Disusun Oleh :
1. Liana Nimah
2. Suci Susmiati
3. Dwi Indah Krisnawati
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Masa Nifas, kebutuhan,dan perawatan pada masa
nifas?
2. Bagaimana kebudayaan jawa terhadap peralinan ?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat
yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.
Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara
tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam,
agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya
menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan
lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita
yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah
beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu
menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering
rambut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan
ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap
kering.
diri;
anjurkan
kebersihan
seluruh
tubuh,
dawet
telor bebek
Makna dari keempat macam ubarampe tersebut adalah:
Kelapa : daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra
(bahasa Jawa kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapak.
Gula Jawa : berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa
kuna) yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu.
Juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya
Ibu.
Telor bebek : Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak
memakai telor ayam.
Alasan yang pertama : telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk
menggambarkan langit biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas.
Alasan kedua : biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek
jantan tidak dari endog lemu atau bertelur karena faktor makanan. Dengan
demikian telor bebek kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa ada
roh kehidupan di dalam telor bebek.
Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut,
para leluhur dahulu ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur
karena telah mbabar seorang bayi dalam proses babaran.
Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut
mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama
kepada Bapak dan Ibu untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra.
Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula
Jawa) yang kemudian membentuk jentik-jentik kehidupan (dawet), Tuhan
telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan terjadilah kelahiran ciptaan
baru (brokohan).
Jika pun dalam perkembangannya selamatan Brokohan untuk
mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macamnya, terutama bahan-bahan
mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur yang ingin
dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga. Namun keempat
ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih
perlu untuk disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih
bermakna.
Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain
merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu.
Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat
Jawa mempunyai beberapa upacara adat untuk menyambut kelahiran bayi
tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara
mendhem ari-ari, Brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan.
Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini,
hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon
(hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada
penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan
bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7
hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7.
Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi
kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan
seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud
syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.
Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah potong
rambut atau parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah
dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini
aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk
mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli
adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya
adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi
paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun pada tradisi potong rambut
ini, beberapa orang ada yang takut untuk menggunduli bayinya, maka
Jawa
yang
memiliki
aneka
perawatan
selama
Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embingembing atau mbingmbing. Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ariari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan
dijaga sebaik mungkin, misalnya :
Artinya,
lampu
tersebut
merupakan
dan
kenanga).
mendoakan sibayi
dalam
Di
atasnya
jalan
dsb
hidupnya
ditujukan
nanti
agar
terang dan
kehidupanyapun baik.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : Tidak ada
2. Perawatan ibu
Banyak tradisi adat jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang
ditujukan terhadap ibu nifas padahal, banyak juga yang berdampak
negative dan merugikan bila ditinjau dari aspek kesehatan diantaranya
yang berdampak negative dan positif yaitu.
Masa nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau
amis karena kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan
lama sembuh bila mereka memakan itu.
Dampak positif
: Tidak ada
Tidak ada
Dampak negative :
Tidak ada
Dampak negative :
Tidak ada
Karena masa nifas harus cukup istirahat,
Dampak positif
Tidak ada
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi
baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurangkurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30
hari dan ibu juga butuh sinar matahari.
Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis /
lerongan dan tapel
Dampak positif
Pada dahi bayi diberikan ujung tali bedungan yang telah digigit yang
bertujuan untuk penghilang cegukan.
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative : Tidak ada
Pada dahi bayi juga diletakan olesan hitam dari pantat kuali yang
bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan cegukan serta sering
diberikan pada menjelang sore hari agar bayi terhindar dari gangguan
makhluk mistis.
Dampak positive :
Tidak ada
: Tidak ada
Dampak negative
: Tidak ada
Sebelum tali pusar lebas atau tercopot maka bayi pun dilarang untuk
keluar dari rumah dikarenakan takut akan gangguan dari makhluk
mitos.
Dampak positive
: Tidak ada
Dampak negative
Dibawah kasur bayi diletakan daun putri malu dan 7 batang lidi kelapa
hijau yang bertujuan agar si bayi tidak mudah terkejut atau kagetan.
Dampak positive
: Tidak ada
Dampak negative
: Tidak ada
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Suku bangsa Jawa Timur mengenal upacara sehubungan dengan
kehamilan. Selamatan ini dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke
sembilan bahkan sampai bulan kesepuluh apabila ada kehamilan mencapai
sepuluh bulan. Budaya Jawa juga memiliki mitos-mitos mengenai Ibu pada
masa kehamilan, bersalin dan nifas. Mitos ini ada yang dapat dibenarkan tapi
lebih banyak mitos yang tidak benar bahkan dapat dikatakan bahwa mitos ini
merugikan dan membahayakan bagi ibu hamil, janin dan bayi.
Saran
Kita harus selektif dalam menghadapi segala budaya-budaya yang telah
lama berkembang dalam masyarakat. Budaya yang berkembang dalam
masyarakat tidak selamanya merugikan bagi dunia kesehatan ,adapula yang
bermanfaat maka dari itu perlunya bagi kita untuk melestarikan budayabudaya yang bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Perbedaan budaya-budaya dalam masyarakat janganlah di jadikan sekat
pemisah antar masyarakat.
Mengingat keadaan tersebut, kita perlu memperhatikan aspek sosial
budaya masyarakat dalam kaitannya dengan keadaanKesehatan Ibu dan
Anak di Indonesia. Sehingga kita dapat melihat penyakit atau masalah
kesehatan bukan saja dari sudut gejala, sebab-sebabnya, wujud penyakit, obat
dan cara menghilangkan penyakit, tetapi membuat kita untuk berfikir tentang
bagaimana hubungan sosial budaya dan persepsi masyarakat dengan masalah
yang sedang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA