Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Andi Nur Indah Wahyuni (144012458)


2. Nursalim ( )
3. Ria Anggra ( )

Program Studi D III Keperawatan


Politeknik Karya Husada
Jakarta
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa telah menolong kami
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
         Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ARTI
MESANGIH, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa makalah ini
dapat terselesaikan.
         Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN
Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim anggota
kesehatan yang satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan
dokter, komunikasi antara perawat dengan perawat, komunikasi antara perawat dengan tenaga
ahli respiratorik, komunikasi antara perawat dengan farmasi dan komunikasi antara perawat
dengan ahli gizi, sehingga akan menimbulkan tindakan kolaborasi antar anggota tim kesehatan.

Berikut akan dibahas mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan yang
memfokuskan pada hubungan perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.

A. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan
asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh dari hubungan
perawatan dengan dokter. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes
pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga bagaimana
perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien
meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang seperti hasil
laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit
pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-
istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga
tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik
serta mencapai tujuan yang diinginkan.

Selain contoh di atas masih banyak interaksi yang memungkinkan terjadinya komunikasi
antara perawat dan dokter. Contoh lainnya ketika visite dokter spesialis anak
terhadap salah seorang pasien anak, maka perawat wajib mendampingi dan perawat
akan melaporkan segala bentuk kondisi, tindakan dan perkembangan keadaan pasien kepada
dokter tersebut. Bila dokter belum jelas mengenai laporan tersebut seperti kondisi tanda vital
pasien tersebut maka dokter akan berkomunikasi dan bertanya dengan perawat mengenai
kondisi pasien tersebut.

Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua
pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat
dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat
sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

B. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga


kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang
klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan


dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yangterjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat koordinasi antara perawat
A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD untuk di berikan perawatan lebih
lanjut di ruang rawat inap. Maka antara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.

Hubungan struktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau


struktur masing - masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang
dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua
tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan
kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan
interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara
alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait
dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Contohnya perawat di suatu ruangan membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah.
Mereka saling mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal ini
memerlukan yang namanya proses komunikasi.

C. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Terapi Respiratorik

Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi
terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis)
lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan
klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang
melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk
perawatan lebih jauh.
Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik misalnya :
Perawat merawat seseorang yang mengalami PPOK dan merujuk klien tersebut pada ahli
terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkan otot-otot lengan atas, untuk
belajar bagaimana menghemat energy dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu
dilanjutkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien
secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan
klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.

D. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan
dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau
mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan
jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari
semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar
seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.

Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan
mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan
pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan
pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkan
dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat- obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan system pemberian obat.

Contoh, ketika perawat mengamprah obat di apotek maka antara perawat dengan
apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta obat sesuai dengan kebutuhan
pasien. Sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta penjelasan terkait obat tersebut.
Perawat mendengarkan dengan baik lalu memilah dan mengeceknya.
E. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung


berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan
hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar
pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika
perawat tidak mengkomunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang
bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang
baik antara perawat dengan ahli gizi.

Kesimpulan

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi


dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker dsb.
Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila
setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin
dengan baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesame perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya


kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak bisa
dipisah – pisahkan dan disendirikan. Sehingga komunikasi sebagai dasar pembentuk hubungan
yang baik harus ditekankan pada setiap tim kesehatan sebagai upaya yang berfokus
pada peningkatan mutu pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai