Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk berinteraksi
juga membutuhkan komunikasi yang baik. Bagi sebagian orang tua, inilah masa yang
bisa cukup sulit, terutama dalam hal membangun komunikasi dengan anak remaja.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi
biologis yaitu perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Menurut Hewwit (1981) tujuan
penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu mempelajari atau mengajarkan
sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan
perilaku sendiri atau perilaku orang lain, hubungan dengan orang lain, menyelesaikan
sebuah masalah, mencapai sebuah tujuan, menurunkan tegangan dan menyelesaikan
konflik, menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Dengan hal tersebut maka
sangatlah penting seorang perawat untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif.
Pertumbuhan fisik remaja, juga diikuti oleh perkembangan daya intelektual. Mereka
mulai mengembangkan pola pikir sendiri, lepas dari orang tua mereka. Jika pada masa
kanak-kanak pola pikir mereka adalah konkret. Pada masa remaja mereka mulai
mengembangkan konsep berpikir abstrak, seperti kejujuran, loyalitas, atau keadilan.
Kemampuan berpikir secara abstrak membuat dunia mereka menjadi tidak terbatas,
mampu memahami perbedaan, dan mendorong mereka untuk menentukan pilihan mereka
untuk menjadi apa kelak mereka di kemudian hari.
Selain itu, remaja umumnya sudah mampu memahami logika dan konsekuensi dari sebuah
tindakan logis. Pola berpikir logis membuat mereka selalu menuntut alasan (reasoning) dibalik
sebuah tindakan. Itulah sebabnya, para remaja seringkali diberi label sebagai kelompok yang suka
menentang (argumentative). Seringkali remaja memandang orang tua mereka terlalu lamban, dan
dalam banyak hal mereka lebih unggul ketimbang orang tua mereka. Meskipun tidak salah,
namun pandangan ini juga tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orang tua terlambat menyadari
kondisi dan jalan pikiran anak remaja mereka Karena kurangnya komunikasi para orang tua
sehingga menimbulkan konflik.
Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada remaja adalah hubungan yang
terapeutik antara perawat dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan
pengalaman koreksi terhadap komunikasi klien. Disini perawat berperan sebagai tim
pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan membina hubungan
interpersonal yang sepaham dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi
dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan realistis yang jelas
dan peningkatan integritas diri.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian Komunikasi Pada Remaja
1.2.2 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja
1.2.3 Apa prinsip Komunikasi pada remaja
1.2.4 Bagaimana teknik komunikasi pada remaja
1.2.5 Apa hambatan dalam komunikasi pada remaja

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu mengaplikasikan cara berkomunikasi pada remaja yang baik
dan efektif serta mampu mengedukasi orang lain khususnya orang tua untuk
melakukan komunikasi yang baik pada anak remaja mereka.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa mengetahui definisi komunikasi pada remaja
2. mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada
remaja
3. Agar mahasiswa memahmi prinsip yang digunakan dalam komunikasi pada
remaja
4. Untuk memahami bagaimana tekhnik komunikasi pada remaja
5. Agar mahasiwa mengerti apa saja hambatan yang terjadi dalam komunikasi
pada remaja

1.4 Sistematika penulisan


Pada makalah komunikasi pada anak usia remaja dijelaskan melalui 4 bab.
a. BAB I
1. Latar belakang
2. Tujuan penulisan makalah komunikasi pada anak usia remaja.
3. Rumusan masalah
4. Sistematika penulisan
5. Manfaat penulisan
b. BAB II
1. pengertian komunikasi
2. bentuk-bentuk komunikasi
3. pengertian remaja
4. tahap tumbuh kembang remaja
5. perkembangan perilaku individu remaja
c. BAB III
1. komunikasi pada
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja
3. Komunikasi terapeutik pada remaja

2
4. Prinsip komunikasi pada remaja
5. Tekhnik komunikasi pada remaja
6. Cara komunikasi yang baik pada remaja
7. Peran keluarga terhadap pola komunikasi pada remaja
8. Hambatan dalam komunikasi
d. BAB IV
1. kesimpulan
2. saran

1.5 Manfaat Penulisan


a. Manfaat bagi penulis
Penulis makalah dapat memberi informasi mengenai Komunikasi pada Remaja pada
pembaca.
b. Manfaat bagi pembaca
Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui bagaimana teknik dan cara
berkomunikasi yang baik pada remaja, berkomunikasi dengan remaja memiliki teknik
khusus sehingga feedback yang kita dapatkan melalui komunikasi dapat maksimal.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator
atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan atau penerima
berita kepola dan pemahaman yang dikehendaki bersama.
Ada beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh beberapa para ahli, yaitu
sebagai berikut:
1. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam
mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
2. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-
lambang yang mengandung arti.
3. Menurut Human Relation of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses lewatnya
informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
4. Menurut Oxtord Dictionary, komunikasi adalah pengiriman atau tukar menukar
informasi, ide atau sebagainya.
5. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencangkup ekspresi wajah,
sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon
dan lainnya.
Secara umum komunikasi dapat disebutkan sebagai proses pengiriman dan penerimaan
kabar atau berita (informasi) antara dua orang atau lebih dengan cara efektif, sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami. Dengan mengaju kepada beberapa definisi, komunikasi
adalah penyampaian informasi, gagasan atau pengetahuan kepada pihak lain. Dengan
mengacu beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahlinya, secara ringkas
dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, pengetahuan
kepada orang lain. Walaupun definisi tersebut tidak mengungkapkan apakah alat-alat dan
perlengkapan yang digunakan, kita anggap saja bahwa yang dimaksudkan termasuk pula
penggunaan alat perlengkapannya (Wong, Dona L. 2008. )
Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Agar sukses, komunikasi harus
dengan situasi, waktu yang tepat, dan diungkapkan dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa
perawat memahami dan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif, termasuk
teknik mendengarkan. Pesan verbal dan nonverbal harus sama yaitu dua atau lebih pesan
yang dikirimkan melalui tingkat yang berbeda tidak boleh bertolak belakang. Isu penting
dalam komunikasi adalah membiarkan saluran tetap terbuka dan memeriksa persepsi dengan
sering untuk mengkaji kualitas pemahaman

4
2.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi dapat verbal, non-verbal atau abstrak. Komunikasi verbal dapat
melibatkan bahasa dan ekspresinya, vokalisasi dalam bentuk tertawa, merintih atau berteriak
atau implikasi dari hal-hal yang tidak dikatakan dalam apa-apa yang tidak dikatakan.
Komunikasi non-verbal sering disebut bahasa tubuh dan meliputi posisi tubuh, pergerakan,
ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi. Komunikasi abstrak dapat berbentuk permainan,
ekspresi, artistik, simbol, foto, dan pilihan pakaian. Karena komunikasi verbal
memungkinkan digunakannya kontrol kesadaran yang lebih besar maka komunikasi verbal
menunjukkan indikator perasaan sebenarnya yang kurang dapat diterima, terutama perasaan
anak-anak (Wong et al, 2008:138).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Agar sukses (sesuai dengan yang
diharapkan), komunikasi harus dengan situasi, waktu yang tepat, dan diungkapkan dengan
jelas. Hal ini menunjukkan bahwa perawat memahami dan menggunakan teknik-teknik
komunikasi yang efektif, termasuk teknik mendengarkan. Pesan verbal dan nonverbal harus
sama yaitu dua atau lebih pesan yang dikirimkan melalui tingkat yang berbeda tidak boleh
bertolak belakang. Isu penting dalam komunikasi adalah membiarkan saluran tetap terbuka
dan memeriksa persepsi dengan sering untuk mengkaji kualitas pemahaman (Wong et al,
2008:138).

2.3 Pengertian Remaja


Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Menurut
WHO (2014) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di
Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah
penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari
jumlah penduduk dunia (kementerian kesehatan, 2012)
Bila seorang remaja yang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan
lagi remaja. Sebaliknya jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang
tua (tidak mandiri), maka tetap dimasukkan kedalam kelompok remaja. Remaja merupakan
tahapan seseorang dimana ia berada dianatara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari
waktu ke waktu memang berubah sesuai perkembangan zaman (Efendi dan
Makhfudli,2004:221). Gunarsa dan Gunarsa (2001) menyatakan bahwa remaja adalah masa
peralihandari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan usia 11 sampai 21 tahun, disertai
dengan perubahan fisik, kepribadian, kognitif, psikososial dalam rangka pembentukkan
identitas diri.
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani

5
menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke
dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka
panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.
Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan Haditono (1996) mengenal
semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara usia
12-21 tahun yaitu usia 12-15 tahun: masa usia remaja awal, 16-18 tahun: masa remaja
madya, 19-21 tahun: masa remaja akhir, akan mengemukakan banyak faktor yang masing-
masing perlu mendapat tinjauan sendiri (Satiadarma,2004:62).

2.4 Tahapan Tumbuh Kembang Anak Usia Remaja


Masa remaja awal Masa remaja perkembangan Masa remaja akhir
(11-14 tahun) (15-17 tahun) (18-20 tahun)
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
Laju pertumbuhan terjadi Pertumbuhan melambat pada Matang secara fisik
dengan cepat remaja putri Pertumbuhan struktur dan
Puncak kecepatan Tinggi badan mencapai 95% reproduktif hampir lengkap
pertumbuhan tinggi badan dewasa
Karakteristik seks sekunder Karakteristik seks sekunder
muncul berkembang dengan baik

Kognitif Kognitif Kognitif


Mengeksplorasi kemampuan Perkembangan kemampuan Memperlihatkan pemikiran
yang baru ditemukan tentang untuk berpikir abstrak abstrak
pikiran abstrak yang terbatas Menikmati kekuatan Dapat menerima dan
Mencari-cari dengan intelektual, sering kali sesuai bertindak pada rentang
cangggung nilai-nilai dan dengan idealistis pilihan yang luas
energi yang baru Perhatian terhadap masalah Mampu memandang suatu
Membandignkan filosofi masalah secara komprehensif
“normalitas” dengan teman Penetapan identitas
sebaya yang sejenis intelektual dan fungsional

Identitas Identitas Identitas


Merasa senang dengan Memodifikasi citra tubuh Definisi citra tubuhdan peran
perubahan tubuh yang cepat Sangat berfokus pada diri gender hampir diperoleh
Mengujicobakan berbagai sendiri, narsisme meningkat Identitas seksual telah
peran Cenderung melihat pada matang
Pengukuran daya tarik pengalaman dari dalam dan Fase konsolidasi identitas
berdasarkan penerimaan atau hasil temuan sendiri Stabilitas harga diri
penolakan teman sebaya Kaya dengan fantasi Nyaman dengan
Penyesuaian dengan norma- kehidupan pertumbuhan fisik
norma kelompok Idealistis Peran sosial didefinisikan
Mampu menerima implikasi dan dilaksanakan dnegan
di masa depan terhadap baik
perilaku dan keputusan saat

6
ini, penerapannya beragam

Hubungan dengan Orang Hubungan dengan Orang Hubungan dengan Orang


Tua Tua Tua
Mendefinisikan batasan Konflik utama terjadi pada Perpisahan emosional dan
kemandirian-kebergantungan kemandirian dan fisik dari orang tua telah
Keinginan kuat untuk tetap pengendalian dicapai
bergantung pada orang tua Hubungan orang tua dan Mandiri dari keluarga dengan
sementara mencoba untuk anak berada pada titik rendah sedikit konflik
terpisah dari orang tua Dorongan terbesar untuk Kebebasan hampir dicapai
Tidak ada konflik besar yang bebas, pemutusan hubungan
terjadi di bawah kontrol Pelepasan emosional akhir
orang tua dan bersifat ireversibel dari
orang tua

Hubungan dengan Teman Hubungan dengan Teman Hubungan dengan Teman


Sebaya Sebaya Sebaya
Mencari kelompok sebaya Kebutuhan identitas yang Kelompok teman sebaya
untuk menghadapi kuat untuk memperkuat citra tidak lagi penting dalam
ketidakstabilan yang diri hubungan individu
disebabkan oleh perubahan Standar perilaku yang Menguji coba hubungan
yang cepat ditetapkan oleh kelompok antara pria-wanita terhadap
Meningkatnya kedekatan, Penerimaan teman sebaya kemungkinan hubungan yang
persahabatan yang ideal sangat penting-takut ditolak permanen
dengan anggota lain yang Mengeksplorasi kemampuan Hubungan dicirikan dengan
sejenis untuk menarik perhatian memberi dan berbagi
Berebut kekuasaan terjad di teman lawan jenis
dalam kelompok teman
sebaya
Seksualitas
Seksualitas Seksualitas Membentuk hubungan yang
Mengeksploritas dan Berhubungan dengan orang stabil dan perlekatan kepada
mengevaluasi dirinta banyak orang lain
Kencan terbatas, biasanya Keyakinan untuk Pertumbuhan kapasitas untuk
kelompok kecenderungan heteroseksual bersama dan menjalani
Keintiman terbatas (homoseksual diketahui pada hubungan timbal balik
saat ini) Berkencan sebagai pasangan
Eksplorasi terhadap “daya pria-wanita
tarik seks” Keintiman lebih melibatkan
Perasaan “jatuh cinta” komitmen daripada
Membangun hubungan eksplorasi dan romantisme
sementara

Kesehatan Psikologis Kesehatan Psikologis Kesehatan Psikologis


Ketidakstabilan mood masih Kecenderungan terhadap Emosi lebih konstan
besar pengalaman dari dalam Kemarahan lebih cenderung

7
Mimpi di siang hari masih dirinya, lebih introspektif disembunyikan
sering dan kuat Kecenderungan untuk
Marah diekspresikan dengan menarik diri jika merasa
kemurungan, luapan rasa sedih atau terluka
marah, dan ejekan secara Kebimbangan emosi dalam
verbal serta pemberian waktu dan rentang tertentu
julukan Perasaan tidak adekuat
umum ditemuka, kesulitan
meminta bantuan

Tabel Tahapan Tumbuh Kembang Remaja (Wong et al, 2008)

2.5 Perkembangan Perilaku Individu Remaja


Pada remaja sudah terpolakan aktivittas seksual melalui langkah pendidikan hingga
terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang sesuai dengan
kesempatan yang ada. Pada remaja merupakan tahap inisiasi kea rah hak, kewajiban,
kepuasan dan tanggung jawab kehidupan sebagai warga masyarakat dan warga negara.
Tugas perkembangan remaja adalah economically, intellectually, dan emotionally self
sufficient. Setelah individu melewati enam fase perkembangan kepribadian (fase bayi, fase
kanak-kanak, fase juvenil/peural, fase praremaja, fase remaja awal, fase remaja akhir), ia
mencapai taraf kedewasaan, yaitu menjadi pribadi manusia yang matang dan setelah itu
memasuki usia lanjut (Narendra et al, 2005)

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Komunikasi Pada Remaja


Remaja (usia 12-21 tahun) menggunakan komunikasi verbal yang canggih (misalnya
komunikasi menggunakan media elektronik seperti sms, bbm, twitter, e-mail, facebook)
meskipun perilaku mereka belum menunjukan tingkat komunikasi, kognitif atau
kematangan lebih tinggi. Remaja bisa berespons terhadap pendekatan-pendekatan verbal
dengan satu suku kata. Sikap berdiam diri, marah atau tingkah laku lain perawat harus
menghindari kecenderungan untuk berspons minimal dan perilaku sosial yang diharapkan
dengan menyelidik, konfrontasi, sikap terus bertanya, atau sikap-sikap yang menghakimi.
Mempermudah kontak awal dengan diskusi mengenai teman, hobi, sekolah dan
keluarga dapat memberikan waktu bagi remaja yang gelisah untuk menyesuaikan diri.
Keterbukaan dapat terjadi lebih mudah jika remaja dan perawat terlihat dalam aktivitas
bersama. Sangat bermanfaat untuk menanyakan kepada remaja apa yang mereka ketahui
tentang kontak kesehatan dan untuk menjelaskan rasional dari pengkajian kesehatan.
Remaja mungkin mempunyai perhatian terhadap privasi dan kerahasiaan, dan kesempatan
harus diberikan untuk melengkapi beberapa atau semua pengkajian tanpa kehadiran orang
tua. Perawat wanita perlu sensitive terhadap potensi rasa malu remaja putra saat diperiksa
perawat wanita dan berikan selimut penutup serta meminimalkan sentuhan. Parameter
kerahasiaan harus dijelaskan bahwa informasi yang disampaikan bersifat rahasia kecuali
perlu dilakukan intervensi. Remaja cenderung memfokuskan perhatian pada citra diri dan
fungsi tubuh, dan bila sesuai harus diberikan umpan balik. Walaupun remaja tingkat
pemahaman dan kosa kata tinggi, rinci, dan teknis. Remaja yang sadar diri mungkin enggan
bertanya untuk klarifikasi penjelasan yang tidak dimengerti.
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukan perasaan malu, pada anak usia seringkali merenung kehidupan tentang masa
depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini, pola pikir sudah mulai
menunjukan kearah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah
masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat
pada teman sebaya, hindari beerapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan
jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak remaja
dan merupakan masa transisi dalm bersikap dewasa (Alimul, 2005:75)

9
3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Remaja
Banyak faktor yang berhubungan dengan komunikasi dan perkembangan pemahaman
moral remaja antara lain faktor keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa, komunitas,
perkembangan kognitif, kepribadian dan lain-lain. Diantara faktor-faktor lingkungan, faktor
keluarga adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman moral remaja.
Pendapat ini diperkuat oleh Yusuf (2006) yang mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang
berhungan dengan pemahaman moral remaja antara lain konsistensi dalam mendidik,
penghayatan dan pengamalan agama yang dianut, sikap konsistensi orangtua dalam
menerapkan norma, dan sikap orangtua dalam keluarga. Orangtua merupakan faktor primer
bagi perkembangan anak karena yang pertama kali memperkenalkan anak pada hukum dan
sistem sosial adalah orangtua, maka orangtua merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan pemahaman moral anak (Sri. 2012) Adapun faktor yang mempengaruhi
komunikasi yaitu: (Puspitawati. 2008)
1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara
efektif
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
3. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi. Bila komunikasi bersifat pasif/tertutup maka
komunikasi tersebut tidak berlangsung efektif.
4. Usia tumbuh kembang status kesehatan remaja.
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi
tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke
komunikasi dengan baik.

3.3 Komunikasi Terapeutik Pada Remaja


Dalam melakukan komunikasi pada remaja, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang remaja, cara
berkomunikasi dengan anak remaja, metode berkomunikasi dengan anak remaja. Peran
orang tua dalam membantu proses komunikasi dengn remaja sehingga bisa di dapatkan
informasi yang benar dan akurat.

3.4 Prinsip Komunikasi Pada Remaja


1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi,
orang tua ingin segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang
orang tua yang sering lakukan, seperti :
a. Cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan,

10
b. Merasa tahu lebih banyak dari pada remaja,
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat,
d. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami
remaja,
e. Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,
f. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya,
g. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dilakukan terhadap remaja.
2. Kunci pokok berkomunikasi dengan remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang beranjak
dewasa seperti:
a. Mendengar supaya remaja mau berbicara,
b. Menerima dahulu perasaan remaja,
c. Bicara supaya didengar.
Oleh sebab itu orang tua harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan
cara mendengar.
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan
karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara.Agar
komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan
mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana memahami perasaan remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima dulu perasaan dan
ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami masalah, agar ia merasa
nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan orang tua. Orang tua akan lebih
mengerti apa yang sebenarnya dirasakan remaja.
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi Masalah Dan
Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah.
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku anak
terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak membedakan
antara anak dan perilakunya sehingga membuat anak merasa disalahkan, direndahkan
dan di sudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat
perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat
terhadap orang lain. Melalui pesan saya akan mendorong semangat anak,
mengembangkan keberaniannya, sehingga anak akan merasa nyaman.
b. Menentukan masalah siapa

11
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu
mengetahui masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena :
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan
masalahnya sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
4) Anak perlu belajar mandiri
Setelah mengetahui masalah siapa maka akibatnya siapa yang punya masalah
harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah masalah
remaja maka tekhnik yang digunakan adalah mendengar aktif.

3.5 Teknik Komunikasi Pada Remaja


Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan
masalah keperawatan. Beberapa cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja,
antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan
kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedangberada disamping anak. Selain itu
dapat digunakan dengan cara memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan
diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau
respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus
diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan
penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan yang
jelek pada anak remaja tersebut.
4. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak
dan keinginan tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.

12
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan rasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak
remaja.
6. Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan
sakit pada anak seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan
sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel,
marah dan diam.

3.6 Cara Komunikasi Yang Baik Pada Remaja


Adapun cara komunikasi antara orang tua dan anak yang efektif pada usia remaja yaitu
meliputi: (Sofia Retnowati, 2009)
1. Open minded
yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan anak untuk membicarakan lebih banyak,
mendorong anak untuk mendekat dan mencurahkan isi hatinya. Dan yang penting
menumbuhkan pada anak rasa diterima dan dihargai. Beberapa pernyataan yang bersifat
membuka antara lain: “Saya mengerti”, “Oh ya.”, “Coba ceritakan lebih banyak”, “ibu
kok tertarik ya”, “Kelihatannya kamu seneng ya”
2. Mendengar aktif
kemampuan orangtua untuk menguraikan perasaan anak dengan tepat, jadi orangtua
mengerti perasaan anak, yang dikirim anak lewat bahasa verbal maupun non verbalnya.
Keuntungan dari mendengar aktif, anatara lain: mendorong terjadinya katarasis;
menolong anak tidak takut terhadap perasaan (positif-negatif); mengembangkan
hubungan yang sangat dekat dengan orang tua; memudahkan anak memecahkan
masalahnya; meningkatkan kemampuan anak untuk mendengar pendapat orang tua;
meningkatkan tanggungjawab anak.
3. Komunikasi dengan empatik
prinsip komunikasi empatik: “Berusaha mengerti lebih dahulu, baru dimengerti”. Dalam
mendengarkan empatik, kitasebagaiorangtuaberusahamasukkedalamkerangkapikiran,
perasaananakremajakita.
Bagi orang tua maupun perawat, tidak hanya mendengar dengan telinga, tapi dengan
mata dan hati. Hati kita merasakan, memahami, menyelami dan berintuisi dengan
permasalahan yang sedang dialami oleh anak remaja kita. Mata kita mengamati pesan-pesan
nonverbal yang diekspresikan oleh anak kita. Kita menggunakan otak kanan sekaligus otak
kiri.

13
Mendengar Empatik adalah mendengar untuk mengerti baik secara emosional sekaligus
intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab, mengendalikan atau memanipulasi
orang lain. Memang tidak mudah untuk dapat menjalin komunikasi yang positif dengan
anak remaja kita yang sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Tetapi tidak
berarti tidak bisa. Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang tua atas kesulitan-kesulitan
yang sedang dialami anak remaja kita, merupakan hal sangat penting. Anak remaja kita
membutuhkan pengertian dari orangtuanya bahwa ia sedang mengalami proses perubahan.
Sikap ini akan mendukung terjalinnya komunikasi yang positif dengan anak remaja.

3.7 Peran Keluarga Terhadap Pola Komunikasi Anak Remaja


Pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan
penerimaan pesan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi keluarga terjadi karena ada pesan yang ingin disampaikan oleh orangtua kepada
anak, dan sebaliknya dari anak kepada orangtua. Jika komunikasi berlangsung dua arah,
maka kedua pihak —anak dan orangtua— terlibat dalam komunikasi yang sama-sama aktif
dan kreatif dalam mengemukakan berbagai ide atau gagasan, baik secara lisan maupun
tulisan (melalui pesan pendek di telepon pintar, surat elektronik, dan media sosial). Dengan
begitu, komunikasi keluarga akan berlangsung dinamis dan komunikatif.
keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap perilaku anak. Fungsi utama keluarga seperti tertuang di
dalam resolusi majelis umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah wahana untuk
mendidik, meng asuh, dan menyosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh
ang gotanya agar dapat menjalankan fungsi nya di masyarakat dengan baik, serta
memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.
Karena itu, kebiasaan baik atau buruk yang diterapkan orangtua, termasuk kedekatan dan
komunikasi yang berlangsung di dalam keluarga, berperan penting pada pengembangan
emosi anak ketika memasuki usia remaja. (Firdanianty, et al. 2016)
Aturan komunikasi secara alami akan muncul sebagai akibat dari beberapa interaksi
antar-anggota keluarga untuk mengetahui apa yang diharapkan dari masing-masing anggota
keluarga. Dari interaksi itu anggota keluarga belajar, mengikuti, dan berlatih aturan
komunikasi. Pola komunikasi keluarga ada untuk memberikan ketertiban dan model bagi
anggota keluarga. Pola memberikan stabilitas fungsional dan kepercayaan diri. Selanjutnya,
pola komunikasi remaja dengan keluarga yang baik akan mendorong remaja untuk bersikap
terbuka kepada orangtuanya. Komunikasi yang harmonis antara orangtua dan remaja diyakini
dapat membawa kepada hubungan interpersonal yang baik, sehingga terjadi pertukaran sosial
yang baik pula.
Di samping keluarga, sekolah juga memberi pengaruh yang besar bagi perkembangan
anakanak dan remaja. Pada saat seorang siswa lulus dari sekolah lanjutan atas, ia telah
menghabiskan waktu lebih dari 10.00 jam di sekolah. Pengaruh sekolah sekarang ini bahkan
lebih kuat diban dingkan pada generasi sebelumnya, karena anak-anak dan remaja lebih
banyak menghabiskan waktu di sekolah. Lamanya waktu belajar di sekolah, membuat peran

14
guru menjadi sangat penting, dan dalam beberapa hal guru dapat menggantikan peran
orangtua yang kini mulai bergeser.
Seiring perkembangannya, remaja intensif berinteraksi dengan teman sebayanya sekaligus
menghadapi kompetisi pengaruh antara keluarga dengan teman-temannya. Kelompok teman
sebaya ini sangat berbeda posisinya dengan keluarga maupun sekolah (Puspitawati, 2006).
Teori Pola Komunikasi Keluarga mengemukakan bahwa menciptakan realitas sosial
merupakan proses fundamental dalam fungsi keluarga dan menentukan bagaimana keluarga
berkomunikasi. Realitas sosial dalam keluarga diciptakan melalui dua perilaku komunikasi,
yakni orientasi percakapan dan keselarasan. Orientasi percakapan merujuk pada keterbukaan
dan frekuensi komunikasi antara orang tua dan anak. Komunikasi keluarga bertujuan untuk
menemukan dan menentukan bersama makna objek yang membentuk realitas sosial. Hal
tersebut berhubungan dengan kehangatan dan komunikasi yang suportif, yang dicirikan
dengan sikap saling menghormati dan saling memberikan perhatian. Sebaliknya, orientasi
keselarasan merujuk pada komunikasi antara orang tua yang memiliki otoritas dengan
anaknya. Orientasi keselarasan berhubungan dengan pengasuhan yang lebih otoriter dan
kurangnya perhatian terhadap pemikiran dan perasaan anak.
Konflik antara remaja dengan orang tua terjadi karena perbedaan pandangan di antara
keduanya. Kualitas hubungan orang tua dan remaja mengacu pada iklim emosional atau
suasana antara orang tua dan remaja. Kualitas hubungan negatif, yang ditandai konflik
tingkat tinggi dan ikatan emosional yang rendah antara remaja dan orang tua, berhubungan
erat dengan masalah perilaku (Dekovic', 1999). Snyder & Huntley (1990) juga melaporkan
bahwa hubungan remaja dan orang tua yang antisosial ditandai dengan kurangnya
keintiman, kebersamaan, lebih banyak menyalahkan, penuh kemarahan, dan bersikap
defensif. Komunikasi remaja yang buruk dengan orang tua menjadi prediktor penting dari
kenakalan remaja (Cernkovich & Giordiano, 1987). Semakin tinggi komunikasi remaja
dengan orang tua, semakin rendah pelanggaran norma dan kenakalan remaja (Susanto,
2016)

3.8 Hambatan Dalam Komunikasi Pada Remaja


Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan
interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang kita lakukan
menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita diterima. Hal ini
terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang
disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu:
1. Hambatan Fisik :
a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara, tetap
dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita, mampengaruhi
proses komunikasi yang berlangsung.

15
b. Gangguan Noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak
yang jauh, dan lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya yang
dialami oleh seorang Remaja. Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki
potensi unggul lain yang perlu digali. Sebagai perawat, kita harus siap menerima
kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi
dengan remaja tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat
pahami.
d. Teknik bertanya yang buruk.
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup
menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan
orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain.
Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.
e. Teknik menjawab yang buruk.
Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator
tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan
dibiarkan.Pertanyaan justru dijawab tidak tepat.Salah satu teknik menjawab yang
buruk adalah komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan
pertanyaan lalu langsung di jawab oleh komunikator.
f. Kurang memahami masalah.
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak memahami masalah, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah
memahami permasalahan yang menjadi pokok pembahsan secara mendalam bahkan
ditambahkan lagi secara meluas.
g. Kurang persiapan.
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal
jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik

2. Hambatan Psikologis :
a. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi
yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.
Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide,
gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide
kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang kurang benar.

16
c. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada seorang
remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
d. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun
berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
e. Kecurigaan.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah berpikir baik
atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator curiga pada
komunikan akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.
f. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran
komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran Kita harus
jujur.Jangan bohong. Jujurlah jika memang tidak tahu
g. Tertutup.
Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu
diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
h. Destruktif.
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja.
Cegahlah sedini mungkin oleh kita.Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera
penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.
i. Kurang dewasa.
Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan
ketika kita berbicara dengan anak-anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang
remaja mampu, tetapi ada hambatan psikologi.

3. Semantik :
a. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama
dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran,
diantara pengirim dan penerima pesan. Setiap individu memiliki latar belakang yang
berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan antara
komunikator dan komunikan bahwa inilah tujuan komunikasi yang ingin kita raih.
Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan tersebut kepada komunikan dengan jelas.

b. Kata yang berartilain bagi orang yang berbeda.


Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi

17
orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,
setengah jam atau satu jam kemudian. Pastikanlah kita menggunakan bahasa
pengantar yang bisa dipahami oleh orang lain (komunikan). Hindari menggunakan
istilah yang tidak diketahui komunikan. Jika ingin menggunakan istilah, jelaskanlah
padanannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kita akan mudah menjelaskan
materi jika dibantu dengan bahasa komunikan.
c. Terjemahan yang salah.
Ada kalanya dalam komunikasi terdapat istilah asing yang belum diketahui oleh
kita. Kita jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus bahasa
Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi tertentu sebagai
sahabat dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak diketahui.
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.
Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim bermakna
ganda, lebih dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab miscommunication. Contoh
“Untuk memahami materi Hipertensi pada lanjut usia tadi, kerjakanlah 10 soal pada
buku yang kamu pegang “• Informasi perintah ini tidak jelas. Buku yang mana yang
dimaksud? Halaman berapa? Hindari penggunaan kalimat bermakna ganda.
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang dengan
pelaksanaan budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan bahwa ketika
Anda menjelaskan, peserta didik memperhatikan. Ketika Anda meminta mereka
menjawab, mereka memberikan respons jawaban. Ketika seorang peserta didik
sedang menjawab, peserta didik lain diminta menyimak. Jangan sampai sebaliknya,
ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta didik justru saling berbicara. Ketika
mereka disuruh bertanya, tidak satu pun bertanya. Bahkan Anda dapat
menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban antar peserta didik dapat dilakukan di
bawah bimbingan Anda.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.
komunikasi pada usia remaja ini ditunjukan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat
dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai menunjukan perasaan malu, pada
anak usia seringkali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi. Pada usia ini, pola pikir sudah mulai menunjukan kearah yang lebih positif,
terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah Pendidikan, pengetahuan,
sikap, uia tumbuh kembang status kesehatan remaja, dan saluran. Untuk dapat menjalankan
komunikasi efektif pada remaja perawat khusunya orang tua harus menerapkan prinsip
dalam berkomunikasi dengan remaja meliputi mengetahui cara membangun hubungan yang
harmonis, menerapkan kunci pokok berkomunikasi pada remaja, mengenal diri remaja, dan
membuat remaja mau berbicara mengenai masalahnya serta membantu remaja dalam
mencari jalan keluar dari masalah.

Remaja merupakan masa dimana anak memiliki salah satu ciri yaitu ketidakstabilan
emosi, dengan itu diperlukan tekhnik komunikasi yang baik bagi komunikator, teknik
komunikasi yang baik diantaranya yaitu melalui pihak ke tiga, bercerita, memfasilitasi,
meminta untuk menyebutkan keinginan, pilihan pro kontra, penggunaan skala dan menulis.
Adapun hambatan yang akan muncul pada komunikasi dengan remaja hal ini terjadi karena
setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu hambatan Fisik,
hambatn psikologis dan semantik

4.2 Saran:
Remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, remaja dikenal
memiliki karakteristik diantaranya: memiliki jiwa petualang yang tinggi, memiliki emosi
yang tinggi, belum dapat berfikir dengan matang, dan berani mengambil resiko. Cara dan
teknik komunikasi yang baik dapat membantu dalam pertumbuhan remaja, jadi khususnya
para orang tua harus memahami dan mengerti bagaimana cara berkomunikasi pada anak
usia remaja, agar orang tua dapat menemani pertumbuhan anak remaja dengan maksimal.

19

Anda mungkin juga menyukai