Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI MASYARAKAT

INFERTILITAS

Dosen pengampu : Bapak Ismail Andi Baso, M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Ahmad Azhari 2111016027
2. Althea Inoya Adristi 2111016043
3. Angel Natalia Situmeang 2111016057
4. Bellinda Adelina Butar Butar 2111016053
5. Fatekhatus Paramita 2111016069
6. Luthfiatussa’adah 2111016087
7. Nur Asrini Widyawati 2111016107
8. Sekar Ayu Maulidia 2111016049
9. Syaniah 2111016041
10. Vinkan Salsabila Putri 2111016063

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Infertilitas” ini. Makalah “Infertilitas” disusun guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Kesehatan Reproduksi.

Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu yaitu
Bapak Ismail Andi Baso, M.Kes. Sehingga kami dapat memahami dan menambah wawasan
mengenai mata kuliah tersebut sesuai dengan prodi yang kami ikuti. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah.

Samarinda, 15 April 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................................................................... 4
1.3. Tujuan .......................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
2.1. Penyebab Terjadinya Infertilitas .................................................................................................. 5
2.1.1 Penyebab interfertilitas pada pria ........................................................................................... 5
2.1.2. Penyebab interfertilitas pada wanita ..................................................................................... 8
2.2. Dampak Infertilitas ...................................................................................................................... 9
2.3. Hasil Wawancara ......................................................................................................................... 9
BAB III ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 11
3.2. Saran .......................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan faktor penting dalam sebuah keluarga, sehingga pasangan yang baru
menikah sibuk mencari cara untuk segera mendapatkan momongan. Namun, tidak semua
pasangan yang sudah menikah dapat dengan mudah diberikan anak dalam pernikahan
mereka, hal ini dapat disebabkan oleh adanya masalah infertilitas. Infertilitas adalah suatu
kegagalan memperoleh kehamilan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu 12 bulan
atau lebih 12 bulan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa alat kontrasepsi.
Infertilitas dapat terjadi pada wanita, pria maupun dari keduanya. Sebanyak 35% kasus
infertilitas ditemukan pada pria, 35% pada wanita, 20% faktor keduanya dan 10% tidak
diketahui penyebabnya (Hidayah & Hadjam, 2007). Pria mengalami infertilitas dikarenakan
spermatogenesis yang rusak, transportasi sperma yang rusak dan masalah psikoseksual
seperti impotensi, disfungsi ejakulasi, cacat fisik dan hipospadia. Sedangkan pada Wanita
disebabkan oleh ovulasi dan implantasi zigot yang tidak sempurna. Diantara berbagai
penyebab sulitnya pasutri mendapatkan keturunan, ternyata gaya hidup memegang peran
dalam menyumbang angka kejadian infertilitas. Sebesar 15-20%, contoh gaya hidup yang
tidak sehat itu adalah kebiasaan merokok dan berat badan pasangan usia subur yang tidak
normal juga dapat menjadi pemicu terhadap kejadian infertilitas. Pada kasus infertilitas
kebanyakan pihak wanita atau perempuan yang selalu menjadi penyebabnya sehingga banyak
terjadi kasus kekerasan, terpojok, diabaikan kesehatannya bahkan diberikan label sebagai
wanita mandul sebagai masalah hidupnya yang telah dialami Wanita pada masa pernikahan,
sehingga timbul ancaman perceraian sebanyak 43% dalam sebuah pernikahan yang ada.

Menurut laporan WHO ada sekitar 8%-10% kasus infertilitas yang ada di dunia, dengan
perkiraan pasangan infertilitas 50 juta hingga 80 juta pasangan. Menurut BPS tahun 2011
terdapat 10-15% mengalami infertilitas dari kurang lebihnya 39,8 juta wanita usia subur
Prevalensi pasangan infertil di Indonesia tahun 2013 adalah 15-25% dari seluruh pasangan
yang ada. Namun keadaan seperti ini dapat diatasi dengan Tindakan medis misalnya melalui
inseminasi dan bayi tabung. Di Indonesia sendiri telah terdapat 32 klinik di 13 kota dan 10
provinsi berbeda.

Infertilitas tidak semata-mata hanya masalah medis yang dapat mempengaruhi individu dan
pernikahan mereka namun dapat disebabkan oleh psychological crisis. Pasangan atau
individu yang mengalami infertilitas menunjukan masalah psikologis seperti kecemasan,
depresi, perasaan bersalah, ketakutan, kehilangan status sosial, putus asa, social labelling dan
stress. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa infertilitas pada pria
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum seperti
umur, frekuensi senggama,lama berusaha, sedangkan yang menjadi faktor khusus seperti
masalah pada pretestikuler, post testikular, adanya reaksi imunologi dan faktor lingkungan
seperti terpapar dengan logam berat, radiasi, diet, rokok, alkohol dan obat-obatan. Apalagi

3
kita pelajari dengan seksama bahwa sebetulnya banyak sekali factor-faktor yang dapat
menjadi pemicu infertilitas di lingkungan kita tinggal, bahkan dapat kita jumpai pasangan
suami istri yang ada disekitar kita yang juga mengalami hal serupa dan mengalami dampak
dari masalah infertilitas ini. Melalui penelitian ini diharapkan Wanita dan pria dapat
menyadari sejak usia dini pentingnya menjaga gaya hidup dan menjaga kesehatan reproduksi
untuk mencegah terjadinya infertilitas di masa yang akan datang.

1.2. Identifikasi Masalah


Rumusan masalah atau identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya infertilitas pada individu atau keduanya?
2. Apa dampak yang dirasakan oleh pasangan suami istri yang mengalami masalah
infertilitas?
3. Bagaimana pasangan suami istri yang mengalami infertilitas menjalani kehidupan
mereka?
4. Usaha seperti apa yang dapat dilakukan oleh pasangan infertilitas untuk
menghadirkan sosok anak dalam hubungan mereka?

1.3. Tujuan
Tujuan penelitian diantaranya :
1. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan infertilitas
2. Untuk mengetahui dampak negatif atau kesusahan yang akan dirasakan oleh pasangan
suami istri yang mengalami infertilitas
3. Untuk mengetahui cara pasangan suami istri dalam menerima keadaan atau kondisi
yang tidak mereka harapkan
4. Untuk mengetahui usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk menghadirkan buah
hati dalam pernikahan mereka.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penyebab Terjadinya Infertilitas

2.1.1 Penyebab interfertilitas pada pria

A. Faktor internal
1. Faktor Kelainan Genetik

Beberapa kelainan genetik menjadi faktor penyebab terjadinya infertilitas pada pria,
salah satunya adalah mutasi pada gen yang terdapat pada mitokondria yang berfungsi
sebagai organela yang dapat melakukan replikasi mtDNA dan pembentukan asam amino,
proses ini dikatalisis oleh ezim yang dikode oleh gen- gen nDNA yaitu nuclear-encoded
polymerase gamma (PLOG) dan mitochondrial transcription factor- A (MTFA). Keadaan
ini akan menyebabkan kelainan pada spermatogenesis berupa asthenozoospermia,
oligozoospermia, dan teratozoospermia. Mutasi mtDNA meliputi mutasi titik (point
mutation), delesi dan translokasi baik mikro maupun berulang, dan polimorfisme
(haplogroup)

Selain mutasi pada mtDNA, infertilitas pria juga terjadi akibat adanya apoptosis
abnormal pada sel sperma. Selama proses spermatogenesis telah dilaporkan terjadi proses
apoptosis yang diatur oleh ekspresi gen p53, p21, caspase, bcl-2 dan Fas. Pematangan
spermatogonia menjadi spermatozoa. Selama spermatogenesis, kematian sel secara
terprogram (apoptosis) memainkan peran penting untuk menghilangkan sel-sel germinal
yang cacat atau yang membawa mutasi DNA. Pada proses fisiologis ini dapat terjadi
disregulasi sehingga apoptosis sel germinal dapat menyebabkan infertilitas pria.
Apoptosis sel germinal juga bisa dihasilkan dari gangguan eksternal seperti perubahan
hormonal, atau paparan bahan kimia beracun atau radiasi yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah sperma dan masalah kesuburan pria.

2. Varikokel
Varikokel merupakan pelebaran pembuluh arteri scrotalis. Varikokel menyebabkan
inflamasi pada pembuluh darah testis yang membuat suhu testis menjadi meningkat
sehingga jumlah sperma yang dihasilkan menjadi sedikit. Disamping itu retensi darah
pada varikokel juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah pada testis yang
berakibat kepada suplai nutrisi yang buruk serta tekanan parsial oksigen yang
menurun sehingga proses spermatogenesis menjadi kurang energy dan adanya
disfungsi endokrin.

3. Enzim Metabolisme Vitamin D

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Syauqi tahun 2016, ditemukan adanya
korelasi antara kadar enzim-enzim yang memetabolisme diet D dengan fertilitas pada

5
pria. Bloomberg tahun 2011 menemukan bahwa di dalam saluran reproduksi pria
yaitu testis, epididimis, prostat dan vesikula seminalis ditemukan ekspresi reseptor
diet D (VDR) mRNA (CYP2RI, CYP27AI, CYP27BI).Vitamin D berperan dalam
peningkatan daya hidup spermatozoa dan kapasitasi spermatozoa yaitu suatu proses
yang harus dilalui spermatozoa agar dapat membuahi sel ovum, didalamnya termasuk
proses pembukaan reseptor, pelepasan inhibitor maupun stabilisator pada permukaan
sperma sehingga sperma mampu bertahan hidup sejak dilepaskan hingga proses
fertilisasi pada saluran reproduksi wanita.

4. Kadar Leukosit Dalam Sperma


Aryoseto pada tahun 2009 dalam penelitiannya menyimpulkan adanya hubungan
antara jumlah leukosit dengan morfologi sperma, dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah kandungan leukosit dalam sperma maka
akan semakin banyak jumlah kelainan morfologi sperma yang ditemukan. Mekanisme
terjadi akibat kerusakan sel-sel sertoli yang menyebabkan kelainan pada pematangan
spermatozoa pada epididimis akibat adanya peningkatan sitokin-sitokin yang
merupakan mediator radang yang dapat mengganggu proses spermatogenesis.

5. Usia
Kesuburan pria dimulai sejak awal pubertas dimana sudah terjadi proses
spermatogenesis yang biasanya ditandai dengan adanya kemampuan pria dalam ber
ejakulasi mengeluarkan sperma, di Indonesia usia puber rata-rata pada usia 12 tahun,
dan kestabilan pertumbuhan organ reproduksi pria dicapai pada usia 20 hingga 25
tahun. Meskipun pria dapat membuahi hingga akhir hayatnya namun fungsi organ
reproduksi sudah mulai mengalami kemunduran diatas 25 tahun.

6. Kadar Alpha Glukosidase


Alpha glukosidase merupakan suatu enzim yang mengkatalisis hidrolisis ikatan pada
maltose untuk menghasilkan dua molekul glukosa yang banyak dihasilkan pada
epididimis. Enzim ini merupakan penyusun everyday semen pria dimana
keberadaannya dikorelasikan dengan keberadaan sebuah sperma matang yang dapat
berenang.Pemeriksaan kadar Alpha Glucosidase dapat dihubungkan dengan kesehatan
epididimis.

B. Faktor Eksternal

Paparan Zat

Timbal

Dalam kehidupan sehari- hari, paparan manusia dengan timbal terjadi bila sering
terpapar dengan gas buang kendaraan bermotor. Kadar timbal yang tinggi pada cairan
semen pria dapat mempengaruhi sperma dalam mengikat dan membuahi sel ovum.
Sebelum terjadinya fertilisasi, maka reseptor manosa yang terletak pada kepala

6
sperma harus terlebih dahulu berikatan dengan manosa pada permukaan sel ovum
untuk menginduksi reaksi akrosomal atau mannose induced acrosome reaction
(MIAR) dimana sperma melepaskan enzim hyaluronidase dan enzim proteolitik yang
mencerna lapisan glikoprotein pada sel ovum sehingga sel sperma dapat berpenetrasi.
Kadar timbal yang tinggi pada cairan semen dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
reseptor manosa sehingga sperma sulit melakukan penetrasi pada sel ovum.

Rokok

Tingkat bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam tembakau dikenal sebagai
Reactive Oxygen Species (ROS). ROS umumnya dikenal sebagai oksidan atau radikal
bebas. ROS merusak sel-sel jaringan reproduksi dengan memodifikasi basa DNA,
yang pada akhirnya menyebabkan apoptosis sel, mengurangi diameter tubulus
seminiferus, mengurangi jumlah sel Leydig dan Sertoli, dan mengganggu proses
spermatogenesis, yang dapat merusak DNA Anda. Mereka mempengaruhi konsentrasi
sperma, morfologi dan motilitas.

Obat-obatan

Faktor farmakologis juga berperan dalam faktor penyebab infertilitas pria, beberapa
obat terbukti mengganggu kesuburan, beberapa jenis memiliki sifat anti androgen
seperti: spironolactone, spirotelol: , Ketoconazole, cimetidine, dan deep tetracycline
loops diketahui dapat menurunkan testosteron level hingga 20%. Nitrofurantoin
menghasilkan superoksida dan berbagai racun lain yang menghambat
spermatogenesis. Fenitoin mempengaruhi kelenjar pituitari dalam sintesis FSH,
sedangkan sulfasalazine dapat menurunkan motilitas dan densitas sperma.

Alkohol

Asupan alkohol jangka panjang dapat meningkatkan kadar etanol dalam tubuh. Etanol
mempengaruhi produksi ATP di mitokondria. Ini membantu menggerakkan ekor
sperma (flagela) untuk bergerak lurus dan gesit. Selain itu, etanol juga menyebabkan
terbentuknya peroksida lipid pada membran sperma yang dihasilkan dari reaksi asam
lemak tak jenuh dengan etanol yang terdapat pada membran sperma sehingga
mengakibatkan kerusakan pada membran sperma. Paparan alkohol merusak fungsi sel
Leydig yang terlibat dalam sintesis testosteron dan juga dapat merusak membran
basalis.

C. Faktor Lain

1. Frekuensi Senggama
Pada saat terjadi ovulasi pada wanita, waktu tersebut adalah waktu melakukan
senggama agar terjadinya fertilisasi. Usia spermatozoa dapat bertahan hidup dalam
saluran reproduksi wanita berkisar antara 1-3 hari sedangkan usia sel ovum rata-rata
hanya 1x 24 jam, masa terjadinya ovulasi pada wanita berkisar pada hari ke 14 sampai

7
18 post menstruasi sehingga pembuahan masih dapat terjadi 1-2 hari pasca senggama
jika dilakukan di periode ovulasi wanita.

2. Lama Berusaha
Lamanya usaha pasangan suami istri untuk secara teratur berusaha mendapatkan
fertilisasi merupakan salah satu faktor penentu terjadinya kehamilan. Dari hasil
penelitian didapatkan angka 32,7% hamil dalam satu bulan pertama,57% dalam tiga
bulan pertama, 72,1% dalam enam bulan pertama,85,4% dalam 12 bulan pertama dan
93,4% dalam 24 bulan pertama.

3. Olah Raga
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ningsih tahun 2016 menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan olahraga berat dengan terjadinya infertilitas, dalam
penelitian tersebut disebutkan bahwa dari 43 sampel yang terlibat didalamnya 56,1 %
dengan perilaku olahraga berat mengalami infertilitas dan sebanyak 43,9 % responden
dengan perilaku olahraga ringan mengalami infertilitas sedangkan berdasarkan odds
ratio ditarik kesimpulan bahwa perilaku olahraga berat memiliki resiko infertilitas
sebanyak 2,752 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan olahraga ringan.
Olahraga yang berlebihan dapat menurunkan kualitas sperma, baik itu jumlah ataupun
kemampuan sperma untuk bergerak. Hal ini akan membuat peluang sperma untuk
membuahi sel telur menjadi lebih kecil.

Penyebab interfertilitas pada pria juga dapat disebabkan oleh spermatogenesis yang rusak,
obstruksi vesikula seminalis atau transportasi sperma yang rusak, dan masalah psikoseksual
seperti disfungsi ejakulasi, hipospadia, impotensi, cacat fisik, dan epispadias.

2.1.2. Penyebab interfertilitas pada wanita

Penyebab infertilitas pada wanita yaitu ovulasi dan implantasi zigot yang tidak sempurna.
Bukan hanya itu saja, penyebab lainnya adalah tuba falopi yang rusak atau tersumbat,
Kelainan Hormon, Tumor Pituitari, Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), kelebihan
Prolaktin, Tumor Rahim, Menopause Prematur, dan Endometriosis.

1. Tuba Falopi yang rusak atau tersumbat

Kerusakan ini disebabkan oleh adanya peradangan tuba falopi atau salpingitis.
Salpingitis juga menyebabkan kehamilan diluar kandungan. Sekitar 70% sumbatan
tuba falopi disebabkan oleh infeksi klamidia.

2. Kelainan Hormon

Kekurangan hormon perangsang folikel dan lutein dapat menyebabkan ovulasi.

3. Tumor Pituitari

Tumor yang dapat merusak sel-sel pelepas hormon yang membuat siklus menstruasi
terhenti.

8
4. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Pada sindrom ini ditandai dengan adanya banyak kista di ovarium. Akibatnya sel telur
susah matang dan terperangkap di folikel.

5. Kelebihan Prolaktin (Hiperprolaktinemia)

Prolaktin adalah hormon yang merangsang produksi ASI. Dengan kelebihan hormon
prolaktin dapat mengganggu ovulasi.

6. Tumor Rahim

Tumor ini dapat dijumpai pada wanita usia 30-40 tahun. Tumor ini dapat
menyebabkan infertilitas apabila menghalangi tuba falopi.

7. Menopause Prematur

Terjadi apabila wanita sudah berhenti menstruasi dan folikel ovariumnya menyusut
sebelum usia 40 tahun.

8. Endometriosis

Pertumbuhan abnormal jaringan implan diluar uterus, yang normalnya hanya tumbuh
di uterus.

2.2. Dampak Infertilitas

Dampak yang diberikan adalah, wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan
kesehatannya dan diberikan label wanita mandul. Bukan hanya itu saja, dampak infertilitas
bisa membawa implikasi psikologis terutama pada wanita. Sumber dari tekanan
sosiopsikologis pada wanita berkaitan dengan kodrat nya yaitu mengandung dan melahirkan.
Dan pada laki-laki dampak yang diberikan adalah kekecewaan, perasaan sedih, kekhawatiran,
kecemasan untuk menghadapi masa tua.

Pada hasil penelitian tidak ada dampak signifikan yang mempengaruhi aktivitas hubungan
suami istri yang mengalami infertilitas. Namun ketidakpuasan seks sudah dapat
memunculkan perbedaan pendapat, perselisihan dan terjadinya perceraian. Dan saat berada di
lingkungan keluarga, pasti akan merasakan minder atau tersingkirkan saat membicarakan
seorang anak. Namun, ada juga pasangan infertilitas yang bisa keluar dari keadaan cemas,
dengan adanya dukungan dari keluarga.

2.3. Hasil Wawancara

Salah satu anggota kelompok kami, melakukan wawancara dengan istri dari pasangan
infertilitas yang berinisial SW, yang tinggal bersama suami inisial SY di Tarakan,
Kalimantan Utara. Narasumber melakukan kegiatan sehari-hari sebagai guru dan juga suami
merupakan seorang guru. Diketahui bahwa pasangan infertilitas ini melangsungkan
pernikahan pada tanggal 12 April 2008 terhitung lama perkawinan 14 tahun. Pasangan ini
sama-sama memiliki kelainan reproduksi. SW (istri) memiliki kelainan reproduksi dimana

9
saluran tuba falopi dua-duanya non paten dan SY (suami) mengalami kelainan jumlah sperma
dan kecepatan sperma. Keduanya memiliki berat badan normal. SY (suami) memiliki
kebiasaan merokok, namun melakukan olahraga rutin seminggu dua kali.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa narasumber juga memiliki faktor lain yang
memicu terjadinya infertilitas seperti jumlah sperma pasangan sedikit dan adanya masalah
lain dari masing-masing pribadi pasangan ini. Menurut narasumber, infertilitas yang dialami
tidak terlalu berdampak pada kesehatan mereka. Selain itu, menurut penuturan narasumber
setelah berkonsultasi kepada dokter, salah satu jalan keluar jika mereka ingin memiliki keturunan
adalah dengan bayi tabung.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Risiko infertilitas pada pria disebabkan dari beberapa faktor diantaranya : Faktor
internal, melibatkan kelainan DNA yang mengkode asam amino pada pembentukan
protein khusus yang berfungsi pada pembentukan jaringan reproduksi pria maupun
proses spermatogenesis. Selain itu, adanya kelainan anatomis yang terjadi di
sepanjang saluran reproduksi pria juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
spermatozoa yang dihasilkan. Faktor eksternal terjadi akibat adanya paparan terhadap
zat-zat tertentu baik sengaja maupun tidak disengaja. Sedangkan faktor lainnya
meliputi usia, lama berusaha dan kebiasan olahraga.
2. Ada beberapa macam penyebab yang memungkinkan seorang wanita mengalami
infertilitas, diantaranya : tuba falopi tersumbat atau rusak, endometriosis, kelainan
hormon, tumor pituitari, kelebihan prolaktin (hiperprolaktinemia), Polycystic Ovary
Syndrome (PCOS), menopause prematur, Tumor rahim (uterine Fibroids), adhesi,
kelainan kelenjar tiroid, kelainan anatomi bawaan, merokok, stres, terlalu kurus atau
terlalu gemuk, dan faktor lingkungan.
3. Hasil wawancara diperoleh pernyataan narasumber bahwa pasangan infertilitas ini
memiliki kelainan reproduksi yaitu saluran tuba falopi dua-duanya non paten (istri
(SW)) dan SY (suami) mengalami kelainan jumlah sperma (sedikit) dan kecepatan
sperma. Faktor eksternal yang memicu infertilitas pada SY (suami) yaitu kebiasaan
merokok. permasalahan infertilitas pada pasangan tersebut tidak berdampak pada
kesehatan secara umum. Salah satu solusi yang mungkin dijalani untuk mendapatkan
keturunan yaitu malalui program bayi tabung.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, ditekankan perlunya untuk setiap pasangan infertil menghindari


faktor-faktor risiko pola hidup yang berbahaya dan tidak menunda melakukan pemeriksaan
fertilitas. Bagi tenaga kesehatan yang menangani kasus infertilitas diharapkan dapat
memberikan asuhan yang komprehensif tidak hanya memperhatikan fisik tetapi juga
psikologis khususnya emosi dari pasangan infertilitas. Hasil penelitian yang ada dalam
pembahasan ini dapat menjadi referensi bagi klinik atau rumah sakit yang memiliki program
bayi tabung dalam mendampingi pasien dengan masalah infertilitas dalam aspek psikologis,
agar dapat berdampak pada kelancaran pengobatan maupun program bayi tabung yang
sedang dijalankan. Infertilitas merupakan isu yang sangat sensitif bagi individu yang
mengalaminya. Oleh karena itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat membangun rapport
yang baik dengan subjek penelitian sebelum memasuki proses pengambilan data agar subjek
penelitian tidak merasa tertekan, malu, dan terancam saat mengisi kuesioner.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. (2020, April). Meta-Analisis. GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB

INFERTILITAS PRIA DI INDONESIA, Vol. 2(No. 1), 69-73. DOI:

https://doi.org/10.30596/jph.v1i2.4433

Asnifatimah, A. (2020, Oktober 15). -. HUBUNGAN INFERTILITAS DENGAN

TOKSOPLASMOSIS PADA WANITA SUDAH MENIKAH. http://pkm.uika-

bogor.ac.id/index.php/prosiding/article/view/632>.

Assrid, Retnoningtias, D. W., & Hardika, I. R. (2021, Desember). Jurnal Psikogenesis.

Hubungan Self-compassion dengan Infertility-related Stress pada Dewasa Awal yang

Mengalami Infertilitas, Vol 9(No. 2), 190-193. -

Hamzah, M. (2019, Desember). Green Medical Journal : Jurnal Kedokteran,. Karakteristik

Pasangan Infertil di BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Vol.1(E-ISSN:

2686-6668), 14. http://greenmedicaljournal.umi.ac.id/index.php/gmj

Jumiati, Fitria, S., & Rahmawati, A. (2021, Agustus). Semnas MipaKes Umri. HUBUNGAN

KEBIASAAN MEROKOK DAN BERAT BADAN PADA PASANGAN USIA SUBUR

TERHADAP KEJADIAN INFERTILITAS, 2(ISSN: 772714-799006), 190-193. -

Susilawati, D., & Restia, V. (2019, Oktober). Jurnal Kesehatan Mercusuar. HUBUNGAN

OBESITAS DAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN INFERTILITAS

PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KLINIK DR.HJ. PUTRI SRI LASMINI SpOG

(K) PERIODE JANUARI-JULI TAHUN 2017, Vol 2(1)(E-ISSN - 2654-9751), 4-7.

http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar

Widiastini, L. P., Karuniadi, I. G. A. M., & Tangkas, M. (2021, Desember). Media Kesehatan

Politeknik Kesehatan Makassar. KEJADIAN INFERTILITAS TERHADAP TINGKAT

EMOSI PADA PASANGAN USIA SUBUR, Vol. XVI(No. 2), 2-3.

https://doi.org/10.32382/medkes.v16i2.2406

12
Ikhsan, M., Multazam, A. M., & Asrina, A. (2019). Infertilitas Pada Pasangan Suami Istri Di

Kota Makassar. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 285-296

13

Anda mungkin juga menyukai