Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP STRUKTUR DAN KLASIFIKASI ILMU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh:

1. Dwi Indah Krisnawati (E420163278)


2. Ika Putri Agustina (E420163292)
3. Karinda Ayuk Nofiani (E420163293)
4. Agus Supriyanto (E420163268)
5.
6.

PROGSUS BLORA JURUSAN S1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
2016

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dengan tersusunnya tugas ini, kami ucapkan terima kasih kepada teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya tugas
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan masih belum
sempurna, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga
makalah Konsep Struktur dan Klasifikasi Ilmu ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan tentang pemahaman ilmu filsafat bagi semua pembaca pada umumnya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul..................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN...............................................................1
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................1
C. Tujuan............................................................................2
BAB II: ISI.......................................................................................3
A. Ilmu teoritis dan ilmu praktis........................................4
B. Ilmu alam dan ilmu social.............................................5
C. Ilmu empiris, spekulatif, religious dan intuitif..............7
BAB III: PENUTUP........................................................................11
Daftar Pustaka..................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setelah mengenal pengertian dan makna apa itu filsafat dan apa itu ilmu,
maka pemahaman mengenai filsafat ilmu tidak akan terlalu mengalami
kesulitan. Hal ini tidak berarti bahwa dalam memaknai filsafat ilmu tinggal
menggabungkan kedua pengertian tersebut, sebab sebagai suatu istilah, filsafat
ilmu telah mengalami perkembangan pengertian serta para akhli pun telah
memberikan pengertian yang bervariasi, namun demikian pemahaman tentang
makna filsafat dan makna ilmu akan sangat membantu dalam memahami
pengertian dan makna filsafat ilmu (Philosophy of science).
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab alima dan berarti pengetahuan.
Pemakaian kata ini dalam bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah
science. Science berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang juga berarti
pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam
pengetahuan. Dengan pengetahuan ilmu dimaksud pengetahuan yang pasti,
eksak, dan betulbetul terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan
kenyataan dan tersusun baik.
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Terdapat
banyak pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan yang
dapat kita temui. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai konsep
struktur dan klasifikasi ilmu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang disebut dengan ilmu teoritis dan ilmu praktis?
2. Apakah yang disebut tentang ilmu alam dan social?
3. Apakah yang disebut tentang ilmu empiris, spekulatif, religious dan
intuitif ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang ilmu teoritis dan ilmu praktis
2. Menjelaskan tentang ilmu alam dan social
3. Menjelaskan tentang ilmu empiris, spekulatif, religious dan intuitif.

1
BAB II
ISI

2
Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu itu tersistimatisir dalam
suatu lingkungan (boundaries), di mana keterkaitan antara unsur-unsur nampak
secara jelas. Menurut Savage & Amstrong, struktur ilmu merupakan A scheme
that has been devided to illustrate relationship among facts, concepts, and
generalization. Dengan demikian struktur ilmu merupakan ilustrasi hubungan
antara fakta, konsep serta generalisasi, keterkaitan tersebut membentuk suatu
bangun struktur ilmu, sementara itu menurut H.E. Kusmana struktur ilmu adalah
seperangkat pertanyaan kunci dan metoda penelitian yang akan membantu
memperoleh jawabannya, serta berbagai fakta, konsep, generalisasi dan teori yang
memiliki karakteristik yang khas yang akan mengantar kita untuk memahami ide-
ide pokok dari suatu disiplin ilmu yang bersangkutan.

Dengan demikian nampak dari dua pendapat di atas bahwa terdapat dua hal
pokok dalam suatu struktur ilmu yaitu :

A body of Knowledge (kerangka ilmu) yang terdiri dari fakta, konsep,


generalisasi, dan teori yang menjadi ciri khas bagi ilmu yang
bersangkutan sesuai dengan boundary yang dimilikinya
A mode of inquiry. Atau cara pengkajian/penelitian yang mengandung
pertanyaan dan metode penelitian guna memperoleh jawaban atas
permasalahan yang berkaitan dengan ilmu tersebut.

Kerangka ilmu terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan, dari mulai yang
konkrit yaitu fakta sampai level yang abstrak yaitu teori, makin ke fakta makin
spesifik, sementara makin mengarah ke teori makin abstrak karena lebih bersifat
umum. Bila digambarkan akan nampak sebagai berikut :

Increasing Increasing
transfer specificity

TEORI

3
GENERALISASI

KONSEP-KONSEP

FAKTA-FAKTA

Gambar 2.1. Bagan Stuktur Ilmu

Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian yang paling dasar adalah
fakta-fakta, fakta-fakta tersebut akan menjadi bahan atau digunakan untuk
mengembangkan konsep-konsep, bila konsep-konsep menunjukan ciri keumuman
maka terbentuklah generalisasi, untuk kemudian dapat diformulasikan menjadi
teori. Fakta-fakta sangat dibatasi oleh nilai transfer waktu, tempat dan kejadian.
Konsep dan generalisasi memiliki nilai transfer yang lebih luas dan dalam,
sementara itu teori mempunyai jangkauan yang lebih universal, karena cenderung
dianggap berlaku umum tanpa terikat oleh waktu dan tempat, sehingga bisa
berlaku universal artinya bisa berlaku dimana saja (hal ini sebenarnya banyak
dikritisi para akhli). Namun demikian keberlakuannya memang perlu juga
memperhatikan jenis ilmunya (Suharsaputra, 2004).

A. ILMU TEORITIS DAN ILMU PRAKTIS


1. Teoritis
a. Nomotetis: ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal
berlaku, mempelajari obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba
menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala
pernyataannya yang konkrit bilamana dan di mana saja, misalnya
adalah ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat dan sebagianya.
b. Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan), ilmu yang mempelajari
obyeknya dalam konkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan
sifat-sifatnya yang menyendiri (unik). Misalnya ilmu sejarah,
etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiologi dan sebagainnya.
2. Praktis (applied science/ ilmu terapan)

4
Ilmu praktis adalah ilmu yang langsung ditujukan kepada pemakaian
atau pengalaman pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimanakah orang
harus berbuat sesuatu, maka ini pun diperinci lebih lanjut yaitu :
a. Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat,
membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-laramgan
misalnya: etika (filsafat kesusilaan/filsafat moral)
b. Positif, (applied dalam arti sempit) yaitu ilmuyang mengatakan
bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu , mencapai hasil tertentu.
Misalnya adalah ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan
sebagainnya.
Kedua macam ilmu pengetahuan ini saling melengkapi, jadi walaupun
dibedakan tetap tidak boleh dipisahkan. Kebanyakan ilmu pengetahuan
mempunyai bagian teoritis disamping bagian praktis, sehingga sering sulit
diterapkan dimana suatu ilmu harus dimasukkan dalam pembagian ini, ilmu
teoritis, biasannya dapat berdiri sendiri terlepas dari ilmu praktis, akan tetapi
ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoritis.

B. ILMU ALAM DAN ILMU SOSIAL


Windelband mengklasifikasikan ilmu menjadi ilmu alam dan ilmu sosial.
1. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science)

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sering disebut Natural Sains, dalam
Bahasa Inggris Science adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-
gejala alam yang dapat dirumuskan kebenarannya secara empiris, Para
ilmuan, termasuk Sir Isaac Newton melakukan eksperimen atau
penyelidikan terhadap gejala alam. Kemudian, para ilmuan tersebut
merumuskan temuannya untuk kemajuan bidang pengetahuan dan
teknologi. Beberapa ahli di berbagai bidang merumuskan suatu definisi
science yang operasional.:
Fisher
Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi.
Carin

5
Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematik,yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam.Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan
oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah
dan sikap ilmiah.
Nash seorang ahli kimia,
menekanakan bahwa science adalah suatu proses atau suatu cara
untuk meneropong dunia.
Wigner seorang ahli fisika
mendefinisikan science sebagai gudang / penyimpanan tentang
gejala-gejala alam.
Bube, seorang ahli fisika
Science adalah pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh
dari interaksi indera dengan dunia tersebut.

2. Ilmu Pengetahuan Sosial (Sosial Science)


Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang kehidupan sosial dan menelaah masalah masalah
social yang timbul dan berkembang, khususnya yang diwujudkan oleh
warga Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta,
konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian
dalam lapangan ilmu-ilmu social .fenomena sosial yang tejadi dalam
suatu masyarakat tentunya mengalami berbagai perubahan. Rekaman
peristiwa demi peristiwa dalam kehidupan semakin berganti dan tak
terhentikan. Kemampuan sumber daya manusia pun dibutuhkan supaya
terjadi keselarasan dalam berbagai bidang untuk menjalani kehidupan
yang semakin kompleks. Ilmu pengetahuan sosial pun dibagi dalam
beberapa klasifikasi seperti, berikut adalah beberapa contoh klasifikasi
Ilmu pengetahuan social.
(Sumber:https://www.scribd.com/document_downloads/direct/90276236
?

6
extension=docx&ft=1480064865&lt=1480068475&user_id=55880199
&uahk=f8ukAHlrnDjFJBf8PgQqveZE3RY diakses pada tanggal 25
November 2016)

C. ILMU EMPIRIS, SPEKULATIF, RELIGIUS DAN INTUITIF


1. ILMU EMPIRIS
Secara etimologis Empirisme berasal dan kata Yunani yaitu empeiria,
empeiros yang berarti berpengalaman dalam, berkenalan dengan, dan
terampil untuk. Bahasa Latinnya yaitu experientia (pengalaman).
Sehingga secara istilah, Empirisme adalah doktrin bahwa sumber
seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman atau pengalaman
inderawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan bukan
akal/rasio (Larens, 2000).
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan
akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme
adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui
akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia,
yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain,
kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
a. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi
yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan,
dan bukan akal atau rasio.
c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data
inderawi.
d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan
secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa
kebenaran definisional logika dan matematika).
e. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan
tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan

7
penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk
mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa
pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
(Sumber : https://masdiloreng.wordpress.com/2009/03/22/empiriseme)

2. ILMU SPEKULATIF
Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan
sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru.
Namun demikian, tidaklah berarti hasil pemikiran kefilsafatan tersebut
meragukan kebenarannya karena tidak pernah tuntas. Jenisnya
meliputi:
a. Ilmu spekulatif ideografis, yang tujuannya mengkaji kebenaran
objek dalam wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu.
b. Ilmu spekulatif nomotetis, bertujuan mendapatkan hukum umum
atau generalisasi substantif.
c. Ilmu spekulatif teoretis, bertujuan memahami kausalitas.
Tujuannya memperoleh kebenaran dari keadaan atau peristiwa
tertentu
(Suaedi, 2016).
3. ILMU RELIGIOUS/AGAMA
Ilmu agama adalah ilmu yang didasarkan pada keyakinan dan ajaran
agama tertentu. Sifatnya adalah dogmatis, artinya pernyataan dalam
ayat-ayat kitab suci memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan
yang digunakan untuk memahaminya. Kandungan kebenaran maksud
dari ayat dalam kitab suci bersifat absolut, meskipun dalam implikasi
pemaknaannya mungkin berkembang secara dinamik sesuai dengan
perkembangan waktu dan pemahaman orang yang memaknainya
(Suedi, 2016).

4. ILMU INTUITIF

8
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh
dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil
pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Salah satu di
antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah,
paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di
samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data
yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi
pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh
penginderaan. Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa
pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian
pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun
pengalaman intuitif. Hendaknya diingat, intusionisme tidak
mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan
yang disimpulkan darinya. Intusionisme setidak-tidaknya dalam
beberapa bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap
di peroleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi,
yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analisis. Ada yang
berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang
menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi,
yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah
merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya
intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang
senyatanya.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ternyata ilmu tidaklah sesederhana yang kita sering bayangkan. Sebagai
pengguna, umumnya memandang bahwa ilmu hanya berkutat pada teori,
riset, eksperimen atau rekayasa teknologi. Ilmu ternyata memiliki struktur
dan klasifikasinya yang menentukan tujuan dan arah tertentu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Larens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. IPB Press: Bogor.

Suharsaputra, U. 2004. Filsafat Ilmu Jilid I. Universitas Kuningan: Jakarta.

Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka


Sinar Harapan: Jakarta.

https://masdiloreng.wordpress.com/2009/03/22/empiriseme diakses tanggal 25


November 2016.

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/90276236?
extension=docx&ft=1480064865&lt=1480068475&user_id=55880199&uahk=f8
ukAHlrnDjFJBf8PgQqveZE3RY diakses tanggal 25 November 2016.

11

Anda mungkin juga menyukai