Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Dalam
Keperawatan I

Disusun Oleh Kelompok 2:


Salsabila Juwita 1911312066
Nasywa Khansa A. 1911313002
Salsabila Dwiyona 1911313005
Tasya Desriza 1911313008
Sekar Ayu W. 1911313011
Fitri Yani 1911313014
Umniatul Azizah 1911313017
Loan Atika 1911313020

Dosen Pembimbing:

Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa Kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ” Komunikasi
Efektif dalam Pelyanan Kesehatan" yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah wajib yaitu Komunikasi Dalam Keperawatan.

Kami juga ingin mengucapkan terimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan
fakta pada makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 02 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan................................................6
2.2 Jenis – Jenis Komunikasi.............................................................................................7
2.3 Syarat Komunikasi Efektif Dalam Pelayanan Kesehatan...........................................9
2.4 Komunikasi Efektif Metode REACH........................................................................12
2.5 Komunikasi Efektif Metode SBAR...........................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
3.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat sebagai
petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu
komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau
partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui
perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk
membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok
ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh
petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.

Komunikasi dalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa
yang terus berlangsung secara dinamis.

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal
dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan
dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga merupakan sebuah
makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak kesedihan seorang
suami yang ditinggal mati istrinya. Komunikasi menyampaikan informasi dan merupakan
suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang
digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
2. Apa saja jenis komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
3. Apa syarat komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana komunikasi efektif metode REACH?
5. Bagaimana komunikasi efektif metode SBAR?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui jenis komunikasi dalam pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui syarat komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui komunikasi metode REACH
5. Untuk mengetahui komunikasi metode SBAR
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

1. Komunikasi untuk memenuhi hasrat manusia dalam mengontrol lingkungannya, selain


itu melalui komunikasi perawat juga dapat mengetahui peluang-peluang yang ada
untuk memamfaatkan, memelihara, dan menghindar dari hal-hal yang mengancam
disekitarnya. Selain itu melalui komunikasi, perawat juga dapat mengetahui kejadian
atau peristiwa yang terjadi sehingga dapat dilakukan usaha-usaha tertentu untukk
menghindari atau memperbaikinya.
2. Melalui komunikasi perawat dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Perawat tidak
saja dituntut untuk mampu memberi tanggapan terhadap kejadian yang mempengaruhi
perilaku individu, tetapi juga harus mampu menyesuaikan diri agar perawat dapat
hidup dalam suasana yang harmonis.
3. Adanya komunikasi membuat perawat dapat melakukan transformasi warisan
sosialisasi. Keperawatan yang ingin mempertahankan keberadaannya, anggota perawat
dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan salah satu alat untuk berinteraksi
sosial yang berguna untuk mengetahui dan memprediksi klien, juga berguna
mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan klient.
4. Komunikasi itu penting menbangun konsep diri kita, aktualisasi diri,kelangsungan
hidup untuk memperoleh kebahagiaan,dan terhindar dari tekanan.Pembentukan konsep
diri yaitu pandangan kita mengenai siapa dari kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat
informasi yang diberikan oleh orang lain kepada kita,orang berkomunikasi untuk
menunjukkan dirinya eksis.Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan
eksistensi diri.Ketika kita berbicara,kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
5. Komunikasi sebagai fungsi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunakasi tersebut
menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan(emosi kita) terutama
melalui pesan-pesan nonverbal.Melalui pesan-pesan nonverbal,perawat dapat
mengertikliennya dalam kondisi apa.
6. Komunikasi sebagai fungsi ritual sering dilakukan secara kolektif.suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun.dalam acara tersebut
orang mengucapkan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat
simbolik,Komunikasi ritual juga bisa ditampilkan secara ekspresif karena adanya
kecintaan secara mendalam.
7. Komunikasi sebagai fungsi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu
menginformasikan,mengajar,mendorong,mengubah sikap dan keyakinan,mengubah
perilaku,atau menggerakkan tindkan,serta untuk menghibur (persuasi).Sutau peristiwa
komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang
tindih,meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.

2.2 Jenis – Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas


hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari komunikasi verbal
dengan kata-kata dan komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh

1. Komunikasi Verbal, mencakup aspek-aspek berupa;

a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan


disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.

b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan
bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan


catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor
adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan
jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.

2. Komunikasi Non Verbal.

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi
non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.Yang termasuk komunikasi non
verbal:

a. Ekspresi wajah. Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena
ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.

c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat


spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang
sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat
dilakukan melalui sentuhan.

d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai
desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan


isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan
stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan


memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal,
interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang
terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua
orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal
yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.

Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk :

1. Bentuk Komunikasi berdasarkan medianya :

a. Komunikasi langsung

Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata,


gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita
berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.

b. Komunikasi tidak langsung


Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah
penerima penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan
geografis, waktu misalnya menggunakan radio, buku, dll.

Contoh : “ Buanglah sampah pada tempatnya”

2. Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran:

a. Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam


jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.

Komunikasi massa yang baik harus :

1. Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele.

2. Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami.

3. Bentuk gambar yang baik.

4. Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio).

b. Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang


yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung
dan timbal balik.

c. Komunikasi perorangan, adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui
telepon.

3. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan :

a. Komunikasi satu arah

Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau
tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya,
misalnya radio.

b. Komunikasi timbal balik.

Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik.


Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal
balik.

2.3 Syarat Komunikasi Efektif Dalam Pelayanan Kesehatan

1. Dapat dipercaya (credible)

Dalam arti secara harfiah, credible diartikan seseorang mempunyai kelebihan dan
merupakan pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator atau sebaliknya. Hal
ini disebabkan oleh posisi dan kedudukan stata sosiokultural tertentu sangat memengaruhi
pengakuan dan kredibilitas seseorang. Menurut cangara H (2004), credibility diartikan
sebagai seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga
diterima atau diikuti khalayak atau penerima. Kelebihan-kelebihan tersebut mampu
memikat khalayak sehingga mau mendengarkan pembicaraannya, mempercayai
pembicaraannya dan melaksanakan pesan yang telah disampaikan. Komunikator
dikatakan credible apabila memenuhi syarat berikut ini :

a. Kompetensi merupakan penguasaan ilmu luas yang dimiliki oleh komunikator


pada masalah yang dibahasnya. Hal ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang
sesuai dengan bidang keilmuan yang dikuasai. Seorang perawat akan efektif
menjelaskan tentang ilmu keperawatan daripada seorang akuntan, walaupun
seorang akuntan berpendidikan strata sangat tinggi. Dengan penguasaan ilmuyang
dimiliki seorang akan menghadikan argumentasinya lebih jelas dan lebih detail
dalam menjelaskan suatu masalah. Selain penguasaan materi harus dimiliki,
seorang komunikator juga perlu melengkapi diri dengan keterampilan komunikasi
()commucations skills) terutama keterampilan berkomunikasi secara lisan dan
tertulis.

b. Sikap merupakan karakter pribadi sebagai penguatan sehingga pembicaraannya


dipercayai oleh khalayak (penerima pesan). Seserang yang mudah berubah prinsip
akan sangat erbeda dengan orang yang tegar dalam berprinsip. Kebimbangan pada
penerima pesan terjadi karena komunikator tidak mempunyai pendirian yang tetap
sehingga membingungkan pendengar. Berprinsip berarti menyampaikan pesan
sesuai dengan yang apa diketahinya tanpa menambah dan mengurangi isi pesan.

c. Tujuan. Inti dari adanya komunikasi adalah terjadinya perubahan perilaku


sehingga apa yang disampaikan seharusnya mempunyai tujuan yang baik. Bentuk
komunikasi yang dilakukan perawat akan menghasilkan perubahan perilaku dari
perilaku desdruktif menjadi perilaku yang konstruktif.

d. Kepribadian. Suasana hangan dan bersahabat dengan memperhatikan kultur


setempat saat menyampaikan isi pesan akan membawa khalayak atau penerima
pesan larut dalam pembicaraannya. Suasana tersebut mengahadirkan keterikatan
suasana emosional dalam diri pendengar sehingga membangkitkan motivasi dalam
menelaah semua isi pembicaraannya.

e. Dinamis merupakan kualitas dari isi pesan yang mampu menarik perhatian
khalayak atau penerima pesan. Isi pesan sangat menoton atau membosankan akan
sangat beresiko terhadap eksistensi dan khalayak untuk mau medengarkan, dan ini
akan mengganggu kredibilitas dari pembicara. Memilih isi pesan yang akan
disampaikan dengan memperhatikan khalayak sangat diperlukan dalam menjaga
dinamika dalam berkomunikasi.

2. Konteks (context)
Pesan yang akan disampaikan hendaklah sesuai dengan kepentingan sasaran. Materi
yang konteksual berarti materi yang disampaikan didesain untuk memeuhi kepentingan
sasaran yang berarti bahwa materi yang akan disampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan
saat ini. Pemilihan materi pesan yang akan disampaikan tergantung dari bagaimana
perawat menyimpulkan sebuah rumusan masalah sehingga muncul diagnosa keperawatan
dan dari diagnosis keperawatantersebut perawat memulai menyusun materi. “klien
dengan masalah keperawatn peningkatan suhu tubuh, maka materi yang akan
disampaikan adalah bagaimana cara mengompres yang benar sehingga dapat menurunkan
suhu tubuh”. Oleh karena itu, klien dan perawat harus bekerjasama dengan baik dengan
situasi yang sangat mendukung dalam proses transfer learning tersebut. Situasi yang
dibutuhkan dalam proses transfer learning tersebut antara lain adalah konsentrasi tinggi
yaitu bagaimana komunikan memfokuskan pada salah satu topik yang dibicarakan dengan
membebaskan seluruh pikiran yang mengganggu. Atensi yaitu mendengarkan dengan
penuh perhatian yang maksimal dengan lingkungan yang nyaman dan kondusif.

3. Isi (content)

Isi materi merupakan inti dari kegiatan komunikasi. Hal ini sesuai dengan tujuan
komunikasi yang akan dilakukan, dengan harapan akan memberikan efek positif yaitu
terjadinya perubahan perilaku dari komunikan. Oleh karena itu, isi materi sebaiknya
bersifat menarik. Untuk diikuti atau di simak. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
komunikator adalah bagaimana seorang komunikator menyegmentasikan isi pesan
kedalam komunikan. Kesesuaian isi pesan dengan komunikan, menjadikan isi pesan
menjadi menarik untuk didengar. Suryani (2006) berpendapat bahwa materi yang akan
disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaan bagi sasaran.

4. Kejelasan (clarity)

Selain harus dapat dimengerti dan diterima, maka kejelasan dan pesan itu sendiri
perlu dipertegas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran
yang berlainan. Hal tersebut penting karena kesalahan penafsiran dapat menimbulkan
berbagai penafsiran yang menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula
berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan
sikap terbuka atau tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan sehingga dapat
menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Tidak adanya
keterbukaan akan menimbulkan sikap saling curiga dan kemudian akan menurunkan
semangat dan antusiasme kelompok atau tim.

5. Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency)

Pesan yang disampaikan sebaiknya konsisten dan berkesinambungan serta tidak


menyimpang dari topik ataupun tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Apabila terlalu
menyimpang, maka akn kembali ke konteks semula seperti yang telah dibicarakan
sebelumnya. Satuan acara pembelajaran merupakan salah satu cara agar penyampaian
pesan tidak menyimpang dari topik karena proses pemelajaran sudah dirancang dari
awalbaik sasaran, tema, maupun waktu termasuk didalamnya kegiatan pembicara dan
respons atau umpan balik dari pendengar sehingga konsistesi tetap terjaga.

6. Saluran (chanel)

Saluran yang disampaikan dlam komunikasi sesuai dan memungkinkan penerimaan


yang baik dan cermat oleh komunikan. Pada seseorang dengan gangguan bicara karena
adanya gangguan fungsi syaraf, maka saluran yang dipakai adalah dengan menulis di
kertas, dan sebagainya. Intinya saluran yang akan digunakan disesuaikan dengan kondsi
saat ini termasuk menggunaka alat atau tidak. Pada penyuluhan sebaikya menggunakan
flip chart.

7. Kapasitas sasaran (capability of audience)

Sasaran dan teknik penyampaian pesan disesuaikan dengan kemampuan penerimaan


sasaran, sedangkan pesan itu sendiri tidak membingungkan. Oleh karena beriorientasi
pada kepentingan sasaran, materi yang dipersiapkan harus memandang karakteristik dari
komunikan antara lain bahasa yang biasa digunakan, tingkat pendidikan, agama serta
kondisi emosi saat ini dan sosial budayanya. Di samping it, komunikator juga harus
memperhatikan situasi dan kondisi. Hal ini dikarenakan dalam proses komunikasi situasi
dan kondisi sangat dibutuhkan dalam proses transfer learning.

2.4 Komunikasi Efektif Metode REACH

Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws ofEffective


Communication). Dalam buku Make Yourself A Leader yang ditulis oleh Aribowo
Prijosaksono dan Ping Hartono Lima hukum ini dikembangkan dan dirangkum dalam satu
kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi, yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau
meraih. Pada dasarnya komunikasi adalah upaya kita untuk meraih perhatian, cinta kasih,
minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

1. Respect

Rasa hormat dan saling menghargai (respect) merupakan hukum pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain. Kita harus ingat bahwa manusia selalu ingin dihargai
dan dianggap penting. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, kita bisa
melakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, kita
dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah
tim.

Menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People,
rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan
manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli
psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa prinsip paling
dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Sifat ini merupakan rasa
lapar manusia yang harus dipenuhi (bukan harapan atau keinginan yang bisa ditunda).
Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.

2. Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasarat utama dalam memiliki sifat empati
adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

Secara khusus Covey menempatkan kemampuan mendengarkan sebagai salah satu


dari tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif. Covey mnyebutnya sebagai komunkasi
empatik, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Kita perlu
memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu untuk dapat membangun
keterbukaan dan kepercayaan dalam membangun sinergi dengfan orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk menyampaikan pesan (message). Cara dan
sikap empati juga akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerima pesan yang
kita sampaikan.

Dalam komunikasi untuk membangun kerjasama tim, rasa empati sangat memegang
peranan. Dengan empati kita bisa memahami perilaku anggota tim kita, seperti
kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan mereka. Rasa empati akan
menimbulkan respek. Rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur
utama dalam membangun teamwork.

Dalam membangun komunikasi dengan empati, kita harus mempunyai kemampuan


untuk mendengar dan siap menerima masukan apa pun dengan sikap positif. Banyak di
antara kita yang tidak mau mendengarkan saran, apalagi kritik dari orang lain. Padahal
esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif
manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima
pesan.

3. Audible

Pesan yang kita sampaikan harus audible, artinya pesan dapat diterima dan dimengerti
oleh penerima pesan dengan baik. Untuk itu, pesan bisa disampaikan melalui berbagai
media, seperti alat bantu audio visual.

Dari sisi media untuk penyampaian pesan, penggunaan teknologi bisa membantu
melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang kita sampaikan sehingga pesan bisa diterima
oleh jauh lebih banyak orang. Sebagai contoh dengan menggunakan media internet, kita
bisa berkomunikasi dengan mudah dan murah kepada banyak orang.

4. Clarity
Hukum keempat dalam membangun komunikasi yang efektif adalah pesan yang kita
sampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Pesan
yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak
sederhana.

Clarity dapat pula berarti keterbukaan. Dalam berkomunikasi kita perlu


mengembangkan sikap transparan sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari
penerima pesan atau anggota tim kita. Keterbukaan akan mencegah timbulnya sikap
saling curiga yang akan menurunkan semangat dan antusisme tim kita.

5. Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama, yaitu respect. Untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang
kita miliki. Sikap rendah hati adalah sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau
mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain,
berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri,
serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika kita membangun komunikasi berdasarkan pada lima hukum pokokkomunikasi


yang efektif ini, kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal yang dapat
membangun jaringan hubungan dengan orang lain dengan penuh penghargaan (respect),
karena hal inilah yang dapat membangunhubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dan saling menguatkan.

2.5 Komunikasi Efektif Metode SBAR

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi


SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah
kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan
kondisi pasien.

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang


membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau
berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam
situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk
diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Adapun keuntungan dari
penggunaan metode SBAR adalah:

a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.


b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan,
diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.
Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga
tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.

1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?


a. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien;
b. Diagnosa medis;
c. Apa yang terjadi dengan pasien.
2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi?
a. Obat saat ini dan alergi;
b. Tanda-tanda vital terbaru;
c. Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya
untuk perbandingan;
d. Riwayat medis;
e. Temuan klinis terbaru.
3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
a. Apa temuan klinis?;
b. Apa analisis dan pertimbangan perawat?;
c. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
a. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?;
b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?;
c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?;
d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :

1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.


2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.

Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :

1. Situation (S) :
- Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari
perawatan,
- DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Background (B) :
- Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
- Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
- Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
- Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
- Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
- Diet : rendah protein 1 gram
3. Assesment (A) :
- Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR
20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,
eliminasi faeses baik.
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
- Pasien masih mengeluh mual.
4. Recommendation (R) :
- Awasi balance cairan
- Batasi asupan cairan
- Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
- Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
- Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
- Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :

1. Situation (S) :
- Selamat pagi Dokter, saya Alia Permata perawat Nusa Indah 2
- Melaporkan pasien nama Tn G mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24
jam, mengalami sesak napas.
2. Background (B) :
- Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program
HD hari Senin-Kamis.
- Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower
kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
- Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
- TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah
dan asites
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
- Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
3. Assessment (A) :
- Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit lebih
- Pasien tampak tidak stabil
4. Recommendation (R) :
- Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
- Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?
- Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yang paling penting dalam komunikasi efektif bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau
kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan kepada penerima
pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita di bangun dari teknik hubungan manusia yang
dangkal (etika kepribadian) dan bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang
lain akan melihat tau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah
karakter yang kukuh yang di bangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Kita bisa
menggunakan analogi syistem pelayanan keperawatan di unit pelayanan kesehatan yang ada,
seperti puskesmas, rumah sakit, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.
3.2 Saran
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik di masa
yang sekarang maupun  masa yang akan datang. Penulis  memohon  maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, karena penulis pun masih dalam tahap
pembelajaran. Penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

LalongkoeMaksimus Ramses, 2013, Komunikasi Keperawatan, Ruko Jambusarino 74


Jogjakarta; Graha Ilmu

Arifin,A.(2002). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas.Jakarta.Rajawali

 Suryani.(2005).Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktek.Jakarta.EGC

Djuansa,sasa.(1994). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Jakarta

Anda mungkin juga menyukai