Perspektif Sosio-ekonomi Terhadap Tujuan Pendidikan
Dalam perspektif ekonomi, pendidikan merupakan human invesment yang akan menghasilkan manusia-manusia yang handal untuk menjadi subyek penggerak pembangunan ekonomi nasional. Dalam pandangan Suryadi (2002) investasi di bidang pembangunan pendidikan bernilai sangat strategis dalam jangka panjang, sebab manusia-manusia terdidik akan memberikan kontribusi yang amat besar terhadap kemajuan pembangunan, termasuk untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Di era global sekarang ini, berbagai bangsa di dunia telah mengembangkan knowledge-based economy (KBE), yang mensyaratkan dukungan SDM berkualitas. Karena itu, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan - education for the knowledge economy (EKE). Dalam konteks ini, satuan pendidikan harus pula berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan (research and development), yang menghasilkan produk- produk riset unggulan yang mendukung KBE. Pengembangan ekonomi nasional berbasis pada keunggulan sumber daya alam dan sosial yang tersedia, ditambah dengan ketersediaan SDM bermutu sangat menentukan kemampuan bangsa dalam memasuki kompetensi global dan ekonomi pasar bebas, yang menuntut daya saing tinggi. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan bermutu yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, dan mempunyai keterampilan teknis yang memadai. Pendidikan juga harus dapat menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang memiliki kemampuan kewirausahaan, yang menjadi salah satu pilar utama aktivitas perekonomian nasional. Bahkan peran pendidikan menjadi sangat penting dan strategis untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian bangsa, yang menjadi prasyarat mutlak dalam memasuki persaingan antarbangsa di era global. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradaptasi terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang memakmurkan diri, perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan tinggi , namun tidak akan menjadikan mereka sebagai individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan baru yang sekunder. Pendidikan harus mampu membentuk atau menciptakan tenaga-tenaga yang dapat mengikuti dan melibatkan diri dalam proses perkembangan, karena pembangunan merupakan proses perkembangan, yaitu suatu proses perubahan yang meningkat dan dinamis. Ini berarti bahwa membangun hanya dapat dilaksanakan oleh manusia-manusia yang berjiwa pembangunan, yaitu manusia yang dapat menunjang pembangunan bangsa dalam arti luas, baik material, spiritual serta sosial budaya. UNESCO menggaris bawahi tujuan pendidikan sebagai “ menuju humanism Ilmiah”. Pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia. Keluhuran manusia haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka humanism ilmiah menolak ide tentang manusia yang bersifat abstrak semata. Manusia harus dipandang sebagai makhluk konkret yang hidup dalam ruang dan waktu harus diakui sebagai pribadi yang mempunyai martabat yang tidak boleh di objekkan. Dalam kerangka ini maka tujuan sistem pendidikan adalah latihan dalam ilmu dan latihan dalam semangat ilmu. Pendidikan harus mengarah membuat orang menjadi kreatif. Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kreativitas dan potensi inilah yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan. Semangat kreatif, non conformist dan ingin tahu, menonjol dalam diri manusia muda. Mereka umumnya bersikap kritis terhadap nilai-nilai yang ada dan jika mereka menemukan bahwa nilai-nilai itu sudah ketinggalan zaman, maka mereka ingin merombak. Disini pendidikan berfungsi ganda, menyuburkan kreativitas, atau sebaliknya mematikan kreativitas. Pendidikan harus mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi dengan masyarakat secara bertanggung jawab. Hal tidak hanya hidup dan menyesuaikan diri dengan struktur- struktur sosial itu. Disini seorang individu merealisir dimensi-dimensi sosialnya lewat proses belajar berpartisipasi secara aktif lewat keterlibatan secara menyeluruh dalam lingkungan sosialnya.dalam kerangka sosialitas pada umumnya ini, suatu misi pendidikan ialah menolong manusia muda melihat orang lain bukan sebagai abstraksi-abstraksi, melainkan sebagai makhluk konkrit dengan segala dimensi kehidupannya. Manusia secara lahiriah tidak akan pernah terlepas dari ketergantungan akan ekonomi. Dalam memenuhi hajat hidupnya, manusia selalu mengandalkan kekuatan ekonomi. Bahkan ekonomi menjadi faktor penentu kesejahteraan sebuah bangsa. Para ahli atau ekonom menyatakan bahwa dengan ekonomi saja tidak cukup untuk mensejahterakan sebuah bangsa. Maka dipandang perlu adanya sumber daya manusia yang mumpuni agar mampu mengolah kekayaan negara menjadi prospek ekonomi yang tinggi yang itu tentu diperuntukan bagi kesejahteraan bangsanya. Bahkan sumber daya manusia dikatakan sebagai investasi ekonomi jangka panjang. Apatah punya sumber ekonomi yang mumpuni, jika tidak didukung dengan muatan sumber daya yang mumpuni pula. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam hal ini. Dengan pendidikan, potensi ekonomi sebuah bangsa akan dapat dimanfaatkan. Maka ekonomi dan pendidikan adalah sebuah mata rantai yang tidak ada ruang putusnya. Negara yang disokong dengan sumber daya manusia yang banyak, akan mampu mengelolah sumber-sumber ekonominya dengan baik. Philip Kotler (1997) berpendapat bahwa ada empat faktor yang berpengaruh terhadap kemajuan sebuah bangsa adalah: 1) Natural Capital (sumber daya alam) seperti tanah, mineral, tambang, air, dan lain-lain; 2) Physical Capital (modal fisik) seperti mesin-mesin, bangunan, dan infrastruktur; 3) Human Capital (SDM) yaitu nilai produktivitas manusia seperti kreativitas, inovasi; 4) Social Capital (modal sosial) seperti kualitas keluarga, komunitas, organisasi masyarakat, yang menjadi perekat hubungan sosial. Dari keempat modal tersebut SDM menurut Harbison merupakan modal paling utama karena SDM yang berkualitas akan mampu mengelola dan memobilisasi dana, mengembangkan teknologi, memproduksi barang dan jasa, dan melakukan aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, jika suatu negara tidak berhasil dalam mengembangkan SDM maka negara tersebut tidak akan membuat apapun, apakah itu membuat sistem politik yang modern, menumbuhkan nasionalisme dan membangun masyarakat yang sejahtera. Maka untuk mencapai kemajuan maka pemberdayaan SDM melalui pendidikan harus menjadi pilihan utama dan pertama. Hal tersebut terbukti di beberapa negara bahwa negara maju memiliki pendidikan yang maju pula. Dengan demikian dalam perspektif ini bagi tujuan pendidikan adalah: 1. Faktor penentu kemajuan bangsa di masa depan; 2. Salah satu bentuk investasi modal manusia (human investment) dalam menentukan kualitas SDM dalam pembangunan ekonomi sebuah negara.