NURHALIFAH 202201281
ZAITUN 202201286
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami kelompok 7 dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “KARAKTERISTIK PERAWAT YANG
MEMFASILITASI HUBUNGAN TERAPEUTIK SENSITIF TERHADAP
PERASAAN KLIEN” Dalam penyusunan Makalah ini, penulis banyak
mendapatkan dukungan dan motivasi. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat kurang dari
kesempurnaan dan tidak terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat
komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi
diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain, pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya
antara lain berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita
dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran
kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau
gesture (non-verbal) adalah komunikasi.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat,
karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data
pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan, mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukkan caring, memberikan rasa nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga
disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam
mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan
dari intervensi yang telah dilakukan, melaksanakan perubahan untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah terjadinya masalah-masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik sensitif terhadap
perasaan pasien
C. TUJUAN
Untuk mengetahui karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik : sensitif
terhadap perasaan pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTA
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi (Damaiyanti, 2014). Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama
yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan antara
terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak, 2012). Oleh karena itu, komunikasi
terapeutik merupakan hal penting dalam kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis
untuk mengetahui apa yang dirasakan dan diinginkan pasien.
Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994 seperti dikutip dalam Damaiyanti, 2012) adalah:
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat-pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah, dan mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.
Menurut Devi (2012) terdapat 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu:
a. Berhadapan; arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
b. Mempertahankan kontak mata; kontak mata pada level yang sama berarti menghargai
pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah pasien; posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau
mendengarkan sesuatu.
d. Memperlihatkan sikap terbuka; tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan
untuk berkomunikasi dan siap membantu.
e. Tetap rileks; tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang
menyenangkan.
Menurut Suryani (2015), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:
a. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi
dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri,
merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau arti.
Komunikasi juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian informasi, makna atau pemahaman dari
pengirim ke penerima. Dari komunikasi yang telah dilakukan diharapkan akan menimbulkan
perubahan tingkah laku atau muncul perilaku baru yang sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim
pesan atau informasi dari penerima informasi.
Helping relationship adalah hubungan yang terjadi antara dua atau lebih individu maupun
kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi
kebutuhan dasar sepanjang kehidupan. Perawat adalah sebagai helper yang berperan membantu
klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia klien.
B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada Pendidikan Kesehatan harus melakukan pengembangan dan
peningkatan mutu Pendidikan dimasa yang akan dating, khusunya bagian Sistem Komunikasi
perlu untuk sering mangadakan pelatihan mengenai komunikasi terapeutik bagi calon-calon
Paramedis masa depan guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pasien nanti agar
kepuasan pasien dalam menerima pelayananan medis dapat terwujud nantinya
http://103.15.241.30:8123/inlislite3/uploaded_files/dokumen_isi/Monograf/CHAPTER %20II_08
0.pdf