Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PROMOSI KESEHATAN
PROMOSI KESEHATAN DALAM MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR
MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA WANITA KARIR PADA
RSUD JATI PADANG JAKARTA SELATAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5

ANGGRAENI KURNIA R 01190100035


APRIL LIA KARTINI 01190100030
PRASDA ARAFAT 01190100000
SENA AGNESIA 01190100003
TAUPIK 01190100029
HALAMAN PERSETUJUAN
PROMOSI KESEHATAN DALAM MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR
MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA WANITA KARIR PADA
RSUD JATI PADANG JAKARTA SELATAN
2021

Laporan Promosi Kesehatanini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing Akademik
Promosi Kesehatan
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, 21April 2021

Pembimbing Akademik
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIKIM

Agustina Sari, S.ST., M.Kes


HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN DALAM MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR
MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA WANITA KARIR PADA
RSUD JATI PADANG JAKARTA SELATAN
2021
Laporan Promosi Kesehatan

ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing Akademik Promosi Kesehatan
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jakarta,21 April 2021

Pembimbing Akademik
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIKIM

Agustina Sari, S.ST., M.Kes

Mengetahui
Ka. Departemen Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
(Nina, SKM. M.Kes)

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN

MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA WANITA KARIR PADA RSUD JATI PADANG JAKARTA SELATAN

2021

ABSTRAK
KATA PENGANTAR

Puji sykur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta

taufik hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Promosi Kesehatan tentang “Promosi

Kesehatan Dalam mengetahui factor -faktor penghambat pemberian ASI EKSKLUSIF pada

wanita KARIR”ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Kami berterima

kasih kepada Ibu Astrid Novita dan Ibu Rindu selaku Dosen mata kuliah Promosi Kesehatan

yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan kita mengenai Promosi Kesehatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam Laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami

berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan Laporan ini di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mohon maaf jika ada kata-kata yang salah

atau kurang berkenan.

Jakarta, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2 Tujuan............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif.......................................... 5

2.2 ASI Ekslusif.................................................................................... 9

2.3 Sistem Perncernaan Bayi Baru Lahir.............................................. 23

2.4 Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian ASI Ekslusif................ 24

2.5 Mitos dan Fakta............................................................................... 30

2.6 Dampak tidak Diberikan ASI Eklusif 0-6 Bulan............................ 33

BAB III ANALISIS SITUASI................................................................... 36

3.1 Keadaan Umum.............................................................................. 36


3.2 Situasi Kesehatan............................................................................ 40
3.3 Kegiatan Program Kesehatan Di Puskesmas.................................. 42
3.4 Data Pola Penyakit.......................................................................... 44
BAB IV ANALISA MASALAH................................................................. 47

4.1Perumusan Masalah ........................................................................ 47

4.2 Prioritas Masalah............................................................................ 47


4.3 Analisa Masalah ............................................................................. 49
BAB V PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

5.1 Tujuan Promosi Kesehatan ............................................................ 50

5.2 Sasaran Promosi Kesehatan............................................................ 50

5.3 Isi Promosi Kesehatan..................................................................... 50

5.4 Metode Promosi Kesehatan............................................................ 50

5.5 Media Promosi Kesehatan.............................................................. 50

5.6 Rencana Kegiatan Promosi Kesehatan........................................... 51

5.7 Anggaran yang diperlukan.............................................................. 51

5.8 Monitoring dan Evaluasi Promosi Kesehatan................................. 51


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat dilihat dari seiring dengan pertambahan umur,
tahapan yang dilalui sesuai dengan umur mereka, ditandai lewat kemajuan aktivitas yang
diperlihatkannya. Bayi yang diberikan makanan tambahan semi padat maupun padat pada usia.

Sebelum 6 bulan maka akan berbahaya bagi bayi hal tersebut akan mempengaruhi tumbuh
kembang bayi, bayi yang diberikan susu formula lebih sering menderita kurang gizi salah satu
faktor penyebab tingginya angka kematian bayi adalah status gizi bayi. Status gizi bayi dapat
ditingkatkan melalui ASI secara eksklusif selama 6 bulan, guna dapat menurunkan angka
kematian bayi di Indonesia setiap tahunnya (Fikawati, 2015).

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkatkan bila bayi hanya di
berikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan nya. Peningkatan ini sesuai dengan
lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI eksklusif bersama sama
dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.

Berdasarkan hal-hal di atas, WHO atau UNICEF membuat deklarasi yang di kenal dengan
Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, italia
tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada
pemberi ASI. Deklarasi yang juga ditanda tangani Indonesia ini memuat hal-hal berikut.

Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi
secaraoptimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberiASI
eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan
pedamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun
atau lebih. Pemberi makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas dan dalampenelitian ini agar
terlaksananya kelompok kami mengangka tema tentang Faktor-fakorpenghambat pemberian
ASI EKLUSIF pada wanita pekerja/ wanita KARIR

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Mengeksplorasi bagaimana pengalaman kader kesehatan dalam promosi
kesehatan mengenai program ASI ekslusif
b. Bagaimana pengetahuan yang dimiliki Ibu Trimester 3 dan Ibu menyusui 6
bulan terhadap pentingnya ASI bagi bayi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Tereksplorasinya makna dan arti ASI EkslusifbagIIbu
Trimesetr 3, Ibu menyusui 6 bulan.
b. Tereskplorasinya berbagai hal yang dibutuhkan Ibu
Trimesetr 3, Ibu menyusui 6 bulan terkait upaya promosi kesehatan
mengenai program ASI ekslusif.
c. Tereksplorasinya hambatan dalam meningkatkan program ASI
eklusif dimasyarakat
d. Tereksplorasinya hamabatan bagi Ibu Trimester 3 dan Ibu menyusui 6
bulan dalam mewujudkan program ASI ekslusif.
BAB 1I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti yang dilansir Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan, ASI eksklusif yakni Inisiasi
menyusu dini (IMD) pada satu jam pertama setelah lahir. ASI adalah sumber asupan
nutrisi yang penting untuk bayi. ASI diberikan kepada bayi selama 2 tahun sedangkan
ASI eksklusif diberikan kepada bayi selama 6 bulan dengan tanpa menambahkan
makanan atau minuman lainnya

2.2 ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama
6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian
bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare
dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan kelahiran.

ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena dalam ASI terkandung nutrien- nutrien yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada
kandungan susu sapi antara lain. Taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat
pada ASI. Laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat
dalam susu sapi. Asam Lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam
lemak utama dari ASI yang terdapat sedikit dalam susu sapi.
ASI Eksklusif juga dapat meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering berada
dalam dekapan ibu akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram
yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri
dan dasar spiritual yang baik.
Pemberian ASI eklusif selama 6 bulan memberikan manfaat kepada bayi yang meliputi :
1. Melindungi dari infeksi gastrointestinal
2. Bayi yang mendapat ASI ekslusif selama enam bulan tingkat pertumbuhannya sama
dengan yang ASI eksklusif hanya empat bulan.
3. ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat besi
Bayi yang dilahirkan sangat sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau
berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan
baik zat-zat yang sangat dibutuhkan adalah:
1. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.
2. Calsium (Cl)
3. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis, maka hal ini tidak
menjadi masalah.
4. Vitamin A dan K yang harus diberikan.
5. Fe (zat besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut
terbuang.
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung di dalam ASI.
Oleh sebab itu apabila gizi makanan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI hingga 6 bulan,
zat-zat tersebut sudah dapat mencukupi. Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan
lain sampai usia 6 bulan ini disebut ASI eksklusif. Disamping itu ASI juga mempunyai
keunggulan yakni mengandung immunoglobin yang memberi daya tahan tubuh pada
bayi, yang berasal dari tubuh ibu. Immuboglobin ini dapat bertahan pada anak sampai
dengan bayi berusia 6 bulan.

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di
Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh:
1. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
Hubungan kerabat yang luas di daera pedesaan menjadi renggang setelah keluarga
pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang
dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya
tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak
dapat diwariskan.
2. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan
makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi, mendorong
ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
3. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu
beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI
4. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial,
maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi
yang ditinggalkan dirumah.
5. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu
simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik dan mengikuti
perkembangan zaman.
6. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang.
7. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas
paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu
untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu
botol kepada bayi yang baru lahir.
Faktor-faktor lain yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif adalah:

1. Faktor intern dari ibu


Seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu
bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri,
kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria
yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya, demikian juga
ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASIdalam jumlah yang relatif lebih
sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik.
2. Faktor dari pihak bayi
Seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan
yang sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah apabila mengisap ASI dari
payudara ibunya, serta bayi yang dalam keadaan sakit.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai cara –
cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah membawa
pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui bayinya, padahal makanan
penganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan
pengetahuuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah
terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula). Kesehatan/status gizi
bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang
berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih
tinggi. Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –ibu yang
lama pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu – ibu yang buta
huruf. Demikian juga di Indonesia bahwa pemberian makanan padat yang terlalu
dini.Sebahagian besar dilakukan oleh ibu- ibu yang berpendidikan rendah, agaknya
faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap
lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila pemikiran tentang
menyusui dianggap tidak sopan dan memerlukan , maka “let down reflex” (reflex
keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan,
maka pengisapan akan tidak terbatas dan “du demand” (permintaan) akan menolong
pengeluaran ASI.
Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah produksi
ASInya, sehingga bayi cendrung mengalami malnutrisi. Alasan lain ibu – ibu tidak
menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak sadar berpendapat bahwa
menyusui hanya ibu merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya
memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya.
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah
sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan
mengenai hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersaliin, ibu menyusui
dan bayi baaru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang
bersaliiin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalinn yang berlangsung memberikan
susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu mampu
memberikan ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawaat
disebahagian besar rumah sakit /klinik bersalin.
Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi
diantaranya adalah:

1. Perubahan Sosial Budaya


Perubahan sosial budaya ini dapat dicontohkan misalnya ibu bekerja atau
memiliki kesibukan sosial lainnya. Selain itu budaya meniru teman, tetangga atau
orang terkemuka yang memberikan susu formula kepada anaknya.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat dicontohkan seorang ibu takut kehilangan daya tarik
sebagai seorang wanita dan mungkin seorang ibu merasa tertekan batinnya.
3. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit apabila menyusui bayinya karena payudaranya terasa nyeri apabila
digunakan untuk menyusui.
4. Kurangnya petugas kesehatan
Sedikitnya jumlah petugas kesehatan membuat masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat memberikan ASI.
5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6. Keterangan yang Salah
Keterangan yang salah datangnya dari petugas kesehatan yang menganjurkan
penggantian ASI dengan susu kaleng.
Adapun factor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif diantaranya:
1. Pendampingan kader posyandu
Pelaksanaan program ASI eksklusif tidak lepas dari peran serta kader dan petugas
kesehatan. Salah satunya Pembentukan Kelompok Pendukung ASI. dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Kelompok
pendukung ASI memberikan pengetahuan pada Ibu tentang pentingnya memberikan
ASI Eksklusif pada bayi sehinggadapat meningkatkan kecerdasan dan pertumbuhan,
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan menghindarkan bayi dari
alergi dan diare.
Untuk mencapai tujuan dan strategi yang telah ditetapkan, maka tugas KP-ASI
sebagai berikut :
1) Memberikan nasihat praktis kepada ibu-ibu hamil dan menyusui tentang
perawatan payudara, cara menyusui yang baik dan benar, manfaat ASI
danmenyusui secara eksklusif dan nasehat tentang cara mengatasi
permasalahanyang ditemui pada waktu menyusui.
2) Memberikan dukungan psikologis kepada ibu menyusui sehingga
menimbulkanrasa percaya diri pada ibu dan memotivasi agar: Ibu yakin bahwa
dapat menyusui, ASI adalah yang terbaik, dan ibu dapat memproduksi ASI yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
3) Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi dan mengerti bahwa
perubahan itu adalah normal.
4) Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana
seharusnya menghadapi dan mengatasinya
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seorang (overt behaviour). Dari pengalaman pengertian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
3. Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam
kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap
pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki masa perkawinan
dan kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi
persoalan atau masalah, dalam hal ini menghadapi proses pemberian ASI eksklusif
pada bayi. Demikian sebaliknya dengan usia yang belum memasuki usia dewasa
maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih
menghadapi perubahan dan adaptasi selama melahirkan.
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi persalinan yang mereka
peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang
lebih tanggap adanya persalinan yang bermasalah atau terjadi insiden selama proses
persalinan terjadi dan keluarga dapat segera mengambil tindakan secepatnya. Tingkat
pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai
pengetahuan, demikian halnya dengan persiapan menghadapi persalinan dan proses
pengasuhan bayi.
5. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun
keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya suatu
masalah pada persiapan menghadapi persalinan dan pengasuhan bayi. Ibu yang
bekerja di luar rumah akan sangat kesulitan membagi waktu untuk memberikan
ASInya kepada bayi yang masih sangat membutuhkan. Kondisi seperti ini seringkali
ibu dan para orangtua memberikan susu formula senagai pengganti ASI.
6. Promosi Oleh Tenaga Kesehatan
Hak seorang bayi adalah menyusu kepada ibunya. Sebagai promotor kesehatan,
bidan diharapkan mampu memberikan pendidikan pada ibu menyusui. Pendidikan
lebih baik diberikan sebelum ibu bersalin, sehingga ibu dapat melakukan persiapan-
persiapan ibu menyusui.
Lingkup promosi kesehatan yang diberikan kepada ibu menyusui meliputi
kebersihan diri, istirahat, seksual, pemberian ASI, nutrisi bagi bayi, pendidikan
kesehatan gizi ibu menyusui, dan meyakinkan pada ibu menyusui bahwa tidak ada
pantangan makan selama menyusui. Sebagai contoh terdapat mitos yang sudah
beredar sejak dulu bahwa ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang berbau
amis karena akan menyebabkan ASInya amis. Disinilah tugas bidan untuk
meluruskan mitos tersebut bahwa justru makanan yang amis dibutuhkan oleh ibu
menyusui karena mengandung protein tinggi melalui promosi kesehatan.
Keberhasilan komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien pada
umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi keduabelah pihak,
khususnya timbulnya empati atau ikut merasakan apa yang sedang dialami oleh
pasien. Pada promosi kesehatan pada ibu menyusui petugas kesehatan diberi
pelatihan mengenai berkomunikasi yang baik secara efektif dengan ibu-ibu (ibu
menyusui) dan keluarganya sehingga dapat membantu menumbuhkan kepercayaan
diri khususnya pada ibu menyusui dan meningkatkan kepercayaan terhadap tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatannya serta keterampilan mengenai
menyusui yang baik.
7. Dukungan Keluarga
Faktor psikologis ibu dalam menyusui sangat besar pengaruhnya terhadap proses
menyusui dan produksi ASI. Ibu yang stres, khawatir bisa menyebabkan produksi
ASI berkurang.Hal ini karena sebenarnya yang berperan besar dalam memproduksi
ASI itu adalah otak, otak yang mengatur dan mengendalikan ASI.Sehingga apabila
mengiginkan ASI dalam jumlah yang banyak otak harus distel dan diset bahwa kita
mampu menghasilkan ASI sebanyak yang kita mau. Dorongan dan dukungan dari
pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga menjadi penentu timbulnya
motivasi ibu dalam menyusui. Dukungan keluarga dapat diberikan dalam beberapa
bentuk, yaitu:
1) Dukungan informasional
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan emosional.
Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan, baik ketika memulai
maupun melanjutkan menyusui.Sebagai langkah awal mereka membutuhkan
bantuan sejak kehamilan dan setelah melahirkan.Mereka membutuhkan dukungan
pemberian ASI hingga 2 tahun, perawatan kesehatan maupun dukungan dari keluarga
dan lingkungannya. Keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam
keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran
pengetahuan ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan
perasaan ibu.
8. Pengewasan dari Puskesmas
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberi layanan (fasilitas kesehatan)
justru melemahkan upaya peningkatan ASI Eksklusif. Hasil Rapid Assessment 2010,
dan Kinerja USAID 2012, ditemukan masih banyak rumah sakit pemerintah dan
swasta, puskesmas, serta bidan praktik menerima sponsor susu formula dan
membagikan hadiah berupa sampel susu formula, tas kit, kalender, ballpoint,
blok note, poster, bahkan umrah dan haji. Dari pendampingan KINERJA terungkap
bahwa IMD dan ASI Eksklusif sudah menjadi prioritas program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) di 19 kabupaten/kota dampingan, namun tidak dibarengi oleh anggaran,
aturan yang memberi sanksi kepada petugas yang mempromosikan susu formula, dan
budaya organisasi yang tidak mendukung ASI Eksklusif, sehingga cakupan IMD dan
ASI Eksklusif tetap rendah bahkan cenderung menurun sesuai konteks di atas.
Temuan KINERJA berikutnya, fungsi pemerintah daerah dalam monitoring dan
pengawasan pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif, serta larangan susu formula di
pelayanan kesehatan dan masyarakat masih lemah.
Pemerintah belum terlibat dalam mendorong partisipasi aktif pihak swasta dan
masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya komitmen petugas kesehatan
menjalankan program karena menganggap IMD dan ASI Eksklusif adalah program
pemerintah pusat. Hasil assesment USAID- KINERJA untuk supply side (sisi
pemberi pelayanan) tingkat dinas kesehatan dan puskesmas ke bawah ditemukan:
1) Rendahnya anggaran yang mendukung program ASI Eksklusif
2) Bervariasinya komitmen, pemahaman dan keterampilan petugas tentang
standar pelayanan IMD dan ASI Eksklusif
3) Terbatasnya waktu dan sarana petugas untuk memberikan konseling dan
bimbingan kepada penerima layanan
4) Gencarnya promosi susu formula oleh petugas kesehatan di layanan
Kesehatan
5) Ketersediaan dan fasilitas ruang laktasi di pelayanan kesehatan terlebih di
fasilitas umum belum memadai
6) Pendampingan dan pengawasan pada tingkat puskesmas ke bawah jauh dari
optimal.
9. Pendekatan Sistem Evalusi Program ASI eksklusif di Posyandu
Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang
dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan
analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu
masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi,
untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah
tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya.
Unsur-unsur atau komponen dasar sistem adalah:
1) Input ialah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
Untuk input diperlukan Recources dan output dapat diperluas menjadi
impact. Di luar komponen daerah terdapat lingkungan (ekonomi, sosial,
budaya) yang mempengaruhi sistem tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh situasi
itu sendiri, dan para pelaksana sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan apabila ingin berhasil dengan baik. Dalam manajemen mempunyai
lima unsur (5M), yaitu:
a. Man
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia
pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia
tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk
kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan.
b. Money
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil
kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan.
Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional.
c. Material
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia
yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi
dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
d. Machine
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi
kerja. Sedangkan metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar
jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode
daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan- pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia
dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat
meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak
mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri
e. Market
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu
sangat penting sebab bila barangyang diproduksi tidak laku, maka proses
produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan
hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan
selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
2) Proses ialah kumpulanelemen/bagian yang berfungsi mengubah masalah
menjadi keluaran yang direncanakan. Proses (process) adalah langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses
dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun
fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan
proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan.
3) Output ialah kumpulan elemen/bagian yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem. Output adalah hasil dari suatu pekerjaan
manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output dikenal dengan nama
pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek,
sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan
jangka pendek. Feedback (balikan) ialah kumpulan elemen/bagian yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut.
2.2 Sistem Perncernaan Bayi Baru Lahir
1. Ukuran lambung bayi baru lahir
Ukuran lambung bayi baru lahir, hanya sebesar kelereng. Hanya mampu menampung
cairan sebesar 60-90 ml. Ukuran lambung ini bertambah menjadi sebesar telur di usia 1
bulannya. Jadi, bayi baru lahir menyusu sangat sedikit karena memang ukuran
lambungnya masih kecil dan belum mampu untuk menampung makanan yang lebih
banyak.

2. Sistem pencernaan bayi belum matang


Pada awal-awal kehidupan bayi, ia belum mempunyai semua enzim yang di butuhkan
untuk mencerna asupan makanan. Walaupun bayi baru lahir dapat mencerna karbohidrat,
protein, dan lemak, akan tetapi pankreas bayi belum sempurna dalam berkembang.
Pankreas bayi baru lahir belum bisa menghasilkan enzim yang diperlukan untuk memecah
karbohidrat kompleks atau pati sampai bayi berusia sekitar 3 bulan. Namun, bayi terbantu
dengan adanya enzim dalam kandungan ASI dan cairan air liur bayi
3. Bayi belum bias melindungi dirinya dari infeksi
Akan tetapi, antibodi yang terdapat dalam ASI mampu membantu bayi menciptakan
perlindungan untuk dirinya. Karena itu, ibu menyusui disarankan untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Pada usia ini, lapisan lendir pada saluran
pencernaan bayi sudah terbentuk hampir sempurna dan antibodi juga sudah mulai
diproduksi dalam tubuh bayi.ASI juga mengandung faktor pertumbuhan usus yang
membantu bayi dalam mengembangkan bakteri baik dalam usus. Sehingga, ASI sangat
penting untuk membantu pematangan pencernaan bayi

2.3 Kebijakan Pemerinta Tentang Pemberian ASI Eksklusif


Kebijakan tersebut tertuangdalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
Tentang Pemberian ASIEksklusif yang berlaku sejak tanggal 1 Maret 2012.
Mengacu pada pakar kebijakan publik yaitu May & Walt merumuskan empat komponen
kebijakan yaitu konten, konteks, proses dan aktor. Komponenkonten menyangkut hal-hal
teknis dan institusi yaitu organisasi publik danswasta yang menjadi sasaran kebijakan.
Konten Peraturan Pemerintah Nomor33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif
terdiri dari 10 bab, 43pasal dan 55 ayat serta mengandung tujuh pokok pikiran yaitu:
1. Tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah (provinsi dankabupaten/kota).
2. Air susu ibu eksklusif yang mencakup kewajiban ibu memberikan ASI eksklusif,
inisiasi menyusui dini, donor asi, informasi dan edukasi, serta sanksi administratif.
3. Ketentuan penggunaan susu formula
4. Pemberian ASI eksklusif di tempat kerja dan tempat umum
5. Dukungan masyarakat
6. Pendanaan
7. Pembinaan dan pengawasan.
Sesuai komponen konten institusi, PP Nomor 33 Tahun 2012 mengamanatkan tanggung
jawab kepada Pemerintah Pusat, PemerintahProvinsi, Pemerintah Daerah, ketentuan di
fasilitas pelayanan kesehatanpemerintah dan swasta, ketentuan bagi produsen dan
distributor susu formula,organisasi profesi kesehatan, pengelola tempat kerja dan tempat
saranaumum. Konteks yaitu lingkungan atau setting tempat dimana kebijakan dibuatdan
diimplementasikan. Secara kontekstual Peraturan Pemerintah Nomor 33Tahun 2012
mencakup tiga hal, yaitu:
1. Menjamin pemenuhan hak bayiuntuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan
sampai usia enam bulandengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Melindungi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
3. Mmeningkatkan dukungan dan peran keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerahdan
Pemerintah Pusat terhadap pemberian ASI eksklusif.

1. Keharusan Ibu Melahirkan Memberikan ASI Eksklusif kepadabayinya dalam


Perspektif Perlindungan Anak
Setiap ibu melahirkan dianugerahi air susu yang mampu mencukupikebutuhan bayinya
usia 0-6 bulan tanpa perlu tambahan makanan danminuman lain selain ASI saja. Telah
dijelaskan diatas bahwa ASImengandung berbagai zat kekebalan dan antibodi yang
dibutuhkan bayisehingga bayi dapat terhindar dari kerentanan penyakit. Bayi
yangmendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan memiliki ketahanan hidup lebihlama daripada
bayi yang tidak mendapatkannya sehingga ASI mampu memperkecil resiko kematian bayi.
Dengan demikian status kesehatanbayi dapat dicapai secara optimal agar bayi memiliki
kesempatan hidup,tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 6 mengharuskanibu melahirkan
memberikan ASI eksklusif kepada bayi yangdilahirkannya. Selain ibu melahirkan,
keberhasilan pemberian ASIeksklusif ditentukan juga oleh dukungan keluarga terutama
suami. Halini diperkuat oleh Ramadani dan Hadi (tahun 2010) dalam penelitiannyayang
berjudul “Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif diWilayah Kerja Puskesmas
Air Tawar Kota Padang Sumatera Barat” mengungkap bahwa dukungan suami akan
meningkatkan keberhasilanASI eksklusif dua kali lebih besar. Suami adalah orang terdekat
ibu yangbanyak berperan selama masa kehamilan, persalinan dan perawatan bayitermasuk
pemberian asi. Produksi asi sangat dipengaruhi kondisiemosional dan psikologis ibu
melahirkan dimana pada saat tersebut sangat diperlukan dukungan suami. Tanggung jawab
orang tuamemberikan ASI eksklusif sejalan dengan Pasal 45 (1) yangmenyebutkan orang
tua dan keluarga bertanggung jawab menjagakesehatan anak dan merawat anak sejak dalam
kandungan. Secara tegaspada Pasal 45B UU Nomor 35 Tahun 2014 menyatakan
bahwaPemerintah, Pemerintah daerah, masyarakat dan orang tua wajibmelindungi anak
dari perbuatan yang dapat mengganggu kesehatan dantumbuh kembang anak. Memberikan
ASI secara eksklusif sampai bayiberusia 6 bulan merupakan salah satu praktek menjaga
kesehatan anaksejak lahir serta mengoptimalkan fungsi tumbuh kembang anak sejakdini.

2. Kewajiban Tenaga Kesehatan Melakukan Inisiasi Menyusui Dinidalam Perspektif


Perlindungan Anak
Inisiasi menyusui Dini atau yang biasa disebut IMD merupakanupaya meningkatkan
keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dengan cara meletakkan bayi baru lahir secara
tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi menempel pada kulit ibu

Besarnya manfaat dan kontribusi IMD dalam keberhasilan ASIeksklusif maka sudah
sepatutnya IMD menjadi prosedur tetap bagi petugas penolong persalinan.17 Tanggung
jawab petugas kesehatanmelakukan IMD dipertegas dalam pasal 9 ayat (1) PP Nomor 33
Tahun2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif yang berbunyi tenaga kesehatandan
penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukaninisiasi menyusui dini
terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunyapaling singkat selama 1 (satu) jam.
Keharusan melakukan IMD bagi tenaga kesehatan di fasilitaspelayanan kesehatan
sejalan dengan UU Nomor 35 Tahun 2014 TentangPerlindungan Anak pada Pasal 44 Ayat
1 (satu) yaitu Pemerintah danPemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakanupaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap
anakmemperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.Lebih lanjut
dijelaskan pada Ayat 3 (tiga) bahwa Upaya kesehatan yangkomprehensif sebagaimana
dimaksud pada Ayat 1 (satu) meliputi upayapromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
baik untuk pelayanankesehatan dasar maupun rujukan. Inisiasi menyusui dini merupakan
salahsatu wujud upaya promosi kesehatan sesuai amanat Pasal 44 Ayat 3 (tiga)UU Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

3. Tempat Kerja dan Tempat Sarana Umum Wajib Mendukung Program ASI Eksklusif
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012Pasal 30 Ayat 1 (satu) menyatakan
pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung ASI
Eksklusif.Dilanjutkan pada Ayat 2 (dua) kebijakan mendukung ASI Eksklusifdisesuaikan
dengan peraturan perusahaan atau melalui perjanjian kerjaantara serikat pekerja dengan
perusahaan. Kemudian pada Ayat 3 (tiga)disebutkan bahwa pengurus tempat kerja atau
penyelenggara saranaumum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan
ataumemerah asi sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan. Pasal34 mewajibkan
pengurus tempat kerja untuk memberikan kesempatankepada ibu yang bekerja untuk
memberikan asi eksklusif kepada bayiatau memerah asi selama waktu kerja di tempat kerja.
Selanjutnya padaPasal 35 menyebutkan tempat kerja wajib membuat peraturan
internalyang mendukung keberhasilan asi eksklusif.
Termasuk tempat kerja sesuai Pasal 31 PP Nomor 33 Tahun 2012 meliputi perusahaan
dan perkantoran milik Pemerintah, PemerintahDaerah dan Swasta. Termasuk tempat sarana
umum sesuai Pasal 32 PPNomor 33 Tahun 2012 meliputi fasilitas pelayanan kesehatan,
hotel dan penginapan, tempat rekreasi, terminal, stasiun, bandar udara, pusatperbelanjaan,
tempat pengungsian dan lain sebagainya. Kedua pasaltersebut secara tegas menjelaskan
bahwa institusi Pemerintah dan swastaserta tempat sarana umum baik yang dikelola oleh
Pemerintah maupunswasta tunduk pada kewajiban untuk mendukung ASI Eksklusif. Ha
inisejalan dengan Pasal 25 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 yangberbunyi
kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadapperlindungan anak dilaksanakan
melalui kegiatan masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan pada anak.

2.4 Mitos dan Fakta


Ada beberapa pendapat terkait mitos dan fakta dalam pemberian ASI ekslusif diantaranya
1. Mampu Bersihkan Usus Bayi yang Baru Lahir
Bayi kerap kali mengalami diare pada saat ibu memberinya ASI. Kondisi seperti ini
memang wajar terjadi. Biasanya terjadi pada usia hingga 1-1,5 bulan. Usus bayi yang
baru lahir karena belum terpakai jadi masih memiliki rongga-rongga yang harus
diperbaiki dengan ASI. Pada saat di kandungan sistem pencernaan bayi kan tidak
terpakai. Usus jadinya tidak bekerja. Nah, ASI ini membersihkan usus-usus. Reaksinya
dengan diare itu. Untuk itu, ibu tidak perlu khawatir dan menjadi tidak percaya diri pada
kualitas ASI yang dimiliki.
2. ASI wanita dengan Hepatitis B Masih Bisa Dikonsumsi Bayinya
Padahal, pasca melahirkan ibu masih bisa menyusui bayinya tanpa khawatir adanya
proses penularan hepatitis B. Asal putingnya tidak terluka, tidak berdarah, ya nggak apa-
apa. Yang perlu dikhawatirkan virusnya ini masuk ke tubuh bayi melalui darah yang
diisap. Sementara itu, penularan langsung melalui Air Susu Ibu (ASI) dikatakan
kemungkinannya sangat rendah. Maka dari itu, ketika menyusui anak sebaiknya
diusahakan agar puting ibu tidak terluka, caranya dengan memerhatikan posisi ibu dan
bayi yang tepat saat menyusui.
3. ASI Tetap Lancar Saat Ibu Berpuasa
Bagi ibu menyusui dengan anak usia di atas 6 bulan, tetap dibolehkan berpuasa.
Strategi agar ASI tetap lancar saat puasa adalah tetap makan seperti biasa yakni tiga kali
sehari. Sarapan diganti saat sahur, makan siang di waktu berbuka, dan makan malam
dilakukan sehabis tarawih. Selama tidur semalaman, jangan lupa letakkan air minum di
sisi tempat tidur. Perlu diketahui, hanya ibu dengan keadaan gizi yang sangat buruk saja
yang tidak dapat memproduksi ASI cukup.
4. ASI Bisa Terpapar Kafein
Kualitas ASI juga bergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu. Karena itu ibu
menyusui sebaiknya tidak mengonsumsi kopi atau minuman lain yang mengandung
kafein, karena ASI yang dihasilkan bisa memengaruhi detak jantung bayi menjadi lebih
cepat. ASI yang mengandung kafein juga membuat bayi lebih sering kencing karena
ginjalnya bekerja lebih keras.
5. ASI Lebih Lancar di Malam Hari
Prolaktin merupakan hormon penting yang dibutuhkan dalam produksi ASI.
Menyusui di malam hari membuat hormon ini lebih aktif, sehingga produksi ASI tidak
tersendat. Menyusui malam penting untuk keberhasilan ASI eksklusif, karena prolaktin
memang lebih aktif di malam hari.
6. ASI Dijemur Jadi Darah
Sempat beredar kabar jika ASI dijemur maka akan berubah menjadi darah. Hal ini
dikaitkan dengan keharusan seorang anak berbakti kepada ibunya, karena ketika ia
meminum ASI sama dengan ia meminum darah ibu. Faktanya, hal itu sama sekali tidak
berhubungan. Perubahan warna ASI ketika dijemur dikarenakan adanya reaksi kimia
antara kandungan vitamin dan beberapa unsur-unsur ASI itu sendiri. Bahkan ASI yang
dijemur pun warnanya tidak merah.
7. Tak Terpengaruh Ukuran Payudara
Ukuran payudara tidak mempengaruhi berapa banyak ASI yang bisa dihasilkan,
karena ukuran payudara lebih tergantung pada jumlah pendukung dan lemak jaringan
fibrosa dari jumlah kelenjar susu. Karena itu wanita dengan payudara besar tidak selalu
menghasilkan ASI lebih banyak. Namun ukuran payudara biasanya akan meningkat
selama kehamilan, terutama selama trimester ketiga saat alveoli (sel yang memproduksi
ASI) dan milk duct (saluran yang membawa ASI ke puting) tumbuh dan berkembang
secara signifikan.
8. Payudara Implan Tetap Bisa Menyusui
Posisi implan dan tempat ASI diproduksi memiliki jaringan yang berbeda, sehingga
tidak memengaruhi pemberian ASI, asalkan tidak bocor. Implan payudara tidak
mempengaruhi ASI, karena implan ini biasanya dimasukkan ke lemak. Karena itu
pemberian ASI oleh perempuan yang menggunakan implan payudara baru bisa berbahaya
jika implannya bocor atau pecah sehingga bisa meracuni ASI.
9. ASI Wanita dengan HIV Bisa Dikonsumsi Bayinya
Jika seorang ibu mengidap HIV, ia tetap bisa menyusui anaknya dengan didampingi
obat antiretroviral (ARV). Jika ibu yang positif HIV, maka sejak awal kehamilannya
harus sudah mengonsumsi obat ARV agar virus yang ada dalam tubuh ibu tidak
ditularkan pada anaknya. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap ibu
yang positif HIV di Afrika Selatan.nIbu yang positif HIV bisa menyusui anaknya secara
eksklusif asalkan si ibu mengonsumsi obat ARV sejak awal kehamilannya.
10. Apapun Bentuk Putingnya, ASI Tetap Bisa Keluar
Puting susu hanyalah sebuah marker atau penanda saja yang terletak pada payudara
ibu. Namun, masih banyak masyarakat yang menduga bahwa ASI dikeluarkan dengan
cara disedot dari puting. Sebenarnya terjadi adalah ASI keluar dengan cara diperah dari
area yang berwarna hitam (areola), bukan disedot dari putingnya. Jadi apapun bentuk
putingnya, ASI masih bisa keluar.
11. ASI Lebih Banyak di Salah Satu Payudara
Hampir 3/4 dari seluruh ibu di dunia memproduksi lebih banyak ASI di payudara
kanannya. Hal ini bisa terjadi karena faktor kebiasaan atau faktor biologis, seperti
kelenjar air susu di salah satu payudara lebih banyak sehingga dapat memproduksi ASI
lebih banyak pula. Kebiasaan ibu yang lebih suka menyusui di salah satu payudara saja,
misalnya karena kenyamanan posisi saat menggendong bayi, juga bisa memicu kondisi
ini. Akibatnya, salah satu payudara lebih sering dikosongkan dibandingkan payudara
yang lain. Payudara yang sering dikosongkan akan lebih cepat memproduksi kembali
ASI.
12. Terapi bagi Bayi Kuning
Kuning pada bayi baru lahir sering disebut hiperbilirubinemia, merupakan kulit yang
kuning akibat bilirubin dalam darah yang meningkat setelah lahir. Kulit kuning ini sendiri
merupakan fisiologis bila mulai timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dengan kadar yang
sangat rendah. Terapi terbaik untuk kondisi bayi kuning adalah dengan lebih sering
memberikan ASI dan anak dijemur di bawah matahari pada kisaran jam 8-9 pagi.
13. Diminati Pria Dewasa
Bukan cuma bayi yang mengonsumsi ASI, orang dewasa pun belakangan banyak
yang menyukainya. Para binaragawan di Amerika Serikat mengonsumsi ASI sebagai
pengganti suplemen protein dan penambah energi. Sebagian pria lainnya mengonsumsi
ASI untuk alasan kesehatan. Para ahli meragukan khasiat ASI pada orang dewasa.
Menurutnya, ASI tidak tepat digunakan sebagai alternatif pengganti suplemen karena
komponen pada ASI secara alami dikhususkan untuk bayi.

2.5 Dampak Tidak Diberikan ASI Eksklusif 0-6 Bulan


1. Resiko Keracunan
Kebanyak ibu percaya jika air ASI kurang maka perlu ditambah dengan pemberian
air putih untuk bayi. Padahal sebenarnya hal ini tidak diperlukan bahkan cenderung
beresiko.
Apabila air yang diminumkan ke bayi tercemar bakteri, sangat bahaya karena sistem
pertahanan tubuh bayi belum siap menghadapi bakteri jahat dalam air putih. Meskipun air
sudah direbus, bisa saja yang terkena bakteri adalah alat pemberian airnya seperti
dot/gelas/sendoknya.
Alasan selanjutnya, karena ginjal bayi belum berfungsi secara sempurna kinerjanya.
Apabila mendapat asupan air putih, akibatnya pipis bayi akan membawa keluar serta
elektrolit dari dalam darah.
Contoh elektrolit yang keluar antara lain natrium dan sodium. Semakin banyak
natrium yang terbuang, maka resiko kejang pada bayi makin meningkat. Sedangkan
semakin banyak sodium terbuang maka aktivitas otak bayi akan terganggu, ujungnya
bayi akan mengalami gejala keracunan. Oleh sebab itu, sebelum bayi berusia 6 bulan
sebenarnya kita tak perlu menambah apapun selain ASI saja
2. Resiko alergi makanan
Pada usia 4-6 bulan kondisi usus bayi masih “terbuka”, antibodi (sIgA) dari ASI
bertugas melapisi organ pencernaan bayi serta memberikan kekebalan pasif, agar
mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi.
Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri dan penutupan usus terjadi saat bayi berusia 6
bulan. Maka sebelum usia tersebut tak diperlukan makanan dan cairan lainnya agar tak
meningkatkan resiko alergi.
3. Bayi berisiko mengalami obesitas atau kegemukan
Perlu diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI sebelum bayi 6
bulan sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada
anak-anak. Termasuk jika bunda memberi tambahan susu formula di samping ASI. Meski
terlihat lucu, bayi yang mengalami obesitas dikarenakan mengonsumsi selain ASI
sesungguhnya belum tentu sehat. Maka sebaiknya percayakan ASI saja sampai bayi
berusia 6 bulan.
4. Produksi ASI Ibu dapat berkurang
Makin banyak makanan dan minuman selain ASI yang diterima bayi maka
berpotensi bayi akan mengurangi permintaan untuk menyusu ASI. Hal ini berdampak
pada produksi ASI ibu yang bisa saja berkurang dan akan menurun jumlahnya.
5. Bayi berisiko tidak mendapatkan nutrisi optimal seperti ASI
Secara umum makanan pendamping ASI yang diberikan bentuknya bubur encer atau
cair yang mudah ditelan bayi. MPASI seperti ini mengenyangkan bayi tapi sebenarnya
nutrisi yang dikandungnya tidak memadai. Demikian juga pemberian susu formula di
samping pemberian ASI, sebenarnya tak diperlukan lagi karena gizi yang dapat diserap
dari susu formula tidak sebanyak yang dapat diserap dari ASI. Akhirnya bayi sebelum
usia 6. bulan bisa jadi hanya menimbun lemak dari makanan dan minuman yang
diberikan selain ASI.
BAB III
ANALISA SITUASI

Anda mungkin juga menyukai