0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya komunikasi antar anggota tim kesehatan di rumah sakit dan puskesmas, termasuk komunikasi antara perawat dengan dokter, perawat dengan perawat, perawat dengan ahli terapi respiratorik, perawat dengan ahli farmasi, dan perawat dengan ahli gizi. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil pengobatan.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
NadyaYuniar_DIIIKep1A_MPS(Komunikasi antar tim kesehatan).pdf
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya komunikasi antar anggota tim kesehatan di rumah sakit dan puskesmas, termasuk komunikasi antara perawat dengan dokter, perawat dengan perawat, perawat dengan ahli terapi respiratorik, perawat dengan ahli farmasi, dan perawat dengan ahli gizi. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya komunikasi antar anggota tim kesehatan di rumah sakit dan puskesmas, termasuk komunikasi antara perawat dengan dokter, perawat dengan perawat, perawat dengan ahli terapi respiratorik, perawat dengan ahli farmasi, dan perawat dengan ahli gizi. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil pengobatan.
Mata Kuliah : Managemen Patient Safety Tugas : Resume Materi tentang Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan di Rumah Sakit/ Puskesmas A. Komunikasi antar anggota tim kesehatan di Rumah Sakit Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungandengan orang lain entah itu pasien, sesama teman, dokter, atasan dan sebagainya.Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif bagi perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Proses komunikasi teraupetik seringkali meliputi kemampuan dankomitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membentuk klien mencapaikeberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi efektif merupakan komponen penting untukmeningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi yang kurang menjadi salah satu faktor kesalahan dalam pelaporan sangat penting untuk diperbaiki. Komunikasi yang efektif merupakan standar dalam peningkatan keselamatan pasien . Komunikasi efektif yang dapatdigunakan sesama tenaga medis kesehatan adalah dengan komunikasi SBAR(Kemenkes RI, 2012) Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim kesehatan satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antara perawat dengan perawat,komunikasi antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik (fisioterapis),komunikasi antara perawat dengan farmasi dan komunikasi antara perawatdengan ahli gizi, sehingga akan menghasilkan tindakan kolaborasi antar anggota tim kesehatan. 1. Komunikasi perawat dengan dokter Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksiyang telah cukup lama dikenal ketika memberikan asuhan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter ialah ketika perawat menyiapkan pasien yang diabetes pulang ke rumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga bagaimanacara perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disi tu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjangseperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasidengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah- istilah medis sehingga tidakterjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalandengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukanhanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiriadalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujuddengan baik apabila komunikasi antara perawat dengan dokter terjalindengan baik. 2. Komunikasi perawat dengan perawat Komunikasi Antara Perawat dengan Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien,komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikanapabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanankeperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional,hubungan struktural dan hubungan intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan. Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat koordinasi antara perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD untuk diberikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Makaantara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing – masing perawat dalammenjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnyadalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervise yang dilakukan kepalaruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakanhubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isikomunikasi dalam hubungan ini adalah hal-hal yang tidak terkaitdengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaantugas dan wewenangnya. Contohnya perawat di suatu ruangan membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah. Mereka saling mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal inimemerlukan yang namanya proses komunikasi.
3. Komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik
Komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik (Fisioterapis) Ahli terapi respiratorik ialah seorang fisioterapis yang ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan evaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-samadan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan kliendan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik misalnya, perawat merawat seseorang yang mengalamai PPOK danmerujuk klien tersebut ke seorang fisioterapis untuk belajar latihan agar menguatkan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghematenergi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untukmempertahankan bersihan jalan nafas. 4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapatizin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin jugaterlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangansistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersamatenaga kesehatan lainnya.Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosisyang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan.Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasitentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yangdapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obatdapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahuidosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahlifarmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkandalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan.Contoh, ketika perawat meminta obat di apotek maka antara perawat dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta obat sesuai dengan kebutuhan pasien. sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta penjelasan terkait obat tersebut. Perawatmendengarkan dengan baik lalu mengeceknya. 5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yangdiharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak mengkomunikasikannya maka bisa saja pilihan makanan yang diresepkan oleh ahli gizi akan menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi sangat diperlukan.
MAKALAH KOMUNIKASI DAN KEPERAWATAN 1 (Tekhnik Komunikasi Efektif Antar Sesama Perawat, Perawat Dengan Pasien, Dan Perawat Dengan Tim Kesehatan Lain) ADHE OKTA RIANA
MAKALAH KOMUNIKASI DAN KEPERAWATAN 1 (Tekhnik Komunikasi Efektif Antar Sesama Perawat, Perawat Dengan Pasien, Dan Perawat Dengan Tim Kesehatan Lain) ADHE OKTA RIANA