Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“pedagogik sebagai ilmu pengetahuan”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pedagogi

Disusun Oleh :
Nama kelompok 3

1. MUHAMMAD IKRAR
2. WAISMARIDA
3. GUSTI NANDO

DOSEN PENGAMPU
Teti Indrayani, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


SYEKH BURHANUDDIN PARIAMAN
1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Penyusunan makalah “pedagogi” di latar belakangi oleh pemberian tugas
oleh Ibu Teti Indrayani, M.Pd, selaku pembimbing mata kuliah pedagogi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi kami, melainkan bagi semua pihak
yang membacanya.
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat, yang telah membantu kami dalam mengerjakan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Masih
banyak kelemahan dan kekurangan yang kami kerjakan tanpa sengaja. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati, kami akan merasa senang menerima berbagai
masukan, kritik, usul atau saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pariaman, Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian IlmuPengetahuan .................................................................. 2


B. Pengertian Pedagogik ............................................................................... 3
C. Pengertian Pedagogik Sebagai Ilmu Pengetahuan ................................ 4
D. Status Keilmuan Pedagogik ..................................................................... 4
E. Karakteristik Ilmu Pendidikan ............................................................... 6
F. Fungsi Keilmuan Pedagogik  ................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Saran ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu
memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan
hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia
juga harus mampu mengembangkan pribadi anak, mengembangkan watak anak,
dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak.
Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak,
bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik
dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.
Pedagogika berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan, dengan demikian menjadi
seorang guru haruslah memiliki pengetahuan mendalam mengenai apa itu
pedagogika sebagai ilmu pengetahuan dan bagaimana penerapan yang dapat
dilakukan dalam mendidik dan mengajarkan kepada anak agar menjadi pribadi
yang baik.
Penulis ingin mengetahui bagaimana pedagogika dapat disebut sebagai ilmu
pengetahuan dalam melakukan proses pembelajaran (pendidikan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep pengetahuan?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep ilmu pengetahuan?
3. Bagaimanakah perbedaan pengetahuan dan ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana maksud dari Pedagogika sebagai ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan konsep pengetahuan.
2. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan konsep ilmu
pengetahuan.
3. Mengetahui dan memahami bagaimana perbedaan dari pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.
4. Mengetahui dan memahami maksud dari pedagogika sebagai ilmu pengetahuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian IlmuPengetahuan

Secara etimologis ilmu berasal dari kata alama (bahasa Arab) yang berarti
tahu. George Thomas White Patrick dalam bukunya Introduction to Philosophy
menyatakan bahwa dalam bahasa latin dikenal pula kata scio, scire (sebagai asal
kata science) yang juga berarti tahu. Berdasarkan asal usul katanya itu, maka
ilmu atau science berarti pengetahuan. Kneller (Syaripudin & Kurniasih, 2008)
mengklasifikasikan pengetahuan menjadi revealed knowledge, intuitive
knowledge, rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative
knowledge; di samping ada juga yang mengklasifikasikan menjadi
commonsense knowledge, scientific knowledge, philosophical knowledge, dan
religious knowledge.
Secara etimologis dan secara umum istilah ilmu (sebagaimana dipahami
masyarakat umum dalam kehidupan sehari-hari), maka semua pengetahuan –
sebagaimana telah dikemukakan di atas – tergolong ilmu. Namun, dalam
konteks studi akademik, sejak zaman modern sebagaimana dirintis oleh Francis
Bacon (1560-1662), Galileo Galilei (1564-1642), Newton (1642-1727) dan lain-
lain, istilah ilmu atau science telah mengalami perubahan arti. Ilmu mempunyai
arti yang spesifik, yaitu hanya berkenaan dengan pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge). Sebagaimana yang dikemukakan Titus et. Al. (Syaripudin &
Kurniasih, 2008) terdapat tiga kemungkinan penggunaan istilah ilmu (science).
Pertama, istilah ilmu digunakan untuk menunjuk bodies of knowledge, misal:
fisika, kimia, psikologi dan lain-lain. Kedua, istilah ilmu untuk menunjuk a body
of systematic knowledge, yaitu konsep-konsep, hipotesis-hipotesi, hukum-
hukum, teori-teori, dan sebagainya yang tersusun secara sistematis dan dibangun
melalui kerja para ilmuwan selama bertahun-tahun. Ketiga, istilah ilmu
digunakan untuk menunjuk cara kerja tertentu, yaitu scientific method atau
metode ilmiah. Dari pernyataan Titus et. Al. Tersebut, dapat dipahami bahwa
pengertian istilah ilmu pada dasarnya mempunyai dua dimensi, yaitu (1) sebagai
hasil studi (sebagaimana terkandung dalam penggunaan istilah ilmu yang
pertama dan kedua seperti dikemukakan Titus et. Al.), dan (2) sebagai metode
studi, yaitu metode ilmiah (sebagaimana yang diungkap dalam yang ketiga oleh
Titus et. Al.). kedua dimensi pengertian yang terkandung dalam istilah ilmu
tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, karena antara kedua-duanya
berhubungan erat dalam membangun satu pengertian ilmu. Sejalan dengan hal
ini Lenzen (Syaripudin & Kurniasih, 2008) menyatakan bahwa batasan ilmu
menunjukkan suatu aktivitas kritis penemuan dan juga sebagai pengetahuan
yang sistematis yang didasarkan kepada aktivitas kritis penemuan tersebut.
Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dewasa ini secara operasional dan
substansial istilah ilmu mengandung arti sebagai cara kerja ilmiah dan hasil
2
kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui
metodeilmiah.
Terdapat tiga syarat pokok yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu
yang otonom. Ketiga syarat yang dimaksud, yaitu;
1)      Memiliki objek studi (objek formal) tersendiri yang membendakannya dari
objek studi disiplin ilmu yang lainnya.

2)      Metodis, yaitu menggunakan metode (metode penelitian ilmiah) tertentu yang


tepat dalam rangka mempelajari objek studinya

3)      Sistematis, artinya bahwa hasil studinya merupakan satu kesatuan pengetahuan


mengenai objek studinya yang tersusun saling berhubungan secara terpadu.
Ada yang berpendapat bahwa selain ketiga syarat atau kriteria di atas masih
terdapat satu syarat lagi yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang
otonom. Satu syarat yang dimaksud adalah terjadinya progres, artinya bahwa
sistem pengetahuan yang dimaksud mengalami kemajuan atau terus
berkembang. Namun demikian, ada pula yang menentang pendapat tersebut.
Alasannya, bahwa bertambah tidaknya pengetahuan sebagai isi suatu ilmu atau
maju tidaknya suatu ilmu, akan tergantung kepada ada atau tidaknya ilmuwan
yang melibatkan diri untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan adapun hal
tersebut tidak akan turut menemukan status keilmuan, melaikan hanya akan
menemukan “hidup” tidaknya ilmu yang bersangkutan.

Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik


berstatus sebagai suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan
ilmiah tentang gejalan pendidikan itu (pedagogik) merupakan ilmu tersendiri,
sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme (human sciences) seperti
ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam Syaripudin &
Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada tiga
persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu
berkenaan dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat
sistematis dari hasil studinya.

B.     Pengertian Pedagogik

Istilah pedagogik (bahasa Belanda: paedagogiek, bahasa Inggris:


pedagogy) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang
berarti anak dan agogos yang berarti mengantar, membimbing atau memimpin.
Dari dua kata tersebut terbentuk beberapa istilah yang masing-masing memiliki
arti tertentu. Istilah-istilah yang dimaksud yakni paedagogos, pedagogos
(paedagoog atau pedagogue), paedagogia, pedagogi (paedagogie), dan
pedangogik (paedagogiek). Dari kata paedos dan agogos terbentuk istilah
paedagogos yang berarti seorang pelayan atau pembentu pada zaman Yunani
kuno yang tugasnya mengantar dan menjemput anak majikannya ke sekolah,
3
selain juga bertugas untuk selalu membimbing atau memimpin anak-anak
majikannya. Selanjutnya terjadi perubahan istilah, yang dulunya sebagai
pelayanan atau pembantu menjadi pedagog yang memiliki arti sebagai ahli didik
atau pendidik. Namun secara prinsipil, bahwa dalam pendidikan anak ada
kewajiban untuk membimbing hingga mencapai kedewasaan (Syaripudin &
Kurniasih, 2008). Di sisi lain, ada juga paedagogia, yaitu pergaulan dengan
anak-anak yang kemudian berubah menjadi paedagogie atau pedagogi yang
berarti praktik pendidikan anak atau praktik mendidik anak; dan terbentuklah
istilah paedagogiek atau pedagogik yang berarti ilmu pendidikan anak atau ilmu
mendidik anak.Dalam beberapa literatur, ditemukan di antara pendidik dan ahli
ilmu pendidikan menyatakan pedagogik sebagai ilmu pendidikan atau ilmu
mendidik.

C.    Pengertian Pedagogik Sebagai Ilmu Pengetahuan

Berdasarkan perspektif pengertian pendidikan secara “luas”, maka tujuan itu


tidak terbatas, tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup (Mudyaharjo dalam
Syaripudin & Kurniasih, 2008). Oleh karena itu, pendidikan dapat berlangsung
pada tahapan anak usia dini, anak, dewasa dan bahkan tahapan usia lanjut.
Mengacu pada asumsi ini, maka terdapat beberapa cabang ilmu pendidikan yang
dikembangkan oleh para ahli, yaitu pedagogik, andragogi, dan gerogogi
(Sudjana dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Jadi, mengacu pada pengertian
pendidikan dalam arti luas, yang benar dalam konteks ini, bahwa Pedagogik
adalah ilmu pendidikan anak. Akan tetapi, Langeveld (Syaripudin & Kurniasih,
2008) dalam bukunya “Beknopte Theoritiche Paedagogiek” pendidikan dalam
arti yang hakiki ialah proses pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada
orang yang belum dewasa; dan mendidik adalah tindakan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian, pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara
sengaja oleh orang dewasa untuk membantu atau membimbing anak (orang yang
belum dewasa) agar mencapai kedewasaan. Lanjut Langeveld, pendidikan baru
terjadi ketika anak mengenal kewibawaan. Syaratnya anak mengenal
kewibawaan adalah ketika anak memiliki kemampuan dalam memahami bahasa.
Oleh karena itu, batas bawah pendidikan atau pendidikan mulai berlangsung
yakni ketika anak mengenal kewibawaan. Sedangkan batas atas pendidikan atau
saat akhir pendidikan adalah ketika tujuan pendidikan telah tercapai, yaitu
kedewasaan. Bila anak belum mengenal kewibawaan, pendidikan belum dapat
dilaksanakan, dan dalam kondisi ini yang dapat dilaksanakan adalah pra-
pendidikan atau pembiasaan. Dengan demikian, menurut tinjuaan pedagogik
tidak ada pendidikan untuk orang dewasa, apalagi untuk manusia lanjut.
Pendidikan hanyalah bagi anak. Jadi, apabila mencau pada pengertian
pendidikan menurut tinjauan pedagogik, maka pernyataan “pedagogik adalah
ilmu pendidikan anak” sama maknanaya dengan “pedagogik adalah ilmu
4
pendidikan. Tetapi ketika mengacu pada pengertian pendidikan secara luas di
awal, tidak benar apabila pedagogik dimaknai sebagai ilmu pendidikan.

D.    Status Keilmuan Pedagogik

Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik


berstatus sebagai suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan
ilmiah tentang gejalan pendidikan itu (pedagogik) merupakan ilmu tersendiri,
sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme (human sciences) seperti
ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam Syaripudin &
Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada tiga
persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu
berkenaan dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat
sistematis dari hasil studinya.Dapat dirumuskan bahwa objek studi ilmu meliputi
berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia. Objek studi ilmu dibedakan
menjadi: (1) objek material, dan (2) objek formal. Objek material adalah
seseuatu yang dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud materinya, sedangkan
objek formal adalah suatu bentuk yang khas atau spesifik dari objek material
yang dipelajari oleh suatu ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki objek material dan
objek formal tertentu.
Beberapa disiplin ilmu mungkin memimiliki objek material yang berbeda,
tetapi mungkin pula mempunyai objek material yang sama. Namun demikian,
sebagai ilmu yang ototnom setiap ilmu harus mempunyai objek formal yang
spesifik dan berbeda daripada objek formal ilmu yang lainnya. Objek meterial
pedagogik adalah manusia, objek material pedagogik ini adalah sama halnya
dengan objek material psikologi, sosiologi, ekonomi dan sebagainya. Namun
demikian, pedagogik memiliki objke formal tersendiri, atau mempunya objek
formal yang spesifik dan berbeda daripada objek formal psikologi, ekonomi dan
sebagainya. Objek formal spikologi adalah proses mental dan tingkah laku
manusia; objek formal ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia,
melalui proses produksi, distribusi dan pertukaran; sedangkan objek formal
pedagogik adalah “fenomena pendidikan” atau “situasi pendidikaní” (Drikarya,
1980 & Langeveld, 1980 dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008).
Semua disiplin ilmu dalam mempelajari objek studinya tentu
menggunakan metode ilmiah, demikian pula pedagogik. Dalam rangka
operasinya, metode ilmiah dijabarkan ke dalam metode penelitian ilmiah.
Adapun metode penelitian ilmiah tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
(1) metode penelitian kualitatif dan (2) metode penelitian kuantitatif.
Yang tergolong metode penelitian kualitatif antara lain fenomenologi,
hermeneutika, dan etnometodologi, sedangkan yang tergolong metode penelitian
kuantitatif antara lain metode eksperimen, metode kuasi eksperimen, metode
korelasional dan sebagainya. Kelompok filsuf dan ilmuan tertentu berpendapat
bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian ilmu-ilmu
5
kemanusiaan, sedangkan metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian
ilmu kealaman. Sebaliknya, pada zaman keemasan sains modern (modern
science), yaitu zamah keemasa ilmu-ilmu yang dilandasi filsafat positivisme dan
pradigman Newtodian, ada di antara para filsuf dan ilmuan yang berpendapat
bawa ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu kemanusiaan adau ilmu sosial termasuk
di dalamnya pedagogik, dalam rangka studinya seharusnya menggunakan
metode kuantitatif atau metode penelitian kealaman. Menurut mereka, sesuatu
“ilmu” (termasuk pedagogik) apabila tidak menggunakan metode penelitian ilmu
kealaman (metode kuantitatif) maka diragukan status keilmuannya.
Adapun cabang-cabang ilmu pendidikan menurut M.J. Langeveld (1992):
1.      Ilmu pendidikan teoritis
a.       Ilmu pendidikan sistematis
b.      Sejarah pendidikan
c.       Ilmu perbanidngan pendidikan
2.      Ilmu mendidik praktis
a.       Didaktik atau metodik
b.      Pendidikan keluarga pendidikan keagamaan

E. Karakteristik Ilmu Pendidikan

1.      Landasan Ilmu Pendidikan


Ilmu pendidikan selalu erat kaitannya dengan eksistensi manusia yang
mempunyai tujuan hidup. Oleh karena itu ilmu pendiidkan hanya akan berdirih
kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandaskan agama,  pandangan
hidup, filsafat hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai-nilai yang
bersumber dari agama merupakan landasan yang paling kuat, karena dengan
berlandaskan agama, maka norma-norma yang diemban oleh ilmu pendidikan
tidak mudah goyah dan tidak terlalu subyektif.
2.       Obyek Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan terdiri dari obyek material dan obyek formal.
Obyek material ilmu pendidikan adalah manusia. Menurut H.D Sudjana (2000)
manusia sebagai obyek material ilmu pendidikan di klasifikasikan berdasarkan
pengelompokannya ; manusia sebagai individu, sebagai kelompok, sebagai
komunitas, dan manusia sebagai masyarakat. Berdasarkan perkembangannya
yaitu, manusia pada masa usia dini, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
lanjut usia. Obyek formal ilmu pendidikan adalah situasi pendidikan/ situasi
pedagogis (M.J. Langveld;1952).
3.      Metode Ilmu Pendidikan

6
Dalam ilmu pendidikan  menggunakan metode penelitian ilmiah, yakni
prosedur yang menggunakan pola piker dan pola kerja yang sistematis untuk
mendapatkna kebenaran pengeahuan yang sah dan dapat di percaya.
4. Isi Ilmu Pendidikan

Isi ilmu pendidikan merupakan struktur pengetahuan yang antara lain


memuat postulat, asumsi, konsep teori, generalisasi, hokum, prinsip dan model.
 Postulat adalah pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa perlu ada
pembuktian secara empiris. Seperti manusia adalah makhluk yang perlu dan dapat
di didik serta dapat mendiidk sendiri.
 Asumsi yaitu pendapat/ pandangan yang di dasarkan pada kerangka berfikir
tertentu, yang kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu diperiksa
secara empiris.
  Konsep, ialah serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten, yang

dihasilkan dari pemikiran atau pengalaman.


    Teori adalah kumpulan konsep – konsep yang tersusun secara sistematis dalam

bentuk struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa


sesuatu gejala atau peristiwa lain terjadi.
 Generalisasi, yaitu keismpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-
pengalaman khusus, biasanya sebagai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
ilmiah.
  Hukum, yaitu pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk

pernyataan “jika maka” yang berlaku umum bagi sekelompok gejala, sebagai
hasil gejala suatu generalisasi dari riset ilmiah.
 Prinsip, yaitu hokum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi
sekelompok gejala tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika maka.
 Model, yaitu suatu bentuk teori atau serangkaian teori.

F. Fungsi Keilmuan Pedagogik 

Sebagaimana ilmu pada umumnya, pedagogik mempunyai fungsi tertentu.


Pedagogik mempunyai lima fungsi :

1. Fungsi deskriptif dan preskriptif. Maksudnya bahwa pedagogik, selain berfungsi


untuk menggambarkan atau menjelaskan mengenai apa, mengapa dan
bagaimana sesunggunya pendidikan anak (deskriptif), juga berfungsi untuk
memberikan petunjuk tentang siapa seharunya pendidik dan bagaimana
seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak.

2. Fungsi memprediksi. Penggambaran atau penjelasan mengenai pendidikan anak


sebagai suatu hasil studi dalma pedagogik mengimplikasikan bahwa pedagogik
akan dapat memberikan prediksi-prediksi tertentu tentang apa yang mungkin
terjadi dalam rangka pendidikan anak.

7
3. Fungsi mengontrol. Berdasarkan prediksi-prediksi seperti dijelaskan di atas,
maka dengan pedagogik itu dapat dilakukan kontrol (pengendalian) agar sesuatu
yang baik/yang diharapkan berkenaan dengan pendidikan anak dapat terjadi,
sedangkan sesuatu yang tidak baik/yang tidak diharapkan yang berkenaan
dengan pendidikan anak tidak terjadi.

4. Fungsi mengembangkan. Maksudnya bahwa pedagogik mempunyai fungsi untuk


melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan berupaya untuk menghasilkan
temuan-temuan yang baru.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu imu
pendidikan anak. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan
manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan
masyarakat. Dengan pendidikan atau dengan proses perkembangan masyarakat,
kita akan menemukan suatu perubahan dalam cara dan kualitas kehidupan.
Tidak ada masyarakat yang bersifat statis, yang tidak mengalami perubahan.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari karena akan memberi beberapa
manfaat:

1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana
yang akan dicapai.
2. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-
kesalahan dalam praktik, karena dengan memahami teori penddikan,
seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
walau teori tersebut buakn suatu resep yang dituju.
3. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, sampai dimana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi yang membaca
khusunya bagi kami dan khalayak ramai umumnya. Dan semoga dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Syaiful. ( 2009) Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan


Bandung: Alfabetha. Sanjaya. 2006.
Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Pendidikan Jakarta: Kencana Penada
Media. Mulyasa E., Dr., M.Pd. ( 2008 ). Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Bandung: Rosda Karya,.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP:Dasar Pemahaman dan Pengembangan Jakarta: Bumi
Aksara. Sabri, Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya.
Anas Sudiyono,1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan Jakarta. Depdiknas. 2000.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi Ketiga.
Yunus, abu bakar. 2009. Profesi Keguruan surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. 2010.
Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Jakarta. bermutuprofesi

Anda mungkin juga menyukai