Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KESEHATAN MATERNAL

OLEH:

FITRI AYU NINGSIH

NIM : 91831290610.001

JURUSAN S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis
Daftar isi

Kata Pengantar……..………....………………………..……………...............…..
Daftar isi .......... ………………………......………..........………………................

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang ……….....….……………………………....……..……..


B. Rumusan masalah …………….........………………………………........
C. Tujuan ………………...……………..........………………………........

Bab II Pembahasan

A. Faktor yang mempengaruhi


kehamilan .....................................................
B. Perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa
kehamilan .......................

Bab III Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan………………........……………………………………......
B. Saran …………………………………………………………………....

Daftar pustaka ……………………….....……………....……………...........….....


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, spiritual maupun sosial dan didalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan (Undang-Undang RI
NO.36 tahun 2009).
Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk
diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang
masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan. Setiap
ibu hamil akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya
(salmah, 2006)
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan suatu negara. Jumlah kematian ibu di negara
berkembang tergolong tinggi seperti yang terjadi di afrika subsahara dan Asia
Selatan (WHO,2013)
B. Rumusan masalah
1. Apa faktor yang mempengaruhi kehamilan?
2. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kehamilan
2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis
dalam masa kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor – faktor yang mempengaruhi kehamilan
1. Faktor Fisik
Wanita hamil akan mengalami perubahan fisik selama
kehamilannya,dimana perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi
terhadap pertumbuhan janin dalam rahim dan dapat juga dipengaruhi oleh
hal-hal yang berhubungandengan fisik ibu sebelum dan selama hamil. (tuti
dan rieke, 2017)

1) Status Kesehatan
Status kesehatan wanita hamil akan berpengaruh pada
kehamilan.Kesehatan ibu selama hamil akan memengaruhi
kehamilannya danmemengaruhi tumbuh kembang zigot, embrio dan
janin termasukkenormalan letak janin
a. Faktor Usia

Segi negatif kehamilan di usia tua Segi positif hamil di usia tua

1 Kondisi fisik ibu hamil 1 Kepuasan peran sebagai


dengan usia lebih dari 35 ibu
tahun akan sangat
menentukan proses
kelahirannya. Hal ini turut
memengaruhi kondisi janin.

2 Pada proses pembuahan, 2 Merasa lebih siap


kualitas sel telur perempuan
pada usia ini telah menurun
jika dibandingkan dengan
sel telur pada perempuan
dengan usia reproduksi sehat
(25-30 tahun)
Jika pada proses
pembuahan, ibu mengalami
gangguan sehingga
menyebabkan terjadinya
gangguan perkemihan dan
perkembangan buah
kehamilan, maka
kemungkinan akan
menyebabkan terjadinya Inta
Uterine Growth Retardation
(IUGR) yang berakibat bayi
berat lahir rendah (BBLR).

3 Kontraksi uterus juga sangat 3 Pengetahuan mengenai


dipengaruhi oleh kondisi perawatan kehamilan dan
fisik ibu. Jika ibu mengalami bayi lebih baik
penurunan kondisi, terlebih
pada primitua (hamil
pertama dengan usia lebih
dari 40 tahun), keadaan ini
harus benar-benar
diwaspadai.

4 Rutin melakukan
pemeriksaan kehamilan
5 Mampu mengambuil
keputusan
6 Karir baik, status ekonomi
lebih baik
7 Perkembangan intelektual
anak lebih tinggi
8 Periode menyusui lebih
lama
9 Toleransi pada kelahiran
lebih besar
  

b. Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah diderita ibu dapat memengaruhi
kehamilannya.  Sebagai contoh penyakit yang akan memengaruhi
dan dapat dipicu dengan adanya kehamilan adalah :

1.      Hipertensi

2.      Penyakit Jantung

3.      Diabetes Mellitus

4.      Anemia

5.      Penyakit Menular Seksual

c. Kehamilan ganda (Multiple)
Pada kasus kehamilan multiple atau kehamilan lebih dari
satu janin, biasanya kondisi ibu lemah.  Ini disebabkan oleh adanya
beban ganda yang harus ditanggung, baik dari pemenuhan nutrisi,
oksigen dan lain-lain. Biasanya kehamilan multiple
mengindikasikan adanya beberapa penyulit pada proses
persalinannya, sehingga persalinan operatif (sectio caesaria) lebih
dipertimbangkan. Dengan demikian jika dilihat dari segi biaya,
proses persalinan dari kehamilan multiple akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kehamilan tunggal mengingat adanya
kemungkinan terjadinya persalinan secara SC. Selain itu risiko
adanya kematian dan cacat juga harus dipertimbangkan.
Ketika bayi sudah lahir, kemungkinan ketegangan dalam
merawat bayi akan terjadi karena itu harus berkonsentrasi dua kali
lipat dari pada bayi tunggal, namun adanya keunikan-keunikan
akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi keluarga.
d. Kehamilan dengan HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin
akan menjadi sangat rentan terhadap penularan selama proses
kehamilannya.Virus HIV kemungkinan besar akan ditransfer
melalui plasenta ke dalam tubuh bayi.
2) Status gizi

Status gizi ibu hamil adalah masa dimana seseorang wanita


memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang
diperlukan dalam keadaan tidak hamil. Diketahui bahwa janin
membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya.
Dengan demikian makanan ibu hamil harus cukup bergizi agar janin
yang dikandungnya memperoleh makanan bergizi cukup. Selain itu
status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh
selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan
akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia,
sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada
janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun
ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin.
Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan
kesulitan saat proses persalinan.

Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak


mengkonsumsi makanan kaya serat, protein (tidak harus selalu protein
hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu, tempe
sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi
garam atau makanan yang terlalu asin.

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah
sebagai berikut :
a. Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat
pada masa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan
otak, kelainan neural, spina bifida dan anencepalus, baik pada ibu
hamil yang normal maupun beresiko. Asam folat juga berguna
untuk membantu produksi sel darah merah, sintesis DNA pada
janin dan pertumbuhan plasenta. Minimal pemberian suplemen
asam folat dimulai dari dua bulan sebelum konsepsi dan berlanjut
hingga tiga bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat
untuk preventif adalah 500 mikrogram atau 0,5-0,8 mg, sedangkan
untuk kelompok dengan faktor resiko adalah 4 mg/hari.
b. Energi
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi
protein saja tetapi pada susunan gizi seimbang energi dan juga
protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan kejadian BBLR dan
kematian perinatal. Kebutuhan ibu hamil adalah 285 kalori untuk
proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
c. Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu
dibutuhkan protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir
kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu
hamil.
d. Zat besi (Fe)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi
secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel
darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet besi mengandung
FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama hamil.
Dasar pemberian zat besi adalah adanya perubahan volume darah
atau hydranemia (peningkatan sel darah merah 20-30% sedangkan
peningkatan plasma darah 50%). Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi karena mengandung tannin atau
pitat yang menghambat penyerapan zat besi.
e. Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.
f. Pemberian suplemen vitamin terutama pada kelompok beresiko
penyaikt seksual (IMS) dan dinegara dengan musim dingin yang
panjang.
g. Pemberian yodium pada daerah dengan endemik kretinisme.
h. Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, magnesium,
dan minyak ikan selama hamil.
3) Gaya hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup


masyarakat sekarang ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup
merugikan kesehatan seorang wanita hamil, misalnya kebiasaan
begadang, bepergian jauh dengan berkendara motor dan lain-lain.

Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang


dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.

a. Substance abuse
Beberapa jenis obat-obatan bisa menghambat terjadinya
kehamilan atau membahayakan bayi dalam kandungan. Jika ibu
minum obat secara teratur, misalnya untuk mengatasi epilepsy atau
diabetes, mintalah nasihat dokter saat memutuskan untuk hamil.
Aspirin dan sulfanilamide cukup aman pada awal kehamilan,
namun banyak yang belum diketahui mengenai efek jangka
panjang pada janin. Hindari obat-obatan yang diduga
membahayakan.
b. Perokok
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan diri sendiri
dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang
dihisap melalui rokok bisa ditransfer melalui plasenta ke dalam
tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan perokok berat kita harus
waspada akan risiko keguguran, kelahiran premature, BBLR
bahkan kematian janin.
c. Hamil di luar nikah/ kehamilan tidak diharapkan
Jika kehamilan tidak diharapkan, secara otomatis ibu akan
sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan
untuk melakukan hal-hal positif yang akan meningkatkan
kesehatan bayinya. Pada kasus ini kita waspada akan adanya
keguguran, premature dan kematian janin. Pada kehamilan di luar
nikah, hampir bisa dipastikan bahwa pasangan masih belum siap
dalam hal ekonomi. Selain itu kekurangsiapan ibu untuk merawat
bayi juga perlu diwaspadai agar tidak terjadi postpartum blues.
2. Faktor Psikologis 
1) Stresor Internal dan Eksternal
a. Stressor internal
Stressor internal meliputi factor-faktor pemicu stress ibu
hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis
yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan
perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir.
Anak akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang
tidak baik, bergantung pada kondisi stress yang dialami oleh
ibunya, seperti anak yang menjadi temperamental, autis atau
orang yang terlalu rendah diri (minder). Ini tentu saja tidak
diharapkan. Oleh karena itu, pemantauan kesehatan psikologis
pasien sangat perlu dilakukan.
Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri. Stressor
individual dapt timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang
terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh,
penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat
yang dimiliki, dsb.
b. Stressor eksternal
Pemicu stress yang berasal dari luar bentuknya sangat
bervariasi, misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga,
pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan (respon
negative dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali), dan
masih banyak kasus yang lain.
2) Support Keluarga
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan
baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan
adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi dimana sumber stress
terbesar terjadi dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi
tertentu.
Dalam menjalani prose situ ibu hamil sangat membutuhkan
dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan
perhatian dan kasih sayang.
3) Subrainstormingtan Abuse (substance abuse)
Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan sangat
membekas dan sangat memengaruhi kepribadiannya. Ini perlu
diperhatikan karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga
kesehatan harus lebih maksimal dalam menempatkan diri sebagai
teman atau pendamping yang bisa dijadikan tempat bersandar bagi
klien dalam masalah kesehatan. Klien dengan riwayat ini biasanya
tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.
4) Partner Abuse
Merupakan kekerasan/penyiksaan yang dilakukan oleh pasangan
ibu hamil dan sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan.
Pengaruh:
Partner abuse merupakan kekerasan penyiksa yang dilakukan oleh
pasangan ibu hamil dan sangat berpengaruh terhadap proses
kehamilan. Kekerasan tersebut dapat berupa :
1. Kekerasan emosional,
Tindakan pencemoohan, penguncilan, tidak diberi nafkah
serta tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk merendahkan
martabat ibu hamil dan melantarkan atau mengabdikan
kepentinganya yang dilakukan pasangan ibu hamil. Contohnya
saja ibu hamil diluar nikah karena suatu sebab maka
keberadaanya tidak diinginkan sering di cemooh ataupun
dikucilkan pasangan ibu hamil. Najman et al (1991) menemukan
bahwa kecemasan postpartum dan depresi lebih banyak terjadi
pada kehamilan yang tidak di rencanakan atau tidak diharapkan.
2. Kekerasan psikologis,
Seperti seperti tidak diperhatikan, suami selingkuh, dimarahi
tanpa sebab yang pasti membuat ibu hamil selalu bersalah,
memojokan posisinya dalam rumah tangga, ibu hamil
menanggung beban keluarga, tingkah laku suami yang buruk
(pemabuk, penjudi, pemarah ).
3. Kekerasan Seksual sehingga dapat terjadi rasa nyeri dan trauma
atau fisik,
4. Kekerasan fisik
Berupa tindakan seperti pemukulan, penyiksaan, dibebani kerja
berat. Kekerasan yang terjadi sekitar 7-11% dari wanita yang
hamil.
3. Faktor-faktor Lingkungan, Sosial Budaya,dan Ekonomi
1) Kebiasaan dan Adat Istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan
ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan
bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan local” yang sudah
berlaku di daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat
dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa,
pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan
media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh
mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya
menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat
yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak
ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka
menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.
Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang
berhubungan dengan kehamilan:
a. Tradisi masa kehamilan :
 Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab,
jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai
dengan perbuatannya itu.
Fakta : Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh
kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh
radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan
karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu
(misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres,
pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau
menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa
dibenarkan.
 Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di
kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
Fakta : Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam
itu melukai si Ibu.
 Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara
berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci
tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat
menjaga batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan.
 Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang
menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di
awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan
mudah mengeluarkan air liur. Dilarang makan nanas, nanas
dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta : Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung
senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas
yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang
kadar getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas
mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi
sehingga baik untuk kesehatan.
 Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau
minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau
membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta : Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah
makanan yang bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak
dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu
hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa
tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan
selalu berdampak tak baik.
b. Upacara Adat Masa Kehamilan
 Upacara Mengandung Empat Bulan
 Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
 Upacara Mengandung Sembilan Bulan
 Upacara Reuneuh Mundingeun
2) Fasilitas Kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat
menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini
terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga
langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini
sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka
kesehatan ibu (AKI).

Macam-macam fasilitas kesehatan :


1. PUSKESMAS
Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-
kasus yang memerlukan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
a) Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita
penyakit menular (a.l TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, Ispa,/Penumonia), penderita penyakit
degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian akan dilakukan
tindak lanjut dengan kunjungan rumah untuk mengurangi
potensi penyebaran penyakit, ketidak teraturan minum obat,
dan meminimalkan bertambah buruknya kondisi pasien
karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
b) Sasaran non prioritas
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan
keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan pengobatan ataupun pelayanan kesehatan ainnya.
Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan, kontrol
pasca operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran
ditelinga, circumcisi/kithan, pemasangan kateter,
pemeriksaan rekam jantung, oksigenasi, dan tindakan lain
sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing
Puskesmas.
2. RUMAH SAKIT
Tipe rumah sakit di Indonesia terdiri dari :
a) Rumah sakit umum
b) Rumah sakit terspesialisasi
c)  Rumah sakit penelitian atau pendidikan
d) Rumah sakit lembaga atau perusahaan

Klinik Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi


sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang
ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui
keputusan Dirjen Pelayanan Medik.
Sasaran pelayanan / macam-macam pelayanan yang
diberikan :
 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang
medis
 Pelaksanaan pelayanan medis tambahan, pelayanan
penunjang medis
 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
 Melaksanakan pelayanan medis khusus
 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
 Melaksanakan pelayanan kedokteran social
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan Atau
rawat darurat dan rawat tinggal.
3) Ekonomi
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil
dengan tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan
kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan
meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu
tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya
sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu
hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama
masalah pemenuhan kebutuhan primer.

B. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan


Kehamilan merupakan waktu transisi yaitu kehidupan ebelum memiliki
anak yang berada dalam kandungan dan kehidupan setelah anak lahir. Secara
umum emosi yang dirasakan oleh ibu hamil cukup labil, ia dapat memiliki
reaksi yang ekstrim dan suasana hati yang cepat berubah. Ibu hamil menjadi
sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. (lamadhah 2011)
Ibu hamil lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi
pengalaman dengan orang lain. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat
rapuh, sangat takut akan kematian baik terhadap dirinya sendiri maupun
bayinya.
1. Trimester I
a. Rasa cemas bercampur bahagia
Perubahan psikologis yang menonjol pada usia kehamilan trimester
pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus bahagia. Mereka
cemas akan hal-hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak
dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani
sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali.
Hal ini membuat sebagian wanita menjadii tergantung dan menjadi
lebih menuntut. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan
dengan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh bayi
kandungnya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa sudah
sempurna sebagai wanitan yang dapat hamil.
b. Sikap Ambivalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang
bersifat stimulan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu,
atau kondisi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen 2005). Sebagian besar
wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.
80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi
dan kesedihan. Jika Ia tidak dibantu memahami dan menerima
ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang
normal maka ia akan merasa sangat bersalah bila bayi yang dikandung
meninggal atau lahir cacat, Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia
miliki selama trimester I dan merasa ia menjadi penyebab tragedi
tersebut. Penyebab ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi
fisik, pengalaman hamil yang buruk, ibu karier, tanggung jawab baru,
rasa cemas atas kemampuannya menjadi ibu, keuangan dan sikap
penerimaan keluarga terdekatnya. Perasaan ambivalen ini berakhir
dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilanya.
c. Fokus padaa Diri Sendiri
Fokus wanita adalah dirinya sendiri. Dari fokus pada diri sendiri ini
timbul ambivalensi mengenai kehamilanya seiring usaha menghadapi
pengalaman kehamilan yang buruk yang pernah dialami sebelumnya,
efek kehamilan terhadap kehidupan kelak (terutama jika berkarier),
tanggung jawabnya yang baru atau tambahan yang ditanggung,
kecemasan yang berhubungan dengan untuk menjadi ibu, masalah
keuangan dan rumah tangga dan peneriman orang terdekat terhadap
kehamilanya.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih
berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun,
demikian bukan berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya.
Kini ibu lebih merasa bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian
tubuhnya yang tidak terpisahkan. Hal ini mendorong ibu untuk
menghentikan rutinitasnya, terutama yang berkaitan dengan tuntutan
sosial atau tekanan psikologis agar bisa menikmati waktu kosong tanpa
beban.
d. Perubahan Seksual
Hasrat seksual pada trimester I sangat bervariasi antar satu wanita
dan wanita lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual tetapi secara umum trimester I merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini merupakan komunikasi yang jujur dan
terbuka terhadap pasangan. Banyak wanita yang merasakan kebutuhan
kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umun
sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang
membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah
lain yang merupakan normal terjadi pada trimester I.
e. Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan
adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual,
perubahan suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu tentang
kesejahterannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan
diri yang kurang menarik, dan sebagainya.
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa
dia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti
semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting
pada trimester pertama kehamilan.
Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan
difasilitasi oleh perasaan sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai
mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulka konflik yang ia
alami. Sementara ini ketidaknyamanan pada trimester pertama seperti
nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional,
semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami pada
saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilan.
Beberapa wanita terutama mereka yang telah merencanakan hamil
atau yang telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus
tidak percaya bahwa dirinya hamil, dan mencari bukti kehamilan pad
setiap jengkal tubuhnya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat
menyanangkan untuk melihat apakah kehamilan akan berkembang
dengan baik validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita
mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang
merupakan bukti kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah berhentinya
menstruasi. Selama trimester I, kehamilan seorang wanita menjadi
rahasianya sendiri yang hanya ia bagikan pada orang yang dikehendaki.
Pikiranya meliputi sebagian besar apa yang terjadi pada dirinya,
tubuhnya, dan kehidupanya. Pada saat ini bayi yang ia kandung masih
dianggap sebagai mahluk yang terpisah dari dirinya.
2. Trimester II
Trimester II sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik
yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil, trimester II juga
merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan paling banyak
mengalami kemunduran. Trimester II terbagi dalam dua fase yaitu : Pra
Quickening (sebelum da gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca
Quickening (setelah ada gerakan janin yang dirasakan ibu).
Fase Quickening
Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utama yaitu : mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
drinya sendiri yang berbeda dari ibunya.
Menjelang akhir timester pertama dan selama fase pra Quickening
berlangsung wanita tersebut akan mengalami sekaligus sekalian
mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan
ibunya sendiri. Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami
hingga kini dianalisis.
Hal lain yang terdapat dalam proses ini adalah evolusi wanita
tersebut mulai dari menjadi penerima kasih sayang dan perhatian
kemudian menjadi pemberi kasih sayang dan perjatian (persiapan menjadi
ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi dengan ibunya agar
telihat sebagai ibu yang “baik”. Penyelesaian aktual dalam konflik ini
tidak berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan, tetapi perhatian
wanita terhadap ibunya dan proses-proses yang berkaitan dengan hal
tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas dirinya sendiri
menjadi pemberi kasih sayang, pada saat yang sama ia juga menjadi
penerima kasih sayang, menuntut perhatian dan cinta kasih.
Dengan timbulnya Quickening muncul sejumlah perubahan karena
kehamilan telah menjadi jelas dalam pikiranya. Kontak sosial berubah ia
lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil dan ibu baru lainya yang
minat serta aktifitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan
anak dan persiapan unuk menerima peran baru.
Quickening memudahkan wanita mengkonseptualisasi bayinya
sebagai individu yang terpisah dari dirinya. Kesadaran baru ini memulai
perubahan dalam fokusnya dari dirinya sendiri kepada bayi yang ia
kandung.
Pada saat ini jelas kelamin bayi bukan hal yang penting, perhatian
ibu pada kesejahteraan bayi dan menyambut menjadi anggota keluarga.
Sebagian besar wanita lebih erotis selama trimester II, kurang lebih
80% wanta mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual
mereka dibanding pada trimester I dan sebelum hamil.
Trimester II relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan
ukuran perut belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin
banyak, kecemasan kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya
menimbulkan ambivalensi mulai mereda dan ia telah mengalami
perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi
seorang yang mencari kasih sayang dari pasanganya dan semua faktor ini
turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.
3. Trimester III
Trimester III disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran
bayinya.
Trimester III merupakan waktu perpisahan yang aktif terlihat dan
memanti kelahiran bayi dan dan menjadi orang tua sementara perhatian
utama wanita terfokus pada yang akan dilahirkan.
Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir
abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
Ibu juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi
hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil,
perpisahan ia dengan bayinya yang tidak dapat dihindari, persaan
kehilangan uterus yang penuh secara tiba-tiba mengempis dan ruang
tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakn hal yang umum
terjadi dan wanita menjadi lebih tergantung dan lebih menutup diri karena
perasaan rentanya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik dan
semakin kuat menjelang akhir kehamilan, ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangan.
Pada pertenghan trimester III peningkatan hasrat seksual yang
terjadi sebelumnya akan menghilang karena perut yang semakin besar.
Alternatif posisi dalam hubungan seksual untuk mencapai kepuasan dapat
membantu. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi
dengan bidan atau dokter menjadi sangat penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehamilan ada beberapa faktor yang memengaruhi
kehamilan yaitu:
a. Faktor Fisik
Wanita hamil mengalami beberapa perubahan fisik selama
kehamilan pada sistem tubuhnya.  Perubahan ini terjadi karena adanya
adaptasi terhadap pertumbuhan janin dan dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal yang berhubungan dengan fisik pada ibu hamil,
diantaranya:
 Status kesehatan
 Status gizi
 Gaya hidup
b. Faktor Psikologi
Perubahan- perubahan psikis pada wanita selama kehamilan,
diantaranya :
 Stressor
 Support keluarga
 Substance abuse
 Partner abuse
c. Faktor Lingkungan
Faktor ini memengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat
istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi yang akan
memengaruhi keadaan wanita hamil.

Perubahan adaptasi psikologi pada masa kehamilan mulai dari


trimester I, trimester II, dan trimester III.
1. Trimester I : Rasa cemas bercampur bahagia, perubahan emosional,
sikap ambivalen, ketidakyakinan atau ketidakpastian, perubahan
seksual, fokus pada diri sendiri, stress, dan goncangan psikologis.
2. Trimester II, klasifikasi periode trimesteer kedua dikelompokkan
menjadi dua fase, yakni fase pre-quickening dan post quickening.
3. Trimester III : Trimester III disebut periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari
kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak
sabar menanti kehadiran bayinya. Perasaan takut akan muncul, ibu
mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri
seperti apakah bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan
(nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang
tenaga kesehatan, harusnya lebih memepelajari dan memahami bagaimana
perubahan fisiologis dan psikologis selama masa kehamilan. Oleh karena
itu peran bidan sangatlah penting dalam memberikan konseling pada ibu
hamil mengenai perubahan-perubahan yang terjadi selama masa
kehamilan. Sehingga, ibu hamil bisa mengatasi perubahan-perubahan
tersebut tanpa ada rasa cemas, khawatir, takut dan sebagainya. Jadi, ibu
bisa menjalani proses kehamilannya dengan normal dan bahagia.

Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “Faktor-faktor


yang mempengaruhi kehamilan” berharap agar mahasiswi dapat
mengetahui faktor-faktor yang terjadi dalam asuhan kebidanan khususnya
kehamilan sesuai dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini.
Daftar pustaka
Dewi, Vivian nanny lia dewi, Surnasih, Tri.2011.Asuhan Kehamilan untuk
Kehamilan.Jakarta:Salemba Medika
Indrayani. 2011.Buku Ajar Asuhan Kehamilan.Jakarta Timur : CV. Trans Info
Media
Jannah, Nurul.2012.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.Yogyakarta: Andi.
Marmi.2011.Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sulistyawati, Ari.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa
Kehamilan.Jakarta:Salemba Medika
ulistyawati, Ari.2011.Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai