Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

( KONSEP KOMUNIKASI SECARA UMUM)

ISMAWATI S. LATIP 2122003

NADIA PUTRI PERMATA HASAN 2122006

WALBURGA ADELTRUDIS 2122016

BERNADETHA PRIBIANTRI SA 2122017

DETRI KAROLINA RIA 2122024

KORDIANUS RANA 2122044


DELENUSI ADI PAPA 2122045

MARIA NELVIANA 2122048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASAR


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hiayah-
Nyakepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bentuk
Komunikasi Dalam Keperawatan”. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalampenyelesaian makalah ini. Semoga dengan terungkapnya makalah ini kami harap, dapat
membantu dan menambah wawasan bagi para pembaca.Kami menyadari bahwa makalah ini
kurang sempurna. Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa menerima kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………..……………………………….…………………..i

BAB I

PENDAHULUAN………………….……………………………….…………………….ii

Latar Belakang………………...…………………………….……………………………iii

Rumusan Masalah……………….………………………………………………………..iv

Tujuan……………………….…………………………………………………………….v

Manfaat ……………………….……………….…………………………………………vi

Definisi komunikasi. ………………………….…………………………………………vii

BAB II

PEMBAHASAN…………………..…….………………………………….……………viii

Definisi komunikasi…………………..…….………………………………………….…ix

Tujuan Komunikasi. ………………………….…………………………………..….…....x

Tujuh prinsip pembentukan hubungan terapeutik…………………….…………………...xi

Pendekatan dalam komunikasi Terapeutik………………………………………………..xii

Hambatan dalam komunikasi terapeutik……………………..............................................xii

Jenis Komunikasi. ……………………….……………………………………………..…xiv

Peran Komunikasi……………….………….…………………………...……….……..…xv

Unsur komunikasi…………………….….…….………………………...……….…….…xvi

BAB III

DAFTAR PUSTAKA………………………….………………………………………….xvii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang lain . Dengan cara
komunikasilah manusia bisa berhubungan dengan orang lain.Komunikasi dapat dilakukan
secara lisan dan tertulis, tanda-tanda, lambang-lambang. Komunikasi dilakukan baik secara
tradisional maupun modern dengan alat – alatnya pun mulai dari yang paling sederhana
sampai yang mutakhir dan canggih.Unsur – unsur komunikasi terdiri dari sumber,
komunikator, pesan,channel (saluran), komunikan dan efek (hasil). Sumber berupa lembaga,
personal dan non lembaga/non personal. Komunikator (pengiriman pesan). Dalam proses
komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya. Di jelaskan pula faktor
– faktor yang harus diperhatikan komunikator. Pesan mempunyai inti pesan (tema) yang
menjadi pengarah dalam mempengaruhi orang lain dan mencoba mengubah sikap dan
tingkah laku komunikasi.Perkembangan komunikasi menberi dampak social terhadap
masyarakat.Komunikasi mempengaruhi perubahan prilaku, cara hidup, hidup
bermasyarakat,dan nilai – nilai yang ada. Perubahan ini tampaknya sejalan dengan
perkembangan teknologi itu sendiri.Dalam perilaku manusia komunikasi merupakan proses
khusus dan bermakna karena dapat menyatukan pemahaman anatar personal. Pada proses
keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan metode utamadalam
memberikan asuhan keperawatan.Dalam memberikan asuhan keperawatan seorang perawat
harus berkomunikasi dengan pasiennya agar pasien mengerti apa asuhan yang akan diberikan
perawat kepada pasien tersebut. Tidak hanya dalam konteks keperawatan saja komunikasi itu
penting tetapi dalam konteks lain juga komunikasi sangat diperlukan untuk menyampaikan
berita atau pesan yang akan disampaikan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar komunikasi itu ?
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat
memahami konsep dasar komunikasi.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam
proses proses keperawatan khususnya tentang konsp dasar komunikasi.

PEMBAHASAN

A. Definisi komunikasi.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan disepanjang tindakan
pengobatan dan perawatan klien dikerjakan untuk tujuan menolong dan membantu
klien mencapai kembali kondisi sehat, adaptif, dan positif (Pieter, 2017). Fleischer, et
al., (2009) Menyatakan bahwa komunikasi jenis ini dilakukan untuk tujuan akhir
mendorong (advancing) kesejahteraan fisik dan psikis (the physical and emotional
wellbeing) klien.
Secara harafiah, komunikasi berasal dari Bahasa Latin: COMMUNIS yang berarti
keadaan yang biasa. Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses di dalam
upaya membangun saling pengertian. Dalam suatu organisasi biasanya selalu
menekankan bagaimana pentingnya sebuah komunikasi antara anggota organisasi
untuk menekan segala kemungkinan kesalah pahaman yang bisa saja
terjadi.Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima. (Effendy,2003)

B. Tujuan Komunikasi.
Tujuan untuk melatih perawat dalam berkomunikasi baik dengan keluarga klien atau
juga dengan dokter. Sehingga kita sebagai perawat dapat menyampaikan maksut dan
tujuan dari tindakan yang akan dilakukan.
Komunikasi itu sangat penting dalam setiap pekerja bukan hanya untuk seorang
perawat . Nah kalau dalam komunikasi perawat sendiri sangat vital dan sangat
penting karena kita sebagai perawat dalam memberikan caring dan intervensi sebagai
perawat yang di rumah sakit maupun yang di komunitas dan di keluarga komunikasi
sangat di butuhkan. Dalam memberikan penkes , dukungan spiritual, dukungan psikis
itu melalui komunikasi yang efektif. Sehingga jika komunikasi antara perawat dan
klien tidak terjalin baik akan menimbulkan hubungan tidak saling percaya dan
menghambat proses perawat dalam memberika asuhan keperawatan.
Komunikasi bertujuan mengembangkan pribadi klien lebih ke arah yang postif atau
adaptif. Dengan komunikasi kita belajar bagaimana menerima dan diterima, dan juga
melalui komunikasi diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien, misal klien dengan
penyakit kronis pasti dia mengalami perubahan dalam dirinya, baik itu dari citra
tubuh, ataupun harga diri klien rendah, nah dari komunikasi itulah kita bisa
meningkatkan harga diri klien, biar dia tidak merasa rendah dan termotivasi juga.

C. Tujuh Prinsip Pembentukan Hubungan Terapeutik.


 Prinsip Empati.
Empati adalah upaya perawat melihat dunia lewat mata klien dan keluarganya.
Empati juga bermakna upaya memahami perasaan dengan makna pribadi yang
dialami oleh klien dan keluarganya. Perawat yang berempati baik secara
verbal maupun non-verbal akan memunculkan rasa lebih tenang dan aman
pada pasien serta hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien.
 Prinsip Kepercayaan.
Rasa kepercayaan antara perawat dan pasien adalah aspek yang sangat penting
dibangun agar interaksi yang bersifat terapeutik dapat dihasilkan. Hal ini
menyangkut dengan ‘percaya’ sendiri yang adalah salah satu aspek psikis
manusia yang penting.
 Prinsip Keterbukaan.
Hubungan profesional antara perawat dan pasien dan keluarganya adalah
hubungan saling membantu. Oleh sebab itu, keterbukaan menjadi penting agar
perjalanan pengobatan dan perawatan dapat dilakukan dengan aman dan
efektif. Keterbukaan perlu dimulai dari perawat. Prinsip ini dapat dibangun
dengan menunjukkan inisiatif dan minat perawat untuk membuka diri dalam
komunikasi, dengan bijaksana selalu memberikan respon yang jujur mengenai
perjalanan penyakit maupun perawatan pasien, serta terbukanya informasi,
dan gagasan yang perlu bagi pasien dan keluarganya.
 Prinsip Dukungan.
Dukungan pada pasien dan keluarga saat menjalani pengobatan dan perawatan
sangat diperlukan. Dalam hal Pemberian dukungan untuk masalah yang
dialami oleh pasien, perawat perlu mengungkapkannya dalam bentuk yang
deskriptif serta berorientasi pada upaya memecahkan masalah secara asertif
dan profesional.
 Prinsip sikap positif.
Hubungan terapeutik terwujud apabila perawat memiliki mental yang tetap
positif saat menghadapi beragam jenis sifat, penilaian, dan perlakuan dari
pasien dan keluarganya. Perawat dengan sikap positif memiliki ciri yang tidak
lekas merasa bersalah yang berlebihan, ingin terus memperbaiki dan
mengembangkan diri, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai
dalam pekerjaannya, memiliki keyakinan diri dalam mengatasi persoalan,
menerima pujian dari klien dengan leluasa, turut memberi pujian kepada
pasien dan keluarganya dengan tulus, atau dapat menolak dengan baik bentuk-
bentuk penghargaan berbentuk materi dari pasien atau keluarganya tanpa ada
rasa bersalah.
 Prinsip kesetaraan.
Wujud kesetaraan ini dapat dibangun dengan berbincang pada tingkat yang
sama atau upaya memberi penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan
pendapat antara perawat dan pasien, serta upaya perawat mempertahankan
komunikasi pada jarak mata yang setara. Selanjutnya, sebagaimana hubungan
yang setara, maka perawat juga perlu mengetahui bahwa pasien dan keluarga
nya juga perlu melihat diri mereka tidak berada pada posisi yang Lebih tinggi
dari perawat.
 Prinsip rasa hormat.
Rasa hormat berarti perawat menghargai dan menerima pasien sebagai pribadi
yang unik. Menghargai dan menerima disini bukan berarti perawat sama
dengan selalu menyetujui ‘keunikan’ yang ada. Namun penerimaan ini
dilakukan agar pasien dapat merasa aman dan nyaman karena kondisi serta
perasaan nya diterima dan dipahami.
D. Pendekatan dalam komunikasi terapeutik.
Terdapat tiga pendekatan komunikasi terapeutik yaitu pendekatan kultural,
pendekatan sosiologis, dan pendekatan psikologis. Pendekatan kultural adalah
membangun komunikasi di dasari pemahaman bahasa dan dialek yang digunakan
oleh pasien, serta norma dan nilai-nilai yang dipegang klien dan keluarganya sebagai
bagian dari budaya yang dipegangnya. Pendekatan sosiologis berarti perawat
membangun komunikasi di dasari pengetahuan mengenai usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan, literasi pasien terhadap informasi kesehatan dan status ekonomi klien dan
keluarganya. Pendekatan psikologis merupakan upaya membangun komunikasi
didasari respon psikis pasien terhadap penyakit, akibat-akibat psikologis yang
menyertai perjalanan penyakit dan pengobatan yang akan diterima pasien,
kepribadian pasien, spiritualitas, orang yang signifikan bagi pasien, kelompok
referensi pasien, dan support system pasien.
E. Hambatan dalam komunikasi terapeutik.
Di dalam membangun komunikasi pada pasien, beragam hambatan dapat terjadi
antara lain disebabkan oleh (Amoah, 2018; Norouzinia, 2016). Apabila
diklasifikasikan hambatan ini dapat di bagi menjadi tiga bentuk yaitu hambatan fisik,
hambatan sosial, dan hambatan psikologis.Hambatan fisik termasuk, lingkungan yang
sibuk, bising, rendah privasi, dan adanya pasien lain yang sedang kritis di area Kerja.
Hambatan sosial antara lain nilai, keyakinan, dan budaya, natur dari relasi antara
perawat dan pasien, bahasa pasien dan perawat, perbedaan gender antara perawat dan
pasien, perbedaan usia perawat dan pasien. Sedangkan hambatan psikologis antara
lain terkait kepercayaan diri perawat rendah, tingkat emosional, stres, dan rasa nyeri
yang dialami oleh pasien, tekanan kerja yang tinggi, jumlah perawat di bangsal yang
kurang, masalah kesehatan, piskis, sosial, dan pengobatan/tindakan medis yang
sedang diterima pasien yang mempengaruhi tingkat responsifitas pasien, serta
pengalaman negatif yang dialami perawat saat menangani pasien sebelumnya.
Berbagai upaya, baik yang berasal dari diri perawat maupun pihak eksternal, perlu
dilakukan agar masalah hambatan ini dapat dikurangi atau ditiadakan sehingga
komunikasi yang baik dapat tercipta antara perawat dan pasien.
F. Peran Komunikasi.
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan masalah kesehatan, masalah,
dan solusi kesehatan.
 Mempengaruhi persepsi, kepercayaan, sikap, dan norma social.
 Tindakan cepat.
 Menunjukkan atau mengilustrasikan keterampilan.
 Tunjukkan manfaat dari perubahan tingkah laku.
 Tingkatkan permintaan untuk layanan kesehatan.
 Memperkuat pengetahuan, sikap, dan perilaku.
 Sangkal mitos dan kesalahpahaman.
 Membantu menyatukan hubungan organisasi.
 Advokat untuk masalah kesehatan atau kelompok populasi.
 Di Amerika setelah perang dunia ke 2, kesehatan baru mulai menjadi
perhatian masyarakat. Pada saat itu, dokter hanya mengandalkan akal sehat
dengan mengadopsi logika pendek. Logika pendek dianggap lebih mudah
diketahui dan dipahami orang sehingga tidak membutuhkan pakar atau ahli
untuk menerjemahkannya. Dengan logika ini, dianggap bahwa orang langsung
dapat memutuskan tindakan kesehatan tanpa harus melakukan riset yang
mendalam terlebih dulu. Pada 2 dekade atau 20 tahun terakhir, telah
ditemukan cara paling efektif untuk mengubah perilaku orang mengenai
kesehatan. Salah satunya adalah pada tahun 90-an ada sebuah riset mengenai
nutrisi dan rokok, yaotu smoke intervension. Mncul pendidikan kesehatan
untuk mengubah perilaku yang basisnya adalah bukti-bukti ilmiah seperti
hasil riset yang menunjukkan pentingnya kesehatan. Riset ini merupakan
kolaborasi antara ilmu psikologi dengan ilmu komunikasi karena melibatkan
perubahan perilaku yang diharapkan. Integrasi dari berbagai macam ilmu
berperan penting dalam menciptakan sebuah strategi komunikasi kesehatan
yang lebih komprehensif dan efektif.
G. Unsur komunikasi.
 Sumber.
Sumber merupakan unsur yang termasuk utama dari asal muasal dilakukannya
sebuah proses komunikasi kesehatan. Sumber di sini akan berperan sebagai
pengirim informasi, dimana bisa sebagai satu individu atau beberapa
kelompok sekaligus. Sumber dalam unsur komunikasi bisa juga disebut
sebagai source, sender atau encoder.
 Pesan.
Unsur yang selanjutnya adalah pesan. Sama halnya dengan proses komunikasi
pada umumnya, dalam komunikasi kesehatan pun harus ada pesan. Apabila
tidak ada pesan yang akan dikirimkan kepada penerima dari sumber, maka
tidak mungkin proses tersebut bisa disebut sebagai proses komunikasi. Pesan
juga dikenal sebagai content. Pesan menjadi bagian yang penting juga dalam
prinsip komunikasi terapeutik.
 Pengiriman pesan (encoding).
Proses pengiriman pesan atau yang dikenal dengan Istilah encoding adalah
proses pembagian pesan atau Pengubahan pesan ke komunikasi yang aktual.
Di dalam proses Ini, pesan diubah menjadi sesuatu yang masuk akal bagi kita
dan Mampu kita jabarkan dalam kata-kata.
 Penerimaan pesan (decoding).
Penerimaan pesan dikenal pula dengan istilah decoding. Pada tahap ini, pesan
yang disampaikan oleh komunikator ada dalam proses penerimaan oleh si
penerima pesan atau komunikan. Penerimaan pesan yang baik akan
menjadikan proses komunikasi berlangsung optimal.
 Penerima pesan.
Penerima pesan atau komunikan adalah pihak yang menerima pesan. Pada
proses komunikasi yang bersifat transaksional dimana komunikasi berjalan
saling tukar-menukar dan terus-menerus, penerima pesan dapat berperan
menjadi Pengirim pesan, dan sebaliknya.
 Media (channel).
Media atau channel adalah unsur dari komunikasi kesehatan yang juga tidak
kalah pentingnya. Bagaimana sebuah pesan bisa dikirimkan kepada penerima
tentu membutuhkan media. Bentuk media komunikasi pun bisa bermacam-
macam. Ini tergantung dengan jenis pesan dan tujuan yang ingin dicapai dari
proses komunikasi kesehatan itu apa. Komunikasi kesehatan juga memiliki
karakteristik komunikasi terapeutik yang khas dimana penggunaan medianya
akan berbeda antara satu pasien dengan lainnya.
 Umpan balik (feedback).
Umpan balik menjadi sebuah unsur yang juga akan muncul dari komunikasi
kesehatan. Di sini apa yang telah disampaikan sumber, akan diberikan umpan
balik atau feedback dari penerima. Tidak peduli apakah ada pengaruh atau
tidak dalam penyampaian pesan, biasanya feedback tetap akan muncul sebagai
bentuk respon dari penerima.

 Lingkungan.
Lingkungan termasuk ke dalam unsur-unsur komunikasi kesehatan yang juga
turut ambil dalam proses komunikasi. Latar atau setting dari terjadinya proses
komunikasi merupakan bentuk dari unsur komunikasi yang bisa saja terjadi
dalam komunikasi kesehatan. Ini juga bisa ikut mempengaruhi apakah
komunikasi yang efektif bisa atau tidak untuk dilakukan.
 Gangguan.
Gangguan merupakan unsur yang termasuk dalam hambatan berkomunikasi.
Ini bisa disebut sebagai unsur karena gangguan bisa saja muncul sehingga
pesan yang disampaikan oleh sumber tidak diterima dengan baik. Ada cara-
cara untuk mengatasi hambatan komunikasi ini sehingga pesan bisa tetap
diterima oleh receiver. Teknik komunikasi efektif menjadi salah satu
solusinya.

H. Faktor Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah proses pertukaran informasi/ pesan. Peran
komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia yang pada hakikatnya adalah
mahluk sosial. Manusia tidak hidup sendiri dengan pikirannya sendiri. Seseorang
perlu melakukan interaksi dengan orang lain, mengkomunikasikan isi pikirannya
kepada orang lain. Dalam berkomunikasi, ada banyak faktor yang mempengaruhi
jalannya proses komunikasi itu sendiri. Baik faktor internal maupun faktor eksternal
komunikator. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi baik tidaknya, berhasil atau
tidaknya komunikasi yang dilakukan. Berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi menurut ahlinya.
Menurut Scoot M Cultip
 Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) berkaitan dengan hubungan saling percaya antara
komunikator dan komunikan. Komunikator perlu memiliki kredibilitas dimata
komunikan, misalnya dalam hal tingkat keahliannya dalam bidang yang
bersangkutan dengan pesan/ informasi yang disampaikan.

 Konteks
Konteks (context) berkaitan dengan situasi dan kondisi dimana komunikasi
berlangsung. Konteks disini terdiri dari aspek yang bersifat fisik (iklim, cuaca);
aspek Psikologis; aspek sosial; dan aspek waktu. Agar komunikasi dapat berjalan
dengan baik, komunikator harus memperhatikan situasi dan kondisi dimana
komunikan berada.
 Konten
Konten (content) berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan. Isi pesan/ informasi disesuaikan dengan kebutuhan
komunikan, misalnya pesan/ informasi mengenai kesehatan janin diberikan
kepada ibu-ibu, bukan kepada anak remaja. komunikasi yang efektif akan dapat
dicapai jika konten yang disampaikan komunikator mengandung informasi/ pesan
yang berarti/ penting untuk diketahui oleh komunikan.
 Kejelasan
Kejelasan (clarity) dari pesan/ informasi yang disampaikan komunikator sangat
penting. Untuk menghindari kesalah pahaman komunikan dalam menangkap isi
pesan/ informasi yang disampaikan komunikator. Kejelasan disini mencapkup
kejelasan isi pesan, kejelasan tujuan yang akan dicapai, kejelasan kata-kata
(verbal) yang digunakan, dan kejelasan bahasa tubuh (non verbal) yang
digunakan.
 Kesinambungan dan Konsistensi
Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency) pesan/ informasi
yang disampaikan diperlukan agar komunikasi berhasil dilakukan. Pesan perlu
disampaikan secara terus menerus dan konsisten. Pesan yang disampaikan
sebelumnya dengan pesan selanjutnya tidak saling bertentangan. Contohnya
informasi mengenai program KB ‘dua anak saja cukup’ dari pemerintah, perlu
disiarkan terus menerus melalui berbagai media, agar pesan tersebut tertanam dan
dapat mempengaruhi prilaku masyarakat.
 Kemampuan Komunikan
Kemampuan Komunikan (capability of audience) berkaitan dengan tingkat
pengetahuan, dan kemampuan penerima pesan dalam memahami pesan yang
disampaikan. Komikator harus memperhatikan audiensnya, menggunakan bahasa
(baik verbal maupun non verbal) yang sesuai dan dipahami oleh audiens.
 Saluran Distribusi
Saluran distribusi (channels of distribution) berkaitan dengan sarana/ media
penyampaian pesan. Sebaiknya komunikator menggunakan media yang sesuai
dan tepat sasaran. Misalnya dengan menggunakan media yang telah umum
digunakan komunikan. Dengan begitu, komunikan tidak bingung dan komunikasi
dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdad, F.A. (2012). Tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik di
unit rawat inap umum RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Skripsi. Depok: FIK-
UI.Abdalrahim, M.S., Majali, S.A., Stomber, M.W. & Bergbom, I. (2011). The effect
of postoperative pain management program on inproving burses knowledge and
attitudes toward pain. Nurse Education in Practice 11. Page 250 – 255.Agus, R.
(2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 2. Yogyakarta: Nuha
Medika.Alatas, S.S.S. & Linuwih, S. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Pedikulasi Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X,
Jakarta Timur. Jurnal Kesehatan. Vol. 1, No. 1, April 2013.Arikunto, S. (2006).
Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka
Cipta.Arikunto, S. (2010). Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai