD

1 Ny.Ic 55 140/90

2 Ny.An 55 130/90

3 Ny.At 60 130/90

4 Ny.In 45 130/80

5 Ny.Ut 70 140/90

6 Ny.Et 54 130/90

7 Ny.Ta 45 120/90

8 Ny.Ai 37 130/80

9 Ny.i 64 140/90

10 Ny.Em 46 150/90

37
11 Ny.En 46 130/80

12 Ny.Tu 52 130/90

13 Ny.Ad 56 150/90

14 Ny.Em 48 140/90

15 Ny.Oo 55 140/100

16 Ny.Cu 59 150/80

17 Ny.Ci 43 130/90

18 Ny.Ya 36 140/80

19 Ny.Enh 48 120/90

20 Ny.Et 40 130/80

3. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan


Maksud dan tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengetahui adanya
pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada klien yang
mengalami hipertensi dan yang memiliki riwayat hipertensi.
4. Menjelaskan prinsip prosedur dari terapi meditasi yang akan dilakukan
Prinsip prosedur dari terapi meditasi adalah menggunakan terapi meditasi
pernafasan. Dimana harus memfokuskan pikiran dan tetap konsentrasi serta
lebih memfokuskan pada proses bernafas untuk meningkatkan rasa rilek.
5. Menjelaskan kepada klien jangka waktu efektif melakukan meditasi
Terapi meditasi dilakukan selama 15-30 menit.
Persiapan : Alat:
 Leaflet
 Poster
 Sound sistem
 Matras
 Laptop
 Stetoskop
 Spignomanometer

38
1. Persiapan alat :
 Memasang poster di dinding
 Memberikan leaflet kepada pasien
 Memeriksa Tekanana darah pre-test
 Memasang matras secukupnya untuk tempat meditasi pasien
 Menghidupkan laptop dan sound sistem untuk musik
2. Persiapan klien :
 Jjelaskan prosedur pelaksanaan terapi
 Atur posisi pasien serileks mungkin
3. Persiapan Lingkungan
 Ciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan tenang
pelaksanaan :  Meminta kepada klien untuk mengambil posisi yang nyaman atau duduk
bersila, tegak tetapi tidak kaku
 Meminta klien mengambil napas dalam-dalam, rileks dan lakukan yang
terbaik untuk mengosongkan pikiran
 Meminta klien untuk memusatkan pikiran dan konsentrasi
 Meminta klien untuk menyadari pernapasan melalui pemusatan perhatian
pada sensasi udara yang bergerak masuk keluar tubuh ketika klien bernafas
 Meminta klien merasakan perut klien mengembang dan mengempis ketika
menghirup menghembuskan napas
 Meminta klien untuk merasakan kesejukan dan kehangatan udara yang
masuk dan keluar dari hidung ketika kita menarik dan menghembuskan
napas
 Meminta klien untuk mengamati pikiran-pikiran klien ketika ada sesuatu
datang dan pergi
 Ketika pikiran-pikiran itu muncul dalam benak klien, minta klien untuk jangan
menghiraukan, minta klien untuk mengamati saja.
 Jika klien merasakan diri terbawa oleh pikiran yang muncul, amati saja
kemana pikiran itu pergi, minta klien jangan menghiraukan, kembalilah
kepernapasan.
 Ketika meditasi selesai, minta klien duduklah dengan tenang, dan perlahan-
lahan kembalikan pikiran dan kesadaran ke sekeliling klien.
 Minta klien bangun secara bertahap dan lakukan peregangan sebentar.
 Minta klien siap kembali kerutinitas normal dalam keadaan rileks dan bugar.

39
 Pemeriksaan kembali tekanan darah post-test
3.2. PERENCANAAN TINDAKAN
No Masalah Kegiatan Sasaran Media Waktu Penanggung
Pelaksanaan Jawab
1. Hipertensi  Melakukan Lansia dengan  Audio visual, 08.00 s/d  Desy
tindakan Hipertensi dan  leaflet selesai Hartiningsih
penyuluhan memiliki riwayat  poster, Selasa, 30  Kartika
terkait dengan hipertensi  Sound sistem, Juli 2019 Fitrianingsih
Pengaruh Terapi  Matras,  Rendi
Meditasi  Laptop lesmana
terhadap  Stetoskop  Wasiq fahmi
Perubahan  Spignomanometer amirudin
Tekanan Darah  Zelin Ana
Pada Lansia Naelul Muna
Yang Mengalami
Hipertensi
 Melakukan
Terapi Meditasi
Pada Klien Yang
Mengalami
Hipertensi

40
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Implementasi dan Evaluasi Proses


NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 1) Mengucapkan salam - Peserta terlihat sangat
2) Menjelaskan nama dan institusi antusias dengan acara
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan terapi meditasi ini dan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan mengikuti dengan baik
5) Menanyakan kesiapan peserta - Responden memahami
tujuan dari terapi
meditasi
- Peserta terlihat siap
mengikuti terapi meditasi
2 1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan - Tekanan darah peserta
2) Melakukan kontrak waktu dengan peserta rata-rata 130-150/80-90
3) Mengecek tekanan darah sebelum melakukan - mmHg
terapi meditasi - Peserta sudah paham
4) Mengatur posisi peserta apa itu meditasi dan
5) Memutar musik bagaimana cara
6) Meditasi dilakukan bersamaan dengan arahan melakukkan meditasi
dari panitia dengan tindakan sebagai berikut: - Hasil dari terapi meditasi
(1) Meminta kepada klien untuk mengambil tekanan darah hampir
posisi yang nyaman atau duduk bersila, semua peserta ada
tegak tetapi tidak kaku perubahan rata-rata 120-
(2) Meminta klien mengambil napas dalam- 140
dalam, rileks dan lakukan yang terbaik untuk
mengosongkan pikiran
(3) Meminta klien untuk memusatkan pikiran
dan konsentrasi
(4) Meminta klien untuk menyadari pernapasan
melalui pemusatan perhatian pada sensasi
udara yang bergerak masuk keluar tubuh
ketika klien bernafas
(5) Meminta klien merasakan perut klien

41
mengembang dan mengempis ketika
menghirup menghembuskan napas
(6) Meminta klien untuk merasakan kesejukan
dan kehangatan udara yang masuk dan
keluar dari hidung ketika kita menarik dan
menghembuskan napas
(7) Meminta klien untuk mengamati pikiran-
pikiran klien ketika ada sesuatu datang dan
pergi
(8) Ketika pikiran-pikiran itu muncul dalam
benak klien, minta klien untuk jangan
menghiraukan, minta klien untuk mengamati
saja.
(9) Jika klien merasakan diri terbawa oleh
pikiran yang muncul, amati saja kemana
pikiran itu pergi, minta klien jangan
menghiraukan, kembalilah kepernapasan.
(10) Ketika meditasi selesai, minta klien
duduklah dengan tenang, dan perlahan-
lahan kembalikan pikiran dan kesadaran ke
sekeliling klien.
(11) Minta klien bangun secara bertahap dan
lakukan peregangan sebentar.
(12) Minta klien siap kembali kerutinitas normal
dalam keadaan rileks dan bugar.
7) Melakukan pengecakan tekanan darah setelah
tindakan dilakukan
3 Tanya jawab - Peserta sangat antusias
- Meminta peserta untuk bertanya dan menjawab dan banyak bertanya
pertanyaan tentang terkait hipertensi dan
o Pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari terapi meditasi
hipertensi.
o Komplikasi, klasifikasi dan
penatalaksanaan hipertensi.
4 Evaluasi : - Peserta mampu

42
- Meminta peserta untuk, menjawab pertanyaan
menjelaskan kembali : terkait materi hipertensi
a. Pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan terapi meditasi yang
hipertensi. sudah diberikan
b. Komplikasi, klasifikasi dan
penatalaksanaan hipertensi.
- Memberikan pujian atas kemampuan
peserta dalam melakukan tindakan yang sudah
dilakukan
- Menanyakan Perasaan Klien setelah tindakan terapi
meditasi dilakukan

4.2 Evaluasi Hasil


4.2.1 Mengeskplorasi Perasaan Klien Setelah Dilakukan Terapi Meditasi
Jumlah responden dengan 20 orang, hipertensi terjadi akibat adanya faktor
makanan dan stres dengan keluhan yang mengalami rasa pusing dikeluhkan
oleh 11 responden sebelum melakukan meditasi, setelah dilakukan terapi
meditasi terdapat 7 orang merasakan "hilang" rasa pusing dan mengalami rasa
pusing yang "berkurang" dirasakan oleh 2 responden. Keluhan dengan rasa
tegang dibagian tengkuk maupun bahu dirasakan oleh 6 penderita dan menjadi
rilex sesudah terapi meditasi dilakukan. Rasa berat di kepala maupun badan
yang dikeluhkan oleh 4 orang responden dan menjadi enteng dan rilex setelah
meditasi dilakukan. 3 orang yang merasakan cemas sebelum meditasi
merasakan rilex dan nyaman sesudah terapi dilakukan. 8 orang yang tidak
merasakan keluhan sebelum meditasi, tetap tidak mengeluh sesudahnya,
bahkan 3 orang merasakan rilex dan tenang setelah dilakukan tindakan terapi
meditasi. Setelah melakukan wawancara dengan beberapa responden
didapatkan:
1. Mahasiswa: “Bagaimana perasaan Ibu setelah dilakukan terapi meditasi?”
Ny. Et : “Kepala berasa enteng, tidak pusing dan alhamdulillah
nyaman tenang”
2. Mahasiswa: “Bagaimana perasaan ibu setelah dilakukan terapi meditasi?”
Ny.Em : “Alhamdulillah merasa tenang, rilex jadi ngantuk gitu”

43
3. Mahasiswa:”Bagaimana perasaan ibu setelah dilakukan terapi meditasi?”
Ny.En :”Perasaannya nyaman, tenang, pikiran jadi tenang, dan
badan berasa rilex”
4. Mahasiswa : “Bagaimana perasaan ibu setelah dilakukan terapi meditasi?”
Ny.I : “jadi tenang, badan berasa rilex dan tidak kaku, tidak pusing
Dan berasa nyaman”

4.2.2 Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Post-Test


Hasil TD Hasil TD
NO Nama Usia
Sebelum Terapi Sesudah Terapi

1 Ny.Ic 55 140/90 130/80

2 Ny.An 55 130/90 120/80

3 Ny.At 60 130/90 130/80

4 Ny.In 45 130/80 120/80

5 Ny.Ut 70 140/90 130/80

6 Ny.Et 54 130/90 120/80

7 Ny.Ta 45 120/90 110/80

8 Ny.Ai 37 130/80 120/80

9 Ny.i 64 140/90 130/80

10 Ny.Em 46 150/90 140/80

11 Ny.En 46 130/80 120/80

12 Ny.Tu 52 130/90 120/80

13 Ny.Ad 56 150/90 130/90

14 Ny.Em 48 140/90 130/90

15 Ny.Oo 55 140/100 130/90

16 Ny.Cu 59 150/80 140/80

17 Ny.Ci 43 130/90 120/80

44
18 Ny.Ya 36 140/80 130/80

19 Ny.Enh 48 120/90 110/80

20 Ny.Et 40 130/80 120/80

45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan
tekanan darah pada lansia yang mengalami hiperetensi tahun 2019, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Hipertensi di rasakan pada responden dengan hipertensi ringan sekitar130-150/80-
100mmHg dan responden yang mempunyai riwayat hipertensi kebanyakan terjadi
akibat adanya faktor stres dan faktor makanan dengan keluhan seperti pusing, nyeri
tengkuk dan merasa berat dikepala.
2. Hipertensi terjadi penurunan sekitar 120-140/80-90 mmHg dengan turun sekitar 10
setelah terapi meditasi dilakukan dengan adanya perasaan yang nyaman, tenang dan
badan berasa rilex
Pada penelitian ini ditemukan bukti bahwa adanya pengaruh terapi meditasi
terhadap perubahan tekanan darah yang terjadi pada lansia yang mengalami
hipertensi.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menerima informasi secara ilmiah dan dapat
mengaplikasikan terapi meditasi untuk mengurangi tekanan darah pada klien
yang mengalami hipertensi
2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti keperawatan diharapkan untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya mengenai terapi meditasi untuk mengurangi tekanan darah yang
tinggi.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat bertambah pengetahuannya tentang manfaat
terapi meditasi

46
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediaAction
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare.2008.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8. Vol.2.
Jakarta:EGC
Syaifudin.(2016).Anatomi Fisiologi Kurikulum Kompetensi Untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi
4. Jakarta:EGC
Wikinson, Judith M. & Nancy R. Ahern.2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Diagnosa
NANDA Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC
Anand Krishna dan Setaiawan.2002.Ilmu Medis dan Meditasi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Merta Ada.1999.Meditasi Kesehatan, PT Elex Media Komptindo, Jakarta
Setyoadi dan Kushariyadi.(2011).Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta
: Salemba Medika
Eti Nurhayati.2011.Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi Inovatif. Yogjakarta:Pustaka Pelajar
Indahria Sulistyarin, “Terapi Relaksasi untuk menrunkan tekanan darah dan meningkatkan kualitas
hidup penderita hipertensi” Jurnal Psikologi, Vol 40 No1 (Fakultas Psikologi dan ilmu Sosial
Budaya, Universitas Islam Indonesia.2013)
Kholifah. S.N.(2016).Modul Keperawatan Gerontik.Jakarta
D:\My Document\SHANTI-LEMBAGA\Spititual\Meditasi-1-3.doc
Soraya Susan Behbehani. Memusatkan kecerdasan Batin Lewat Neditasi. Jakarta,2003.
J.P Chaplin,Kamus Lengkap Psikolog.(terj).Kartini Kartono, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet
XV,2011 ,h294

47
LAMPIRAN

48
DOKUMENTASI

49
50
JURNAL

51

Anda mungkin juga menyukai