Anda di halaman 1dari 20

PEMANFAATAN ZAT FITOSTEROL

DALAM DAUN KELOR (Moringa oleifera)


UNTUK MEMPERLANCAR ASI PADA IBU
BALITA STUNTING DAN PEMANFAATAN
ZAT KURKUMIN DALAM TEMULAWAK
(Curcuma xanthorriza Robx) UNTUK
MENINGKATKAN NAFSU MAKAN BALITA
STUNTING DI KELOMPOK ASMAN SINOM
RW 8 KELURAHAN DUKUH SUTOREJO

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, tim penyusun dapat menyelesaikan makalah
lomba 2022 dengan lancar.
Proses penyusunan makalah lomba 2022 ini tentunya tim penyusun
melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu tim penyusun mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah
lomba 2022 ini. Pihak-pihak tersebut adalah semua program yang berhubungan
dengan program Kestrad, antara lain bidang Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), dan promosi kesehatan.
Demikian, tim penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sehingga dapat menunjang dan memperbaiki kinerja program Kestrad yang
akan datang.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................... 4
1.2 TUJUAN ........................................................................................................ 4
1.3 LANDASAN HUKUM ..................................................................................... 5
1.4 MANFAAT ..................................................................................................... 5

BAB 2 GAMBARAN UMUM PROGRAM KESEHATAN TRADISIONAL DI


PUSKESMAS
2.1 GAMBARAN UMUM PUSKESMAS............................................................. 6
2.2 PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DI PUSKESMAS .................... 8
2.3 KEGIATAN PEMBINAAN KESEHATAN TRADISIONAL DI
WILAYAH PUSKESMAS KALIJUDAN ........................................................ 10

BAB 3 PROFIL KELOMPOK ASUHAN MANDIRI DI WILAYAH PUSKESMAS


3.1 LATAR BELAKANG .....................................................................................
16
3.2 DATA KELOMPOK ASMAN DI WILAYAH PUSKESMAS ........................... 16
3.3 CAPAIAN DARI KELOMPOK ASMAN ........................................................

BAB 4 INOVASI KELOMPOK ASUHAN MANDIRI DI WILAYAH PUSKESMAS


(KELOMPOK ASMAN UNGGULAN DI WILAYAH PUSKESMAS)
4.1 SEJARAH BERDIRINYA KELOMPOK ASMAN........................................... 17
4.2 GAMBARAN UMUM GEOGRAFIS ..............................................................
17
4.3 STRUKTUR ORGANISASI ..........................................................................
18
4.4 KEGIATAN KELOMPOK ASMAN ................................................................
18
4.5 JUMLAH TANAMAN DALAM KELOMPOK ASMAN ....................................
18

3
4.6 JUMLAH TANAMAN DI KELUARGA ...........................................................
19
4.7 INOVASI TERKAIT PEMANFAATAN UNTUK STUNTING ..........................
19

BAB 5 PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ............................................................................................. 20
5.2 SARAN ........................................................................................................ 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh


asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Anak stunting merupakan
indikasi kurangnya asupan gizi, baik secara kuantitas maupun kualitas yang
tidak terpenuhi. Kondisi tersebut mengakibatkan anak memiliki tinggi badan
cenderung pendek pada usianya, bahkan kekurangan gizi pada usia dini
dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak (Kemenkeu, 2018).

Pola pertumbuhan tinggi dan berat badan merefleksikan status nutrisi dan
kondisi kesehatan. Masalah pemberian nutrisi merupakan penyebab
langsung kejadian stunting. Indonesia menduduki peringkat kelima dunia
untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia
di bawah lima tahun tingginya berada di bawah rata-rata. Gizi kurang atau
gizi buruk pada anak menjadi penyebab mudah sakit dan memiliki postur
tubuh tidak maksimal saat dewasa. Sementara itu juga kekurangan gizi pada
usia dini dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak.

Berbagai pangan telah diteliti memiliki kandungan yang dapat


meningkatkan produksi ASI, salah satunya adalah kelor (Moringa oleifera).
Kelor sebagai tanaman tropis (Isnan and M, 2017), menjadi salah satu
pangan yang dimanfaatkan sebagai galaktogog di Asia (Susilawati et al.,
2020). Kelor juga dapat dengan mudah ditemukan pada berbagai wilayah di
Indonesia. Tanaman ini disebut sebagai ―The Miracle Tree karena

4
mengandung sejumlah zat gizi dan komponen aktif yang bernilai tinggi
(Krisnadi, 2015; Afzal et al., 2020; Olusanya et al., 2020).

Peningkatan berat badan dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Konsumsi


makanan pada anak dapat ditingkatkan dengan meningkatkan nafsu makan.
Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan ramuan tradisional,
yaitu pemberian madu temulawak. Kandungan kimia temulawak yang
mampu meningkatkan nafsu makan antara lain curcuminoid dan minyak asiri
(xanthorrhizol, germacon dan lain-lain).

Di Indonesia, sistem pengobatan tradisional merupakan salah satu unsur


budaya yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara
turun temurun di kalangan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun
masyarakat pedesaan sebagai warisan pusaka nusantara. Dari hasil
penelitian 59,12 % penduduk Indonesia menggunakan ramuan tradisional
(jamu) untuk memelihara kesehatannya dan 95,6% diantaranya mengakui
ramuan tradisional sangat bermanfaat bagi kesehatan (Riskesdas 2010).

1.2 TUJUAN

A. TUJUAN UMUM

Meningkatkan kualitas hidup melalui pemberdayaan masyarakat dengan


pemanfaatan TOGA dan Akupresure sebagai bagian dari upaya kesehatan
nasional dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. TUJUAN KHUSUS

1. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam


pembinaan, pendampingan serta pengelolaan dan pemanfaatan TOGA
dan Akupresure
2. Meningkatnya kemampuan pengembangan TOGA dan Akupresure di
setiap wilayah dan tingkat pusat hingga kelurahan dan desa
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam menggunakan tanaman
obat untuk pemeliharaan kesehatan

1.3 LANDASAN HUKUM

1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

5
2. PMK No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas 
3. PMK No. 103 tahun 2014 tentang Yankestrad (Pelayanan Kesehatan
Tradisional)
4. PMK No. 9 tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Kestrad melalui
Asuhan Mandiri (TOGA dan Ketrampilan)
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
121/Menkes/SK/II/2008 tentang Standart Pelayanan Medik Herbal;

1.4 MANFAAT

1. Menambah wawasan mengenai pembudidayaan serta pemanfaatan


TOGA bagi masyarakat

2. Pengolahan TOGA dapat menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat di


wilayah Puskesmas Kalijudan

3. Meningkatkan kualitas hidup melalui pemberdayaan masyarakat dengan


pemanfaatan TOGA sebagai bagian dari upaya kesehatan nasional
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

6
BAB II
GAMBARAN UMUM PROGRAM KESEHATAN TRADISIONAL DI
PUSKESMAS

2.1 GAMBARAN UMUM PUSKESMAS


A. IDENTITAS PUSKESMAS
- Nama Puskesmas : Puskesmas Kalijudan
- Nomor Kode Puskesmas : 35781201
- Alamat : Jl. Kalijudan 123 Surabaya 60114
Tlp. 031 3824566
- Kecamatan : Mulyorejo
- Wilayah : Surabaya Timur
- Kota : Surabaya
- Propinsi : Jawa Timur
- Tahun Berdiri : 09 Juli 1992 Pustu dari Puskesmas
Mulyorejo Maret Tahun 2012 sebagai
Puskesmas Induk
- Tipe Puskesmas : Perkotaan Non Perawatan
- Visi, Misi dan Motto Puskesmas serta Tujuan Puskesmas
Visi :
” Melakukan Pelayanan Optimal dan Profesional Agar
Terwujud Masyarakat Yang Sehat dan Sejahtera”.
Misi :
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
2. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berkualitas

7
3. Memelihara dan meningkatkan mutu kegiatan UKP, UKM serta
kerja sama lintas sector

Motto:
“Semua Sehat Saya Senang”

1. Tujuan Puskesmas
Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal di wilayah
sekitar agar terpainya Kecamatan yang sehat menuju
Indonesia sehat
2. Tata Nilai Puskesmas  SEHAT
a. Sigap : Sigap dalam menghadapi ke gawat daruratan
b. Educatif : Edukatif dalam menyampaikan informasi
c. Handal : Handal dalam bekerja dan mengobati pasien
d. Antusias : Antusias dalam melakukan kegiatan preventif,
promotif,curatif dan rehabilitatif
e. Teliti : Teliti dalam melakukan pekerjaan, tindakan
danpelayanan

B. WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJUDAN


DATA GEOGRAFIS
Puskesmas Kalijudan berada di dataran rendah wilayah Surabaya timur
dengan batas – batas :
- Sebelah Utara : Kecamatan Bulak
- Sebelah Timur : Selat Madura
- Sebelah Selatan : Kelurahan Mulyorejo, Kelurahan Kejawan Putih
Tambak, Kelurahan Manyar Sabrangan
- Sebelah Barat : Kecamatan Tambaksari

Luas Wilayah Kerja :


Puskesmas kalijudan memiliki wilayah kerja 3 kelurahan dengan luas
wilayah 559,397 Ha.
1. Kelurahan Dukuh Sutorejo : 214,716 Ha
2. Kelurahan Kalijudan : 131,351 Ha
3. Kelurahan Kalisari : 213,330 Ha

C. DATA DEMOGRAFIS

8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas
kalijudan pada Tahun 2022.
Distribusi penduduk berdasarkan Umur Tahun 2022.

Dukuh
No Usia Kalijudan Kalisari
Sutorejo
1. < 1 Tahun 190 207 226
2. 1 – 4 Tahun 770 836 912
3. 5 – 6 Tahun 391 418 398
4. 7 – 12 Tahun 1.114 1.140 1.163
5. 15 – 64 Tahun 9.471 10.251 11.848
6. > 70 Tahun 255 461 425
Total 12.191 13.313 14.972
Sumber dari : Kelurahan Kalijudan, Kalisari, Dukuh Sutorejo

2.2 PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DI PUSKESMAS

Poli Kesehatan Tradisional memberikan pelayanan berupa pengobatan


tradisional. Pelayanan tersebut berupa Akupunktur, Akupresure / Pijat
bayi dan Medik Herbal yaitu konsultasi mengenai obat herbal / tradisional.
Poli kesehatan tradisional berdiri pada tahun 2016, dengan
ditugaskannya tenaga Kestrad oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Program kesehatan tradisional merupakan program yang
diselenggarakan dengan tujuan sebagai alternatif pilihan pengobatan
selain pengobatan secara konvensional.

A. JENIS PELAYANAN PELAYANAN POLI KESEHATAN TRADISIONAL

Poli Kesehatan Tradisional memberikan pelayanan berupa :

1. Akupunktur

2. Akupresure wajah

3. Pijat bayi

B. JADWAL PELAYANAN

JADWAL PELAYANAN POLI KESEHATAN TRADISIONAL

PELAYANAN HARI/JAM

9
Akupuntur

Akupresure Senin - Sabtu

Pijat Bayi 07.30 - Selesai

(SK Jenis-jenis pelayanan puskesmas Kalijudan)

C. JENIS PENYAKIT TERBANYAK

10 Penyakit Terbanyak 2021


Poli Kestrad
16
15
14
13
12
11
10
8 8
7 7
6 6
4
3
2 2
1
0
gi
a
an
g ut al
a g o
ni
a
ah
u an sy an
l ut ep rti ut al tik
ya gg il k Ve so
m ir b sp n
M in er i e em ll ca
i p N y er In Ny ke
s
Be Ke
er Ny n
Ny ng
a
Ta

2.3 KEGIATAN PEMBINAAN KESEHATAN TRADISIONAL DI WILAYAH


PUSKESMAS KALIJUDAN

A. PELAKSANAAN DEMO TOGA

10
Demo Toga merupakan kegiatan pengolahan pada tanaman Obat
seperti pembuatan jamu, minuman dari toga dan makanan toga.
Kegiatan ini dilaksanakan di dalam gedung dan luar gedung.

Tempat : Posyandu, kelompok Asman dan Pertemuan Kader toga di


kelurahan dan puskesmas

B. PEMBINAAN ASMAN

Kegiatan Pembinaan Asman di wilayah kerja puskesmas kalijudan yaitu


dengan memberikan pengetahuan tentang toga, pengolahan toga dan
pelatihan akupresure pada kelompok Asman sehingga kelompok asman
dapat secara mandiri mampu memanfaatkan TOGA dan akurpresure untuk
meningkatkan kesehatan diri sendiri, keluarga dan kedepan anggota asman
bisa mengajarkan kepada masyarakat sekitar untuk memanfaatkan toga dan
akurpresur sehingga dapat meningkatkan derajat Kesehatan.
Tempat : kelompok Asman wilayah kerja puskesmas kalijudan

C. PENGEMBANGAN TOGA DI PUSKESMAS

Perawatan tanaman toga di wilyah puskesmas Kalijudan sebanyak 1


bulan sekali.

D. PEMBINAAN HATRA WILAYAH PUSKESMAS


Pembinaan Hattra dilakukan untuk membina tenaga Penyehat
Tradisional (HATRA) yang melakukan praktek / usaha diwilayah kerja
puskesmas setempat dengan tujuan agar para praktisi Hattra tersebut
dapat melakukan praktek / usaha sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku dengan adanya surat ijin praktek sebagai pengobat
tradisional (SIPT/STPT).
Pelaporan dilakukan 1 semester (6 bulan sekali)

11
BAB III
PROFIL KELOMPOK ASUHAN MANDIRI DI WILAYAH PUSKESMAS

3.1 LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN KELOMPOK ASMAN


Kecenderungan masyarakat untuk “back to nature”. Indonesia memiliki
30.000 jenis TO, 7500 – 9600 tanaman berpotensi sebagai obat. 8500 jenis
yang diteliti , 300 spesies yang telah digunakan sebagai Obat Tradisional.
Keberadaan TOGA pernah dikembangkan diberbagai daerah mulai dari
pedesaan sampai perkotaan dengan pembudidayaan berbagai jenis tanaman
obat yang tumbuh sesuai spesifikasi daerah masing-masing. Agar TOGA dapat
berkembang secara optimal dan dimanfaatkan seluas-luasnya oleh
masyarakat sebagai ramuan yang berkhasiat dalam upaya menjaga,
meningkatkan dan menanggulangi kesehatan khususnya di wilayah kerja
puskesmas Kalijudan.
Asuhan Mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur merupakan upaya
untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan serta mencegah dan
mengatasi masalah / gangguan kesehatan ringan secara mandiri oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Taman obat keluarga (TOGA) adalah sekumpulan tanaman hasil budidaya
rumahan yang berhasiat sebagai obat. Obat adalah suatu bahan atau panduan
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnose, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan dan untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia. Obat dapat bersifat sebagai obat jika sesuai dengan dosis dan waktu
yang tepat. Obat juga bersifat racun bagi tubuh jika dikonsumsi dengan dosis
yang berlebihan. Hal ini menyebabkan pemberian obat kurang dapat
menyembuhkan karena salah penggunaan dan dosis yang tidak tepat.
Akupresur adalah metode pemijatan yang efektif untuk meningkatkan
kesehatan ataupun mengatasi masalah kesehatan dengan melakukan
penekanan pada titik tubuh tertentu. Banyak masyarakat yang masih belum
paham akan pemanfaatan TOGA dan akupresur. Masyarakat sering salah
dalam menentukan bahan baku dalam pembuatan obat tradisional dan tidak
mengerti cara untuk mengolah bahan tersebut serta titik – titik pemijatan.
Budidaya pengembangan toga dan akupresur memiliki peluang bisnis yang
sangat besar. Apa lagi saat ini, dimasyarakat sedang berkembang “trend”
kembali ke alam (back to nature), termasuk dalam penggunaan obat-obatan

12
dan agro wisata. Disamping adanya trend tersebut, penggunaan tumbuhan
obat dan akupresur semakin banyak diminati masyarakat, karena pengaruh
kondisi perekonomian yang sedang mengalami krisis, sehingga banyak
masyarakat yang memilih obat-obatan dan metode pengobatan alami yang
harganya relativ murah, aman, dan mudah memperolehnya, jika dibandingkan
obat buatan pabrik.

3.2 DATA KELOMPOK ASMAN DI WILAYAH PUSKESMAS

KELURAHAN NAMA KELOMPOK ANGGOTA


KALIJUDAN Belimbing wuluh Koord : Thoyibah
(RW 3) Anggota :
Yulce
Firlia
Habibah
Subaidah
Rosella Koord : Pamela
(RW 2) Anggota :
Nurul Choir
Muslimah
Supriyatin
DUKUH SUTOREJO Jahe Koord : Santi
(RW 5) Anggota :
Sutirah
Budiastutik
Sereh Koord : Nur Asni
(RW 6) Anggota :
Sri dayani
Miftachul djannah
Novi
Sinom Koord : Dewi Yuliani
(RW 8) Anggota :
Ari Widowati
Endang Suwarniningsih
Siti Solikhah
Lusiana lolo

13
BAB IV

INOVASI KELOMPOK ASUHAN MANDIRI DI WILAYAH PUSKESMAS

(KELOMPOK ASMAN UNGGULAN DI WILAYAH PUSKESMAS)

4.1 SEJARAH BERDIRINYA KELOMPOK ASMAN

Dalam hasil survey SMD di kelurahan Dukuh Sutorejo yang didapat


permasalahan salah satunya yaitu kurangnya partisipasi masyarakat tentang toga.
Angka stunting Dari hasil survey tersebut puskesmas Kalijudan melakukan tindak
lanjut dengan dilakukan penyuluhan mengenai tanaman toga dan Akupresure
sesuai Permenkes Nomor 9 tahun 2016 tentang Upaya pengembangan Pelayanan
Kesehatan Tradisional melalui asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan
Ketrampilan.
Di RW 8 Kelurahan Dukuh Sutorejo kesadaran masyarakat akan tanaman
obat keluarga tinggi dan terdapat taman toga di wilayah tersebut.
Pada bulan Maret 2022 dibentuknya kelompok Asman Sinom dan kegiatan
dilakukan di balai RW 8 dengan dilakukan pengolahan Toga dan pelatihan
akupresure tersebut.

4.2 GAMBARAN UMUM GEOGRAFIS

Kelompok Asman Sinom berada di RW 8 Kelurahan Dukuh Sutorejo. Kegiatan


biasa dilakukan di balai RW dengan mulai digalakan penanaman Toga di sekitar
balai RW 6 tersebut.

14
Taman Toga

4.3 STRUKTUR ORGANISASI

SUSUNAN ANGGOTA
KELOMPOK ASMAN SINOM RW 08
KELURAHAN DUKUH SUTOREJO

PEMBINA : PUSKESMAS KALIJUDAN


KOORDINATOR : Dewi Yuliani
ANGGOTA :
1. Ari Widowati
2. Endang Suwarniningsih
3. Siti Solikhah
4. Lusiana lolo

4.4 KEGIATAN KELOMPOK ASMAN

1. Pemberian pengetahuan materi tentang TOGA dan akupresure


Dengan metode kegiatan ceramah dan diskusi bersama para kader dan warga
tentang toga dan akupresure
2. Pengolahan Tanaman Obat Keluarga
Kegiatan berupa mengolah tanaman obat bersama kader dan angota Asman
seperti membuat jamu, membuat makanan berbahan dasar dari TOGA dan
lainnya. Bertujuan agar masyarakat bisa memanfaatkan ilmu yang didapat
untuk dipraktekkan sehari-hari
3. Budidaya Toga
Menanam Toga di balai RW dan setiap anggota asman terdapat minimal 2
tanaman TOGA di rumahnya masing-masing. Serta mengidentifikasi tanaman
yang ditanam.

4.5 JUMLAH TANAMAN DALAM KELOMPOK ASMAN

DAFTAR TANAMAN OBAT DI BALAI RW 8

No. Jumlah
SINOM
1 Sirih Hijau 1
2 Kelor 5
3 Mengkudu 1

15
4 Binahong 1
5 Sambiloto 1
6 Belimbing Wuluh 1
7 Daun Mangkokan 3
8 Daun Wungu 1
9 Asam Jawa 2
10 Pandan 2
11 Kumis Kucing 2
12 Kunyit 4
13 Kunyit putih 2
14 Sirsak 1
15 Jeruk Nipis 2
16 Jambu Biji 1
17 Ginseng 2
18 Bidara 1
19 Telang 1
20 Tujuh jarum 1
21 Katuk 3
22 Patah Tulang 1

4.6 JUMLAH TANAMAN DI KELUARGA

DAFTAR TANAMAN OBAT DI KELUARGA

No. Nama Anggota Nama Tanaman Jumlah


Suruh hijau 1
1 Dewi Yuliani Mangkokan 1
Kumis Kucing 1
Belimbing Wuluh 1
2 Ari Widowati
Pandan 1
Endang Sirih hijau 1
3
Suwarniningsih Pandan 1
Belimbing wuluh 1
4 Siti Solikhah
Jahe 1
Lidah Buaya 1
5 Lusiana lolo
Jeruk nipis 1

16
4.7 INOVASI PENGOLAHAN TOGA UNTUK MENGATASI STUNTING

SEMPOL DAUN KELOR


Bahan :
- 500 gram daging ayam
- 250 gram tepung tapioka
- 200 gram tepung terigu
- 3 butir telur
- 3 batang daun bawang
- Air secukupnya
- 300 gr daun kelor

Bumbu Halus :

- 8 siung bawang merah


- 6 siung bawang putih
- 3 sdt lada
- Kaldu jamur
- Secukupnya garam
- Secukupnya gula

Cara Pembuat :

1. Haluskan daging ayam Bersama daun kelor, bawang merah, bawang putih
2. Siapkan wadah dan taruh daging ayam tersebut kemudian tambahkan tepung
tapioca dan terigu, telur, daun bawang, irisan daun kelor, garam, gula dan kaldu
jamur.
3. Aduk-aduk hingga seluruh bahan kalis dan menyatu
4. Lumuri tangan dengan sedikit minyak sayur
5. Ambil 1 sdm penuh adonan lalu bentuk bulat panjang dan tusuk dengan tusuk sate.
6. Kerjakan hingga seluruh adonan habis.
7. Lapisan: Kocok telur dengan air dan garam hingga larut.
Celupkan sempol dalam telur kocok lalu goreng dalam minyak panad dan banyak
hingga kuning keemasan dan kering.
Angkat dan tiriskan.

Khasiat dan Manfaat :

Daun kelor mengandung fitosterol yang terdiri dari kampesterol, β-sitosterol, dan
stigmasterol. Senyawa tersebut berperan sebagai prekursor dalam produksi
hormon estrogen yang bekerja dengan memicu pelepasan hormon prolaktin

17
Kandungan fitosterol dapat meningkatkan hormon prolaktin pada serum melalui
stimulasi pada sel sekretori kelenjar susu sehingga merangsang sel epitel alveolar
untuk meningkatkan produksi ASI (Raguindin, Dans and King, 2014).

Camilan ini berkhasiat untuk memperlancar ASI untuk ibu menyusui serta untuk
camilan sehat pada anak.

TEMULAWAK SUSU

Bahan :

- 1 Rimpang temulawak
- Susu Cair UHT 200 ml
- Madu

Cara membuat :

1. Cuci bersih temulawak


2. Rajang temulawak, kemudian masukkan dalam panci
3. Masukkan Susu cair UHT 200 ml
4. Panaskan dalam api sedang dan aduk-aduk selama 15 menit
5. Sajikan Bersama madu saat minuman sudah hangat

Khasiat dan Manfaat :

Manfaat temulawak bagi kesehatan umumnya sebagai peningkat nafsu makan dan
menjaga stamina tubuh. Uji klinis temulawak menunjukkan bahwa pemberian
minuman ekstrak temulawak dapat menurunkan populasi sel limfosit B sehingga
temulawak terindikasi dalam penurunan fungsi imun humoral (Raden Aldizal. Farid
Perdana. (2018). Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Temulawak Plant as a Traditional
Medicine. Fakultas MIPA. Universitas garut)

18
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kelor (Moringa oleifera) sebagai tanaman tropis dimanfaatkan sebagai


galaktogog pada beberapa wilayah di Asia (Mollik, 2010). Seluruh bagian dari
tanaman kelor pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Namun,
bagian yang paling umum dimanfaatkan sebagai galaktogog adalah daun
karena mengandung fitosterol dalam jumlah yang tinggi. Beberapa penelitian
menunjukkan penggunaan daun kelor sebagai galaktogog dapat dikonsumsi
dalam berbagai bentuk sediaan, seperti kapsul, teh, tepung atau bubuk,
rebusan air, puding, dan makanan lainnya.
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang umum digunakan oleh
masyarakat tradisional.. Temulawak banyak mengandung senyawa kimia
dengan unsur terbesar adalah pati, kurkumin dan minyak atsiri. Aktivitas yang
dikandung oleh temulawak antara lain sebagai antibakteri, antivitus,
antioksidan, antiinflamasi dan hepatoprotektor serta penambah nafsu makan.

5.2 SARAN

Perlu adanya pengembangan dan sosialisasi tentang kelor terhadap kasus


stunting pada balita, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan tanaman kelor
dengan baik terlebih untuk memenuhi nutrisi balita dan ibu menyusui. Sementara
itu bagi pemerintah dapat menjadikan masukan terkait program pemberian
makanan tambahan bagi balita yaitu berupa olahan daun kelor

19
LAMPIRAN

1. SK PEMBENTUKAN KELOMPOK ASMAN

2. SK KADER

3. DOKUMENTASI PENGEMBANGAN TOGA DI PUSKESMAS

4. DOKUMENTASI PENGEMBANGAN KELOMPOK ASMAN

20

Anda mungkin juga menyukai