Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

KEGIATAN MINI

PROJECT

STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN BAYI


DENGAN BUKU PINTAR PEMBERIAN ASI

Disusun Oleh:
dr. Yuliani
Setianingsih

Pembimbing:
dr. Irfan Yanuar
Hilmi

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

BLUD UPTD UNIT PUSKESMAS PATARUMAN 2


KOTA BANJAR 2021

LEMBAR PENGESAHAN

KEGIATAN MINI PROJECT

Karakteristik Penderita TB Paru BTA Positif di Wilayah Kerja Puskesmas Langensari I


pada Tahun 2020

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia


Di Puskesmas Langensari I
Kota Banjar

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal : Agustus 2021

Disusun oleh :
dr. Ayu Indah Sari

Mengetahui,
Kepala BLUD UPTD Pembimbing
Puskesmas Langensari I

dr. Mamik Setiyawati dr. Irfan Yanuar Hilmi


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................i
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................................3
1.3 Manfaat....................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................................5
2.2 Epidemiologi............................................................................................................................6
2.3 Proses Terbentuknya ASI.........................................................................................................6
2.4 Klasifikasi ASI.........................................................................................................................9
2.5 Hal-hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI...........................................................................10
2.6 Fisiologi Produksi ASI...........................................................................................................11
2.7 Kualitas Fisik ASI Yang Baik................................................................................................12
2.8 Komposisi Zat Gizi Dalam ASI..............................................................................................13
BAB III............................................................................................................................................16
PEMBAHASAN BUKU PINTAR MENYUSUI.............................................................................16
3.1 Definisi...................................................................................................................................16
3.2. Target....................................................................................................................................16
3.3 Isi Buku Pintar Menyusui.......................................................................................................17
BAB IV............................................................................................................................................18
PENUTUP........................................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................18
4.2 Saran......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................19

i
LAMPIRAN.....................................................................................................................................21

ii
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu

Ig-A : Imunoglobulin-A

PASI : Pendamping Air Susu Ibu

DHA : Docosahexanoic Acid

WHO : World Health Organization

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

HPL : Human Placental Lactogen

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada peraturan kemenkes nomor 23 tahun 2014 mengenai upaya perbaikan gizi

seimbang, setiap keluarga harus memahami, mengenal dan juga mencegah adanya

masalah cakupan status gizi setiap anggota keluarganya. Salah satu cara dengan

memberikan ASI pada bayi dan balita. ASI merupakan kepanjangan dari Air Susu Ibu,

dimana ASI eksklusif menurut peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 mengenai

Pemberiaan ASI, ASI Ekslusif yaitu ASI yang diberikan pada bayi mulai dari bayi baru

saja dilahirkan sampai usia bayi 6 bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti ASI

dengan makanan ataupun minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kemenkes,

2017).

Emo-Demo atau metode Emotional Demonstration adalah kegiatan yang berbasis

pada perubahan perilaku pada kelompok masyarakat target (Ibu hamil dan ibu menyusui)

yang dikembangkan oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN). Salah satu

kegiatan tersebut adalah gerakan ASI saja cukup yang bertujuan untuk meningkatkan status

kesehatan gizi pada bayi dan balita (Dinkes Surabaya, 2018).

1
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 yaitu mengenai proporsi pola pemberian ASI

pada bayi usia 0 - 5 bulan di Indonesia, terdapat sebanyak 37 ,3% pemberian ASI ekslusif,

9,3% ASI parsial, dan 3,3% ASI predominan. Yang dikatakan ASI predominan yaitu

keadaan menyusui bayi tetapi pernah memberikan minuman berbasis air misalnya diberikan

teh, sebagai makanan/ minumam prelakteal sebelum ASI keluar. Sedangkan menyusui

parsial yaitu kondisi dimana menyusui bayi disertai memberikan makanan bantuan selain

ASI eksklusif, seperti memberikan pada bayi susu formula, bubur, atau makanan lainya

sebelum bayi berusia 6 bulan, diberikan secara kontinyu sebagai makanan prelakteal pada

bayi (Riskesdas, 2018).

Pemberian ASI eksklusif sangat berpengaruh sekali dan bisa menurunkan risiko

penyakit infeksi pada anak seperti mengalami diare, pneumonia pada anak, infeksi

pada telinga, haemophilus influenza, meningitis pada bayi dan juga bisa berakibat infeksi.

Kejadian pada bayi dan juga balita yang menderita penyakit infeksi yang berlangsung

terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya balita dengan gizi buruk dan kurus

(Infodatin, 2018).

Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah kurangnya

pengetahuan ibu hamil, ibu menyusui, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI.

Gencarnya promosi susu formula dimedia massa serta kurangnya dukungan dari

masyarakat, termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan yang belum memberikan

tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui ditempat kerja. Untuk itu, promosi secara

2
aktif tentang Air Susu Ibu sebagai zat gizi utama bayi hingga usia dua tahun secara

efektif perlu terus ditingkatkan. Konseling yang adekuat dan dukungan utama pada ibu

dan keluarga secara oftimal akan meningkatkan keberhasilan menyusui pada ibu-ibu yang

memiliki bayi (Child, 2018).

Mengingat begitu pentingnya peranan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan

bayi dan balita, dan masih banyak ibu yang kurang paham akan pentingnya ASI untuk bayi

dan balita mereka. Maka penulis memilih topik “Strategi Meningkatkan Kualitas Kesehatan

Bayi Dengan Buku Pintar Menyusui” dengan harapan dapat membuat ibu menyusui

semakin sadar akan pentingnya ASI untuk tumbuh kembang bayi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari buku pintar menyusui ini adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI bagi bayi.

2. Memberikan informasi mengenai manfaat pemberian ASI ekslusif.

3. Memberikan informasi mengenai cara-cara pemberian ASI yang baik.

4. Memberikan informasi mengenai waktu terbaik untuk memberikan ASI kepada

anak.

3
1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari dibuatnya buku pintar pembuatan ASI ini adalah :

1. Menjadi sarana edukasi tidak langsung pasyankes kepada ibu yang sedang

menyusui.

2. Meningkatkan kesadaran ibu terhadap pentingnya ASI.

3. Mewujudkan salah satu peraturan pemerintah mengenai perbaikan gizi seimbang

yaitu peraturan kemenkes no.23 tahun 2014.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alami pertama untuk bayi yang mengandung

semua vitamin, mineral, dan nutrisi yang diperlukan oleh bayi dalam enam bulan pertama

kehidupan hingga usia dua tahun. Setiap anak yang disusui dalam waktu empat jam setelah

lahir dan diberikan hanya air susu ibu dalam enam bulan kehidupan kemudian dilanjutkan

menyusu hingga usia dua tahun, maka peluang hidup pada tahun pertama lebih besar dari

pada anak yang diberikan susu formula.World Health Organization (WHO) , menyebutkan

bahwa 800.000 anak setiap tahunnya didunia dapat diselamatkan pada tahun pertama

kehidupannya karena ASI (Child, 2018).

Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air susu ibu

yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan

dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Perbup Sleman no. 38 tentang

IMD dan ASI Eksklusif, 2015).

Disamping kandungan nutrisi yang lengkap didalam ASI juga terdapat zat

kekebalan seperti IgA, IgM, IgE, laktoferin, lisosom, Immunoglobulin dan zat lainnya

yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Lebih dari 136 juta bayi lahir

5
setiap tahunnya dan sekitar 2 juta diantaranya tidak mendapatkan ASI Eksklusif (Gupta,

Dadhich, & Suri, 2015).

2.2 Epidemiologi

Cakupan ASI dalam skala internasional pada tahun 2012 hanya 39% bayi diumur

enam bulan mendapatkan ASI eksklusif. Cakupan ASI dibeberapa negara belum mencapai

target yang ditetapkan WHO yaitu 80% (UNICEF, 2013). Persentase bayi yang mendapat

ASI eksklusif di Indonesia adalah sebesar 29,5% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

2.3 Proses Terbentuknya ASI

Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI yang melibatkan

hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin selama kehamilan akan

meningkat akan tetapi ASI belum keluar karena masih terhambat hormon estrogen yang

tinggi. Dan pada saat melahirkan, hormon estrogen dan progesteron akan menurun dan

hormon prolaktin akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI (Rini Yuli Astutik,

2014).

Proses pembentukaan ASI di mulai sejak awal kehamilan, ASI (Air Susu Ibu)

diproduksi karena pengaruh faktor hormonal, proses pembentukan ASI dimulai dari proses

terbentuknya laktogen dan hormon-hormon yang mempengaruhi terbentuknya ASI, proses

pembentukan laktogen dan hormon produksi ASI sebagai berikut :

6
1. Laktogenesis I

Pada fase akhir kehamilan, payudara perempuan memasuki fase pembentukan

laktogenesis I, dimana payudara mulai memproduksi kolostrum yang berupa cairan kuning

kental. Pada fase ini payudara perempuan juga membentuk pembesaran lobules-alveolus.

Tingkat progesterone yang tinggi dapat menghambat produksi ASI. Pada fase ini kolostrum

yang keluar pada saat hamil atau sebelum bayi lahir tidak menjadikan masalah sedikit atau

banyaknya ASI yang akan di produksi.

2. Laktogenesis II

Pada saat melahirkan dan plasenta keluar menyebabkan menurunnya hormone

progesterone, estrogen dan human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba, akan tetapi

kadar hormone prolaktin tetap tinggi yang menyebabkan produksi ASI yang berlebih dan

fase ini disebut fase laktogenasi II.

Pada fase ini, apabila payudara dirangsang, kadar prolaktin dalam darah akan

meningkat dan akan bertambah lagi pada periode waktu 45 menit, dan akan kembali ke

level semula sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Hormon prolaktin yang keluar dapat

menstimulasi sel didalam alveoli untuk memproduksi ASI. Level prolaktin dalam susu akan

lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu pada pukul 2 pagi sampai 6 pagi, akan

tetapi kadar prolaktin akan menurun jika payudara terasa penuh.

7
Selain hormon prolaktin, hormon lainnya seperti hormon insulin, tiroksin dan

kortisol terdapat dalam proses produksi ASI, tetapi peran hormon tersebut tidak terlalu

dominan. Penanda biokimiawi mengindikasikan jika proses laktogenesis II dimulai sekitar

30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu yang setelah melahirkan merasakan payudara

penuh sekitar 2-3 hari setelah melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II menunjukan

bahwa produksi ASI itu tidak langsung di produksi setelah melahirkan. Kolostrum yang di

konsumsi oleh bayi sebelum ASI sebenarnya, mengandung sel darah putih dan antibody

yang tinggi dari pada ASI sebenarnya, antibody pada kolostrum yang tinggi adalah

immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi. IgA juga mencegah alergi

terhadap makanan, dalam dua minggu setelah melahirkan, kolostrum akan mulai berkurang

dan tidak ada, dan akan digantikan oleh ASI seutuhnya.

3. Laktogenesis III

Fase laktogenesis III merupakan fase dimana sistem kontrol hormon endokrin

mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari setelah melahirkan. Pada saat

produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI

banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak lagi jika ASI sering

dikeluarkan, selain itu reflek menghisap bayi akan dapat mempengaruhi produksi ASI itu

sendiri (Rini Yuli Astutik, 2014).

8
2.4 Klasifikasi ASI

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu transisi, dan air susu

matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan

ASI matur (Maryunani, 2012).

1. kolostrum

Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-

kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang

larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat

penting untuk diberikan karena selain tinggi immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun

pasif bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran

pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai

beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI

transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Brown, 2004; Olds et all,

2000; Roesli, 2003 dalam (Pertiwi, 2012).

2. ASI transisi (peralihan)

ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang

lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin

menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air akan semakin meningkat.

Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan lamanya menyusui dan kemudian

akan digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).

9
3. ASI matur

ASI matur atau ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan

waktu pemberiannya yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar

pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk

mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak empat

sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi,

2012).

2.5 Hal-hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Produksi ASI pada ibu menyusui dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

berhubungan yaitu:

1. Faktor makanan.

Dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-20%

protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini didapat dari makanan yang dikonsumsi ibu

dalam sehari (Nutrisi Bangsa, 2013).

2. Kondisi puting susu.

Bentuk dan kondisi putting susu yang tidak baik seperti adanya infeksi pada

payudara, payudara bengkak, dan puting susu tidak mononjol merupakan faktor

yang mempengaruhi dalam pemberian ASI, diantaranya adalah produksi ASI yang

sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi (Astari & Djuminah, 2012)

3. Dukungan Keluarga dan suami.

10
Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya produksi ASI dan pemberian

ASI eksklusif pada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu

memberikan ASI saja kepada bayinya sehingga meningkatkan frekuensi produksi ASI.

Suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan

dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya.

2.6 Fisiologi Produksi ASI

Bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI.

Kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan

sekitar 50-100 ml/hari meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI

semakin efektif dan terus menerus meningkat pada 10-14 hari setelah melahirkan.

Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa bulan kedepan. Bayi yang sehat

mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan, volume

pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat

dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan.

Secara fisiologis, ukuran payudata tidak mempengaruhi volume air susu yang

diproduksi. Artinya, jumlah ASI yang diproduksi tidak tergantung pada besar atau kecilnya

payudara. Artinya, jumlah ASI yang diproduksi bervariasi setiap hari, Karena dipengaruhi

oleh kandungan nutrisi ibu. ASI yang dibutuhkan oleh bayi sesuai tingkat pertumbuhan dan

perkembangannya, semakin sehat bayi, semakin banyak ASI yang harus dikonsumsinya.

11
Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan

makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah

secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu

pertama menyusui bayi (Dwi Sunar, 2009)

2.7 Kualitas Fisik ASI Yang Baik

Tampilan ASI berbeda setiap saat lantaran kandungannya berubah-ubah, termasuk

kandungan lemak dan warna ASI. Hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu adalah :

1. Jumlah lemak dalam ASI akan berfluktuatif dari hari ke hari. ASI yang keluar pada

menit-menit pertama setelah persalinan akan berbeda warnanya dengan ASI yang

keluar dihari berikutnya.

2. ASI yang baru saja diperas mengandung banyak protein dan terlihat lebih encer

ketimbang ASI yang dikeluarkan pada menit-menit berikutnya.

3. Warna ASI tidak tergantung pada makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibu.

4. Pewarna makanan, minuman soda, jus buah dan hidangan penutup yang

mengandung gelatin tidak mengubah warna ASI menjadi pink atau orens.

5. ASI yang berwarna pink mengindikasikan adanya darah didalam ASI. Hal ini dapat

dikarenakan puting yang lecet.

6. Kondisi normal ASI segar, berbau dan beraroma manis.

7. Jika ASI perasan berbau asam, pahit dan anyir mungkin ASI telah basi (Dwi, Sunar,

2009).

2.8 Komposisi Zat Gizi Dalam ASI

12
Komposisi zat gizi yang terdapat dalam ASI diantaranya :

1. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (Gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu

bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Ratio jumlah

laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan

dengan PASI.

Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam

pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Dalam usus,

sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan

bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain.

2. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu

“whey” dalam ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini

dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein

yang tinggi dengan perbandingan ASI 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relative

keras dalam lambung bayi. Menyebabkan bayi yang diberi PASI sering menderita susah

buang air (sembelit), bahkan diare dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabe yang

menunjukan adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI (Dwi, 2009).

3. lemak

13
Setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang jernih dan

mudah dicerna dan diserap oleh bayi daripada PASI. Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak

mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu

bervariasi satu sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase menyusui ke fase menyusui

berikutnya. Mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya.

Komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui berbeda dengan 10 menit kemudian,

Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua dan seterusnya, yang akan

terus berubah sesuai kebutuhan energi yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi.

Jenis lemak dalam ASI banyak mengandung omega-3, omega-6 dan DHA yang

dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah

dilengkapi ketiga unsur tersebut, susu formula tetap tidak mengandung enzim, karena

enzim mudah rusak bila dipanaskan. Tidak adanya enzim, menjadikan bayi sulit menyerap

lemak PASI, sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat

dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. Asam linoleat

inilah yang berfungsi sebagai pemacu perkembangan sel saraf otak bayi.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relative rendah, tetapi

bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI

merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit.

14
Sekitar 755 dari zat yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan

zat besi yang bisa terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10 %.

ASI juga mengandung natrium, kalium, fosfor dan klor yang lebih sedikit

ketimbang PASI. Meskipun sedikit, ia tetap mencukupi kebutuhan bayi. Kandungan

mineral dalam PASI cukup tinggi. Jika sebagian besar tidak dapat diserap, maka akan

memperberat kerja usus bayi, serta mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan,

yang bisa merangsang pertumbuhan bakteri yang merugikan. Inilah yang menjadikan perut

bayi kembung, dan gelisah lantaran gangguan metabolisme.

5. Vitamin

Ibu hamil harus memiliki nutrisi yang cukup untuk kualitas air susu ibu (ASI) yang

berpengaruh kepada tumbuh kembang anak. Nutrisi terdiri dari vitamin dan mineral yang

mencukupi kebutuhan ibu menyusui. Vitamin D, C, Asam folat, E, A, B6 sangat penting

dalam ASI yang dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi. makanan bergizi yang

dikonsumsi oleh ibu menyusui mengandung vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan

pertama kehidupan dapat diperoleh dari ASI. Vitamin D dalam ASI sangat beranfaat untuk

bayi, ibu harus mengetahui bahwa penyakit polio jarang di derita bayi yang diberi ASI,

sebaliknya akan menyerang bayi yang tidak diberi ASI Ekslusif dan bila kulitnya tidak

sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang larut dalam lemak. Jumlah vitamin A, tiamin

dan vitamin C bervariasi sesuai makanan bergizi dan bervariasi yang dikonsumsi oleh ibu

(Dwi Sunar, 2009).

15
BAB III

PEMBAHASAN BUKU PINTAR MENYUSUI


3.1 Definisi

Buku pintar menyusui merupakan sebuah buku pedoman untuk ibu yang tengah

menyusui agar memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, dan dengan posisi yang

benar sehingga menciptakan kenyamanan kepada ibu maupun bayi.

Buku pintar menyusui disusun untuk menghindari adanya ketidaknyamanan pada

ibu dan bayi dalam proses penyusui, dan mengetahui kiat-kiat mengatasi berbagai masalah

dalam hal menyusui bayi.

3.2. Target

Target dari dibuatnya Buku Pintar Menyusui ini adalah semua ibu yang tengah

dalam fase menyusui anaknya, baik itu anak pertama maupun anak kedua dan seterusnya,

dengan tujuan memberikan edukasi secara tidak langsung mengenai kiat-kiat menyusui

bayi yang baik dan benar, serta kiat-kiat lainnya yang berhubungan dengan proses

menyusui demi tercapainya kesehatan bayi.

16
3.3 Isi Buku Pintar Menyusui

Buku Pintar Menyusui terdiri dari :

a. Cover/Jilid

Cover terdiri dari judul buku, gambar dan nama penulis

b. Identitas Ibu

Identitas ibu ditempatkan di lembar pertama, yang berisi :

 Nama ibu

 Usia ibu

 Alamat

c. Isi

Isi dari “Buku Pintar Menyusui” adalah berupa panduan menyusui yang

efektif guna menciptakan kenyamanan bagi ibu yang sedang menyusui dan bagi

bayi yang sedang disusui. Selain itu ada kiat-kiat menghadapi kesulitan-kesulitan

yang sering kali dialami oleh ibu yang sedang menyusui dan oleh bayi yang sedang

disusui. Serta beberapa kiat-kiat untuk memperlancar air susu ibu, dan prosedur

melakukan pemerasan ASI yang baik.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemberian ASI eksklusif pada bayi sangatlah penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Terutama dampak terhadap kesehatan bayi, karena didalam air susu

ibu mengandung antibody yang akan melindungi bayi dari paparan berbagai alergen.

Untuk menciptakan kenyamanan ibu dan bayi pada saat proses menyusui, ada

beberapa cara dan posisi menyusui yang harus diketahui oleh setiap ibu menyusui. Selain

dari posisi ibu, posisi bayi juga harus benar, sehingga refleks menyusui bayi akan terjadi

dengan baik.

Penentuan jadwal menyusui pada bayi baru lahir akan berbeda dengan bayi yang

telah lahir beberapa hari, oleh karena itu pedoman menyusui wajib diketahui oleh setiap ibu

supaya tidak melakukan kesalahan dalam proses menyusui bayinya.

4.2 Saran

Buku Pintar Menyusui ini hendaknya dibaca bukan hanya oleh ibu yang sedang

menyusui juga. Tetapi ada baiknya jika buku ini dibaca oleh seluruh anggota keluarga,

terutama suami agar dapat saling mengingatkan dalam hal menyusui bayi.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Astari, A. M & Djuminah. (2012). Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal

dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum. Jurnal diterbitkan.

2. Atikah, P, 2010. Kapita Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

3. Child, E. (2018). BREASTFEEDING A Mother ’ s Gift , for Every Child, 1–20.

Retrieved

4. Departemen Kesehatan RI (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan bagi Bidan

dan petugas Kesehatan di Puskesmas, Dit Gizi Masyarakat Depkes RI, Jakarta.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman (2015). Peraturan Bupati Sleman Nomor 38

Tahun 2015 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif.

6. Dinkes Surabaya. 2018. Ajarkan Calon Trainer 12 Modul Emo-Demo. Surabaya :

TimeHealth

7. Prasetyono, Dwi, Sunar. (2009). ASI Ekslusif. Jogjakarta. Diva Press

8. Gupta, A., Dadhich, J. P., & Suri, S. (2015). How Can Global Rates of

Exclusive Breastfeeding for the First 6 Months Be Enhanced ? Infant Cihild

& Adolescent Nutrition, 5 (3), 133 –140.

9. Infodatin. 2018. Menyusui Sebagai Dasar Kehidupan. Jakarta. Kemenkes RI

10. Kemenkes, RI. 2017.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Health Statistics.

11. Marimbi. (2010). Panduan Pemberian ASI MPASI. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

19
12. Pertiwi, P. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Eksklusif di Kelurahan Kuciran Indah Tangerang.[Skripsi Ilmiah]. Depok: Fakultas

ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

13. Prasetyono, Dwi Sunar. Buku Pintar ASI Ekslusif. Pengenalan Praktek

DanKemanfaatannya. Yogyakarta:Penerbit Diva Press;2009.

14. Rini Yuli Astutik, S.M. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.

15. UNICEF. (2013). ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia.

16. Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018; RISKESDAS.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Kemenkes RI.

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai