KEGIATAN MINI
PROJECT
Disusun Oleh:
dr. Yuliani
Setianingsih
Pembimbing:
dr. Irfan Yanuar
Hilmi
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
dr. Ayu Indah Sari
Mengetahui,
Kepala BLUD UPTD Pembimbing
Puskesmas Langensari I
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................i
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................................3
1.3 Manfaat....................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................................5
2.2 Epidemiologi............................................................................................................................6
2.3 Proses Terbentuknya ASI.........................................................................................................6
2.4 Klasifikasi ASI.........................................................................................................................9
2.5 Hal-hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI...........................................................................10
2.6 Fisiologi Produksi ASI...........................................................................................................11
2.7 Kualitas Fisik ASI Yang Baik................................................................................................12
2.8 Komposisi Zat Gizi Dalam ASI..............................................................................................13
BAB III............................................................................................................................................16
PEMBAHASAN BUKU PINTAR MENYUSUI.............................................................................16
3.1 Definisi...................................................................................................................................16
3.2. Target....................................................................................................................................16
3.3 Isi Buku Pintar Menyusui.......................................................................................................17
BAB IV............................................................................................................................................18
PENUTUP........................................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................18
4.2 Saran......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................19
i
LAMPIRAN.....................................................................................................................................21
ii
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
Ig-A : Imunoglobulin-A
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada peraturan kemenkes nomor 23 tahun 2014 mengenai upaya perbaikan gizi
seimbang, setiap keluarga harus memahami, mengenal dan juga mencegah adanya
masalah cakupan status gizi setiap anggota keluarganya. Salah satu cara dengan
memberikan ASI pada bayi dan balita. ASI merupakan kepanjangan dari Air Susu Ibu,
dimana ASI eksklusif menurut peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 mengenai
Pemberiaan ASI, ASI Ekslusif yaitu ASI yang diberikan pada bayi mulai dari bayi baru
saja dilahirkan sampai usia bayi 6 bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti ASI
dengan makanan ataupun minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kemenkes,
2017).
pada perubahan perilaku pada kelompok masyarakat target (Ibu hamil dan ibu menyusui)
yang dikembangkan oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN). Salah satu
kegiatan tersebut adalah gerakan ASI saja cukup yang bertujuan untuk meningkatkan status
1
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 yaitu mengenai proporsi pola pemberian ASI
pada bayi usia 0 - 5 bulan di Indonesia, terdapat sebanyak 37 ,3% pemberian ASI ekslusif,
9,3% ASI parsial, dan 3,3% ASI predominan. Yang dikatakan ASI predominan yaitu
keadaan menyusui bayi tetapi pernah memberikan minuman berbasis air misalnya diberikan
teh, sebagai makanan/ minumam prelakteal sebelum ASI keluar. Sedangkan menyusui
parsial yaitu kondisi dimana menyusui bayi disertai memberikan makanan bantuan selain
ASI eksklusif, seperti memberikan pada bayi susu formula, bubur, atau makanan lainya
sebelum bayi berusia 6 bulan, diberikan secara kontinyu sebagai makanan prelakteal pada
Pemberian ASI eksklusif sangat berpengaruh sekali dan bisa menurunkan risiko
penyakit infeksi pada anak seperti mengalami diare, pneumonia pada anak, infeksi
pada telinga, haemophilus influenza, meningitis pada bayi dan juga bisa berakibat infeksi.
Kejadian pada bayi dan juga balita yang menderita penyakit infeksi yang berlangsung
terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya balita dengan gizi buruk dan kurus
(Infodatin, 2018).
pengetahuan ibu hamil, ibu menyusui, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI.
Gencarnya promosi susu formula dimedia massa serta kurangnya dukungan dari
tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui ditempat kerja. Untuk itu, promosi secara
2
aktif tentang Air Susu Ibu sebagai zat gizi utama bayi hingga usia dua tahun secara
efektif perlu terus ditingkatkan. Konseling yang adekuat dan dukungan utama pada ibu
dan keluarga secara oftimal akan meningkatkan keberhasilan menyusui pada ibu-ibu yang
bayi dan balita, dan masih banyak ibu yang kurang paham akan pentingnya ASI untuk bayi
dan balita mereka. Maka penulis memilih topik “Strategi Meningkatkan Kualitas Kesehatan
Bayi Dengan Buku Pintar Menyusui” dengan harapan dapat membuat ibu menyusui
1.2 Tujuan
anak.
3
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya buku pintar pembuatan ASI ini adalah :
1. Menjadi sarana edukasi tidak langsung pasyankes kepada ibu yang sedang
menyusui.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alami pertama untuk bayi yang mengandung
semua vitamin, mineral, dan nutrisi yang diperlukan oleh bayi dalam enam bulan pertama
kehidupan hingga usia dua tahun. Setiap anak yang disusui dalam waktu empat jam setelah
lahir dan diberikan hanya air susu ibu dalam enam bulan kehidupan kemudian dilanjutkan
menyusu hingga usia dua tahun, maka peluang hidup pada tahun pertama lebih besar dari
pada anak yang diberikan susu formula.World Health Organization (WHO) , menyebutkan
bahwa 800.000 anak setiap tahunnya didunia dapat diselamatkan pada tahun pertama
Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air susu ibu
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Perbup Sleman no. 38 tentang
Disamping kandungan nutrisi yang lengkap didalam ASI juga terdapat zat
kekebalan seperti IgA, IgM, IgE, laktoferin, lisosom, Immunoglobulin dan zat lainnya
yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Lebih dari 136 juta bayi lahir
5
setiap tahunnya dan sekitar 2 juta diantaranya tidak mendapatkan ASI Eksklusif (Gupta,
2.2 Epidemiologi
Cakupan ASI dalam skala internasional pada tahun 2012 hanya 39% bayi diumur
enam bulan mendapatkan ASI eksklusif. Cakupan ASI dibeberapa negara belum mencapai
target yang ditetapkan WHO yaitu 80% (UNICEF, 2013). Persentase bayi yang mendapat
ASI eksklusif di Indonesia adalah sebesar 29,5% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI yang melibatkan
hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin selama kehamilan akan
meningkat akan tetapi ASI belum keluar karena masih terhambat hormon estrogen yang
tinggi. Dan pada saat melahirkan, hormon estrogen dan progesteron akan menurun dan
hormon prolaktin akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI (Rini Yuli Astutik,
2014).
Proses pembentukaan ASI di mulai sejak awal kehamilan, ASI (Air Susu Ibu)
diproduksi karena pengaruh faktor hormonal, proses pembentukan ASI dimulai dari proses
6
1. Laktogenesis I
laktogenesis I, dimana payudara mulai memproduksi kolostrum yang berupa cairan kuning
kental. Pada fase ini payudara perempuan juga membentuk pembesaran lobules-alveolus.
Tingkat progesterone yang tinggi dapat menghambat produksi ASI. Pada fase ini kolostrum
yang keluar pada saat hamil atau sebelum bayi lahir tidak menjadikan masalah sedikit atau
2. Laktogenesis II
progesterone, estrogen dan human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba, akan tetapi
kadar hormone prolaktin tetap tinggi yang menyebabkan produksi ASI yang berlebih dan
Pada fase ini, apabila payudara dirangsang, kadar prolaktin dalam darah akan
meningkat dan akan bertambah lagi pada periode waktu 45 menit, dan akan kembali ke
level semula sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Hormon prolaktin yang keluar dapat
menstimulasi sel didalam alveoli untuk memproduksi ASI. Level prolaktin dalam susu akan
lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu pada pukul 2 pagi sampai 6 pagi, akan
7
Selain hormon prolaktin, hormon lainnya seperti hormon insulin, tiroksin dan
kortisol terdapat dalam proses produksi ASI, tetapi peran hormon tersebut tidak terlalu
30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu yang setelah melahirkan merasakan payudara
penuh sekitar 2-3 hari setelah melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II menunjukan
bahwa produksi ASI itu tidak langsung di produksi setelah melahirkan. Kolostrum yang di
konsumsi oleh bayi sebelum ASI sebenarnya, mengandung sel darah putih dan antibody
yang tinggi dari pada ASI sebenarnya, antibody pada kolostrum yang tinggi adalah
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi. IgA juga mencegah alergi
terhadap makanan, dalam dua minggu setelah melahirkan, kolostrum akan mulai berkurang
3. Laktogenesis III
Fase laktogenesis III merupakan fase dimana sistem kontrol hormon endokrin
mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari setelah melahirkan. Pada saat
produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak lagi jika ASI sering
dikeluarkan, selain itu reflek menghisap bayi akan dapat mempengaruhi produksi ASI itu
8
2.4 Klasifikasi ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu transisi, dan air susu
matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan
1. kolostrum
kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang
larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat
penting untuk diberikan karena selain tinggi immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun
pasif bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran
pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai
beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI
transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Brown, 2004; Olds et all,
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang
lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin
menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air akan semakin meningkat.
Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan lamanya menyusui dan kemudian
akan digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).
9
3. ASI matur
ASI matur atau ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan
waktu pemberiannya yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar
pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk
mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak empat
sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi,
2012).
Produksi ASI pada ibu menyusui dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berhubungan yaitu:
1. Faktor makanan.
Dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-20%
protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini didapat dari makanan yang dikonsumsi ibu
Bentuk dan kondisi putting susu yang tidak baik seperti adanya infeksi pada
payudara, payudara bengkak, dan puting susu tidak mononjol merupakan faktor
yang mempengaruhi dalam pemberian ASI, diantaranya adalah produksi ASI yang
sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi (Astari & Djuminah, 2012)
10
Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya produksi ASI dan pemberian
ASI eksklusif pada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu
memberikan ASI saja kepada bayinya sehingga meningkatkan frekuensi produksi ASI.
Suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan
Kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan
sekitar 50-100 ml/hari meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI
semakin efektif dan terus menerus meningkat pada 10-14 hari setelah melahirkan.
Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa bulan kedepan. Bayi yang sehat
mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan, volume
pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat
Secara fisiologis, ukuran payudata tidak mempengaruhi volume air susu yang
diproduksi. Artinya, jumlah ASI yang diproduksi tidak tergantung pada besar atau kecilnya
payudara. Artinya, jumlah ASI yang diproduksi bervariasi setiap hari, Karena dipengaruhi
oleh kandungan nutrisi ibu. ASI yang dibutuhkan oleh bayi sesuai tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya, semakin sehat bayi, semakin banyak ASI yang harus dikonsumsinya.
11
Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan
makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah
secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu
kandungan lemak dan warna ASI. Hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu adalah :
1. Jumlah lemak dalam ASI akan berfluktuatif dari hari ke hari. ASI yang keluar pada
menit-menit pertama setelah persalinan akan berbeda warnanya dengan ASI yang
2. ASI yang baru saja diperas mengandung banyak protein dan terlihat lebih encer
3. Warna ASI tidak tergantung pada makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibu.
4. Pewarna makanan, minuman soda, jus buah dan hidangan penutup yang
mengandung gelatin tidak mengubah warna ASI menjadi pink atau orens.
5. ASI yang berwarna pink mengindikasikan adanya darah didalam ASI. Hal ini dapat
7. Jika ASI perasan berbau asam, pahit dan anyir mungkin ASI telah basi (Dwi, Sunar,
2009).
12
Komposisi zat gizi yang terdapat dalam ASI diantaranya :
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (Gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu
bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Ratio jumlah
laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan
dengan PASI.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam
pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Dalam usus,
sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan
bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain.
2. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu
“whey” dalam ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini
dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein
yang tinggi dengan perbandingan ASI 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relative
keras dalam lambung bayi. Menyebabkan bayi yang diberi PASI sering menderita susah
buang air (sembelit), bahkan diare dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabe yang
menunjukan adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI (Dwi, 2009).
3. lemak
13
Setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang jernih dan
mudah dicerna dan diserap oleh bayi daripada PASI. Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak
mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu
bervariasi satu sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase menyusui ke fase menyusui
Komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui berbeda dengan 10 menit kemudian,
Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua dan seterusnya, yang akan
terus berubah sesuai kebutuhan energi yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi.
Jenis lemak dalam ASI banyak mengandung omega-3, omega-6 dan DHA yang
dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah
dilengkapi ketiga unsur tersebut, susu formula tetap tidak mengandung enzim, karena
enzim mudah rusak bila dipanaskan. Tidak adanya enzim, menjadikan bayi sulit menyerap
lemak PASI, sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat
dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. Asam linoleat
inilah yang berfungsi sebagai pemacu perkembangan sel saraf otak bayi.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relative rendah, tetapi
bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI
merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit.
14
Sekitar 755 dari zat yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan
zat besi yang bisa terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10 %.
ASI juga mengandung natrium, kalium, fosfor dan klor yang lebih sedikit
mineral dalam PASI cukup tinggi. Jika sebagian besar tidak dapat diserap, maka akan
memperberat kerja usus bayi, serta mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan,
yang bisa merangsang pertumbuhan bakteri yang merugikan. Inilah yang menjadikan perut
5. Vitamin
Ibu hamil harus memiliki nutrisi yang cukup untuk kualitas air susu ibu (ASI) yang
berpengaruh kepada tumbuh kembang anak. Nutrisi terdiri dari vitamin dan mineral yang
dalam ASI yang dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi. makanan bergizi yang
dikonsumsi oleh ibu menyusui mengandung vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan
pertama kehidupan dapat diperoleh dari ASI. Vitamin D dalam ASI sangat beranfaat untuk
bayi, ibu harus mengetahui bahwa penyakit polio jarang di derita bayi yang diberi ASI,
sebaliknya akan menyerang bayi yang tidak diberi ASI Ekslusif dan bila kulitnya tidak
sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang larut dalam lemak. Jumlah vitamin A, tiamin
dan vitamin C bervariasi sesuai makanan bergizi dan bervariasi yang dikonsumsi oleh ibu
15
BAB III
Buku pintar menyusui merupakan sebuah buku pedoman untuk ibu yang tengah
menyusui agar memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, dan dengan posisi yang
ibu dan bayi dalam proses penyusui, dan mengetahui kiat-kiat mengatasi berbagai masalah
3.2. Target
Target dari dibuatnya Buku Pintar Menyusui ini adalah semua ibu yang tengah
dalam fase menyusui anaknya, baik itu anak pertama maupun anak kedua dan seterusnya,
dengan tujuan memberikan edukasi secara tidak langsung mengenai kiat-kiat menyusui
bayi yang baik dan benar, serta kiat-kiat lainnya yang berhubungan dengan proses
16
3.3 Isi Buku Pintar Menyusui
a. Cover/Jilid
b. Identitas Ibu
Nama ibu
Usia ibu
Alamat
c. Isi
Isi dari “Buku Pintar Menyusui” adalah berupa panduan menyusui yang
efektif guna menciptakan kenyamanan bagi ibu yang sedang menyusui dan bagi
bayi yang sedang disusui. Selain itu ada kiat-kiat menghadapi kesulitan-kesulitan
yang sering kali dialami oleh ibu yang sedang menyusui dan oleh bayi yang sedang
disusui. Serta beberapa kiat-kiat untuk memperlancar air susu ibu, dan prosedur
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemberian ASI eksklusif pada bayi sangatlah penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Terutama dampak terhadap kesehatan bayi, karena didalam air susu
ibu mengandung antibody yang akan melindungi bayi dari paparan berbagai alergen.
Untuk menciptakan kenyamanan ibu dan bayi pada saat proses menyusui, ada
beberapa cara dan posisi menyusui yang harus diketahui oleh setiap ibu menyusui. Selain
dari posisi ibu, posisi bayi juga harus benar, sehingga refleks menyusui bayi akan terjadi
dengan baik.
Penentuan jadwal menyusui pada bayi baru lahir akan berbeda dengan bayi yang
telah lahir beberapa hari, oleh karena itu pedoman menyusui wajib diketahui oleh setiap ibu
4.2 Saran
Buku Pintar Menyusui ini hendaknya dibaca bukan hanya oleh ibu yang sedang
menyusui juga. Tetapi ada baiknya jika buku ini dibaca oleh seluruh anggota keluarga,
terutama suami agar dapat saling mengingatkan dalam hal menyusui bayi.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Astari, A. M & Djuminah. (2012). Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal
2. Atikah, P, 2010. Kapita Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Retrieved
dan petugas Kesehatan di Puskesmas, Dit Gizi Masyarakat Depkes RI, Jakarta.
Tahun 2015 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif.
TimeHealth
8. Gupta, A., Dadhich, J. P., & Suri, S. (2015). How Can Global Rates of
11. Marimbi. (2010). Panduan Pemberian ASI MPASI. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
19
12. Pertiwi, P. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
13. Prasetyono, Dwi Sunar. Buku Pintar ASI Ekslusif. Pengenalan Praktek
14. Rini Yuli Astutik, S.M. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
15. UNICEF. (2013). ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia.
16. Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018; RISKESDAS.
20
LAMPIRAN
21