Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

( PANDANGAN ISLAM TERHADAP KELAHIRAN DAN PERSALINAN )

Disusun oleh :
Ayu andira ( 7120008 )
Kurrotul Akyun (7121000.)

PROGRAM STUDI ILMU DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, Karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah Agama ini. Dengan kami harapkan kiranya makalah
yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca atau pihak lain yang membutuhkan
informasi dalam makalah “PANDANGAN ISLAM TERHADAP KELAHIRAN DAN
PERSALINAN”. Dalam makalah ini terdapat banyak sekali informasi mengenai nilai-nilai yang
berkaitan dan menjadi dasar dalam Kebidanan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna,untuk itu
kami berbesar hati untuk menerima segala kritik dan saran dari berbagai pihak. Kami juga tidak
lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan serta kejanggalan baik isi maupun dalam
teknik penyusunannya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Selama minggu akhir kehamilan, tubuh ibu hamil mengalami perubahan yang
mempersiapkan diri ibu untuk menghadapi persalinan dan memberi makan bayi. Payudara akan
memproduksi banyak kolostrum. Rahim akan menjadi lebih sensitif dan berkontraksi lebih sering,
baik spontan atau sebagai respon terhadap aktivitas dan gangguan ringan seperti gangguan
berjalan, bersin dan benturan pada perut.
Sebelum persalinan dimulai leher rahim akan melebar 1 atau 2 cm (atau bahkan lebih jika
ibu hamil sudah pernah melahirkan). Jaringan ikat dan tulang rawan pada panggul aka rileks,
memungkinkan gerakan sendi yang lebih besar. Agar tulang panggul bisa membuka selam
persalinan dan pelahiran untuk memberi bayi ruang lebih banyak pada jalan lahir. Pada saat
bersamaan, sekresi vagina meningkat dan jaringan dinding vagina menjadi lebih elastis.
Kesiapan bayi ibu untuk hidup di luar tubuh ibu bertepatan dengan kemampuannya
memproduksi berbagai substansi yang akan memberi umpan balik pada peredaran darah ibu dan
memainkan peran penting dalam memicu perubahan yang mengawali persalinan. Kesiapan ibu itu
sendiri baik secara fisik maupun emosional untuk menghadapi persalinan juga penting. Biasanya,
saat waktu yang tepat untuk ibu maupun bayi tiba, persalinan akan dimulai.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian persalinan dan kelahiran ?
2. Bagaimana Tanda-tanda persalinan?
3. Bagaimana Masa melahirkan?
4. Bagaimana Pandangan islam tentang kelahirkan dan persalinan ?
5. Bagaimana Hak-hak anak dalam islam ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian persalinan dan kelahiran
2. Untuk mengetahui Tanda-tanda persalinan
3. Untuk mengetahui Masa melahirkan
4. Untuk mengetahui Pandangan islam tentang kelahirkan dan persalinan
5. Untuk mengetahui Hak-hak anak dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama
9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran
petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi,
disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin.

B. TANDA-TANDA PERSALINAN
Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tanda kemungkinan
persalinan, tanda awal persalinan, dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja mengalami
semua tanda persalinan ini atau sebagian.
Tanda kemungkinan persalinan :
1. Sakit Pinggang
2. Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul.
3. Kram pada perut bagian bawah
4. Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman di paha.
5. Tinja yang lunak
6. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut
atau gangguan pencernaan.
7. Desakan untuk berbenah
8. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan banyak aktivitas
dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.
C. MASA MELAHIRKAN
1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik
Setelah melahirkan seorang ibu akan mengalami masa nifas (darah kotor) selama
40 hari. Pada masa itu seorang wanita dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan
ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran.
2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan
Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian khusus dibidang kesehatan. Di
samping banyaknya darah kotor yang keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih
dalam keadaan luka (karena melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk
mencegah berbagai penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan
Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang
dikaitkan dengan keimanan. Rasulullah saw bersabda:
Artinya:” Kebersihan merupakan bagian dari iman.(.................)
Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya manusia segera berobat. Ikhtiar atau
usaha merupakan kewajiban dalam agama. Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib
dengan alasan taqdir, karena sesungguhnya Islam selalu menyuruh kita berobat ketika
sakit. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “ Berobatlah kamu karena Allah tidak akan mengadakan penyakit melainkan
mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu penyakit yang tidak dapat diobati yaitu
ketuaan.
3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa Nifas
Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa nifas
sampai darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi kesehatan, larangan
tersebut mengandung cukup banyak hikmah, seperti, jalan lahir anak pada wanita masih
dalam penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelahiran bayi.
Ayat allah SWT
Artinya: dan mereka men anyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katkanlah,
“Itu adalah sesuatu yang kotor” karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan
kamu dekati mereka sebelum mereka suci…. (al-Baqarah: 222)
Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah haid maupun
darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar).
4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas
Setelah berkahirnya masa nifas, seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan
demikian maka ia kembali menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas keagamaan
mulai harus diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa
40 hari merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita baik kesehatan
fisik maupun mentalnya.

D. PANDANGAN ISLAM TENTANG KELAHIRKAN DAN PERSALINAN


1. Kelahiran
Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita boleh
menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan memberikan anak
perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Mengandung dan melahirkan
merupakan sebuah perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan
keselamatan ibu hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanita
meninggal dunia ketika hamil atau melahirkan.
Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya secara baik
dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana firman Allah swt:
Ayat Allah SWT
Artinya: “Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna……….(QS:al-Baqarah 233)
Kalau seorang wanita memberikan ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia
tidak hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan itu sendiri membutuhkan sebuah
perjuangan yang akan merepotkan seorang ibu dalam menyapih bayinya. Setelah 2 tahun
barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses kehamilan itu sendiri membutuhkan
waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk mempunyai anak
(melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan.
Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu maupun bapak,
bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga boleh memaksakan
kehendaknya dalam menentukan jumlah anak dan mengatur jarak antar anak, karena Islam
sangat menekankan pentingya musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang
sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
Ayat Allah SWT:
Artinya: “…………. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.(QS:Ali
Imran:159.)

2. Persalinan
Dari rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian
manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah
penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan
lanjutan merupakan cakupan dari pelayanan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pelayanan
dasar ditujukan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan lanjutan atau
rujukan diberikan kepada mereka yang mengalami kasus-kasus beresiko, gawat darurat, dan
komplikasi yang memerlukan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di Rumah
Sakit. Kedua pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarkat,
baik dari aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana transportasi.
Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih sangat buruk
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228
persalinan, 100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per
1000 kelahiran hidup. Menurut survei Kesehatan dan Rumah Tangga 2001 penyebab langsung
kematian ibu diantaranya: 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, yaitu
endarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium (8%), partus macet
(5%), abortus (5%), trauma obstertik (5%), emboli (3%), dan lain-lain (11%).
Oleh karena itu pelayanan kesehatan ibu dan perjuangan ibu dalam proses
kehamilan dan persalinan sangatlah berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Qur’an
mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan, “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
yang lemah dan bertambah-tambah…”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan
melaui sabda Rasulullah saw yang artinya,”…wanita yang meninggal karena melahirkan
adalah syahid…” (HR. Ahmad).
Wajar bila Islam mewajibkan Negara untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
dan dapat dijangkau oleh semua kaum ibu sejak masa kehamilan sampai persalinan bahkan
hingga masa nifas dan menyusui. Layanan tersebut adalah bagian integral dari sistem
kehidupan Islam. Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada Khalifah sebagai
pemimpin umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayanan bersalin (atenatal, bersalin, nifas)
berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis. Bila keuangan Negara tidak cukup, maka
Khalifah akan menarik sejumlah uang dari orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi
penyelenggaraan layanan bersalin mengacu pada 3 prinsip dasar: 1). kesederhanaan aturan, 2).
Kecepatan pelayanan, 3). Standar layanan bersalin bersalin berkalitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk
tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata di
seluruh wilayah Negara baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan (Rumah
Sakit). Dalam ranah fikih, menjadi tenaga medis (dokter kadungan, bidan, perawat) adalah
fardu kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi tersebut.
Karena itu Negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk menghasilkan
tenaga medis yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat.
Dalam sejarah Masa Keemasan Islam layanan bersalin yang memadai terlihat dari
banyaknya Rumah Sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan
lembaga pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan
dan ruang untuk layanan persalinan. Belum lagi adanya rumah sakit keliling yang disediakan
oleh Negara yang menelusuri pelosok negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua ibu benar-
benar direalisasikan secara nyata.
Pada zaman keemasan Islam, ilmu kedokteran kebidanan termasyur ada di Harran,
Baghdad, dan Jundi Syahpur. Lembaga pendidikan menengah dan tinggi ilmu kedokteran
merata ada di setiap kota besar seperti Damsyiq, Isfahan, Rayy, Baghdad, Al Qahirah, Tunis,
Marakisy (Maroko), dan Qurtuba (Kordoba) Juga terdapat Al Jami’ah (universitas) yang
memiliki fakultas kedokteran. Salah satu fakta di Baghdad, masa Khalifah Harun Al Rasyid
(170-193 H), disamping didirikan Rumah Sakit terbesar di kota Baghad, dan beberapa Rumah
Sakit kecil, juga didirikan rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah
pendidikan kebidanan. Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid
kepada Al Musawaih yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhilafahan. Begitulah
cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses (permasalahan) persalinan
yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan problem ini
dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang terkait, baik medis maupun non
medis, termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara merata.
E. HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM
1) Anak – Anak Berhak Atas Nafkah yang Ma’ruf (Baik Secara Kesehatan, dan
Sosial)
Sejak masa bayi seorang anak membutuhkan makanan dengan gizi yang cukup dan
seimbang untuk mendukung pertumbuhannya. Ketidakseimbangan gizi pada masa tersebut
akan membuat anak rentan terhadap berbagai ancaman baik daru luar maupun dari dalam.
Ancaman dari luar seperti penyakit yang mudah masuk ke dalam tubuh karena lemahnya
daya tahan tubuh, sedangkan dari dalam bisa saja disebabkan dari pertumbuhan yang tidak
normal bisa saja membuat anak tidak tumbuh wajar secara fisik maupun psikis.
Dalam Islam nafkah kepada anak telah ditegaskan pada beberapa tempat dalam Al-
Quran:
2) Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pokok dan paling bagus bagi anak terutama ketika
hari-hari pertama kelahirannya, Islam telah menegaskan kepada orang tua agar memberikan
ASI yang cukup kepada anaknya hingga usia 2 tahun.:
Allah swt berfirman:
Artinya: seorang ibu mengandung anak dan menyapih (memberikan air susu) kepada
anaknya selama 30 bulan
(QS. Ahqaf : 15)
Dalam ayat di atas disebutkan masa 30 bulan diperlukan seorang ibu dalam mengandung
anak dan menyusuinya. Masa 30 bulan itu terbagi kepada dua fase, yaitu fase kehamilan dan
menyusui. Kalau menyusui telah disebutkan pada ayat sebelumnya adalah 2 tahun yang
sama dengan 24 bulan, berarti sisa 6 bulan lagi adalah untuk masa mengandung. Masalah
ini dapat ditafsirkan bahwa usia kandungan seorang wanita hamil minimal adalah 6 bulan.
Dengan kata lain, kalau seseorang melahirkan pada usia kandungan 6 bulan, maka
kandungan itu bisa digolongkan telah sempurna.
Ayat ini juga bisa digunakan untuk menyelesaikan perselisihan di antara suami istri jika
ternyata seorang istri melahirkan pada usia kandungan 6 bulan sejak pertama kali
berhubungan intim, dalam keadaan seperti ini seorang suami tidak boleh menuduh istrinya
telah berhubungan intim sebelumnya dengan orang lain, karena usia kandungan 6 bulan
tersebut diakui keberadaanya di dalam agama Islam.
3) Makanan Yang Cukup
Di samping ASI seorang anak membutuhkan makanan tambahan seiring dengan
bertambahnya usia. Orang tua harus menyediakan makanan yang cukup dan bergizi
supaya anak-anak dapat tumbuh sehat dan cerdas. Dalam masalah nafkah Islam
memberikan tanggung jawab tersebut kepada suami sebagai pemimpin dalam rumah
tangga, firman Allah swt:
Artinya: Ayah harus memberikan kepada mereka nafkah dan pakaian dengan
ma’ruf
(QS.Al-Baqarah 233)
Dalam ayat ini terkesan bahwa seorang suami harus memberikan kepada
istrinya, tetapi sebenarnya secara tersirat dapat dikatakan bahwa memberikan
nafkah kepada istri pasti juga akan ikut dimakan oleh anak terutama yang masih
bayi, karena seorang anak khusunya bayi tidak mungkin dapat dipisahkan dari
ibunya.
Ma’ruf dalam ayat di atas berarti layak dan sesuai dengan kemampuan, jika
seorang ayah mempunyai kemampuan di bidang ekonomi maka ia harus
memberikan nafkah berupa makanan kepada anaknya dengan standar yang sesuai
dengan penghasilannya,demikian juga dengan yang miskin, akan memberikan
nafkah sesuai dengan kemampuannya.
4) Pakaian Yang Layak
Di samping makanan, seorang anak juga membutuhkan perlengkapan sehari-hari seperti
pakaian yang layak dan bersih. Masa bayi merupakan masa rentan terhadap berbagai penyakit,
menyediakan pakaian yang layak dan menjaga kesehatan pakaian yang digunakan bayi
sangat penting dalam menjaga kesehatan anak tersebut, dalam hal ini Al-Quran telah
mewajibkan orang tua supaya memberikan pakaian kepada anaknya dengan cara yang baik
(makruf).
Kata makruf berarti baik, pakaian yang diberikan kepada anak harus baik dan memenuhi
syarat dari segi kesehatan dan juga sesuai dengan penghasilan seorang ayah. Di samping itu
juga harus selalu dijaga kebersihannya karena Islam adalah agama bersih dan sangat peduli
terhadap kebersihan, bahkan dalam sebuah hadits kebersihan itu dikaitkan dengan keimanan,
bahkan kebersihan merupakan bagian dari iman, artinya orang yang tidak bersih berarti tidak
memiliki sebagian dari iman, sehingga bisa dikatakan imannya belum sempurna.
5) Tempat Tinggal Yang Memadai
Seorang anak harus disediakan tempat tinggal yang layak dan bersih sesuai dengan
kemampuan seorang ayah, Islam mengakui kesederhanaan dalam hidup tetapi sederhana tidak
identik dengan kumuh dan jorok. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Kebersihan adalah bagian dari iman
Dalam memberikan tempat tinggal dan tempat tidur bagi anak khusunya bayi harus selalu
dijaga kebersihan dan kelayakannya.
Allah swt berfirman:
Artinya: Tempatkan mereka di tempat tinggal yang kamu tempati.
Dhamir (kata ganti) yang digunakan dalam ayat di atas adalah hunna yang bermakna mereka
(istri). Tapi tidak berarti Allah swt hanya memerintahkan suami untuk menyediakan tempat
tinggal kepada istrinya saja, perintah yang ditujukan untuk istri juga mencakup anak- anak
terutama bayi, karena tidak mungkin memisahkan seorang istri (ibu) dengan anak yang masih
kecil. Berarti kewajiban menyediakan tempat tinggal juga mencakup anak, dengan
memberikan kepada mereka kebutuhan dan perlengkapan tidur yang dibutuhkan oleh anak-
anak
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita boleh
menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan memberikan
anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Mengandung dan
melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga
kesehatan dan keselamatan ibu hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan
seorang wanita meninggal dunia ketika hamil atau melahirkan. Dari rahim seorang ibu
akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam membangun
peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah penting, maka ketersediaan
layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan
kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi.

2. SARAN
makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.ibudanbalita.net%2Finfo%2Fmakalah-
persalinan-dalam-agama-islam.

FjAC&url=http%3A%2F%2Fzangpriboemi.blogspot.com%2F2012%2F09%2Fmakalah-
kehamilan-dan-persalinan-

http://www.vemale.com/topik/kehamilan/30119-pengertian-nifas-menurut-islam.html
http://aimoyieb.blogspot.com/2011/05/makalah-persalinan.html

Anda mungkin juga menyukai