Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Penilaian Multiliterasi Saintifik

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Pendalaman IPA
Dosen Pengampu: Fikri Zauharul Firdaus, S.Pd, M.Pd

OLEH:
Semester. VII/S1 PGMI
Anggun Nurfaridah : (278.341.20.043)
Reynaldi Gunawan : (278.341.20.000)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
ASSA’IDIYYAH
2023
ABSTRAk
Pendidikan saat ini mengalami perubahan paradigma, di mana pendekatan yang
berorientasi , pada penguasaan materi berubah menjadi pendekatan yang fokus pada
pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi,
dan kolaborasi.

Untuk menggali temuan temuan yang relevan terkait bagaimana penerapan model
pembelajaran multiliterasi yang mengintegrasikan pemikiran kritis dapat berkontribusi
dalam mewujudkan keterampilan abad-21.

Multiliterasi adalah konsep pendidikan dan pembelajaran yang bersifat multibudaya,


multikonteks, dan multimedia yang dapat digunakan dalam kurikulum apapun yang
berlaku di Indonesia. Pendekatan multiliterasi dalam pembelajaran merupakan paradigma
pembelajaran yang telah lama digaungkan dalam dunia pendidikan. Namun, masih ada
sebagian orang yang buram akan multiliterasi ini. Paradigma pengajaran berpendekatan
multilitersi dalam tulisan ini didefinisikan sebagai konsep strategis pengajaran yang tidak
hanya terbatas pada pengajaran keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, menulis,
dan membaca) melainkan lebih kompleks pada praktik kulturasi sosial dan budaya dalam
pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran mengarah pada pemerkayaan kognitif,
afektif, dan psikomotor melalui beragam konten-konten pembelajaran (bukan hanya
aspek kebahasaan) yang terintegrasi dengan pemahaman sosial dan budaya pada
pembelajar. Dalam pembelajaran multiliterasi, memfokuskan pada pengembangan
kemampuan peserta didik, bukan pada pencapaian kompetensi. Sehingga pendidik lebih
dapat menghargai perbedaan setiap individu dan percaya bahwa setiap individu dilahirkan
istimewa, yakni memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penghargaan oleh
pendidik ini wujudnya dapat berupa penerapan model maupun media yang dapat
menunjang keseluruhan perbedaan setiap siswa ini. jadi tidak hanya berpatokan pada
model, teknik, metode maupun media yang monoton atau tidak bervariasi. Karena
kemonotonan ini dapat mengakibatkan beberapa siswa menjadi tidak dapat
mengembangkan potensinya. Sejatinya, dengan adanya pembelajaran multiliterasi ini
diyakini akan dapat memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan. Sehingga setiap
individu dapat mempertahankan eksistensinya dalam suatu masyarakat, bahkan dapat
mempertahankan eksistensi negaranya. Selain itu, penerapan pembelajaran multiliterasi
ini pula dapat membentuk individu yang multitasking/multitalent.
Kata kunci : abad 21, Multiliterasi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penilaian Multiliterasi Saintifik” ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Penilaian Multiliterasi saintifik” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Cipanas, 30 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................2

1. Model Pembelajaran Multiliterasi.........................................................2

2. Komponen Pembelajaran Multiliterasi.................................................5

3. Implementasi Pembelajaran Multiliterasi .............................................6

BAB III PENUTUP......................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran multiliterasi saintifik merupakan sebuah kegiatan pembelajaran yang
mengoptimalkan sebuah keterampilan-keterampilan peserta didik dalam proses
pembelajaran di sekolah. Keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta
didik yaitu keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbahasa lisan
dan keterampilan dalam menguasai media. Pada pembelajaran multiliterasi saintifik ini
peserta didik harus melakukan langkah-langkah seperti merumuskan sebuah masalah,
mengajukan sebuah hipotesis, mengumpulkan data yang telah didapatkan, mengelola
serta menganalisis data tersebut dan yang terakhir yaitu membuat sebuah kesimpulan.
Pembelajaran multiliterasi saintifik ini juga dapat membuat kreativitas peserta didik lebih
meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Model Pembelajaran Multiliterasi ?
2. Apa saja Komponen Pembelajaran Multiliterasi ?
3.Bagaimana Implementasi Pembelajaran Multiliterasi ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui penegertian Model Pembelajaran Multiliterasi
2. Untuk mengetahui Apa saja Komponen dalam Pembelajaran Multiliterasi
3. Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi pembelajaran Multiliterasi

1
BAB II

PEMBAHASAN
1. Model Pembelajaran Multiliterasi

A. Pengertian Model Pembelajaran Mutiliterasi

Menurut pendapat Yunus Abidin pengertian “multiliterasi” adalah keterampilan


menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi dengan
menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun teks inovatif, simbol, dan multimodel.
Multiliterasi adalah segala bentuk piranti yang digunakan oleh siswa untuk membangkitkan dan
memperoleh pemahaman dan keterampilan siswa dalam suatu materi pembelajaran. Sedangkan
menurut McQuiggan berpendapat bahwa pembelajaran multiliterasi bersifat multimodal dalam
berbagai bentuk dan format literasi yang ada dalam kehidupan nyata yang digunakan sebagai
model pembangkit, pembentuk, pemerkaya, maupun penyalur keterampilan dan pengetahuan.
Sehingga model pembelajaran multiliterasi bisa mencakup model tekstual hingga model digital.
tentunya hal ini bersesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hoechman dan Poyntz
bahwa peran guru berkenaan dengan berkembangnya model literasi digital yang bersesuaian
dengan perkembangan anak-anak masa kini.

Dalam konteks ini guru harus menyadari bahwa siswa tidaklah hidup sebagaimana mereka
hidup semasa menjadi siswa dahulu tetapi siswa hidup pada zaman yang berbeda dan inilah
zaman mereka sendiri. Sejalan dengan perkembangan zaman, model literasi 1.0 dan menjadi
model literasi 2.0 lahir menjadi sebuah asumsi keberagaman model literasi harus dipandang
sebagai piranti untuk memperkarya siswa dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu. Selain itu,
model pembelajaran multiliterasi yang digital merupakan suatu prasyarat mutlak bagi
pembelajaran abad ke-21 sebagai penunjang tuntunan pembelajaran dan teknologi belajar bagi
siswa. Adapula yang mengatakan bahwa model pembelajaran multiliterasi mampu
membangkitkan atau meningkatkan pemahaman konsep atau pengetahuan yang dimiliki anak
agar nantinya tercipta pembelajaan yang proaktif, motivatif, dan kreatif.

Menurut Abidin (2015, hlm. 3) “Multiliterasi adalah keterampilan menggunakan beragam


cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi dengan menggunakan bentuk-
bentuk teks konvensional maupun teks inovatif, symbol, dan multimedia”. Pembelajaran
multiliterasi merupakan salah satu desain pembelajaran yang digunakan dalam konteks kurikulum
2013. Konsep multiliterasi dirancang untuk menjawab kebutuhan keterampilan yang diperlukan di
abad 21. Pembelajaran multiliterasi didesain untuk mampu menghubungkan 4 keterampilan
multiliterasi (membaca, menulis, berbahasa lisan, dan ber-IT) dengan 10 kompetensi belajar
secara khusus abad ke 21. Kesepuluh kompetensi tersebut Binkley, dkk, dalam Abidin, (2015,

2
hlm. 229) yakni : (1) kreativitas dan inovasi, (2) berpikir kritis, pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan, (3) metakognisi, (4) komunikasi, (5) kolaborasi, (6) literasi informasi, (7)
literasi teknologi informasi dan komunikasi, (8) sikap berkewarganegaraan, (9) berkehidupan dan
berkarier, dan (10) responsibilitas personal dan sosial, termasuk kesadaran atas kompetensi dan
budaya.

Ivanic dalam Abidin, (2014, hlm, 186) mengemukakan “Pembelajaran multiliterasi


merupakan pebelajaran yang bersifat menantang agar siswa mampu mengkaji dan menerapkan
literasi praktis, hal ini memiliki peranan sebagai penghubung untuk mempelajari berbagai konsep
lintas kurikulum”. Abidin (2014, hlm. 187) mendefinisikan bahwa “Pembelajaran konsep
multiliterasi merupakan perwujudan dari pembelajaran saintifik proses yang mengoptimalkan
keterampilan-keterampilan dalam berliterasi yakni dalam literasi membaca, menulis, berbicara
dan penguasaan media informasi dan komunikasi”. Dari beberapa pengertian di atas penulis
menyimpulkan pembelajaran multiliterasi adalah pembelajaran yang menggunakan kemampuan
ataupun dalam berbagai literasi sebagai membentuk suatu kesatuan yang utuh dan menantang.
Seseorang telah berliterasi apabila ia mampu mengkomunikasikan suatu informasi yang ia
dapatkan berdasarkan alur pemikiran yang jelas yakni tidak menerima ataupun meyakini
informasi secara mentah. Dalam mengolah suatu informasi dari berbagai disiplin ilmu diperlukan
pemikiran logis misalnya dengan cara mengkritisi, menganalisis, ataupun mengevaluasi.

Adapun strategi yang bisa diterapkan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam
hal tersebut adalah dengan menerapkan berbagai keterampilan mengajar, khususnya yakni
keterampilan mengajar dalam mengajukan pertanyaan lanjutan. Konsep multiliterasi yang telah
diintegrasikan dengan keterampilan abad ke 21 tentunya memberikan suatu kondisi belajar yang
berbeda dengan sebelumnya. Dalam praktik pembelajaran siswa kini harus membiasakan diri
untuk beraktivitas melakukan penelitian sederhana, pengamatan, eksperimen, observasi maupun
aktivitas pengumpulan data dari berbagai sumber dengan melakukan wawancara ataupun kegiatan
menunjang yang lainnya.

Pembelajaran multiliterasi melibatkan banyak model dan strategi belajar sehingga senantiasa
melibatkan siswa untuk senantiasa aktif dalam mengajukan pertanyaan ataupun membuat
simpulan sendiri. Melalui pembelajaran multiliterasi yang bersifat menantang diharapkan siswa
mampu memiliki rasa percaya diri, cerdas, komunikatif, berani dan berkarakter. Salah satu model
multiliterasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah model multiliterasi investigasi.
Model multiliterasi investigasi pada dasarnya merupakan hasil dari pengembangan model Group
Investigation (GI), kemudian diramu dengan menambahkan konsep multiliterasi dalam
sintaksnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berliterasi siswa dalam membaca,
menulis, dan berbahasa lisan. Investigasi dalam KBBI memiliki arti penyelidikan (pengamatan)

3
dengan mencatat atau merekam fakta berdasarkan hasil peninjauan, percobaan dsb. Penggunaan
model ini bersifat luas, kegiatan penyelidikan dapat dilakukan dari berbagai sumber data baik
sumber data berupa lokasi, peristiwa, maupun sumber data kepustakaan (dokumentasi).

B. Tujuan Model Multiliterasi


Sebagaimana layaknya persyaratan model pembelajaran, menurut Abidin (2015,
hlm, 236) model pembelajaran multiliterasi memiliki tiga tujuan, yakni :
1) Kepemilikan atas dan peningkatan keterampilan belajar abad ke-21.
2) Pemahaman yang mendalam terhadap berbagai konsep, proses, dan sikap ilmiah
disiplin ilmu yang sedang dipelajari.
3) Peningkatan dan pengembangan keterampilan multiliterasi dan karakter siswa.
Berdasarkan tujuan di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan didalam model
multiliterasi untuk memberikan kesempatan atau peluang kepada siswa dalam
mengembangkan dirinya mulai dari keterampilan, pemahaman, dan karakter siswa.
C. Karakteristik Model Multiliterasi
Ogle, et al, dalam Abidin, (2015, hlm. 108) mengemukakan beberapa
karakteristik model multiliterasi, yaitu : 1) Pembelajaran multiliterasi senantiasa
menghubungkan materi yang dipelajari dengan apa yang telah siswa ketahui. 2)
Pembelajaran multiliterasi senantiasa menghubungkan materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata dan isu-isu kontemporer. 3) Pembelajaran multiliterasi senantiasa
melibatkan siswa untuk terlibat aktif dalam mengajukan pertanyaan dan membuat
simpulan sendiri. 4) Pembelajaran multiliterasi memberikan banyak peluang untuk
mempelajari materi pembelajaran secara mendalam sekaligus menyimpan
pemahaman yang diperoleh dalam memori jangka panjang siswa. 5) Pembelajaran
multiliterasi senantiasa menggunakan kerja kolaboratif dalam mengkontruksi makna
dan sudut pandang atas materi yang sedang dipelajari. 6) Pembelajaran multiliterasi
melibatkan berbagai ragam belajar sebagai sarana mengkonstruksi pemahaman baru.
7) Pembelajaran multiliterasi melibatkan banyak strategi belajar. Dari pendapat diatas
dapat disimpulkan karakteristik model pembelajaran multiliterasi adalah model
pembelajaran yang menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan siswa
untuk mencari dan menemukan. Siswa berperan untuk mencari dan menemukan
sendiri inti dari pembelajaran itu sendiri.

4
2. Komponen Pembelajaran Multiliterasi

Morocco dalam Yunus Abidin (2014:193) mengemukakan bahwa


pembelajaran multiliterasi dapat dilaksanakan jika memiliki kerangka yang jelas.
Berdasarkan keyakinan tersebut, diketahui bahwa kerangka pembelajaran multiliterasi
memiliki beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut antara lain tujuan,
pertanyaan penting, siklus belajar, sumber belajar, penilaian pembelajaran dan
komponen keluaran. Keenam komponen ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan
Guna mencapai keempat kompetensi, siswa harus dibiasakan melakukan
berbagai aktivitas inkuiri sehingga akan tumbuh kemampuannya dalam merumuskan
masalah, melakukan penelitian, menganalisis data dan menyimpulkan berbagai hal
inkuiri. Melakui kinerja inkuiri kritis ini, siswa mendapatkan pemahaman yang tinggi
melalui kegiatan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif.
2. Pertanyaan Penting
Pertanyaan penting merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang jawabannya
hanya dapat diperoleh melalui kerja inkuiri kritis. Fungsi utamapertanyaan penting
adalah memberikan landasan dan panduan bagi siswa untuk belajar dan beraktivitas
serta sekaligus menjadi pembangkit motivasi selama siswa mengikuti proses
pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran multiliterasi harus secara langsung
membina kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan secara mandiri dan nantinya
akan menjawab pertanyaan tersebut.
3. Siklus Belajar/Siklus Pembuatan Makna
Komponen ini menyiratkan bahwa pembelajaran multiliterasi memiliki
tahapan yang jelas. Tahapan-tahapan tersebut akan akan berperan sebagai sintaks
umum dalam pembelajaran multiliterasi, penggunaan tahapan ini diharapkan mampu
meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam diri siswa sekaligus mampu
mempertahankan pemahaman tersebut dalam jangka panjang.
4. Sumber Belajar
Hal ini menandakan bahwa pembelajaran multiliterasi menghendaki
ketersediaan berbagai sumber belajar yang mendukung terciptanya proses
pembelajaran yang bermutu, harmonis dan bermartabat. Berbagai sumber belajar ini
akan digunakan siswa selamaberaktivitas inkuiri kritis di dalam maupun di luar kelas.
5. Penilaian

5
Penilaian yang hendaknya digunakan dalam pembelajaran multiliterasi adalah
penilaian otentik. Penilaian ini dipandang sebagai penilaian yang mampu mengukur
secara menyeluruh dan otentik pada proses maupun hasil belajar. Penilaian ini bersifat
formatif, sehingga hasil penilaian pada setiap tahapan belajar akan digunakan ntuk
mengukur capai tahapan belajar. Melalui penilaian otentik ini seluruh kinerja siswa
akan diketahui, diperbaiki, dan selanjutnyadapat dikembangkan.
6. Keluaran
Keluaran model ini tentu saja adalah kompetensi abad ke-21 yakni
pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan
kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, pembelajaran ini sejalan dengan tuntutan implementasi kurikulum 2013.

3. Implementasi Pembelajaran Multiliterasi

Penerapan pembelajaran multiliterasi berkaitan erat dengan penggunaan keterampilan bahasa


sebagai alat belajar. Bertemali dengan kenyataan ini, berikut di paparkan beberapa prosedur
pembelajaran keterampilan berbahasa yang dapat di aplikasikan sebagai salah satu pembelajaran
multiliterasi.

1. Metode Trasformasi-Persuatif

Metode transformasi merupakan metode pembelajaran membaca yang di akhiri dengan pelibatan
siswa untuk merubah genre wacana yang di bacanya menjadi jenis genre yang lainnya. Bahan ajar
yang di gunakan untuk menerapkan metode ini seyogyanya merupakan wacana yang bersifat
persuatif. Tujuan utama penerapan metode ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa
membaca sekaligus meningkatkan kemampuannya dalam mengemukakan gagasan persuasif
melalui penciptaan genre baru dari wacana yang di bacanya.

Tahap Prabaca

1. Membangun rasa ingin tahu

Pada tahapan ini guru memberikan pertanyaan pancingan tentang hal apa saja yang belum siswa
ketahui tentang bahan bacaan sehingga mereka ingin mengetahuinya.

1. Pertanyaan pemandu

6
Berdasarkan LKP yang berisi rasa keingintahuan yang di buat siswa pada langkah selanjutnya.
Guru meminta siswa mengubah keinginan tersebut menjadi pertanyaan yang harus mereka jawab
selama proses pembelajaran.

Tahap Membaca

1. Menjawab pertanyaan pemandu

Pada tahap ini siswa membaca wacana dengan menggunakan teknik baca layap atau teknik baca
memindai agar dapat menjawab pertanyaan yang di buatnya.

1. Diskusi persuasif

Pada tahap ini siswa mendiskusi untuk merumuskan sebagai upaya yang dapat mereka lakukan
dalam rangka membujuk orang lain agar tertarik dengan ide mereka. Ide ini di hasilkan setelah
proses pembaca.

Tahap Pascabaca

1. Mengubah genre

Atas dasar ide yang di hasilkan pada tahap diskusi, siswa menulis sebuah iklan ataupun membuat
poster yang menarik dan berdaya persuasif.

2. Metode Observasi Kritis

Metode observasi kritis merupakan metode pembelajaran menulis yang menekankan kemampuan
siswa melakukan serangkaian aktivitas pengamatan sebagai bahan dan kegiatan menulis. Yang
terpenting adalah bahwa tulisan yang di hasilkan siswa tersebut harus bermakna bagi siswa yang
berarti bahwa tulisan tersebut berguna bagi siswa dalam pengembangannya pemahamannya
tentang konsep bidang ilmu tertentu.

Tahap Pramenulis

1. Menentukan topik

Pada tahap ini siswa menemukan topik yang akan di tulisnya. Jika ada beberapa siswa yang
memiliki ketertarikan pada topik yang sama.

1. Menemukan maksud dan tujuan penulisan

Pada tahap ini siswa menemukan maksud dan tujuan penulisan.

Tahap Menulis

7
1. Melakukan observasi

Tahap ini siswa melakukan kegiatan observasi, wawancara, eksplorasi, atau bahkan melakukan
eksperimen/penelitian.

1. Membuat peta konsep

Pada tahap ini siswa menctatat seluruh hasil kegiatan pengumpulan datanya dalam bentuk peta
konsep.

1. Menulis draf

Pada tahap ini siswa mulai menulis draf karangan sesuai dengan peta konsep yang di buatnya.

Tahap pascamenulis

1. Revisi

Pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya atau guru mengoreksi isi
tulisan yang di buatnya.

1. Pengeditan

Pada tahap ini siswa secara individu atau dengan bantuan temannya ataupun guru mengoreksi dan
memperbaiki tulisannya khususnya pada penggunaan ejaan, kejelahan tulisan, kesalahan format
dan kesalahan kesalahan mekaris lainnya.

1. Pembacaan propesional

Pada tahap ini siswa membaca tulisannya secara hati-hati untuk memastikan bahwa seluruh
tulisannya telah di perbaiki dan yakin tidak ada lagi kesalahan di dalamnya.

1. Publikasi

Pada tahap ini siswa memublikasikan tulisannya pada tempat atau wahana yang di sediakan guru.

3. Metode Rangsang Gagasan

Metode rangsang gagasan merupakan metode pembelajaran menyimak yang di kembangkan


berdasarkan kegiatan curah gagasan yang di lakukan siswa sebelum proses menyimak. Bahan ajar
yang di gunakan hendaknya merupakan bahan ajar yang problematik sehingga nantinya siswa
dapat merumuskan alternatif pemecahan masalan baik berdasarkan persi teks sebagai wujud
pemahaman maupun versi siswa sebagai wujud penalaran.

Tahap Prasimak

8
 Apersepsi pada tahap ini guru memperkenalkan tema wacana yang akan siswa pelajari selama
pembelajaran menyimak.

 Curah pendapat pada tahap ini siswa di tugaskan untuk mencurahkan gagasannya dalam hal
ini memecahkan masalah seputar tema materi simakan.

Tahap menyimak

 Menangkap ide, pada tahap ini siswa di tugaskan untuk mecatat semua ide penting yang
berhubungan dengan usaha.

 Membedakan fakta dan opini, pada tahap ini siswa di tuntut untuk membedakan fakta dan
opini tersebut berdasarkan cara pandang mereka sendiri.

 Diskusi ide pokok, pada tahap ini siswa secara kooperatif berusaha memecahkan masalah
yang di sajikan .

Tahap Pascasimak

 Membuat intisari, kegiatan ini merupakan kegiatan akhir yang bertujuan untuk menguji
kemampuan menyimak siswa dan juga daya nalar mereka.

 Menjawab pertanyaan, kegiatan ini dapat saja di pilih sebagai alternatif kegiatan 6 dl atas.

4. Debat Inisiasi

Metode inisiasi debat pada dasarnya merupakan metode pembelajaran berbicara yang menuntut
siswa terampil berbicara dengan mengandalkan kemampuannya berlogika dan kemahirannya
bertutur santun ketika debat.

1. Tahap Prabicara

 Guru menyajikan beberapa permasalahan yang bersifat problematik.

 Siswa menyusun uraian tentang masalah yang di sajikan guru sesuai dengan kedudukannya
sebagai kelompok pro atau kelompok kontra.

1. Tahap berbicara

Pada tahap ini siswa mulai melakukan debat dengan panduan pelaksanaan debat yang telah di
susun oleh guru. Misalnya, guru memberi kesempatan pad a kelompok pro untuk menyajikan
pandangannya dalam waktu 2 menit.

1. Tahap pascabicara

9
 Diskusi konsep dan performa, pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan debat yang telah di lakukan siswa.

 Tindak lanjut, pada tahap ini siswa di berikan tugas untuk menentukan sendiri
masalah, menentuka kelompok dan posisi, menyusun naskah dan menampilkan
kemampuannya.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Menurut pendapat Yunus Abidin pengertian “multiliterasi” adalah keterampilan


menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi dengan
menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun teks inovatif, simbol, dan multimodel.
Multiliterasi adalah segala bentuk piranti yang digunakan oleh siswa untuk membangkitkan dan
memperoleh pemahaman dan keterampilan siswa dalam suatu materi pembelajaran. Sedangkan
menurut McQuiggan berpendapat bahwa pembelajaran multiliterasi bersifat multimodal dalam
berbagai bentuk dan format literasi yang ada dalam kehidupan nyata yang digunakan sebagai
model pembangkit, pembentuk, pemerkaya, maupun penyalur keterampilan dan pengetahuan.
Sehingga model pembelajaran multiliterasi bisa mencakup model tekstual hingga model digital.
tentunya hal ini bersesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hoechman dan Poyntz
bahwa peran guru berkenaan dengan berkembangnya model literasi digital yang bersesuaian
dengan perkembangan anak-anak masa kini. karakteristik model pembelajaran multiliterasi
adalah model pembelajaran yang menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan siswa
untuk mencari dan menemukan. Siswa berperan untuk mencari dan menemukan sendiri inti dari
pembelajaran itu sendiri.

Morocco dalam Yunus Abidin (2014:193) mengemukakan bahwa pembelajaran multiliterasi


dapat dilaksanakan jika memiliki kerangka yang jelas. Berdasarkan keyakinan tersebut, diketahui
bahwa kerangka pembelajaran multiliterasi memiliki beberapa komponen. Komponen-komponen
tersebut antara lain tujuan, pertanyaan penting, siklus belajar, sumber belajar, penilaian
pembelajaran dan komponen keluaran.

Penerapan pembelajaran multiliterasi berkaitan erat dengan penggunaan keterampilan bahasa


sebagai alat belajar. Bertemali dengan kenyataan ini, berikut di paparkan beberapa prosedur
pembelajaran keterampilan berbahasa yang dapat di aplikasikan sebagai salah satu pembelajaran
multiliterasi.

1. Metode Trasformasi-Persuatif

2. Metode Observasi Kritis

3. Metode Rangsang Gagasan

11
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/16057/5/BAB%20II.pdf

http://digilib.unila.ac.id/31636/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf

https://lenovialola.wordpress.com/2017/01/14/makalah-konsep-pembelajaran-
multiliterasi/

12

Anda mungkin juga menyukai