OLEH:
Semester. VII/S1 PGMI
Anggun Nurfaridah : (278.341.20.043)
Reynaldi Gunawan : (278.341.20.000)
Untuk menggali temuan temuan yang relevan terkait bagaimana penerapan model
pembelajaran multiliterasi yang mengintegrasikan pemikiran kritis dapat berkontribusi
dalam mewujudkan keterampilan abad-21.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Penilaian Multiliterasi saintifik” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................2
A. Kesimpulan.........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran multiliterasi saintifik merupakan sebuah kegiatan pembelajaran yang
mengoptimalkan sebuah keterampilan-keterampilan peserta didik dalam proses
pembelajaran di sekolah. Keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta
didik yaitu keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbahasa lisan
dan keterampilan dalam menguasai media. Pada pembelajaran multiliterasi saintifik ini
peserta didik harus melakukan langkah-langkah seperti merumuskan sebuah masalah,
mengajukan sebuah hipotesis, mengumpulkan data yang telah didapatkan, mengelola
serta menganalisis data tersebut dan yang terakhir yaitu membuat sebuah kesimpulan.
Pembelajaran multiliterasi saintifik ini juga dapat membuat kreativitas peserta didik lebih
meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Model Pembelajaran Multiliterasi ?
2. Apa saja Komponen Pembelajaran Multiliterasi ?
3.Bagaimana Implementasi Pembelajaran Multiliterasi ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui penegertian Model Pembelajaran Multiliterasi
2. Untuk mengetahui Apa saja Komponen dalam Pembelajaran Multiliterasi
3. Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi pembelajaran Multiliterasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Model Pembelajaran Multiliterasi
Dalam konteks ini guru harus menyadari bahwa siswa tidaklah hidup sebagaimana mereka
hidup semasa menjadi siswa dahulu tetapi siswa hidup pada zaman yang berbeda dan inilah
zaman mereka sendiri. Sejalan dengan perkembangan zaman, model literasi 1.0 dan menjadi
model literasi 2.0 lahir menjadi sebuah asumsi keberagaman model literasi harus dipandang
sebagai piranti untuk memperkarya siswa dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu. Selain itu,
model pembelajaran multiliterasi yang digital merupakan suatu prasyarat mutlak bagi
pembelajaran abad ke-21 sebagai penunjang tuntunan pembelajaran dan teknologi belajar bagi
siswa. Adapula yang mengatakan bahwa model pembelajaran multiliterasi mampu
membangkitkan atau meningkatkan pemahaman konsep atau pengetahuan yang dimiliki anak
agar nantinya tercipta pembelajaan yang proaktif, motivatif, dan kreatif.
2
hlm. 229) yakni : (1) kreativitas dan inovasi, (2) berpikir kritis, pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan, (3) metakognisi, (4) komunikasi, (5) kolaborasi, (6) literasi informasi, (7)
literasi teknologi informasi dan komunikasi, (8) sikap berkewarganegaraan, (9) berkehidupan dan
berkarier, dan (10) responsibilitas personal dan sosial, termasuk kesadaran atas kompetensi dan
budaya.
Adapun strategi yang bisa diterapkan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam
hal tersebut adalah dengan menerapkan berbagai keterampilan mengajar, khususnya yakni
keterampilan mengajar dalam mengajukan pertanyaan lanjutan. Konsep multiliterasi yang telah
diintegrasikan dengan keterampilan abad ke 21 tentunya memberikan suatu kondisi belajar yang
berbeda dengan sebelumnya. Dalam praktik pembelajaran siswa kini harus membiasakan diri
untuk beraktivitas melakukan penelitian sederhana, pengamatan, eksperimen, observasi maupun
aktivitas pengumpulan data dari berbagai sumber dengan melakukan wawancara ataupun kegiatan
menunjang yang lainnya.
Pembelajaran multiliterasi melibatkan banyak model dan strategi belajar sehingga senantiasa
melibatkan siswa untuk senantiasa aktif dalam mengajukan pertanyaan ataupun membuat
simpulan sendiri. Melalui pembelajaran multiliterasi yang bersifat menantang diharapkan siswa
mampu memiliki rasa percaya diri, cerdas, komunikatif, berani dan berkarakter. Salah satu model
multiliterasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah model multiliterasi investigasi.
Model multiliterasi investigasi pada dasarnya merupakan hasil dari pengembangan model Group
Investigation (GI), kemudian diramu dengan menambahkan konsep multiliterasi dalam
sintaksnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berliterasi siswa dalam membaca,
menulis, dan berbahasa lisan. Investigasi dalam KBBI memiliki arti penyelidikan (pengamatan)
3
dengan mencatat atau merekam fakta berdasarkan hasil peninjauan, percobaan dsb. Penggunaan
model ini bersifat luas, kegiatan penyelidikan dapat dilakukan dari berbagai sumber data baik
sumber data berupa lokasi, peristiwa, maupun sumber data kepustakaan (dokumentasi).
4
2. Komponen Pembelajaran Multiliterasi
5
Penilaian yang hendaknya digunakan dalam pembelajaran multiliterasi adalah
penilaian otentik. Penilaian ini dipandang sebagai penilaian yang mampu mengukur
secara menyeluruh dan otentik pada proses maupun hasil belajar. Penilaian ini bersifat
formatif, sehingga hasil penilaian pada setiap tahapan belajar akan digunakan ntuk
mengukur capai tahapan belajar. Melalui penilaian otentik ini seluruh kinerja siswa
akan diketahui, diperbaiki, dan selanjutnyadapat dikembangkan.
6. Keluaran
Keluaran model ini tentu saja adalah kompetensi abad ke-21 yakni
pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan
kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, pembelajaran ini sejalan dengan tuntutan implementasi kurikulum 2013.
1. Metode Trasformasi-Persuatif
Metode transformasi merupakan metode pembelajaran membaca yang di akhiri dengan pelibatan
siswa untuk merubah genre wacana yang di bacanya menjadi jenis genre yang lainnya. Bahan ajar
yang di gunakan untuk menerapkan metode ini seyogyanya merupakan wacana yang bersifat
persuatif. Tujuan utama penerapan metode ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa
membaca sekaligus meningkatkan kemampuannya dalam mengemukakan gagasan persuasif
melalui penciptaan genre baru dari wacana yang di bacanya.
Tahap Prabaca
Pada tahapan ini guru memberikan pertanyaan pancingan tentang hal apa saja yang belum siswa
ketahui tentang bahan bacaan sehingga mereka ingin mengetahuinya.
1. Pertanyaan pemandu
6
Berdasarkan LKP yang berisi rasa keingintahuan yang di buat siswa pada langkah selanjutnya.
Guru meminta siswa mengubah keinginan tersebut menjadi pertanyaan yang harus mereka jawab
selama proses pembelajaran.
Tahap Membaca
Pada tahap ini siswa membaca wacana dengan menggunakan teknik baca layap atau teknik baca
memindai agar dapat menjawab pertanyaan yang di buatnya.
1. Diskusi persuasif
Pada tahap ini siswa mendiskusi untuk merumuskan sebagai upaya yang dapat mereka lakukan
dalam rangka membujuk orang lain agar tertarik dengan ide mereka. Ide ini di hasilkan setelah
proses pembaca.
Tahap Pascabaca
1. Mengubah genre
Atas dasar ide yang di hasilkan pada tahap diskusi, siswa menulis sebuah iklan ataupun membuat
poster yang menarik dan berdaya persuasif.
Metode observasi kritis merupakan metode pembelajaran menulis yang menekankan kemampuan
siswa melakukan serangkaian aktivitas pengamatan sebagai bahan dan kegiatan menulis. Yang
terpenting adalah bahwa tulisan yang di hasilkan siswa tersebut harus bermakna bagi siswa yang
berarti bahwa tulisan tersebut berguna bagi siswa dalam pengembangannya pemahamannya
tentang konsep bidang ilmu tertentu.
Tahap Pramenulis
1. Menentukan topik
Pada tahap ini siswa menemukan topik yang akan di tulisnya. Jika ada beberapa siswa yang
memiliki ketertarikan pada topik yang sama.
Tahap Menulis
7
1. Melakukan observasi
Tahap ini siswa melakukan kegiatan observasi, wawancara, eksplorasi, atau bahkan melakukan
eksperimen/penelitian.
Pada tahap ini siswa menctatat seluruh hasil kegiatan pengumpulan datanya dalam bentuk peta
konsep.
1. Menulis draf
Pada tahap ini siswa mulai menulis draf karangan sesuai dengan peta konsep yang di buatnya.
Tahap pascamenulis
1. Revisi
Pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya atau guru mengoreksi isi
tulisan yang di buatnya.
1. Pengeditan
Pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya ataupun guru mengoreksi dan
memperbaiki tulisannya khususnya pada penggunaan ejaan, kejelahan tulisan, kesalahan format
dan kesalahan kesalahan mekaris lainnya.
1. Pembacaan propesional
Pada tahap ini siswa membaca tulisannya secara hati-hati untuk memastikan bahwa seluruh
tulisannya telah di perbaiki dan yakin tidak ada lagi kesalahan di dalamnya.
1. Publikasi
Pada tahap ini siswa memublikasikan tulisannya pada tempat atau wahana yang di sediakan guru.
Tahap Prasimak
8
Apersepsi pada tahap ini guru memperkenalkan tema wacana yang akan siswa pelajari selama
pembelajaran menyimak.
Curah pendapat pada tahap ini siswa di tugaskan untuk mencurahkan gagasannya dalam hal
ini memecahkan masalah seputar tema materi simakan.
Tahap menyimak
Menangkap ide, pada tahap ini siswa di tugaskan untuk mecatat semua ide penting yang
berhubungan dengan usaha.
Membedakan fakta dan opini, pada tahap ini siswa di tuntut untuk membedakan fakta dan
opini tersebut berdasarkan cara pandang mereka sendiri.
Diskusi ide pokok, pada tahap ini siswa secara kooperatif berusaha memecahkan masalah
yang di sajikan .
Tahap Pascasimak
Membuat intisari, kegiatan ini merupakan kegiatan akhir yang bertujuan untuk menguji
kemampuan menyimak siswa dan juga daya nalar mereka.
Menjawab pertanyaan, kegiatan ini dapat saja di pilih sebagai alternatif kegiatan 6 dl atas.
4. Debat Inisiasi
Metode inisiasi debat pada dasarnya merupakan metode pembelajaran berbicara yang menuntut
siswa terampil berbicara dengan mengandalkan kemampuannya berlogika dan kemahirannya
bertutur santun ketika debat.
1. Tahap Prabicara
Siswa menyusun uraian tentang masalah yang di sajikan guru sesuai dengan kedudukannya
sebagai kelompok pro atau kelompok kontra.
1. Tahap berbicara
Pada tahap ini siswa mulai melakukan debat dengan panduan pelaksanaan debat yang telah di
susun oleh guru. Misalnya, guru memberi kesempatan pad a kelompok pro untuk menyajikan
pandangannya dalam waktu 2 menit.
1. Tahap pascabicara
9
Diskusi konsep dan performa, pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan debat yang telah di lakukan siswa.
Tindak lanjut, pada tahap ini siswa di berikan tugas untuk menentukan sendiri
masalah, menentuka kelompok dan posisi, menyusun naskah dan menampilkan
kemampuannya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode Trasformasi-Persuatif
11
DAFTAR PUSTAKA
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/16057/5/BAB%20II.pdf
http://digilib.unila.ac.id/31636/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf
https://lenovialola.wordpress.com/2017/01/14/makalah-konsep-pembelajaran-
multiliterasi/
12