Anda di halaman 1dari 7

Gambaran Pengetahuan dan Sikap

Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik


di RS
kti skripsi 24 Oktober 2012 Tinggalkan
komentar
KTI SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP PERAWAT TENTANG
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RS
BABI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat
khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan
komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan
(Purba, 2003: 1).
Dalam praktek keperawatan, komunikasi
adalah suatu alat yang penting untuk
membina hubungan therapeutik dan dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan. Lebih jauh, komunikasi sangat
penting karena dapat mempengaruhi tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan. Disisi lain,
penyebab sumber ketidakpuasan pasien
sering disebabkan karena jeleknya
komunikasi yang terjadi dengan pasien. Oleh
karena itu pengukuran kepuasan pasien
terhadap komunikasi therapeutik perawat
akan bermanfaat dalam memonitor dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
khususnya untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan (Purba, 2003: 1).
Kemampuan komunikasi yang baik dari
perawat merupakan salah satu faktor
keberhasilan dalam melaksanakan proses
keperawatan. Kemampuan komunikasi sangat
mempengaruhi kelengkapan data klien.
Untuk itu selain perlunya meningkatkan
kemampuan komunikasi perawat,
kemampuan komunikasi klien juga perlu
ditingkatkan. Perawat perlu mengetahu
hambatan, kelemahan dan gaya klien dalam
berkomunikasi. Perawat perlu
memperhatikan budaya yang mempengaruhi
kapan dan dimana komunikasi dilakukan,
penggunaan bahasa, usia dan perkembangan
klien (Mundakir, 2006:7 8).
Komunikasi therapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar perawat
dengan pasien. Persoalan mendasar dalam
komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan pasien,
sehingga dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Dalam pelayanan asuhan keperawatan,
komunikasi therapeutik memegang peranan
penting untuk membantu klien memecahkan
masalahnya. Untuk mewujudkan
terlaksananya komunikasi therapeutik secara
efektif diperlukan adanya kemauan dan
kesadaran diri yang tinggi dari perawat.
Perawat harus mampu menciptakan kondisi
(keterpercayaan) yang dapat menimbulkan
adanya rasa percaya klien terhadap perawat,
klien merasa diperhatikan: diterima, merasa
aman, nyaman (deskripsi) merasa
diikutsertakan dalam setiap tindakan yang
akan dilakukan untuknya (orientasi masalah)
pelayanan yang diberikan perawat dirasakan
tulus, tidak dengan paksaan (spontanitas)
informasi yang dibutuhkan klien harus jelas
(kejelasan) klien merasa perawat dapat
membantu mengurangi hal-hal yang
mengganggu pikirannya dalam menghadapi
penyakitnya dan tanpa memandang siapa
klien tersebut (persamaan) sehingga klien
merasa puas (Purba, 2003: 2).
Kelemahan dalam komunikasi merupakan
masalah serius baik bagi perawat maupun
klien. Perawat yang enggan berkomunikasi
dengan menunjukkan raut wajah yang tegang
akan berdampak serius bagi klien. Klien akan
merasa tidak nyaman bahkan terancam
dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Kondisi ini tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap proses penyembuhan
pasien. Dalam berkomunikasi dengan pasien,
pesan yang disampaikan kadang disalah
tafsirkan, terutama ketika menjelaskan tujuan
terapi, dan kondisi klien. Seorang perawat
yang menyampaikan pesan dengan kata-kata
yang tidak dimengerti dan penyampaian yang
terlalu cepat akan mempengaruhi penerimaan
pasien terhadap pesan yang diberikan
(Mundakir, 2006:2)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam
Medik RS AA, jumlah pasien yang dirawat
inap dari bulan Januari sampai Juni tahun
adalah 2990 orang sedangkan jumlah perawat
yang berijasah D III keperawatan di ruang
Zamrud, Ratna Cempaka, Yaspis, Nilam,
ICU/ICCU dan ruang Berlian RS AA yaitu
berjumlah 64 orang. Dan menurut
pengamatan saat peneliti melakukan praktek
di RS AA masih ada sebagian perawat yang
tidak berkomunikasi dengan baik kepada
pasien saat pasien bertanya. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Di
RS AA .
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Bagaimana gambaran pengetahuan perawat
tentang komunikasi terapeutik di RS AA ?
Bagaimana gambaran sikap perawat tentang
komunikasi terapeutik di RS AA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan dan
sikap perawat tentang komunikasi terapeutik
di RS AA .
Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat
tentang komunikasi terapeutik di RS AA
Diketahuinya gambaran sikap perawat
tentang komunikasi terapeutik di RS AA
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Untuk RS AA
Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah
sakit mengenai pengetahuan dan sikap
perawat tentang komunikasi terapeutik
sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
perawat yang bekerja di RS AA.
Manfaat Bagi Peneliti Sendiri
Sebagai pengalaman nyata dan menambah
pengetahuan penulis dalam melaksanakan
penelitian.
Manfaat untuk peneliti yang lain
Sebagai masukan dan perbandingan dalam
penelitian yang sejenis, serta dapat
pula dijadikan sebagai bahan informasi bagi
mereka yang memerlukan. Ruang lingkup
penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RS AA pada
bulan Agustus.

Anda mungkin juga menyukai