Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Dalam
Keperawatan I
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa Kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ” Komunikasi
Efektif dalam Pelyanan Kesehatan" yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah wajib yaitu Komunikasi Dalam Keperawatan.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan
fakta pada makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan................................................6
2.2 Jenis – Jenis Komunikasi.............................................................................................7
2.3 Syarat Komunikasi Efektif Dalam Pelayanan Kesehatan...........................................9
2.4 Komunikasi Efektif Metode REACH........................................................................12
2.5 Komunikasi Efektif Metode SBAR...........................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
3.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat sebagai
petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu
komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau
partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui
perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk
membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok
ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh
petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.
Komunikasi dalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa
yang terus berlangsung secara dinamis.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal
dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan
dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga merupakan sebuah
makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak kesedihan seorang
suami yang ditinggal mati istrinya. Komunikasi menyampaikan informasi dan merupakan
suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang
digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
2. Apa saja jenis komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
3. Apa syarat komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana komunikasi efektif metode REACH?
5. Bagaimana komunikasi efektif metode SBAR?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui jenis komunikasi dalam pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui syarat komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui komunikasi metode REACH
5. Untuk mengetahui komunikasi metode SBAR
BAB II
PEMBAHASAN
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan
bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan
jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi
non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.Yang termasuk komunikasi non
verbal:
a. Ekspresi wajah. Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena
ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai
desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
a. Komunikasi langsung
c. Komunikasi perorangan, adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui
telepon.
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau
tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya,
misalnya radio.
Dalam arti secara harfiah, credible diartikan seseorang mempunyai kelebihan dan
merupakan pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator atau sebaliknya. Hal
ini disebabkan oleh posisi dan kedudukan stata sosiokultural tertentu sangat memengaruhi
pengakuan dan kredibilitas seseorang. Menurut cangara H (2004), credibility diartikan
sebagai seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga
diterima atau diikuti khalayak atau penerima. Kelebihan-kelebihan tersebut mampu
memikat khalayak sehingga mau mendengarkan pembicaraannya, mempercayai
pembicaraannya dan melaksanakan pesan yang telah disampaikan. Komunikator
dikatakan credible apabila memenuhi syarat berikut ini :
e. Dinamis merupakan kualitas dari isi pesan yang mampu menarik perhatian
khalayak atau penerima pesan. Isi pesan sangat menoton atau membosankan akan
sangat beresiko terhadap eksistensi dan khalayak untuk mau medengarkan, dan ini
akan mengganggu kredibilitas dari pembicara. Memilih isi pesan yang akan
disampaikan dengan memperhatikan khalayak sangat diperlukan dalam menjaga
dinamika dalam berkomunikasi.
2. Konteks (context)
Pesan yang akan disampaikan hendaklah sesuai dengan kepentingan sasaran. Materi
yang konteksual berarti materi yang disampaikan didesain untuk memeuhi kepentingan
sasaran yang berarti bahwa materi yang akan disampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan
saat ini. Pemilihan materi pesan yang akan disampaikan tergantung dari bagaimana
perawat menyimpulkan sebuah rumusan masalah sehingga muncul diagnosa keperawatan
dan dari diagnosis keperawatantersebut perawat memulai menyusun materi. “klien
dengan masalah keperawatn peningkatan suhu tubuh, maka materi yang akan
disampaikan adalah bagaimana cara mengompres yang benar sehingga dapat menurunkan
suhu tubuh”. Oleh karena itu, klien dan perawat harus bekerjasama dengan baik dengan
situasi yang sangat mendukung dalam proses transfer learning tersebut. Situasi yang
dibutuhkan dalam proses transfer learning tersebut antara lain adalah konsentrasi tinggi
yaitu bagaimana komunikan memfokuskan pada salah satu topik yang dibicarakan dengan
membebaskan seluruh pikiran yang mengganggu. Atensi yaitu mendengarkan dengan
penuh perhatian yang maksimal dengan lingkungan yang nyaman dan kondusif.
3. Isi (content)
Isi materi merupakan inti dari kegiatan komunikasi. Hal ini sesuai dengan tujuan
komunikasi yang akan dilakukan, dengan harapan akan memberikan efek positif yaitu
terjadinya perubahan perilaku dari komunikan. Oleh karena itu, isi materi sebaiknya
bersifat menarik. Untuk diikuti atau di simak. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
komunikator adalah bagaimana seorang komunikator menyegmentasikan isi pesan
kedalam komunikan. Kesesuaian isi pesan dengan komunikan, menjadikan isi pesan
menjadi menarik untuk didengar. Suryani (2006) berpendapat bahwa materi yang akan
disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaan bagi sasaran.
4. Kejelasan (clarity)
Selain harus dapat dimengerti dan diterima, maka kejelasan dan pesan itu sendiri
perlu dipertegas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran
yang berlainan. Hal tersebut penting karena kesalahan penafsiran dapat menimbulkan
berbagai penafsiran yang menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula
berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan
sikap terbuka atau tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan sehingga dapat
menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Tidak adanya
keterbukaan akan menimbulkan sikap saling curiga dan kemudian akan menurunkan
semangat dan antusiasme kelompok atau tim.
6. Saluran (chanel)
1. Respect
Rasa hormat dan saling menghargai (respect) merupakan hukum pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Kita harus ingat bahwa manusia selalu ingin dihargai
dan dianggap penting. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, kita bisa
melakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, kita
dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah
tim.
Menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People,
rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan
manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli
psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa prinsip paling
dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Sifat ini merupakan rasa
lapar manusia yang harus dipenuhi (bukan harapan atau keinginan yang bisa ditunda).
Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasarat utama dalam memiliki sifat empati
adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk menyampaikan pesan (message). Cara dan
sikap empati juga akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerima pesan yang
kita sampaikan.
Dalam komunikasi untuk membangun kerjasama tim, rasa empati sangat memegang
peranan. Dengan empati kita bisa memahami perilaku anggota tim kita, seperti
kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan mereka. Rasa empati akan
menimbulkan respek. Rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur
utama dalam membangun teamwork.
3. Audible
Pesan yang kita sampaikan harus audible, artinya pesan dapat diterima dan dimengerti
oleh penerima pesan dengan baik. Untuk itu, pesan bisa disampaikan melalui berbagai
media, seperti alat bantu audio visual.
Dari sisi media untuk penyampaian pesan, penggunaan teknologi bisa membantu
melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang kita sampaikan sehingga pesan bisa diterima
oleh jauh lebih banyak orang. Sebagai contoh dengan menggunakan media internet, kita
bisa berkomunikasi dengan mudah dan murah kepada banyak orang.
4. Clarity
Hukum keempat dalam membangun komunikasi yang efektif adalah pesan yang kita
sampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Pesan
yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak
sederhana.
5. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama, yaitu respect. Untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang
kita miliki. Sikap rendah hati adalah sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau
mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain,
berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri,
serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :
- Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari
perawatan,
- DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Background (B) :
- Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
- Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
- Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
- Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
- Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
- Diet : rendah protein 1 gram
3. Assesment (A) :
- Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR
20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,
eliminasi faeses baik.
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
- Pasien masih mengeluh mual.
4. Recommendation (R) :
- Awasi balance cairan
- Batasi asupan cairan
- Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
- Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
- Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
- Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
1. Situation (S) :
- Selamat pagi Dokter, saya Alia Permata perawat Nusa Indah 2
- Melaporkan pasien nama Tn G mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24
jam, mengalami sesak napas.
2. Background (B) :
- Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program
HD hari Senin-Kamis.
- Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower
kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
- Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
- TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah
dan asites
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
- Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
3. Assessment (A) :
- Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit lebih
- Pasien tampak tidak stabil
4. Recommendation (R) :
- Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
- Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?
- Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yang paling penting dalam komunikasi efektif bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau
kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan kepada penerima
pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita di bangun dari teknik hubungan manusia yang
dangkal (etika kepribadian) dan bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang
lain akan melihat tau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah
karakter yang kukuh yang di bangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Kita bisa
menggunakan analogi syistem pelayanan keperawatan di unit pelayanan kesehatan yang ada,
seperti puskesmas, rumah sakit, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.
3.2 Saran
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik di masa
yang sekarang maupun masa yang akan datang. Penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, karena penulis pun masih dalam tahap
pembelajaran. Penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA