DISUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema
“MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF” sebagai pemenuhan penugasan
mata kuliah “MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY” D.III
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Mataram.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
baik pula. Dengan penguasaan komunikasi yang baik seorang pemimpin
memiliki nilai tambah, baik dalam kehidupannya secara umum, maupun
dalam mengkontribusikan dirinya di tempat kerja, sehingga lebih produktif.
Komunikasi juga dikatakan sebagai inti dari kepemimpinan.
Kepemimpinan yang efektif dapat dicapai melalui proses komunikasi yang
dilakukan oleh pemimpin kepada anggotanya. Visi pemimpin bisa saja
bagus, namun tanpa komunikasi yang efektif, maka visi tersebut tidak akan
pernah bisa terwujud. Dalam mengkomunikasikan visi, maka pemimpin
harus bisa menyampaikan suatu gambaran di masa depan yang mendorong
antusiasme serta komitmen orang lain.
Masalah yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah “Apakah yang
harus diperhatikan agar terwujud komunikasi yang efektif?”
5
BAB II
PEMBAHASAN
Ada lima hukum komunikasi yang efektif yang terangkum dalam kata
REACH:
1. Hukum 1: Respect
6
atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan
kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa sikap
saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama
yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita baik
sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim, bahkan
menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win
Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip
dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan
yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James
juga mengatakan “Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah
kebutuhan untuk dihargai”. Dia mengatakan ini sebagai sebuah kebutuhan
(bukan harapan atau keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi),
yang harus dipenuhi. Ini adalah sustu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan
tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap invidu yang
dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak
tangannya. Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan
Amerika yang terdapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa
aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan
antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan
mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi
penghargaan yang tulus.
2. Hukum 2: Empathy
7
memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun
keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama
atau sinerja dengan orang lain.Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat
menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerimanya. Olehkarena itu dalam ilmu pemasaran
(marketing) memahami perilaku konsumen (consumer’s behavior) merupakan
keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati
dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan
dari konsumen.
Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya
komunikasi dalam membentuk kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan
mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan
respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum kita
membangun komunikasi atau mengirimkan pesan , kita perlu mengerti dan
memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan
kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan
penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan berikap
perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap
yang posotif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengar saran, masukan,
apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua
arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik
(feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu
dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising)
diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari
audiensi atau penerima pesan.
3. Hukum 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
8
diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan
kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat Bantu
audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan
disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4. Hukum 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interprestasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling
utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana.Clarity dapat pula berarti
keterbukaan dan trasparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan
sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat
menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita.
Karena tanpa keterbukaan akan menimbulkan sikap saling curiga dan pada
gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita
5. Hukum 5: Humble
9
d. Tidak sombong dan tidak memandang rendah orang lain;
f. Rela memaafkan;
Dengan menjelaskan apa yang kita harapkan atas apa yang dapat kita
lakukan, karena pesan kita hanya ditujukan pada orang-orang tertentu saja.
10
5. Membujuk dan menyedikaitan rekomendasi
11
niat dan upaya yang telah kita lakukan.
3) Tentukan tujuan hidup kita
12
• Tidak ada aturan untuk pengiriman informasi secara lisan, baik tatap muka
atau melalui telepon.
• Perbedaan pendapat, bahkan di kalangan perawat, seperti untuk informasi
apa yang harus dikomunikasikan selama laporan lisan
• Sering terjadi interupsi dan gangguan.
• Frekuensi komunikasi
Untuk mendorong komunikasi sebagai bagian pekerjaan sehari-hari, organisasi
kesehatan harus menekankan pentingnya kerja sama tim. Metode untuk
mempromosikan kerja sama tim harus disesuaikan dengan karakteristik unik dari
sebuah organisasi, namun tindakan berikut adalah penting untuk menciptakan
lingkungan di mana staf di seluruh tingkat bekerja sama dengan baik:
• Berikan pelatihan tim.
• Hilangkan hirarki.
• Membentuk peran dan tanggung jawab.
• Terapkan kebijakan toleransi nol untuk mengganggu tingkah laku.
13
2.8 Kegiatan untuk meningkatkan komunikasi efektif
Meningkatkan komunikasi yang efektif merupakan sasaran keselamatan pasien
kedua, yang harus dilaksanakan oleh semua fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, disebutkan bahwa Fasilitas
pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para
petugas pemberi perawatan semakin efektif. Kegiatan yang dilaksanakan:
a) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
b) Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui
telepon.
Komunikasi yang berisiko/ paling mudah mengalami kesalahan, adalah:
- perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan.
- pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis
menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera
/cito.
Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan
(atau memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan
14
oleh penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah
atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibacakan ulang dengan akurat.untuk obat-obat yang termasuk obat
NORUM/LASA dilakukan eja ulang. Kebijakan dan/atau prosedur
mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali
(read back) tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat
darurat/emergensi di IGD atau ICU.
15
Pronounciation (Pelafalan) – pelafalan kata demi kata secara jelas dan
benar.
Repetition (pengulangan) – untuk mengulangi kata-kata penting dengan
irama yang berbeda.
Hindari gumaman (Intruding Sound) terlalu sering.
Ringkas, namun jelas. Jangan bertele-tele.
2. Faktor lainnya
Selain teknik komunikasi, faktor berikut ini juga dapat menentukan keefektifan
dari komunikasi, antara lain:
Kepercayaan komunikan terhadap komunikator.
Kejelasan pesan yang disampaikan.
Keterampilan komunikasi komunikator
Daya tarik pesan.
Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan komunikan.
Kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan (decoding).
Setting komunikasi kondusif atau nyaman dan menyenangkan.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada hal-hal tersebut di atas maka
kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat
membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan
penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan dengan menjalankan
komunikasi efektif di rumah sakit .
16
- Saat Petugas melaporkan kondisi pasien kepada Dokter penanggung jawab
Pasien
(DPJP). Melaparkan:
kondisi pasien yang kritis
pemeriksaan penunjang dengan hasil nilai kritis
kondisi pasien yang mendapat pengobatan dan memerlukan pengawasan
khusus
kondisi pasien yang memerlukan monitoring ketat
Isi laporan SBAR:
- S (Situation) melaporkan situasi pasien, meliputi: nama pasien, umur, lokasi,
masalah yang ingin disampaikan, tanda-tanda vital pasien, kekhawatiran petugas
terhadap kondisi pasien.
- B (Background) menyampaikan latar belakang atau masalah pasien
sebelumnya
- A (Assessment) menyampaikan penilaian terhadap kondisi pasien dengan
menyampaikan masalah saat ini
- R Recommendation) menyampaikan rekomendasi berupa saran, pemeriksaan
tambahan, atau perubahan tatalaksana jika diperlukan.
b. Komunikasi TBAK
Komunikasi TBAK dilakukan, pada saat:
- Saat petugas menerima instruksi verbal pertelepon/ lisan dari DPJP
- Saat petugas menerima laporan hasil tes kritis/ critical test/ pemeriksaan cito.
Prosedur komunikasi TBAK dilakukan sebagai berikut:
a. Penerima pesan menuliskan pesan lengkap yang disampaikan pengirim di
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), meliputi:
Tanggal dan jam pesan diterima
Isi pesan secara lengkap
Nama pemberi instruksi dalam kotak stempel KONFIRMASI (penerima
pesan membubuhkan stempel KONFIRMASI di sebelah kanan/bawah
catatan
17
instruksi)
Nama penerima pesan
b. Penerima pesan Membacakan kembali instruksi lengkap tersebut kepada
pemberi pesan
c. Pemberi pesan mengkonfirmasi isi pesan dengan jawaban “Ya benar”
d. Pemberi pesan/ instruksi menanda tangani dan menulis tanggal dan jam
penandatanganan dalam kotak stempel KONFIRMASI dalam catatan
perkembangan terintegrasi, dalam waktu 1 x 24 jam
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20