Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan

menyeluruh yang dipadukan dengan penggunaan teknologi kedokteran dan

keperawatan terkini sehingga rumah sakit merupakan tempat tumpuan harapan

manusia untuk dapat hidup sehat (Suryawati, 2011). Dalam upaya memenuhi

harapan pasien maka rumah sakit harus menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu.

Pengukuran tingkat kepuasan sangat penting dilakukan oleh suatu

pelayanan yang bergerak dalam bidang jasa termasuk pelayanan kesehatan

khususnya rumah sakit. Dengan melakukan pengukuran tingkat kepuasan

pasien, maka dapat diketahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu pelayanan

kesehatan yang diberikan dapat memenuhi harapan pasien.

Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah ketepatan waktu,

keyakinan, kompetensi tekhnis, keterjangkauan, dan hubungan interpersonal,

dan komunikasi terapeutik. Komunikasi merupakan sumber terapeutik yang

utama, sehingga komunikasi perawat dapat membantu memahami masalah

dan mengidentifikasi masalah pasien. termasuk kemampuan dalam bentuk

interaksi verbal dengan rekan kerja, catatan tertulis, atau publikasi dalam

jurnal profesional.
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial, yaitu pada

komunikasi terapeutik selalu ada tujuan atau arah yang spesifik untuk

komunikasi; oleh karena itu, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang

terencana. Komunikasi paling terapeutik berlangsung ketika pasien dan

perawat keduanya menunjukkan sikap hormat akan individualitas dan harga

diri.

Perawat dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam

melakukan tindakan keperawatan agar pasien atau keluarganya mengetahui

tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien dengan cara perawat harus

memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, membuat

kontrak waktu untuk melakukan tindakan keperawatan selanjutnya. Kehadiran

atau sikap benar-benar ada untuk pasien adalah bagian dari komunikasi

terapeutik.

Peran perawat dalam berkomunikasi merupakan fokus utama perawat

selama interaksi,agar perawat dapat berperan aktif, mempunyai kesadaran diri,

klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab

untuk mengatasi masalah pasien dengan memberikan informasi merupakan

usaha perawat yang berdampak terhadap masalah psikologis pasien. Menurut

Supranto (2003), pada saat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien

tanpa mendapat penjelasan terlebih dahulu, maka upaya penyembuhan akan

kurang berhasil. Hal ini dapat terjadi jika perawat tidak mengetahui pendapat pasien

atau pasien menyembunyikan perasaannya. Karena pemberian informasi

merupakan usaha perawat yang berdampak terhadap masalah psikologis pasien,


maka masalah kesehatan diharapkan tidak terjadi, dengan memberikan informasi

yang jelas akan memberikan mental dan prilaku yang lebih baik kepada pasien untuk

menghadapi berbagai hal yang ada seperti pada saat pasien di berikan infus, karena

pemberian infus merupakan pilihan dan alternative yang kurang di minati oleh

pasien.

Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena

melalui jarum yang di sambungkan. Pemberian cairan infus merupakan salah

satu tindakan keperawatan yang sangat sulit dan tidak jarang pasien menolak

dan meronta. Menurut Nelson (1999) dalam Yeli (2015), tindakan

pemasangan infus tentu saja akan menimbulkan nyeri dan rasa sakit. Hal ini

tentunya juga akan menimbulkan trauma pada pasien sehingga pasien akan

mengalami kecemasan.

Kepuasan pengguna pelayanan kesehatan mempunyai kaitan yang erat

dengan hasil pelayanan kesehatan, baik secara medis maupun non medis

seperti kepatuhan terhadap pengobatan, pemahaman terhadap informasi medis

dan kelangsungan perawatan. Kepuasan pasien akan terpenuhi jika

komunikasi berjalan dengan baik dimana pasien merasa puas dengan

penjelasan petugas keperawatan.

Permasalahan komunikasi yang dihadapi dewasa ini bahwa komunikasi

perawat dengan pasien di beberapa pelayanan kesehatan khususnya rumah

sakit hanya berfokus pada tugas, sehingga gagal menyediakan perawatan

informasi. Teknik komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat terhadap

pasien cenderung formal (kaku). Menuut Supranto (2003) dalam bukunya


Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, cara perawat membina hubungan

komunikasi dengan pasien juga kurang harmonis. Tahapan-tahapan

komunikasi terhadap pasien juga tidak dilakukan sebagaimana mestinya.

Komunikasi perawat – pasien hanya berfokus pada tugas bukan berfokus

kepada pasien yang akibatnya akan mengurangi kualitas komunikasi untuk

mengetahui keadaan pasien secara lengkap.

Hasil pelaksanaan studi pendahuluan bertempat di ruang instalasi gawat

darurat, terhadap 2 pasien yang akan dilakukan tindakan pemasangan infus,

keduanya menyatakan bahwa perawat jarang melakukan komunikasi dan saat

ditanya tentang keadaan pasien perawat menjawab dengan singkat. Pada

umumnya perawat hanya melakukan percakapan singkat untuk memohon ijin

bahwa pasien akan dipasang infus tanpa memberitahukan apa tujuan, manfaat,

dan prosedur apa saja yang akan dilakukan. Kondisi ini dimungkinkan karena

jumlah pasien yang ditangani dalam jumlah banyak sehingga perawat tidak

memungkinkan melakukan komunikasi atau bercakap-cakap dalam waktu

yang cukup. Namun demikian kondisi ini bisa berpengaruh terhadap kepuasan

pasien mengenai kualitas pelayanan.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Hubungan Komunikasi Terapeutik Pada Pemasangan Infus

Terhadap Kepuasan pasien di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah

Merauke.”
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “Adakah Hubungan Komunikasi Terapeutik Pada Pemasangan Infus

dengan Kepuasan pasien di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah

Merauke?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

Hubungan Komunikasi Terapeutik Pada Pemasangan Infus terhadap

Kepuasan pasien di RSUD Merauke.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh gambaran komunikasi terapeutik perawat pada

tahap orientasi pemasangan infus di Ruang UGD RSUD Merauke.

b. Untuk memperoleh gambaran komunikasi terapeutik perawat pada

tahap kerja pemasangan infus di Ruang UGD RSUD Merauke.

c. Untuk memperoleh gambaran komunikasi terapeutik perawat pada

tahap terminasi pemasangan infus di Ruang UGD RSUD Merauke.

d. Untuk menganalisa kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik

perawat saat pemasangan infus.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi pengembangan kajian mengenai komunikasi terapeutik

terhadap kepuasan pasien, khususnya pada di Ruang UGD.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian tentang perngaruh ini dapat digunakan

untuk

a. Bagi Mahasiswa

Memberikan pengetahuan mengenai komunikasi Terapeutik

terhadap kepuasan pasien di RSUD Merauke.

b. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi

tambahan untuk tema penelitian yang sama.

c. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan masukan dalam mengoptimalkan fungsi perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan komunikasi

theraupetik kepada pasien terutama pada saat memberikan tindakan

seperti pemasangan infus.

d. Bagi Rumah Sakit


Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan evaluasi

dalam meningkatkan kepuasan pasien terutama pada komunikasi

terapeutik dalam melakukan tindakan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai