Anda di halaman 1dari 24

PERSALINAN DAN NIFAS

DALAM ADAT JAWA

Disusun Oleh :
1. Liana Nimah
2. Suci Susmiati
3. Dwi Indah Krisnawati

PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KUDUS
2016
KATA PENGANTAR

STIKES Muhammaiyah Kudus Progsus Blora 2016

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala


kebesaran dan nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yang berjudul
Persalinan Dan Nifas Adat Jawa
.Penyusunan Makalah ini dalam rangka memenuhi tugas. dan sebagai sarana
untuk menambah pengetahuan serta wawasan.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih memiliki kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, Penyusun memohon maaf atas kekurangan tersebut.
Penyusun juga senantiasa membuka tangan untuk menerima kritik dan saran yang
membangun agar kelak kami bisa berkarya lebih baik lagi.
Harapan Penyusun, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Semoga pula makalah ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Blora, Januari 2016
Peyusun

STIKES Muhammaiyah Kudus Progsus Blora 2016

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PENBAHASAN................................................................................... 3
A. Persalinan dan Masa Nifas.............................................................. 3
B. Tradisi Masyarakat Jawa dalam Persalinan.................................... 9
C. Tradisi Masyarakat Jawa pada Masa Nifas..................................... 13
BAB III PENUTUP......................................................................................... 18
A. Kesimpulan..................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................... 20

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek sosial dan budaya sangat berpengaruh dan sangat mempengaruhi


pola kehidupan manusia. Dalam era globalisasi ini dengan berbagai
perubahan yang begitu ekstrem dan semakin terbuka yang menjadikan yang
pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial
budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan
masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan
di dalam masyarakat dimana mereka berada dalam arti lain masih banyaknya
ibu dan anak yang haknya masih tidak dipenuhi bahkan jauh dari kata
terpenuhi khususnya di daerah-daerah terpencil.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebabakibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan
ini, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak walaupun telah kami teliti banyaknya dampak
negative itu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Pola
makan, misalnya, pada dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia
dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu nifas yang disertai
dengan kepercayaan akan pantangan-pantanga yang tabu dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu yang sering kita sebagai masyarakat
modern itu mitos.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Masa Nifas, kebutuhan,dan perawatan pada masa
nifas?
2. Bagaimana kebudayaan jawa terhadap peralinan ?

3. Bagaimana kebudayaan jawa terhadap masa Nifas ?


C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari masa nifas,kebutuhan pada masa nifas,dan
perawatan masa nifas.
2. Mengetahui kebudayaan adat suku jawa terhadap persalinan.
3. Mengetahui kebudayaan adat suku jawa terhadap masa nifas

BAB II
PEMBAHASAN

A. Persalinan dan Masa Nifas


Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lahir lain, dengan atau tanpa bantuan. Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. (APN, 2007).
Pengkajian permulaan persalinan yaitu salah satu aspek yang paling
penting pada penatalaksanaan dalam persalinan. Adapun tanda-tanda
permulaan persalinan diantaranya his yang sering dan teratur, pembukaan
atau dilatasi serviks, cairan amnion pecah, keluar lendir campur darah, sebabsebab yang menimbulkan persalinan.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin danuri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998).
Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 1998) Dan menurut
Sarwono Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

1. Efek Persalinan pada Ibu

Partus presipitatus jarang disertai penyulit serius pada Ibu apabila


serviks sudah mengalami pendataran dan mudah membuka, vagina sudah
mudah teregang sebelumnya, dan perineum dalam keadaan lemas
(relaksasi).Sebaliknya, kontraksi uterus yang terlalu kuat disertai serviks
yang panjangserta jalan lahir yang kaku, dan vagina, vulva atau perineum
yang tidak teregang dapat menyebabkan ruptur uteri atau laserasi luas di
serviks, vagina, vulva atau perineum. Dalam keadaan yang terakhir,
emboli cairan ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk
terjadi. Uterus yang berkontraksi terlalu kuat sebelum janin lahir lebih
besar kemungkinannya mengalami hipotonia setelah melahirkan disertai
perdarahan dari tempat perlekatan plasenta sebagai akibatnya.
2. Efek persalinan pada janin
Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus presipitatus
mungkin meningkat secara bermakna karena beberapa hal.Pertama,
kontraksi uterus yang amat kuat dan sering dengan interval relaksasi
yang sangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan oksigenasi
darah janin. Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan lahir terhadap
proses ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma intrakranial
meskipun keadaan ini seharusnya jarang terjadi. Ketiga, pada proses
kelahiran yang tidak didampingi, bayi bisa jatuh ke lantai dan mengalami
cedera atau memerlukan resusitasi yang tidak segera tersedia.
Pengertian Masa Nifas
1. Menurut Pusdikes
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggusetelah melahirkan.
2. Abdul Bari (2000)

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika


alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsungkira-kira 6 minggu.
3. Gary cunningham,Mac Donald(1995)
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluranreproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
Kebutuhan Masa Nifas.
1. Fisik
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan fisik pada masa nifas,
maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan / health education
seperti personal hygiene, lingkungan yang bersih istirahat dan tidur.

Kebersihan diri atau personal hygiene.

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan


meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk
menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2
kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan
dimana ibu tinggal.Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat
perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol)
dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke
belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari
infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.

a. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat
yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.
Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara
tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam,
agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya
menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan
lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita
yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah
beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu
menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering
rambut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan
ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap
kering.

d. Kebersihan vulva dan sekitarnya


Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.Sarankan ibu
untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan
sabun.Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan.
Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci
daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB
yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah
anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan.
Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut
yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat
dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan
disetrika.
2. Kebutuhan nutrisi
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi
kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi
produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
akangizi sebagai berikut:

Mengkonsumsi makanantambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari

Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan


karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral

Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum

Mengkonsumsi vitamin A000 intra unit

3. Perawatan masa nifas


a. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama,
sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
Pemeriksaan umum; kesadaran penderita, keluhan yang terjadi
setelah persalinan.
Pemeriksaan khusus; fisik, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi,
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara; puting susu atau stuwing ASI, pengeluaran ASI.
Perawatan payudara sudah dimulai sejak hamil sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada
puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris
mengakibatkan oxitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi
akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna.
Lochea; lochea rubra, lochea sanguinolenta.
Luka jahitan; apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi (kotor, dolor/fungsi laesa dan pus ).

Mobilisasi; karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat,


tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring ke kiri dan kekanan serta diperbolehkan untuk duduk,
atau pada hari ke 4 dan ke- 5 diperbolehkan pulang.
Diet; makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayuran dan buah-buahan.
Miksi; hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri
secepatnya, paling tidak 4 jam setelah kelahiran. Bila sakit,
kencing dikaterisasi.
Defekasi; buang air besar dapat dilakukan 3-4 hari pasca
persalinan. Bila sulit bab dan terjadi obstipasi apabila bab keras
dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum biasa
dilakukan klisma.
Kebersihan

diri;

anjurkan

kebersihan

seluruh

tubuh,

membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun. Dari vulva


terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian anus.
Mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan
sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.
Menganjurkan pada ibu agar mengikuti KB sendini mungkin
setelah 40 hari (16 minggu post partum).
Nasehat untuk ibu post partum; sebaiknya bayi disusui.
Psikoterapi post natal sangat baik bila diberikan. Kerjakan
gimnastik sehabis bersalin. Sebaiknya ikut KB.
Imunisasi; bawalah bayi ke RS, PKM, posyandu atau dokter
praktek untuk memperoleh imunisasi.

B. Tradisi Masyarakat Jawa dalam Persalinan


Babaran / mbabar dapat diartikansebagai sudah selesai atau sudah
menghasilkan dalam wujud yang sempurna. Babaran juga menggambarkan
selesaianya proses karya batik tradisional. Istilah babaran juga dipakai untuk
seorang ibu yang melahirkan anaknya. ubarampe yang dibutuhkan untuk
selamatan kelahiran yaitu Brokohan. Ada macam macam ubarampe
Brokohan. Pada jaman ini Brokohan terdiri dari beras, telur, mie instan
kering, gula, teh dan sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna
yang terkandung dalam selamatan bayi lahir, Brokohan cukup dengan empat
macam ubarampe saja yaitu:

kelapa, dapat utuh atau cuwilan

gula merah atau gula Jawa

dawet

telor bebek
Makna dari keempat macam ubarampe tersebut adalah:

Kelapa : daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra
(bahasa Jawa kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapak.

Gula Jawa : berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa
kuna) yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu.

Dawet : dawet terdiri dari tiga bahan yaitu:

Santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak.

Juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya
Ibu.

Cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan.

Telor bebek : Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak
memakai telor ayam.
Alasan yang pertama : telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk
menggambarkan langit biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas.
Alasan kedua : biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek
jantan tidak dari endog lemu atau bertelur karena faktor makanan. Dengan
demikian telor bebek kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa ada
roh kehidupan di dalam telor bebek.
Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut,

para leluhur dahulu ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur
karena telah mbabar seorang bayi dalam proses babaran.
Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut
mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama
kepada Bapak dan Ibu untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra.
Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula
Jawa) yang kemudian membentuk jentik-jentik kehidupan (dawet), Tuhan
telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan terjadilah kelahiran ciptaan
baru (brokohan).
Jika pun dalam perkembangannya selamatan Brokohan untuk
mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macamnya, terutama bahan-bahan
mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur yang ingin
dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga. Namun keempat

ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih
perlu untuk disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih
bermakna.
Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain
merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu.
Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat
Jawa mempunyai beberapa upacara adat untuk menyambut kelahiran bayi
tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara
mendhem ari-ari, Brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan.
Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini,
hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon
(hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada
penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan
bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7
hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7.
Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi
kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan
seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud
syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.
Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah potong
rambut atau parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah
dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini
aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk
mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli
adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya
adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi
paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun pada tradisi potong rambut
ini, beberapa orang ada yang takut untuk menggunduli bayinya, maka

pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak digundul, hanya untuk


simbolisasi.
Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam
rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan
bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah
waktu shalat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, tetangga terdekat
serta pemimpin doa.
Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin.
Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat yang merayakan
selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anakanak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar
si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.
Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih
dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Gudangan juga
dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini
melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran
dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang agar bayi
panjang umur, serta bayem supaya bayi hidupanya bisa tentram.
C. Tradisi Masyarakat Jawa pada Masa Nifas
Suku

Jawa

yang

memiliki

aneka

perawatan

selama

masa postpartum(nifas). Namun, tidak semua perawatan yang dilakukan oleh


masyarakat suku Jawa tersebut dapat diterima bila ditinjau dari aspek
medis karena ada dampak yang baik dan tidak baiknya bagi ibu nifas.Oleh
sebab itu, informasi tentang perawatan masa nifas pada suku Jawa merupakan
salah satu aspek penting diketahui para pelayan kesehatan untuk lebih
memudahkan memberikan pendekatan dalam pelayanan kesehatan.
1. Perawatan ari-ari

Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embingembing atau mbingmbing. Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ariari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan
dijaga sebaik mungkin, misalnya :

Tepat di tempat ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai


penerangan.

Artinya,

lampu

tersebut

merupakan

symbol penerangan bagi bayi yang dimaksudkan agar kehidupan bayi


nanti akan terang juga bila di terangi oleh sinar lampu.
Dampak positive : Agar binatang tidak berani mendekat dan
memakan ari-ari tersebut
Dampak negative : Tidak ada

Ari-ari bayi dibungkus bersama buku,bunga setaman (bunga mawar,


melati,

dan

kenanga).

mendoakan sibayi

dalam

Di

atasnya

jalan

dsb

hidupnya

ditujukan
nanti

agar

terang dan

kehidupanyapun baik.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : Tidak ada

Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian


atas pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak
masuk ke tempat itu dan juga kepercayaan kepada makhluk mistis
yang dikhawatirkan akan memakan ari-ari itu bila tidak dipagari.
Dampak positive : Agar ari-ari tidak dibongkar dan dimakan oleh
binatang
Dampak negative : Tidak ada

2. Perawatan ibu
Banyak tradisi adat jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang
ditujukan terhadap ibu nifas padahal, banyak juga yang berdampak
negative dan merugikan bila ditinjau dari aspek kesehatan diantaranya
yang berdampak negative dan positif yaitu.

Masa nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau
amis karena kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan
lama sembuh bila mereka memakan itu.
Dampak positif

: Tidak ada

Dampak negative : Merugikan karena masa nifas memerlukan


makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.

Setelah melahirkan ibu hanya boleh makan dengan bumbu hanya


garam saja dan tanpa bumbu.
Dampak positif

Tidak ada

Dampak negative :

Tidak ada

Masa Nifas dilarang tidur siang


Dampak positif

Dampak negative :

Tidak ada
Karena masa nifas harus cukup istirahat,

kurangi kerja berat. Karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat


untuk kesehatan ibu dan bayi.

Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa


tidak makan makanan yang padat.

Dampak positif

: Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa

nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami


penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa
nifas belum pulih kembali.
Dampak negative :

Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi

ASI menjadi berkurang.

Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.


Dampak positif

Tidak ada

Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi
baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurangkurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30
hari dan ibu juga butuh sinar matahari.

Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis /
lerongan dan tapel
Dampak positif

Jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu

dan bayi menjadi lancar.


Dampak negative : Pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat
merusak kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang
tidak kuat / menyebabkan alergi.

Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim.


Dampak positif

Dari sisi medis, sanggama memang dilarang

selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu


ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi
rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran

semula. Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido


yang mungkin memang belum muncul atau pun pengaruh psikologis,
semisalkekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal
hamil lagi.
Dampak negative : Tidak ada
3. Perawatan pada bayi

Pada dahi bayi diberikan ujung tali bedungan yang telah digigit yang
bertujuan untuk penghilang cegukan.
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative : Tidak ada

Pada dahi bayi juga diletakan olesan hitam dari pantat kuali yang
bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan cegukan serta sering
diberikan pada menjelang sore hari agar bayi terhindar dari gangguan
makhluk mistis.
Dampak positive :

Tidak ada

Dampak negative: Bila kulit bayi sensitive dapat menyebabkan Iritasi


karena pantat kuali/wajan iu bersifat kasar dan mengandung zat kimia
karbon

Jikalau bayi sering menangis dan diduga diganggu oleh makhluk


mitos, didahi bayi diberikan kunyit(parutan nya).
Dampak positive

: Tidak ada

Dampak negative

: Tidak ada

Sebelum tali pusar lebas atau tercopot maka bayi pun dilarang untuk
keluar dari rumah dikarenakan takut akan gangguan dari makhluk
mitos.
Dampak positive

: Tidak ada

Dampak negative

: Bayi membutuhkan sinar matahari yang baik

untuk perkembanganya dan merugikan bila bayi hanya di dalam rumah


saja dan tidak mendapatkan vitamin D.

Dibawah kasur bayi diletakan daun putri malu dan 7 batang lidi kelapa
hijau yang bertujuan agar si bayi tidak mudah terkejut atau kagetan.
Dampak positive

: Tidak ada

Dampak negative

: Tidak ada

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Suku bangsa Jawa Timur mengenal upacara sehubungan dengan
kehamilan. Selamatan ini dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke
sembilan bahkan sampai bulan kesepuluh apabila ada kehamilan mencapai
sepuluh bulan. Budaya Jawa juga memiliki mitos-mitos mengenai Ibu pada
masa kehamilan, bersalin dan nifas. Mitos ini ada yang dapat dibenarkan tapi
lebih banyak mitos yang tidak benar bahkan dapat dikatakan bahwa mitos ini
merugikan dan membahayakan bagi ibu hamil, janin dan bayi.

Kebutuhan Ibu dalam masa nifas, terdiri atas kebutuhan : Fisik,


Psikologi, Social, Kebutuhan Gizi.ifas ialah darah yang keluar dari rahim
disebabkan kelahiran, baik bersamaan dengan dengan kelahiran itu,
sesudahnya atau sebelumnya (2 atau 3 hari) yang disertai dengan rasa
sakit. Bahwa dalam aspek social budaya dalam masa nifas dipengaruhi
dengan adat istiadat masyarakat di Indonesia.
Pada masyarakat jawa, unsur-unsur kebudayaan yang terkadang ada
yang kurang menunjang pencapaian status kesehatan yang optimal. Unsurunsur tersebut antara lain; ketidaktahuan, pendidikan yang minim sehingga
sulit menerima informasi-informasi dan tekhnologi baru.
B.

Saran
Kita harus selektif dalam menghadapi segala budaya-budaya yang telah
lama berkembang dalam masyarakat. Budaya yang berkembang dalam
masyarakat tidak selamanya merugikan bagi dunia kesehatan ,adapula yang
bermanfaat maka dari itu perlunya bagi kita untuk melestarikan budayabudaya yang bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Perbedaan budaya-budaya dalam masyarakat janganlah di jadikan sekat
pemisah antar masyarakat.
Mengingat keadaan tersebut, kita perlu memperhatikan aspek sosial
budaya masyarakat dalam kaitannya dengan keadaanKesehatan Ibu dan
Anak di Indonesia. Sehingga kita dapat melihat penyakit atau masalah
kesehatan bukan saja dari sudut gejala, sebab-sebabnya, wujud penyakit, obat
dan cara menghilangkan penyakit, tetapi membuat kita untuk berfikir tentang
bagaimana hubungan sosial budaya dan persepsi masyarakat dengan masalah
yang sedang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Yusnani Dewi. 2010. Perawatan Pospartum Menurut Perspektif Budaya Jawa.


Diunduh darihttp://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17200(Diakses 25
Oktober 2015)
Oktavia, Dian. 2009. Mitos-mitos Budaya Jawa dalam Masa Kehamilan,
Persalinan dan Nifas. Diunduh
dari http://www.scribd.com/doc/33587205/Ilmu-Sosial-Budaya-DasarBudaya-Jawa(Diakses 25 Oktober 2015)
Restu .2010. Adat Jawa. Diunduh
darihttp://restudai.blogspot.com/2010/03/adat-jawa.htm(Diakses 23
4November 2011)

Septiani, Nesia. 2011. Selapan Adat Jawa. Diunduh


dari http://nesiaseptiani.blogspot.com (Diakses 25 Oktober 2015)
2011.TedhakSiten(Tradisi Mengenalkan Jati Diri) . Diunduh
darihttp://www.kaskus.us/showthread.php?p=472081050

Anda mungkin juga menyukai