Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadya Yuniar

Kelas : DIII Keperawatan 1A


Mata Kuliah : Managemen Patient Safety
Tugas : Resume Materi tentang Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan di Rumah
Sakit/ Puskesmas
A. Komunikasi antar anggota tim kesehatan di Rumah Sakit
Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita tidak
terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungandengan orang lain
entah itu pasien, sesama teman, dokter, atasan dan sebagainya.Maka komunikasi
sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif bagi perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Proses komunikasi teraupetik
seringkali meliputi kemampuan dankomitmen yang tulus pada pihak perawat untuk
membentuk klien mencapaikeberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi efektif
merupakan komponen penting untukmeningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi
yang kurang menjadi salah satu faktor kesalahan dalam pelaporan sangat penting
untuk diperbaiki. Komunikasi yang efektif merupakan standar dalam peningkatan
keselamatan pasien . Komunikasi efektif yang dapatdigunakan sesama tenaga medis
kesehatan adalah dengan komunikasi SBAR(Kemenkes RI, 2012) Komunikasi antar
tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim kesehatan satu dengan yang
lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien.
Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antara
perawat dengan perawat,komunikasi antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik
(fisioterapis),komunikasi antara perawat dengan farmasi dan komunikasi antara
perawatdengan ahli gizi, sehingga akan menghasilkan tindakan kolaborasi antar
anggota tim kesehatan.
1. Komunikasi perawat dengan dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksiyang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan asuhan kepada pasien. Perawat bekerja
sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti
standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh
dari hubungan perawatan dengan dokter ialah ketika perawat menyiapkan pasien
yang diabetes pulang ke rumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan
klien dan keluarga bagaimanacara perawatan diabetes di rumah. Selain itu
komunikasi
antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disi
tu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjangseperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai
penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasidengan dokter pastilah
menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-
istilah medis sehingga tidakterjadi kebingungan saat berkomunikasi dan
komunikasi dapat berjalandengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan.Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukanhanya menjalankan
tugas secara individu, perawat dan dokter sendiriadalah kesatuan tenaga medis
yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam
memberikan data-data asuhan keperawatan dan perawat sendiri membutuhkan
bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan
penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujuddengan baik
apabila komunikasi antara perawat dengan dokter terjalindengan baik.
2. Komunikasi perawat dengan perawat
Komunikasi Antara Perawat dengan Perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada klien,komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama
perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana
tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikanapabila
hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.Hubungan perawat
dengan perawat dalam memberikan pelayanankeperawatan dapat diklasifikasikan
menjadi hubungan profesional,hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat
koordinasi antara perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru
dari IGD untuk diberikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Makaantara
perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.Hubungan sturktural
merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing –
masing perawat dalammenjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggung
jawabnyadalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana
tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua
tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervise yang
dilakukan kepalaruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakanhubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isikomunikasi dalam hubungan
ini adalah hal-hal yang tidak terkaitdengan pekerjaan dan tidak membawa
pengaruh dalam pelaksanaantugas dan wewenangnya. Contohnya perawat di suatu
ruangan membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah. Mereka saling
mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal inimemerlukan yang
namanya proses komunikasi.

3. Komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik


Komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik (Fisioterapis)
Ahli terapi respiratorik ialah seorang fisioterapis yang ditugaskan untuk
memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau
oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk
kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan
evaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara
bersama-samadan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan
kliendan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk
perawatan lebih jauh. Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi
respiratorik misalnya, perawat merawat seseorang yang mengalamai PPOK
danmerujuk klien tersebut ke seorang fisioterapis untuk belajar latihan agar
menguatkan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghematenergi
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untukmempertahankan
bersihan jalan nafas.
4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapatizin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin jugaterlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangansistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif
jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersamatenaga kesehatan
lainnya.Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosisyang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan.Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit,
maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka
ahli farmasi memberikan informasitentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat
dicampur atau yangdapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis
obatdapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahuidosis
yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang bila terdapat
keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahlifarmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur
dengan obat obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga
informasi ini dapat dimasukkandalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli
farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan.Contoh, ketika perawat meminta obat di apotek
maka antara perawat dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan
meminta obat sesuai dengan kebutuhan pasien. sedangkan apoteker akan
memberikan obat beserta penjelasan terkait obat tersebut. Perawatmendengarkan
dengan baik lalu mengeceknya.
5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yangdiharapkan
maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkomunikasikannya maka bisa saja
pilihan makanan yang diresepkan oleh ahli gizi akan menghambat absorbsi dari
obat tersebut. Jadi komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi
sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai