Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN

KOMUNIKASI DASAR KEPERAWATAN

Disusun oleh

Kelompok 6 :

1. Cezi Filia Utri (2202024)


2. Fahmi Suryani (2202029)
3. Ikmal Hafid (2202033)
4. Nanda Rezkyana P (2202040)

Dosen Pengampu :
Ns. Emira Apriyeni, M. Kep

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Komunikasi Dasar
Keperawatan.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan, maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Ibu Dosen yang telah memberikan petunjuk kepada penulis.

Padang, 14 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 Latar belakang.................................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah............................................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan.................................................................6
2.2 Jenis – Jenis Komunikasi................................................................................................................7
2.3 Syarat Komunikasi Efektif Dalam Pelayanan Kesehatan..........................................................11
2.4 Komunikasi Efektif Metode REACH...........................................................................................14
2.5 Komunikasi Efektif Metode SBAR..............................................................................................17
2.6 Contoh Dialog Komunikasi Efektif Dalam Pelayanan Kesehatan.............................................20
BAB III.....................................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................21
3.2 Saran...............................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Sehingga
sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa
lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian
pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-
program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar
tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak
merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-
harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan,
dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif
dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi
merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian
informasi, pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok ataupun
komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh petugas
kesehatan seperti perawat salah satunya.

Komunikasi dalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan
orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan
nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga merupakan sebuah
makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak kesedihan seorang suami
yang ditinggal mati istrinya. Komunikasi menyampaikan informasi dan merupakan suatu aksi
saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk
menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
2. Apa saja jenis komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
3. Apa syarat komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana komunikasi efektif metode REACH?
5. Bagaimana komunikasi efektif metode SBAR?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam pelayanan Kesehatan
2. Untuk mengetahui jenis komunikasi dalam pelayanan Kesehatan
3. Untuk mengetahui syarat komunikasi efektif dalam pelayanan Kesehatan
4. Untuk mengetahui komunikasi metode REACH
5. Untuk mengetahui komunikasi metode SBAR
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

1. Komunikasi untuk memenuhi hasrat manusia dalam mengontrol lingkungannya. Selain


itu, melalui komunikasi perawat juga dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk
memamfaatkan, memelihara, dan menghindar dari hal-hal yang mengancam disekitarnya.
Selain itu melalui komunikasi, perawat juga dapat mengetahui kejadian atau peristiwa
yang terjadi sehingga dapat dilakukan usaha-usaha tertentu untuk menghindari atau
memperbaikinya.
2. Melalui komunikasi perawat dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Perawat tidak
perilaku saja dituntut untuk mampu memberi tanggapan terhadap kejadian yang
mempengaruhiindividu, tetapi juga harus mampu menyesuaikan diri agar perawat dapat
hidup dalam suasana yang harmonis.
3. Adanya komunikasi membuat perawat dapat melakukan transformasi warisan sosialisasi.
Keperawatan yang ingin mempertahankan keberadaannya, anggota perawat dituntut
untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan salah satu alat untuk berinteraksi sosial yang
berguna untuk mengetahui dan memprediksi klien, juga berguna mengetahui keberadaan
diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan klient.
4. Komunikasi itu penting menbangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup
untuk memperoleh kebahagiaan, dan terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri
yaitu pandangan kita mengenai siapa dari kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat
informasi yang diberikan oleh orang lain kepada kita,orang berkomunikasi untuk
menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi
diri. Ketika kita berbicara,kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
5. Komunikasi sebagai fungsi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunakasi tersebut
menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) terutama
melalui pesan-pesan nonverbal.
6. Komunikasi sebagai fungsi ritual sering dilakukan secara kolektif.suatu komunitas sering
melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun. Dalam acara tersebut orang
mengucapkan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik. Komunikasi
ritual juga bisa ditampilkan secara ekspresif karena adanya kecintaan secara mendalam.
7. Komunikasi sebagai fungsi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu
menginformasikan,mengajar,mendorong,mengubah sikap dan keyakinan,mengubah
perilaku,atau menggerakkan tindkan,serta untuk menghibur (persuasi). Suatu peristiwa
komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih,
meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.

2.2 Jenis – Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas


hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari komunikasi verbal
dengan kata-kata dan komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh

1. Komunikasi Verbal, mencakup aspek-aspek berupa :

a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan


disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.

b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara
yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan


catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah
merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.

2. Komunikasi Non Verbal, mencakup aspek-aspek berupa :

a. Ekspresi wajah. Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena
ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.

b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan


kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar
mendengarkan.

c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat


spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-
sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui
sentuhan.

d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak
memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi,
konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan
dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat
menjadi pesan yang sangat jelas.

f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat


sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress
bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan


individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry
(1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi
interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok
kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk :

1. Bentuk Komunikasi berdasarkan medianya :

a. Komunikasi langsung

Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata,


gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara
langsung kepada seseorang dihadapan kita.

b. Komunikasi tidak langsung


Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima
penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu
misalnya menggunakan radio, buku, dll.
Contoh : “ Buanglah sampah pada tempatnya”

2. Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran:

a. Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam


jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.

Komunikasi massa yang baik harus :

1. Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele.


2. Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami.
3. Bentuk gambar yang baik.
4. Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio).

b. Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang


umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal
balik.

c. Komunikasi perorangan, adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui
telepon.

3. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan :

a. Komunikasi satu arah


Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak
mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.

b. Komunikasi timbal balik.


Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya
komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik.
2.3 Syarat Komunikasi Efektif Dalam Pelayanan Kesehatan

1. Dapat dipercaya (credible)

Dalam arti secara harfiah, credible diartikan seseorang mempunyai kelebihan dan
merupakan pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator atau sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh posisi dan kedudukan stata sosiokultural tertentu sangat memengaruhi
pengakuan dan kredibilitas seseorang. Menurut cangara H (2004), credibility diartikan sebagai
seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau
diikuti khalayak atau penerima. Kelebihan-kelebihan tersebut mampu memikat khalayak
sehingga mau mendengarkan pembicaraannya, mempercayai pembicaraannya dan
melaksanakan pesan yang telah disampaikan. Komunikator dikatakan credible apabila
memenuhi syarat berikut ini :

a. Kompetensi merupakan penguasaan ilmu luas yang dimiliki oleh komunikator


pada masalah yang dibahasnya. Hal ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang
sesuai dengan bidang keilmuan yang dikuasai. Seorang perawat akan efektif
menjelaskan tentang ilmu keperawatan daripada seorang akuntan, walaupun
seorang akuntan berpendidikan strata sangat tinggi. Dengan penguasaan ilmuyang
dimiliki seorang akan menghadikan argumentasinya lebih jelas dan lebih detail
dalam menjelaskan suatu masalah. Selain penguasaan materi harus dimiliki,
seorang komunikator juga perlu melengkapi diri dengan keterampilan komunikasi
()commucations skills) terutama keterampilan berkomunikasi secara lisan dan
tertulis.

b. Sikap merupakan karakter pribadi sebagai penguatan sehingga pembicaraannya


dipercayai oleh khalayak (penerima pesan). Seserang yang mudah berubah prinsip
akan sangat erbeda dengan orang yang tegar dalam berprinsip. Kebimbangan
pada penerima pesan terjadi karena komunikator tidak mempunyai pendirian yang
tetap sehingga membingungkan pendengar. Berprinsip berarti menyampaikan
pesan sesuai dengan yang apa diketahinya tanpa menambah dan mengurangi isi
pesan.
c. Tujuan. Inti dari adanya komunikasi adalah terjadinya perubahan perilaku
sehingga apa yang disampaikan seharusnya mempunyai tujuan yang baik. Bentuk
komunikasi yang dilakukan perawat akan menghasilkan perubahan perilaku dari
perilaku desdruktif menjadi perilaku yang konstruktif.

d. Kepribadian. Suasana hangan dan bersahabat dengan memperhatikan kultur


setempat saat menyampaikan isi pesan akan membawa khalayak atau
penerimapesan larut dalam pembicaraannya. Suasana tersebut mengahadirkan
keterikatan suasana emosional dalam diri pendengar sehingga membangkitkan
motivasi dalam menelaah semua isi pembicaraannya.

e. Dinamis merupakan kualitas dari isi pesan yang mampu menarik perhatian
khalayak atau penerima pesan. Isi pesan sangat menoton atau membosankan akan
sangat beresiko terhadap eksistensi dan khalayak untuk mau medengarkan, dan
ini akan mengganggu kredibilitas dari pembicara. Memilih isi pesan yang akan
disampaikan dengan memperhatikan khalayak sangat diperlukan dalam menjaga
dinamika dalam berkomunikasi.

2. Konteks (context)

Pesan yang akan disampaikan hendaklah sesuai dengan kepentingan sasaran. Materi yang
konteksual berarti materi yang disampaikan didesain untuk memeuhi kepentingan sasaran
yang berarti bahwa materi yang akan disampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan saat ini.
Pemilihan materi pesan yang akan disampaikan tergantung dari bagaimana perawat
menyimpulkan sebuah rumusan masalah sehingga muncul diagnosa keperawatan dan dari
diagnosis keperawatan tersebut perawat memulai menyusun materi. “klien dengan masalah
keperawatn peningkatan suhu tubuh, maka materi yang akan disampaikan adalah bagaimana
cara mengompres yang benar sehingga dapat menurunkan suhu tubuh”. Oleh karena itu,
klien dan perawat harus bekerjasama dengan baik dengan situasi yang sangat mendukung
dalam proses transfer learning tersebut. Situasi yang dibutuhkan dalam proses transfer
learning tersebut antara lain adalah konsentrasi tinggi yaitu bagaimana komunikan
memfokuskan pada salah satu topik yang dibicarakan dengan membebaskan seluruh pikiran
yang mengganggu. Atensi yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian yang maksimal
dengan lingkungan yang nyaman dan kondusif.

3. Isi (content)

Isi materi merupakan inti dari kegiatan komunikasi. Hal ini sesuai dengan tujuan
komunikasi yang akan dilakukan, dengan harapan akan memberikan efek positif
yaituterjadinya perubahan perilaku dari komunikan. Oleh karena itu, isi materi sebaiknya
bersifat menarik. Untuk diikuti atau di simak. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
komunikator adalah bagaimana seorang komunikator menyegmentasikan isi pesan kedalam
komunikan. Kesesuaian isi pesan dengan komunikan, menjadikan isi pesan menjadi menarik
untuk didengar. Suryani (2006) berpendapat bahwa materi yang akan disampaikan
hendaknya mengandung isi yang bermanfaan bagi sasaran.

4. Kejelasan (clarity)

Kejelasan dari pesan perlu dipertegas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai penafsiran yang berlainan. Hal tersebut penting karena kesalahan penafsiran dapat
menimbulkan berbagai penafsiran yang menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity
dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka atau tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan sehingga
dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Tidak adanya
keterbukaan akan menimbulkan sikap saling curiga dan kemudian akan menurunkan
semangat dan antusiasme kelompok atau tim.

5. Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency)

Pesan yang disampaikan sebaiknya konsisten dan berkesinambungan serta tidak


menyimpang dari topik ataupun tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Apabila terlalu
menyimpang, maka akn kembali ke konteks semula seperti yang telah dibicarakan
sebelumnya. Satuan acara pembelajaran merupakan salah satu cara agar penyampaian pesan
tidak menyimpang dari topik karena proses pemelajaran sudah dirancang dari awalbaik
sasaran, tema, maupun waktu termasuk didalamnya kegiatan pembicara dan respons atau
umpan balik dari pendengar sehingga konsistesi tetap terjaga.

6. Saluran (chanel)

Saluran yang disampaikan dlam komunikasi sesuai dan memungkinkan penerimaan yang
baik dan cermat oleh komunikan. Pada seseorang dengan gangguan bicara karena adanya
gangguan fungsi syaraf, maka saluran yang dipakai adalah dengan menulis di kertas, dan
sebagainya. Intinya saluran yang akan digunakan disesuaikan dengan kondsi saat ini
termasuk menggunaka alat atau tidak. Pada penyuluhan sebaikya menggunakan flip chart.

7. Kapasitas sasaran (capability of audience)

Sasaran dan teknik penyampaian pesan disesuaikan dengan kemampuan penerimaan


sasaran, sedangkan pesan itu sendiri tidak membingungkan. Oleh karena beriorientasi pada
kepentingan sasaran, materi yang dipersiapkan harus memandang karakteristik dari
komunikan antara lain bahasa yang biasa digunakan, tingkat pendidikan, agama serta
kondisi emosi saat ini dan sosial budayanya. Di samping it, komunikator juga harus
memperhatikan situasi dan kondisi. Hal ini dikarenakan dalam proses komunikasi situasi
dan kondisi sangat dibutuhkan dalam proses transfer learning.

2.4 Komunikasi Efektif Metode REACH

Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws ofEffective Communication).


Dalam buku Make Yourself A Leader yang ditulis oleh Aribowo Prijosaksono dan Ping Hartono
Lima hukum ini dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari
komunikasi, yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Pada dasarnya komunikasi
adalah upaya kita untuk meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan,
maupun respon positif dari orang lain.
1. Respect

Rasa hormat saling menghargai merupakan hukum pertama dalam kita berkomunikasi
dengan orang lain dan dianggap penting. Jika kita harus mengkritik atau memarahi
seseorang, kita bisa melakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan
seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan
menghormati, kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan
meningkatkan efektifitas kinerja kita baik secara individu maupun secara keseluruhan
sebagai sebuah tim. Menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and
Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan
dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli
psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa prinsip paling dalam
pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Sifat ini merupakan rasa lapar
manusia yang harus dipenuhi (bukan harapan atau keinginan yang bisa ditunda). Lebih jauh
Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan
menggenggam orang dalam telapak tangannya.

2. Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasarat utama dalam memiliki sifat empati adalah
kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menempatkan kemampuan mendengarkan
sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif. Covey mnyebutnya
sebagai komunkasi empatik, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru
dimengerti. Kita perlu memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu untuk dapat
membangun keterbukaan dan kepercayaan dalam membangun sinergi dengfan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk menyampaikan pesan (message). Cara dan sikap
empati juga akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerima pesan yang kita
sampaikan. Dalam komunikasi untuk membangun kerja sama tim, rasa empati sangat
memegang peranan. Dengan empati kita bisa memahami perilaku anggota tim kita, seperti
kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan mereka. Rasa empati akan
menimbulkan respek. Rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur
utama dalam membangun teamwork.

Dalam membangun komunikasi dengan empati, kita harus mempunyai kemampuan untuk
mendengar dan siap menerima masukan apa pun dengan sikap positif. Banyak di antara kita
yang tidak mau mendengarkan saran, apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari
komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak
ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan.

3. Audible

Pesan yang kita sampaikan harus audible, artinya pesan dapat diterima dan dimengerti
oleh penerima pesan dengan baik. Untuk itu, pesan bisa disampaikan melalui berbagai
media, seperti alat bantu audio visual. Dari sisi media untuk penyampaian pesan,
penggunaan teknologi bisa membantu melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang kita
sampaikan sehingga pesan bisa diterima oleh jauh lebih banyak orang. Sebagai contoh
dengan menggunakan media internet, kita bisa berkomunikasi dengan mudah dan murah
kepada banyak orang.

4. Clarity
Hukum keempat dalam membangun komunikasi yang efektif adalah pesan yang kita
sampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Pesan yang
dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan
sikap transparan sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau
anggota tim kita. Keterbukaan akan mencegah timbulnya sikap saling curiga yang akan
menurunkan semangat dan antusisme tim kita.
5. Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama, yaitu respect. Untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita
miliki. Sikap rendah hati adalah sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau
mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain, berani
mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta
mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika kita membangun komunikasi berdasarkan pada lima hukum pokokkomunikasi yang
efektif ini, kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal yang dapat membangun
jaringan hubungan dengan orang lain dengan penuh penghargaan (respect), karena hal inilah
yang dapat membangunhubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling
menguatkan.

2.5 Komunikasi Efektif Metode SBAR

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada
saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik
komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang


membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien
termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Adapun keuntungan dari penggunaan metode
SBAR adalah:
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi
pasien.
c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,


Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan,
diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.
Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga
kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.

1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?


a. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien;
b. Diagnosa medis;
c. Apa yang terjadi dengan pasien.
2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi? a. Obat
saat ini dan alergi;
a. Tanda-tanda vital terbaru;
b. Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya untuk
perbandingan;
c. Riwayat medis;
d. Temuan klinis terbaru.
3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
a. Apa temuan klinis?;
b. Apa analisis dan pertimbangan perawat?;
c. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
a. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?;
b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?;
c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?;
d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :

1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.


2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.

Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :

1. Situation (S) :
 Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari
perawatan,
 DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik
Masalah keperawatan:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Background (B) :
 Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
 Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
 Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
 Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
 Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
 Diet : rendah protein 1 gram
3. Assesment (A) :
 Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR
20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,
eliminasi faeses baik.
 Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
 Pasien masih mengeluh mual.
4. Recommendation (R) :
 Awasi balance cairan
 Batasi asupan cairan
 Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
 Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
 Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
 Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
2.6 Contoh Dialog Komunikasi Efektif Dalam Pelayanan Kesehatan

Perawat : Assalamualaikum, mohon maaf menganggu waktunya. Apakah benar ini dengandokter
Zahara?
Dokter : Waalaikumsalam iya benar
Perawat :Saya perawat Nur aisah dari ruang Mawar RS Seiya Sekata ingin melaporkan keadaan
pasien yang bernama Tn.Panji umur 42 tahun, tanggal masuk 28 November 2019 sudah 3 hari
perawatan, DPJP : dr.Zahara Nila Kandi, SpPD, diagnosa medis : Post Operasi Apendiksitis.
Nyeri tetap ada selama dirawat dibagian bekas operasi pasien terpasang infuse NaCl 10
tetes/menit, kesadaran composmentis. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl,albumin 15,
ureum 237 mg/dl.
Dokter : Iya sus, ada apa ?
Perawat : Tn. Panji merasakan nyeri berat pada bekas operasinya dikarenakan pasien
mengkonsumsi makanan pedas ketika makan malam semalam. Saya sudah menganjurkan pasien
latihan tarik nafas untuk mengurangi rasa nyerinya.
Dokter : Nah, tolong terapi latihan tarik nafas diteruskan ya sus. Berikan juga obat antiemetik
parenteral untuk mengurangi rasa nyeri di bekas operasi bapak tersebut.
Perawat : Baik dok, saya ulangi rekomendasi dari dokter. Latihan tarik nafas diteruskan dan
berikan obat antiemetik parentl untuk mengurangi rasa nyeri.
Dokter : Ya sus, benar
Perawat : Baik dokter terimakasih atas waktunya, assalamualaikum
Dokter : Waalaikumussalam
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Yang paling penting dalam komunikasi efektif bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita
katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan kepada penerima  pesan.
pesan. Jika kata-kata kata-kata ataupun ataupun tulisan tulisan kita di bangun dari teknik
hubungan hubungan manusia manusia yang dangkal (etika kepribadian) dan bukan dari diri kita
yang paling dalam (etika karakter), orang lain akan melihat tau membaca sikap kita. Jadi syarat
utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kukuh yang di bangun dari fondasi
integritas pribadi yang kuat. Kita bisa menggunakan analogi syistem pelayanan keperawatan di
unit pelayanan kesehatan yang ada, seperti puskesmas, rumah sakit, dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya.

3.2 Saran

Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik di masa yang
sekarang maupun masa yang akan datang. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam makalah ini, karena penulis pun masih dalam tahap pembelajaran. Penulis
memohon kritik dan saran kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

LalongkoeMaksimus Ramses, 2013, Komunikasi Keperawatan, Ruko Jambusarino 74


Yogyakarta; Graha Ilmu
Arifin,A.(2002). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas.Jakarta.Rajawali
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktek.Jakarta.EGC
Djuansa,sasa.(1994). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Jakarta

Anda mungkin juga menyukai