Anda di halaman 1dari 7

APAKAH IBU HAMIL BOLEH BERPUASA ?

Dr.dr. Aria Wibawa, SpOG(K)


Konsultan Fetomaternal
FKUMS - RS PKU Muhammadiyah Surakarta

Apakah ibu hamil boleh berpuasa Ramadhan?


Ini adalah pertanyaan yang sering diajukan ke dokter atau bidan atau bahkan ke ustad,
khususnya menjelang bulan Ramadhan.

Karena puasa Ramadhan adalah aktivitas ibadah keagamaan, maka ijinkan kami
membahas secara syariah dan secara medis, yang insyaAllah keduanya tidak
bertentangan.

TINJAUAN SYARIAH
Dalam Al Quran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewajibkan umat muslim untuk berpuasa
(Qs Al Baqarah: 183) dan menjelaskan aturan pelaksanaannya (Qs Al Baqarah:184–187),
di antaranya adalah pengecualian (baca= kemudahan) tidak berpuasa bagi orang dengan
kondisi tertentu (syarat dan ketentuan berlaku), yaitu:
1. kondisi sakit,
2. dlm perjalanan (musafir),
3. dan bagi yg merasa berat menjalankannya.

Apakah ibu hamil termasuk kondisi sakit?


Ada dua pendapat terkait hal tersebut:

1. Kondisi ibu hamil bukan kondisi sakit.


Hal tersebut berdasarkan kias dari dalil dalam Al Quran:
• “dan apabila aku sakit, Dia lah yang menyembuhkan aku’ (Qs Asy Syu’ara: 80).
Artinya: setiap yang sakit selalu (berharap) diakhiri dengan kesembuhan.
Semakin cepat sembuh, semakin baik, maka seringkali teriring doa “semoga cepat
sembuh”. Sedangkan pada kehamilan tidak tepat untuk menggunakan terminologi
“semoga kehamilannya segera berakhir” atau “semoga sembuh dari hamil”. Yang
tepat adalah “semoga kehamilannya lancar” atau “hamilnya dilalui dengan baik”.
• Sakit adalah kondisi yang tidak menyenangkan, maka manusia paling sabar Nabi
Ayub pada akhirnya memohon kesembuhan atas penyakitnya, “sungguh, aku telah
ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang
penyayang.” (QS Al-Anbiya: 83).
Artinya: tidak ada orang yang ingin sakit, dan jika sakit ingin cepat disembuhkan,
serta tidak ingin sakit lagi. Sedangkan kehamilan adalah kondisi yang diinginkan,
tidak ingin cepat selesai (kecuali sesuai waktunya), dan sering diharapkan untuk
terjadi lagi (kehamilan berikutnya).
• Kehamilan adalah proses reproduksi, maka banyak orang berdoa mengharap
kehamilan termasuk Nabi Zakaria, “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik
dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS Ali ‘Imran: 38).
Artinya: kehamilan bukanlah kondisi sakit karena justru diharapkan terjadi.
Kebalikannya jika belum berhasil hamil, seringkali dicurigai ada masalah medis
atau sakit tertentu sehingga perlu ke dokter dalam upaya sembuh (dan berhasil
hamil).

2. Kondisi Ibu hamil setara dengan kondisi sakit.


Hal tersebut berdasarkan dalil:
• Proses kehamilan awalnya (kondisi) ringan kemudian menjadi berat (baca: sakit):
“Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan,
dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa
berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:
"Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami
termasuk orang-orang yang bersyukur" (Qs Al Araf: 189)
Artinya: ada masa tertentu pada kehamilan yang merupakan fase ringan (baca:
tidak sakit) dan ada masa yang merupakan fase berat yang dapat dianggap kondisi
sakit (umumnya di menjelang akhir kehamilan) sehingga ibu hamil merasa berat
melaluinya.
• Rasa sakit saat proses persalinan: “Kemudian rasa sakit akan melahirkan
memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata,
“Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak
diperhatikan dan dilupakan.” (Qs. Maryam: 23)
Artinya: pada saat persalinan, walaupun kondisi tersebut merupakan proses
alami (fisiologis), namun masuk dalam kondisi sakit.
• Hadis Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam:
Sesungguhnya Allah meringankan separuh shalat dari musafir dan meringankan
puasa bagi musafir, juga puasa dari wanita hamil dan menyusui (HR An Nasai
no. 2274 dan Ahmad 5/29. Syaik Al Albani mengatakan hadis ini hasan).
Artinya: Allah memberi kemudahan bagi wanita hamil untuk tidak puasa karena
beban yang ditanggungnya (berupa rasa sakit atau rasa berat melaksanakannya).

HAL LAIN YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN


Selain hal yang berhubungan dengan “kondisi sakit” di atas, ada hal lain yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
• Kenyataan bahwa kehamilan merupakan proses pembentukan manusia (Qs Al
Mukminum: 12-14 dan QS As Sajdah:9).
Artinya: untuk mendapatkan luaran kehamilan terbaik (di mana janin tumbuh dan
berkembang dengan baik) bukanlah “proses otomatis”, namun mutlak memerlukan
bahan (baca: nutrisi) secara lengkap yang hanya bisa didapat melalui makanan ibu.
Hal tersebut merupakan kewajiban ibu yang tidak bisa digantikan (fardhu ‘ain).
• Kenyataan bahwa Ibu hamil mengemban amanah yang luar biasa besar, yaitu
"membentuk dan mempersiapkan manusia” yang akan menjadi khalifah di muka
bumi (Qs Al Baqarah: 30).
Artinya: Ibu hamil hendaknya lebih memperhatikan dan (wajib) mengutamakan
kecukupan berbagai bahan (nutrisi) tersebut dalam rangka "mempersiapkan"
seorang khalifah.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kita mengetahui bahwa dalam islam terdapat
dua tipe ibadah, yaitu ibadah yang bersifat pribadi dan ibadah yang bersifat sosial.
Ibadah sosial mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada ibadah pribadi. Puasa
adalah ibadah pribadi. Sedangkan mempersiapkan seorang khalifah (yang nantinya
memimpin umat/mensejahterakan bumi) adalah ibadah sosial. Dan itu merupakan
“ibadah khusus” yang hanya bisa dilakukan oleh ibu hamil.

Dalil-dalil di atas menunjukkan ibu hamil lebih utama memenuhi kebutuhan nutrisi
untuk janinnya. Namun demikian, dalam kondisi tidak sakit dan tidak berasa berat
menjalankannya, boleh berpuasa dengan tetap memperhatikan kecukupan nutrisi.

TINJAUAN MEDIS

Apakah ibu hamil masuk dalam kategori sakit?


Berdasarkan kriteria sehat dari WHO, maka kriteria sakit adalah jika terjadi ketidak
seimbangan atau gangguan pada fungsi jasmani, mental, spiritual dan sosial sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi tubuh.
Pada ibu hamil memang terjadi perubahan keseimbangan fungsi tubuh, namun kondisi
tersebut bukan akibat penyakit namun dalam rangka adaptasi terhadap keberadaan
janin yang dikandungnya, sehingga tidak mengakibatkan gangguan fungsi tubuh.
Dengan demikian para ahli kedokteran sepakat menyatakan: dalam kondisi normal,
ibu hamil bukan kondisi sakit. Namun ibu hamil dapat atau berpotensi mengalami
sakit, atau rasa sakit (semisal dalam proses persalinan atau komplikasi medis lainnya).

HASIL PENELITIAN
Beberapa penelitian (Petherick et al, BMC Pregnancy and Childbirth 2014; van Bilsen et al,
J Epidemiol Glob Health. 2016) melaporkan tidak ditemukan efek buruk luaran kehamilan
dari ibu hamil yang melakukan puasa Ramadhan.

Namun demikian kami menilai tidak boleh menyama-ratakan untuk semua ibu hamil
karena terdapat berbagai kondisi ibu hamil yang berbeda, sebagai berikut:

SEKALI LAGI: PERHATIAN UTAMA PADA NUTRISI


Nutrisi adalah semua zat yang dibutuhkan untuk metabolisme sehingga janin tumbuh
dan berkembang dengan baik. Secara garis besar dibedakan menjadi nutrisi makro
(karbohidrat, protein, lemak, oksigen dan air) dan nutrisi mikro (vitamin dan mineral).
Sebagian nutrisi dapat "diproduksi" dari sumber internal tubuh dan sebagian lainnya
hanya didapat dari sumber eksternal, Yang terakhir inilah disebut nutrisi esensial.
Diantaranya adalah: asam amino esensial, asam lemak esensial, vitamin, mineral dan air.
Bahan esensial ini “tidak dapat ditawar" harus terpenuhi, baik pada ibu yg
berpuasa ataupun ibu yg tidak puasa.

Berbagai bahan nutrisi tersebut diperlukan selama kehamilan dalam jumlah dan
proporsi tertentu yg berbeda, tergantung pada berbagai kondisi, seperti:
1) Usia kehamilan.
Tidaklah sama kebutuhan nutrisi (baik jumlah dan jenis) pada awal dan akhir kehamilan.
Pada trimester satu, ukuran embrio sangat kecil sehingga tidak diperlukan nutrisi dalam
jumlah banyak, namun lebih diutamakan kelengkapan (keragaman) zat nutrisi. Hal
tersebut karena fase ini merupakan fase penting pembentukan organ (organogenesis).
Sedangkan pada trimester 2 dan 3, jumlah kebutuhan zat nutrisi meningkat drastis
seiring bertambahnya berat dan kebutuhan janin.

2) Status nutrisi ibu.


Tidaklah sama kebutuhan nutrisi pada ibu hamil dengan kondisi underweight (kurang
nutrisi ) dan overweight (nutrisi berlebih). Bahkan terkadang ada ibu hamil dg kondisi
overweight yg sebenarnya mengalami malnutrisi (misalnya nutrisi mikro).
3) Status pertumbuhan janin.
Tidaklah sama kebutuhan nutrisi pada ibu hamil yang pertumbuhan janinnya normal dan
yang pertumbuhan janinnya terhambat (janin kecil).

Kondisi-kondisi di atas adalah faktor penting dalam menentukan strategi makan, jika ibu
hamil akan berpuasa Ramadhan.

PERUBAHAN HANYA PADA JADWAL MAKAN


Nutrisi yang baik pada ibu hamil adalah nutrisi yang lengkap/memadai untuk
memenuhi kebutuhan janin (bukan memenuhi kesukaan ibu). Nutrisi yang lengkap
dan seimbang adalah jika memenuhi kriteria: JUMLAH, JENIS DAN JADWAL.

Pada ibadah puasa Ramadhan, maka perubahan yang terjadi adalah pada JADWAL makan
dalam waktu yang cukup lama (1 bulan). Sedangkan JUMLAH dan JENIS nutrisi (terutama
nutrisi esensial) haruslah tetap sama atau mendekati sama dengan kondisi jika tidak
puasa.

Seorg ibu hamil dapat saja memanipulasi rasa lapar nya dan mengatakan kuat (tidak
berat) berpuasa, namun sesungguhnya dalam kondisi puasa tubuhnya beradaptasi
terhadap kadar gula darah yg rendah, yaitu menggunakan sumber energi cadangan
dalam tubuh: yaitu lemak dan protein.
Masalah muncul jika ibu hamil tidak memiki cukup cadangan kalori, misalnya pada ibu
dgn status malnutrisi atau status underweight. Pada kondisi tersebut maka akan
mengurangi "jatah" nutrisi ke plasenta dan janin. Dan jika ini terjadi pada waktu lama,
dapat mengganggu pertumbuhan janin, mempengaruhi kualitas anak di kemudian hari,
dan berpotensi timbulkan komplikasi persalinan.

Untuk mencegah efek buruk, maka ibu hamil yang berpuasa haruslah gunakan strategi,
agar jumlah dan jenis nutrisi ke janin tetap terpenuhi secara lengkap.

STRATEGI BERPUASA RAMADHAN BAGI IBU HAMIL:


• Mempersiapkan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan dengan meningkatkan
cadangan kalori tubuh. Cadangan kalori ibu hamil dapat dinilai dgn peningkatan
berat badan yang sesuai. Waspada jika berat badan ibu hamil turun atau tidak naik
secara proposional (sesuai yang direkomendasikan dokter).
• Gunakan pola 2 kali makan besar (makan lengkap) dan 2 kali makan kecil
(camilan/susu formula kehamilan) selama waktu buka hingga sahur.
Contoh: saat berbuka (makan kecil), bada isya (makan besar), sebelum tidur atau
saat bangun shalat malam (makan kecil) dan saat sahur (makan besar).
• Saat berbuka, hindari makanan tinggi karbohidrat simplek dan hindari makan
hingga kenyang/kekenyangan. Hal tersebut akan menyebabkan ibu hamil tidak
mau makan lagi (padahal masih diperlukan menyantap lauk asam amino dan asam
lemak).
• Saat sahur, makanlah dengan makanan yg diserap lambat seperti: nasi (terutama
nasi merah), kentang, atau sereal, dsb. Hindari bahan tepung terigu seperti mie
atau kue.
• Konsumsi makanan sumber protein, minimal 2 jenis (protein hewani dan nabati)
• Konsumsi daging merah (sapi) dan daging putih (ayam dan ikan), masing2,
setidaknya 3-4 kali per minggu. @ 150 g
• Konsumsi sayur hijau (terutama bayam dan katup) setidaknya 3-4 kali per minggu
• Hindari makanan/camilan manis berlebihan karena membuat rasa kenyang
hingga tidak bisa lagi konsumsi ragam makanan lainnya (protein dan serat).
• Hindari pola minum banyak dalam sekali waktu (biasanya saat berbuka) karena
menyebabkan rasa kenyang dan kembung. Gunakan pola minum sedikit tapi
sering dengan jumlah yg disesuaikan dg berat badan.
• Hindari kopi, teh atau minuman berkarbonasi dalam jumlah banyak (berlebihan).
Disarankan air putih atau air mineral
• Disarankan minum susu formulasi kehamilan atau suplemen lainnya (sesuai
petunjuk dokter), terutama jika tidak dapat memenuhi JUMLAH dan beragam
JENIS nutrisi. Minum susu dapat dianggap sebagai makan kecil.
• Membuat daftar menu (baik makan besar dan makan kecil) untuk
seminggu/sebulan, sehingga dapat terlihat jika terdapat kekurangan.
• Berkonsultasi dan selalu dalam pengawasan dokter, sebelum dan selama ibu
hamil berpuasa.

Berikut adalah beberapa KONDISI IBU HAMIL TIDAK DISARANKAN berpuasa:


1. Menderita kondisi/penyakit tertentu, terutama yang mengganggu sistem
metabolisme seperti : mual/muntah kehamilan, diabetes melitus, hipertiroid,
penyakit infeksi kronis dan gangguan pencernaan.
2. Ibu dengan status malnutrisi atau underweight (kurus atau sangat kurus).
Termasuk juga malnutrisi bahan nutrisi mikro (diketahui dari hasil laboratorium).
3. Ibu hamil yang kenaikan berat badan nya tidak sesuai rekomendasi (belum
mencapai berat badan ideal sesuai usia kehamilan)
4. Ibu dengan aktivitas kerja berat, semisal akvitas kerja (termasuk perjalan) lebih
dari 8 jam per hari.
5. Kapasitas makan ibu rendah (hanya bisa makan sedikit) sehingga membutuhkan
frekuensi makan yang lebih sering.
6. Ibu yang merasa berat untuk berpuasa. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal:
a. Mual dan muntah pd trimester satu.
b. Lelah karena beban tubuh yang berat.
c. Perubahan metabolisme dlm tubuh ibu yg menyebabkan ibu lebih sering
merasa lapar.
d. Ibu tidak mampu lakukan strategi pemenuhan nutrisi (seperti dijelaskan
di atas)
7. Janin dengan hambatan pertumbuhan atau laju pertumbuhan janin rendah.
Kondisi ini dapat disebabkan atau diperberat oleh malnutrisi ibu. Pertumbuhan
janin terhambat dapat dideteksi oleh dokter (dgn alat usg).
8. Saat persalinan atau mendekati saat persalinan. Pada kondisi tersebut ibu hamil
memerlukan energi yang cukup besar.

KESIMPULAN:
Ibu hamil boleh menjalankan ibadah puasa. Namun demikian syarat dan ketentuan
berlaku baik secara syariah ataupun secara medis.

Semoga bermanfaat
SELAMAT IBADAH RAMADHAN

Salam sami’na wa atho’na


25 Sya’ban 1444

Anda mungkin juga menyukai