Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENTANG KARAKTERISTIK PERAWAT

YANG MEMFASILITASI HUBUNGAN TERAPEUTIK


SENSITIF TERHADAP PERASAAN KLIEN

Dosen : Vidya Urbaningrum, S.Tr.Kep., M.Tr.Kep

Disusun Oleh Kelompok 7:


NILAM APRILIA 202201280

NURHALIFAH 202201281

PRIYANTI OCTA RIA ARISTA 202201282

ZAITUN 202201286
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami kelompok 7 dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “KARAKTERISTIK PERAWAT YANG
MEMFASILITASI HUBUNGAN TERAPEUTIK SENSITIF TERHADAP
PERASAAN KLIEN” Dalam penyusunan Makalah ini, penulis banyak
mendapatkan dukungan dan motivasi. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.

Kehadiran makalah ini berperan penting dalam menjawab tantangan peran


seorang perawat dalam pelaksanaan tugasnya dan bukti legalitas kerja agar dapat
dipertanggung jawabkan, baik dari sisi manajemen maupun dari hukum yang akan
melindungi profesi kerja perawat.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat kurang dari
kesempurnaan dan tidak terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.

Palu, 29 November 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian komunikasi terapeutik


2. Tujuan komunikasi terapeutik
3. Manfaat komunikasi terapeutik
4. Prinsip dasar komunikasi terapeutik
5. Sikap komunikasi terapeutik
6. Karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat
komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi
diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain, pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya
antara lain berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita
dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran
kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau
gesture (non-verbal) adalah komunikasi.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat,
karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data
pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan, mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukkan caring, memberikan rasa nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga
disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam
mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan
dari intervensi yang telah dilakukan, melaksanakan perubahan untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah terjadinya masalah-masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik sensitif terhadap
perasaan pasien

C. TUJUAN
Untuk mengetahui karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik : sensitif
terhadap perasaan pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTA

1. Pengertian komunikasi terapeutik


Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (Anas,
2014). Maka di sini diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang direncanakan
dan dilakukan untuk membantu penyembuhan / pemulihan pasien.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat. Komunikasi


mengandung makna bersama – sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal
dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.Kata
sifatnya communis, yang bernakna umum atau bersama – sama (Devi, 2012).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi (Damaiyanti, 2014). Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama
yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan antara
terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak, 2012). Oleh karena itu, komunikasi
terapeutik merupakan hal penting dalam kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis
untuk mengetahui apa yang dirasakan dan diinginkan pasien.

2. Tujuan komunikasi terapeutik


Dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien, pertama-tama klien harus percaya
bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi keluhannya,
demikian juga perawat harus dapat dipercaya dan diandalkan atas kemampuan yang telah
dimiliki perawat (Simamora, 2013). Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik,
perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih
efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi (Damaiyanti, 2012).

Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994 seperti dikutip dalam Damaiyanti, 2012) adalah:

a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

3. Manfaat komunikasi terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Anas, 2014) adalah:

a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat-pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah, dan mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.

4. Prinsip dasar komunikasi terapeutik


Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan
yang konstruktif diantara perawat – klien. Tidak seperti komunikasi social, komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan
keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar
komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut :
a. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya
sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia
yang bermartabat (Dult-Battey,2004).
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya
dan keunikan setiap individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hali ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga
diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan
masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dank lien adalah kunci
dari komunikasi terapeutik.
5. Sikap komunikasi terapeutik

Menurut Devi (2012) terdapat 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu:

a. Berhadapan; arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
b. Mempertahankan kontak mata; kontak mata pada level yang sama berarti menghargai
pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah pasien; posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau
mendengarkan sesuatu.
d. Memperlihatkan sikap terbuka; tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan
untuk berkomunikasi dan siap membantu.
e. Tetap rileks; tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang
menyenangkan.

6. Karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik


Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan
komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya,. Hal
inilah yang pada akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’. Helping
relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok
yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan, hubungan yang dimaksud adalah
hubungan antara perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat
sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk
mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien (Suryani 2015).

Menurut Suryani (2015), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:

a. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi
dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri,
merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat

b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresi


Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh klien. Komunikasi nonverbal harus cukup ekspresif dan sesuai
dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
c. Bersikap positif
Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan
terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan terapeutik
tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien
akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima
dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya

d. Empati bukan simpati


Dengan empati, perawat dapat memberikan alternatif pemecahan masalah karena perawat
tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaan
tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.

e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien


Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien, melihat
permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk dapat
melakukan hal ini perawat harus memahami dan mendengarkan dengan aktif, serta penuh
perhatian.

f. Menerima klien apa adanya


Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal

g. Sensitif terhadap perasaan klien


Dengan bersikap sensitif terhadap perasaan klien, perawat dapat terhindar dari berkata
atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.

h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau arti.
Komunikasi juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian informasi, makna atau pemahaman dari
pengirim ke penerima. Dari komunikasi yang telah dilakukan diharapkan akan menimbulkan
perubahan tingkah laku atau muncul perilaku baru yang sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim
pesan atau informasi dari penerima informasi.
Helping relationship adalah hubungan yang terjadi antara dua atau lebih individu maupun
kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi
kebutuhan dasar sepanjang kehidupan. Perawat adalah sebagai helper yang berperan membantu
klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia klien.

B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada Pendidikan Kesehatan harus melakukan pengembangan dan
peningkatan mutu Pendidikan dimasa yang akan dating, khusunya bagian Sistem Komunikasi
perlu untuk sering mangadakan pelatihan mengenai komunikasi terapeutik bagi calon-calon
Paramedis masa depan guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pasien nanti agar
kepuasan pasien dalam menerima pelayananan medis dapat terwujud nantinya

2. Bagi Pelayanan Kesehatan


Dokter dan paramedis lainnya disarankan untuk meningkatkan keterampilan atau
kemampuan dalam berkomunikasi dengan pasien, dengan tujuan agar dapat membina rasa
percaya pasien melalui komunikasi terbuka dan meningkatkan kemampuan untuk dapat menggali
pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah pasien sebelum kontrak asuhan medis dan
keperawatan dirumuskan, sehingga terwujud pelayanan prima yang jauh lebih baik lagi.
 
DAFTAR PUSTAKA

http://103.15.241.30:8123/inlislite3/uploaded_files/dokumen_isi/Monograf/CHAPTER %20II_08
0.pdf  

Sheldon, Lisa Kennedy.2009. komunikasi untuk keperawatan. Jakarta : Erlangga.

Nurjannah intansari. 2005.Komunikasi keperawatan. Yogyakarta : MocoMedia.

Anda mungkin juga menyukai