PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk berinteraksi
juga membutuhkan komunikasi yang baik. Bagi sebagian orang tua, inilah masa yang
bisa cukup sulit, terutama dalam hal membangun komunikasi dengan anak remaja.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi
biologis yaitu perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Menurut Hewwit (1981) tujuan
penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu mempelajari atau mengajarkan
sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan
perilaku sendiri atau perilaku orang lain, hubungan dengan orang lain, menyelesaikan
sebuah masalah, mencapai sebuah tujuan, menurunkan tegangan dan menyelesaikan
konflik, menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Dengan hal tersebut maka
sangatlah penting seorang perawat untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif.
Pertumbuhan fisik remaja, juga diikuti oleh perkembangan daya intelektual. Mereka
mulai mengembangkan pola pikir sendiri, lepas dari orang tua mereka. Jika pada masa
kanak-kanak pola pikir mereka adalah konkret. Pada masa remaja mereka mulai
mengembangkan konsep berpikir abstrak, seperti kejujuran, loyalitas, atau keadilan.
Kemampuan berpikir secara abstrak membuat dunia mereka menjadi tidak terbatas,
mampu memahami perbedaan, dan mendorong mereka untuk menentukan pilihan mereka
untuk menjadi apa kelak mereka di kemudian hari.
Selain itu, remaja umumnya sudah mampu memahami logika dan konsekuensi dari sebuah
tindakan logis. Pola berpikir logis membuat mereka selalu menuntut alasan (reasoning) dibalik
sebuah tindakan. Itulah sebabnya, para remaja seringkali diberi label sebagai kelompok yang suka
menentang (argumentative). Seringkali remaja memandang orang tua mereka terlalu lamban, dan
dalam banyak hal mereka lebih unggul ketimbang orang tua mereka. Meskipun tidak salah,
namun pandangan ini juga tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orang tua terlambat menyadari
kondisi dan jalan pikiran anak remaja mereka Karena kurangnya komunikasi para orang tua
sehingga menimbulkan konflik.
Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada remaja adalah hubungan yang
terapeutik antara perawat dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan
pengalaman koreksi terhadap komunikasi klien. Disini perawat berperan sebagai tim
pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan membina hubungan
interpersonal yang sepaham dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi
dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan realistis yang jelas
dan peningkatan integritas diri.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian Komunikasi Pada Remaja
1.2.2 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja
1.2.3 Apa prinsip Komunikasi pada remaja
1.2.4 Bagaimana teknik komunikasi pada remaja
1.2.5 Apa hambatan dalam komunikasi pada remaja
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu mengaplikasikan cara berkomunikasi pada remaja yang baik
dan efektif serta mampu mengedukasi orang lain khususnya orang tua untuk
melakukan komunikasi yang baik pada anak remaja mereka.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa mengetahui definisi komunikasi pada remaja
2. mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada
remaja
3. Agar mahasiswa memahmi prinsip yang digunakan dalam komunikasi pada
remaja
4. Untuk memahami bagaimana tekhnik komunikasi pada remaja
5. Agar mahasiwa mengerti apa saja hambatan yang terjadi dalam komunikasi
pada remaja
2
4. Prinsip komunikasi pada remaja
5. Tekhnik komunikasi pada remaja
6. Cara komunikasi yang baik pada remaja
7. Peran keluarga terhadap pola komunikasi pada remaja
8. Hambatan dalam komunikasi
d. BAB IV
1. kesimpulan
2. saran
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
2.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi dapat verbal, non-verbal atau abstrak. Komunikasi verbal dapat
melibatkan bahasa dan ekspresinya, vokalisasi dalam bentuk tertawa, merintih atau berteriak
atau implikasi dari hal-hal yang tidak dikatakan dalam apa-apa yang tidak dikatakan.
Komunikasi non-verbal sering disebut bahasa tubuh dan meliputi posisi tubuh, pergerakan,
ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi. Komunikasi abstrak dapat berbentuk permainan,
ekspresi, artistik, simbol, foto, dan pilihan pakaian. Karena komunikasi verbal
memungkinkan digunakannya kontrol kesadaran yang lebih besar maka komunikasi verbal
menunjukkan indikator perasaan sebenarnya yang kurang dapat diterima, terutama perasaan
anak-anak (Wong et al, 2008:138).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Agar sukses (sesuai dengan yang
diharapkan), komunikasi harus dengan situasi, waktu yang tepat, dan diungkapkan dengan
jelas. Hal ini menunjukkan bahwa perawat memahami dan menggunakan teknik-teknik
komunikasi yang efektif, termasuk teknik mendengarkan. Pesan verbal dan nonverbal harus
sama yaitu dua atau lebih pesan yang dikirimkan melalui tingkat yang berbeda tidak boleh
bertolak belakang. Isu penting dalam komunikasi adalah membiarkan saluran tetap terbuka
dan memeriksa persepsi dengan sering untuk mengkaji kualitas pemahaman (Wong et al,
2008:138).
5
menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke
dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka
panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.
Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan Haditono (1996) mengenal
semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara usia
12-21 tahun yaitu usia 12-15 tahun: masa usia remaja awal, 16-18 tahun: masa remaja
madya, 19-21 tahun: masa remaja akhir, akan mengemukakan banyak faktor yang masing-
masing perlu mendapat tinjauan sendiri (Satiadarma,2004:62).
6
ini, penerapannya beragam
7
Mimpi di siang hari masih dirinya, lebih introspektif disembunyikan
sering dan kuat Kecenderungan untuk
Marah diekspresikan dengan menarik diri jika merasa
kemurungan, luapan rasa sedih atau terluka
marah, dan ejekan secara Kebimbangan emosi dalam
verbal serta pemberian waktu dan rentang tertentu
julukan Perasaan tidak adekuat
umum ditemuka, kesulitan
meminta bantuan
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Remaja
Banyak faktor yang berhubungan dengan komunikasi dan perkembangan pemahaman
moral remaja antara lain faktor keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa, komunitas,
perkembangan kognitif, kepribadian dan lain-lain. Diantara faktor-faktor lingkungan, faktor
keluarga adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman moral remaja.
Pendapat ini diperkuat oleh Yusuf (2006) yang mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang
berhungan dengan pemahaman moral remaja antara lain konsistensi dalam mendidik,
penghayatan dan pengamalan agama yang dianut, sikap konsistensi orangtua dalam
menerapkan norma, dan sikap orangtua dalam keluarga. Orangtua merupakan faktor primer
bagi perkembangan anak karena yang pertama kali memperkenalkan anak pada hukum dan
sistem sosial adalah orangtua, maka orangtua merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan pemahaman moral anak (Sri. 2012) Adapun faktor yang mempengaruhi
komunikasi yaitu: (Puspitawati. 2008)
1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara
efektif
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
3. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi. Bila komunikasi bersifat pasif/tertutup maka
komunikasi tersebut tidak berlangsung efektif.
4. Usia tumbuh kembang status kesehatan remaja.
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi
tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke
komunikasi dengan baik.
10
b. Merasa tahu lebih banyak dari pada remaja,
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat,
d. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami
remaja,
e. Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,
f. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya,
g. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dilakukan terhadap remaja.
2. Kunci pokok berkomunikasi dengan remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang beranjak
dewasa seperti:
a. Mendengar supaya remaja mau berbicara,
b. Menerima dahulu perasaan remaja,
c. Bicara supaya didengar.
Oleh sebab itu orang tua harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan
cara mendengar.
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan
karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara.Agar
komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan
mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana memahami perasaan remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima dulu perasaan dan
ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami masalah, agar ia merasa
nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan orang tua. Orang tua akan lebih
mengerti apa yang sebenarnya dirasakan remaja.
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi Masalah Dan
Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah.
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku anak
terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak membedakan
antara anak dan perilakunya sehingga membuat anak merasa disalahkan, direndahkan
dan di sudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat
perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat
terhadap orang lain. Melalui pesan saya akan mendorong semangat anak,
mengembangkan keberaniannya, sehingga anak akan merasa nyaman.
b. Menentukan masalah siapa
11
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu
mengetahui masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena :
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan
masalahnya sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
4) Anak perlu belajar mandiri
Setelah mengetahui masalah siapa maka akibatnya siapa yang punya masalah
harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah masalah
remaja maka tekhnik yang digunakan adalah mendengar aktif.
12
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan rasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak
remaja.
6. Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan
sakit pada anak seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan
sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel,
marah dan diam.
13
Mendengar Empatik adalah mendengar untuk mengerti baik secara emosional sekaligus
intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab, mengendalikan atau memanipulasi
orang lain. Memang tidak mudah untuk dapat menjalin komunikasi yang positif dengan
anak remaja kita yang sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Tetapi tidak
berarti tidak bisa. Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang tua atas kesulitan-kesulitan
yang sedang dialami anak remaja kita, merupakan hal sangat penting. Anak remaja kita
membutuhkan pengertian dari orangtuanya bahwa ia sedang mengalami proses perubahan.
Sikap ini akan mendukung terjalinnya komunikasi yang positif dengan anak remaja.
14
guru menjadi sangat penting, dan dalam beberapa hal guru dapat menggantikan peran
orangtua yang kini mulai bergeser.
Seiring perkembangannya, remaja intensif berinteraksi dengan teman sebayanya sekaligus
menghadapi kompetisi pengaruh antara keluarga dengan teman-temannya. Kelompok teman
sebaya ini sangat berbeda posisinya dengan keluarga maupun sekolah (Puspitawati, 2006).
Teori Pola Komunikasi Keluarga mengemukakan bahwa menciptakan realitas sosial
merupakan proses fundamental dalam fungsi keluarga dan menentukan bagaimana keluarga
berkomunikasi. Realitas sosial dalam keluarga diciptakan melalui dua perilaku komunikasi,
yakni orientasi percakapan dan keselarasan. Orientasi percakapan merujuk pada keterbukaan
dan frekuensi komunikasi antara orang tua dan anak. Komunikasi keluarga bertujuan untuk
menemukan dan menentukan bersama makna objek yang membentuk realitas sosial. Hal
tersebut berhubungan dengan kehangatan dan komunikasi yang suportif, yang dicirikan
dengan sikap saling menghormati dan saling memberikan perhatian. Sebaliknya, orientasi
keselarasan merujuk pada komunikasi antara orang tua yang memiliki otoritas dengan
anaknya. Orientasi keselarasan berhubungan dengan pengasuhan yang lebih otoriter dan
kurangnya perhatian terhadap pemikiran dan perasaan anak.
Konflik antara remaja dengan orang tua terjadi karena perbedaan pandangan di antara
keduanya. Kualitas hubungan orang tua dan remaja mengacu pada iklim emosional atau
suasana antara orang tua dan remaja. Kualitas hubungan negatif, yang ditandai konflik
tingkat tinggi dan ikatan emosional yang rendah antara remaja dan orang tua, berhubungan
erat dengan masalah perilaku (Dekovic', 1999). Snyder & Huntley (1990) juga melaporkan
bahwa hubungan remaja dan orang tua yang antisosial ditandai dengan kurangnya
keintiman, kebersamaan, lebih banyak menyalahkan, penuh kemarahan, dan bersikap
defensif. Komunikasi remaja yang buruk dengan orang tua menjadi prediktor penting dari
kenakalan remaja (Cernkovich & Giordiano, 1987). Semakin tinggi komunikasi remaja
dengan orang tua, semakin rendah pelanggaran norma dan kenakalan remaja (Susanto,
2016)
15
b. Gangguan Noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak
yang jauh, dan lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya yang
dialami oleh seorang Remaja. Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki
potensi unggul lain yang perlu digali. Sebagai perawat, kita harus siap menerima
kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi
dengan remaja tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat
pahami.
d. Teknik bertanya yang buruk.
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup
menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan
orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain.
Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.
e. Teknik menjawab yang buruk.
Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator
tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan
dibiarkan.Pertanyaan justru dijawab tidak tepat.Salah satu teknik menjawab yang
buruk adalah komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan
pertanyaan lalu langsung di jawab oleh komunikator.
f. Kurang memahami masalah.
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak memahami masalah, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah
memahami permasalahan yang menjadi pokok pembahsan secara mendalam bahkan
ditambahkan lagi secara meluas.
g. Kurang persiapan.
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal
jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik
2. Hambatan Psikologis :
a. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi
yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.
Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide,
gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide
kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang kurang benar.
16
c. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada seorang
remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
d. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun
berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
e. Kecurigaan.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah berpikir baik
atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator curiga pada
komunikan akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.
f. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran
komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran Kita harus
jujur.Jangan bohong. Jujurlah jika memang tidak tahu
g. Tertutup.
Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu
diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
h. Destruktif.
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja.
Cegahlah sedini mungkin oleh kita.Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera
penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.
i. Kurang dewasa.
Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan
ketika kita berbicara dengan anak-anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang
remaja mampu, tetapi ada hambatan psikologi.
3. Semantik :
a. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama
dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran,
diantara pengirim dan penerima pesan. Setiap individu memiliki latar belakang yang
berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan antara
komunikator dan komunikan bahwa inilah tujuan komunikasi yang ingin kita raih.
Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan tersebut kepada komunikan dengan jelas.
17
orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,
setengah jam atau satu jam kemudian. Pastikanlah kita menggunakan bahasa
pengantar yang bisa dipahami oleh orang lain (komunikan). Hindari menggunakan
istilah yang tidak diketahui komunikan. Jika ingin menggunakan istilah, jelaskanlah
padanannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kita akan mudah menjelaskan
materi jika dibantu dengan bahasa komunikan.
c. Terjemahan yang salah.
Ada kalanya dalam komunikasi terdapat istilah asing yang belum diketahui oleh
kita. Kita jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus bahasa
Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi tertentu sebagai
sahabat dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak diketahui.
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.
Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim bermakna
ganda, lebih dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab miscommunication. Contoh
“Untuk memahami materi Hipertensi pada lanjut usia tadi, kerjakanlah 10 soal pada
buku yang kamu pegang “• Informasi perintah ini tidak jelas. Buku yang mana yang
dimaksud? Halaman berapa? Hindari penggunaan kalimat bermakna ganda.
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang dengan
pelaksanaan budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan bahwa ketika
Anda menjelaskan, peserta didik memperhatikan. Ketika Anda meminta mereka
menjawab, mereka memberikan respons jawaban. Ketika seorang peserta didik
sedang menjawab, peserta didik lain diminta menyimak. Jangan sampai sebaliknya,
ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta didik justru saling berbicara. Ketika
mereka disuruh bertanya, tidak satu pun bertanya. Bahkan Anda dapat
menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban antar peserta didik dapat dilakukan di
bawah bimbingan Anda.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.
komunikasi pada usia remaja ini ditunjukan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat
dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai menunjukan perasaan malu, pada
anak usia seringkali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi. Pada usia ini, pola pikir sudah mulai menunjukan kearah yang lebih positif,
terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah Pendidikan, pengetahuan,
sikap, uia tumbuh kembang status kesehatan remaja, dan saluran. Untuk dapat menjalankan
komunikasi efektif pada remaja perawat khusunya orang tua harus menerapkan prinsip
dalam berkomunikasi dengan remaja meliputi mengetahui cara membangun hubungan yang
harmonis, menerapkan kunci pokok berkomunikasi pada remaja, mengenal diri remaja, dan
membuat remaja mau berbicara mengenai masalahnya serta membantu remaja dalam
mencari jalan keluar dari masalah.
Remaja merupakan masa dimana anak memiliki salah satu ciri yaitu ketidakstabilan
emosi, dengan itu diperlukan tekhnik komunikasi yang baik bagi komunikator, teknik
komunikasi yang baik diantaranya yaitu melalui pihak ke tiga, bercerita, memfasilitasi,
meminta untuk menyebutkan keinginan, pilihan pro kontra, penggunaan skala dan menulis.
Adapun hambatan yang akan muncul pada komunikasi dengan remaja hal ini terjadi karena
setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu hambatan Fisik,
hambatn psikologis dan semantik
4.2 Saran:
Remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, remaja dikenal
memiliki karakteristik diantaranya: memiliki jiwa petualang yang tinggi, memiliki emosi
yang tinggi, belum dapat berfikir dengan matang, dan berani mengambil resiko. Cara dan
teknik komunikasi yang baik dapat membantu dalam pertumbuhan remaja, jadi khususnya
para orang tua harus memahami dan mengerti bagaimana cara berkomunikasi pada anak
usia remaja, agar orang tua dapat menemani pertumbuhan anak remaja dengan maksimal.
19