Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN 1

TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR SESAMA PERAWAT, PERAWAT


DENGAN PASIEN DAN
PERAWAT DENGAN TIM
KESEHATAN LAIN

Dosen Pengampu:
Ns. Berlian Kando Sianipar,S.Kep,M.Kes

Disusun Oleh:
ADHE OKTA RIANA
Npm: 20230041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
PENDAHULUAN

Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut juga mengakibatkan
banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan, ahli gizi, kesehatan masyarakat,
radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan perawat. Semua profesi tadi diwajibkan
salaing bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas profesinya masing-masing.
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua profesi kesehatan
yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan yang prima.
Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian. Perawat ditemani oleh dokter, analis
kesehatan, tim kesehatan masyarakat, analis kesehatan, ahli gizi, radiologi dan lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat berjalan secara
harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan dan praktik antar
profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan. Semua jenis profesi harus mempunyai keinginan
untuk berkolaborasi. Perawat, bidan, dokter, dan semua profesi lain merencanakan dan
mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku pelajar. Ketergantungan antar profesi pun
dapat tetap ada asalakan dalam batas-batas lingkup praktek yang sesuai dengan aturan yang ada.
KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN/KLIEN, PERAWAT SESAMA
PERAWAT, DAN PERAWAT DENGAN TENAGA KESEHATAN.

1. Komunikasi antara Perawat dengan Pasien dan Keluarga Pasien


a. Definisi komunikasi Perawat dengan Pasien dan Keluarga Pasien
1. Mendengarkan dengan utuh pendapat dari pasien.
2. Menjawab dengan sabar dan pengertian terhadap pasien.
3. Penjelasan singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh pasien.
4. Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan pasien

b. Contoh Komunikasi Informed Consent


Perawat: “selamat pagi ibu parisa, nama saya adhe dan saya akan merawat anda pagi
hari ini”
Pasien: “selamat pagi perawat adhe”
Perawat: “bagaimana keadaan anda hari ini?”
Pasien: “saya merasa baik, demam saya sudah hilang tapi masih terasa sedikit lemas”
Perawat: “apa ibu sudah makan?”
Pasien: “iya, saya sudah makan pagi ini dan sudah minum obat juga”
Perawat: “apakah anda merasa mual?”
Pasien: “ya, saya merasa mual saat makan tadi, tapi sekarang sudah merasa baikan
setelah minum obat”
Perawat: ” mari kita tunggu sehari dan ibu akan merasa lebih baik, saya akan
mengukur tekanan darah ibu dulu,”
Pasien: ”iya silahkan, terimah kasih”

2. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter


a. Definisi Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama
dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di
mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat
diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan
yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam
bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang
baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama
mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes dirumah.Selain itu
komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap
pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa,
serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat
perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,
disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta
mencapai tujuan yang diinginkan. Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat
berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan
hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan
tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat
dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan
bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan
penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dengan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

b. Contoh Komunikasi Iformed consen dengan Dokter


Perawat: “dokter...dokter ini ada pasien kecelakan yang lukanya sangat parah”.
Doker.: “baiklah..cepat siapakan semuanyaa untuk melakukan operasi”
Perawat: “baik dokter”
Dokter: “apakah sudah selesai semua? ini sangat darurat”
Perawat: “baik dokter,sudah siap operasi selesai”
Dokter: “syukurlah .... operasi ini berhasil,ini juga karena berkat mu karena tanggap
dalam menyiapkan segala sesuatu dengan baik karena jika tidak mungkin keadaan
pasien akan memburuk”
Perawat : “iya dok, saya hanya melakukan tugas saya untuk menjadi tangan kanan
anda dan membantu pekerjaan anda”
Dokter: “baiklah kerja yang bagus. terimakasih atas kerjasamanya”
perawat : “baik dokter dengan senang hati”

3. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Terapi Respiratorik


a. Definisi Perawat dengan Ahli Terapi Respiratorik
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang
untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan
pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi
(fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan
fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan
dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu perawat merujuk
klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh perawat merawat seseorang
yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis
respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk
belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan
belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

4. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


a. Definisi Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga
kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat
merupakan hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab
yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan. Hubungan sturktural
merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing
perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang
kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada
kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan
kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim
dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal-
hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

b. Contoh Komunikasi Informed Consent


Perawat 1 : “mbak, mbak, mbak. Kemari bu…!
Perawat 2 : ”Iya mbak.
Perawat 1 : ”Apa yg sedang Anda kerjakan?”
Perawat 2 : “saya baru selesai mengotrol keadaan pasien dan mengganti infusnya.”
Perawat : ”Coba saya lihat!”
Perawat 2 : ”Oh, silahkan mbak!
Perawat 2 : ”Ini mengapa ada tiga bekas tusukan jarum pada lengan pasien? Ini
seharusnya tidak  boleh terjadi, karena ini akan sangat menyakitkan bagi pasien.”
Perawat 1 : ”Oh maaf mbak, kemarin yg bertugas memasang infus adalah sela.
Namun karena sela gagal memasang jarum infus tiga kali, akhirnya saya
menggantikan sela memasangnya.
Perawat 2 : ”Ehm. Jangan sampai ini terulang kembali. Mengerti?”
Perawat 1 : ”Mengerti mbak.”

5. Komunikasi antara perawat dengan Ahli Gizi


a. Definisi Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak
setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat
harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien,
jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan
oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi.

b. Contoh Komunikasi Informed Consent


Perawat: “Assalamu alaikum wr.wb”
Ahli gizi: “waalaikum salam wr.wb”
Perawat: “sesuai dengan data yang saya dapat, di ruangan kelas 2 atas nama Nn.M,ia
mengalami gangguan kebutuhan nutrisi,pasien mengalami lelah dan lesu. apa yang
sebaiknya untuk tindakan selanjutnya”.
Ahli gizi: “jikalau mengalami gangguan kebutuhan nutrisi maka penuhi kebutuhan
dengan menyajikan makan yang tinggi kalori,tinggi protein tinggi zat besi,agar nutrisi
sanggup terpenuhi. Nanti saya akan mengantarkan makanannya, {ahli gizi pun
mempersiapkan makanan}”
Perawat: “baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Assalamualaikum wr.wb.{perawat
bergegas pergi}”
Ahli gizi: waalaikumasalam wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai