Anda di halaman 1dari 11

RESUME MATA KULIAH MODEL PEMBELAJARAN BAHASA

DAN SASTRA INDONESIA SD

PEMBELAJARAN MULTISENSORI DALAM


KONTEKS KURIKULUM 2013

Dosen pengampu:

FEBRINA DAFIT, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Kelompok ​: 6
Kelas ​ ​: C
Anggota ​: Dhea Khasanati ​ ​ ​(176910413)
Helena Erianita ​ ​ ​(176910203)
Tamara Amelda Prianto ​ ​(176910298)
Titik Milu Hidayanti ​ ​(176910588)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2018/2019

PEMBELAJARAN MULTISENSORI DALAM KONTEKS
KURIKULUM 2013

A. HAKIKAT MODEL PEMBELAJARAN MULTISENSORI


Multisensori terdiri dari dua kata yaitu multi dan sensori. Kata “multi”
artinya banyak atau lebih dari satu atau dua, sedangkan “sensori” artinya
panca indera. Maka gabungan kedua kata ini berarti lebih dari satu panca
indera.
Pengertian pendekatan Multisensori sendiri berdasarkan asumsi adalah
bahwa siswa akan dapat belajar dengan baik jika materi pengajaran disajikan
berbagai modalitas. Modalitas yang sering dipakai adalah Visual
(penglihatan), Auditory (pendengaran), Kinestetik (gerakan), dan Tactile
(perabaan).
Pembelajaran multisensori pada dasarnya merupakan pembelajaran
yang dilaksanakan dengan melibatkan berbagai stimulasi indra meliputi
pendengaran, penglihatan, sentuhan, dan terkadang juga penciuman dan
pengecapan. Melalui berbagai stimulasi ini diharapkan proses pemerolehan
informasi tidaknya hanya bersifat satu sumber tetapi dari berbagai sumber.
Pembelajaran multisensori telah didefinisikan oleh beberapa ahli.
Salah satu ahli tersebut adalah Blackwood (Yunus Abidin, 2014 : 229) yang
menyatakan bahwa pembelajaran multisensori adalah sistem pembelajaran
yang melibatkan penggunaan beragam alat peraga, objek belajar, alat
interaktif, klip video, drama, seni, musik, latar belakang tematik, makanan,
air, bau, dan elemen kreatif lainnya yang merangsang persepsi sensorik.
Berbagai instrumen pembelajaran tersebut selanjutnya digunakan sebagai alat
stimulasi bagi siswa agar siswa mampu memberikan respons yang sehingga
akan terbangun perhatian, pemahaman, dan retensi.
Abidin (2014:112) menambahkan bahwa pembelajaran multisensori
sanngat bertalian dengan konsep belajar yang ditawarkan Glaser. Glaser
mengemukakan bahwwa terdapat beberapa gaya belajar dan hasil belajar yang
diperoleh dengan menggunakan gaya tersebut. Menurutnya penguasaan
berbagai pengetahuan bergantung pada akivitas belajar yang dilakukan
seseorang. Prinsip belajar yang dikemukakan Glaser menyebutkan bahwa kita
belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang
kita lihat, 50% dari yang kita dengar dan lihat, 70% dari yang kita diskusikan
dengan orang lain, 80% dari yang kita alami sendiri, dan 95% dari yang kita
ajarkan kepada orang lain.
Penerapan pembelajaran multisensori juga didasarkan pada asumsi
bahwa siswa akan belajar dengan gaya yang berbeda. Ada sebagian siswa
berhasil dengan mengoptimalkan indra pendengarannya, ada juga yang
menggunakan indra penglihatannya, dan banyak pula siswa yang berhasil
belajar karena terjalin komunikasi efektif dengan gurunya. Bertemali dengan
kenyataan tersebut seorang guru yang menerapkan pembelajaran multisensori
harus sensitif terhadap gaya belajar siswanya sehingga ia akan merencanakan
pembelajarannya dengan mempertimbangkan gaya belajar siswanya tersebut.
Bagi guru, pembelajaran ini dapat menjadikan guru menjadi lebih
kreatif mengajar, menyajikan materi secara kreatif, dan dapat
mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan. Bagi siswa
pembelajaran ini memberikan pengalaman multidimensional bagi siswa
belajar. Pembelajaran bukan hanya dilakukan melalui mendengarkan
melainkan melalui pengalaman partisipatif sehingga pembelajaran dirasakan
sebagai kegiatan menyenangkan, berbeda, jelas, mendorong timbulnya
perhatian, dan tidak terlupakan.
Pembelajaran multisensori dalam praktiknya merupakan pembelajaran
dikreasikan agar materi pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi materi
yang bersifat konkret. Untuk itu, penerapan pembelajaran multisensori ini
perlu melibatkan berbagai aktivitas ikuiri kritis yang dilakukan siswa pada
berbagai kenyataan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika
mengajarkan Bahasa Indonesia tentang membaca pantun, materi ini akan
lebih mudah dipahami anak jika menyaksikan secara langsung bagaimana
cara membaca pantun dengan baik dan benar atau minimal menyaksikan
tayangan video yang menunjukkan konsep tentang cara membaca pantun.
Kemudian, model pembelajaran multisensori ini memiliki kelebihan
dan keunggulan. Blackwood dan Abidin memaparkan beberapa kelebihan dan
kekurangan dari model multisensori sebagai berikut.
a. Kelebihan model multisensori, antara lain:
1. Pembelajaran multisensori dapat membangkitkan minat belajar siswa.
2. Pembelajaran multisensori mempercepat siswa memahami materi
yang dipelajari.
3. Pembelajaran multisensori menempatkan pemahaman lebih lama
karena pemahaman disimpan dalam memori jangka panjang.
4. Pembelajaran multisensori membuat pembelajaran menjadi lebih jelas.
5. Pembelajaran multisensori melibatkan siswa secara langsung dalam
melaksanakan kegiatan inkuiri kritis.
6. Pembelajaran multisensori mengembangkan pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan bagi siswa.

b. Kekurangan model multisensory, antara lain:


1. Tidak semua alat indra yang dimiliki siswa mempunyai kemampuan
yang sama merupakan permasalahan dalam pengoptimalan
penggunaan alat indra sebagai alat belajar.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini memerlukan
ketersediaan system lingkungan belajar yang memadai seperti
ketersediaan masalah yang bisa dipecahkan secara multipersepektif,
media, dan sumber belajar yang relevan, lembar kerja proses yang
lengkap secara individu dan kelompok.
3. Mengubah kebiasaan siswa dari belajar mendengarkan menjadi belajar
berfikir kritis, kreatif, dan produktif, dan membiasakan siswa
menggunakan berbagai alat indranya dalam bekerja kooperatif,
kolaboratif, dan komunikatif merupakan kesulitan tersendiri bagi
siswa.
Selain kelebihan dan kelemahan di atas, perlu ditambahkan bahwa
pembelajaran multisensori juga memberikan peluang kepada siswa untuk
mengembangkan berbagai sikap positif dalam berbagai dimensi belajar dan
kehidupan nyata. Melalui pengembangan sikap ini, selanjutnya siswa akan
berkembang karakternya sehingga akan berkembang menjadi individu yang
berakhlak mulia. Dalam dimensi keterampilan pun, siswa akan beroleh
keterampilan melakukan kegiatan observasi, uji coba, dan bahkan penelitian
sehingga diyakini siswa akan memiliki kecakapan hidup. Berdasarkan
kenyataan tersebut, pembelajaran multisensori sangat tepat diimplementasikan
dalam konteks pembelajaran berbasis kurikulum 2013.

B. SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN MULTISENSORI


Banyak ahli yang telah mengembangan pembelajaran multisensori.
Namun dari sekian banyak ahli diperoleh berbagai ragam sintaks
pembelajaran yang berbeda. Salah satu sintaks model ini yang paling lengkap
dan jelas jelas, dikemukakan Blackwood (Yunus Abidin, 2014 : 234). Namun
demikian, karena sintaks ini dikhususkan proses pembelajaran menyusun
khotbah, sintaks tersebut perlu dimodifikasi guna dapat diterapkan dalam
pembelajaran yang lenbih umum sifatnya dan disesuaikan dengan sintaks
model saintifik proses.
Dapat dijelaskan bahwa tahapan Model Pembelajaran Multisensori
adalah sebagai berikut :
1. Pra pembelajaran.
Tahapan ini yang dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
Guru pada tahapan ini mengkondisikan siswa, memotivasi siswa dan
melibatkan siswa dengan hal yang diteliti dan menjelaskan proses
pembelajaran.
2. Membuat pertanyaan dan mengujinya.
Pada tahap ini, siswa diperkenalkan pada suatu masalah yang akan diteliti.
Siswa pada tahap ini membuat pertanyaan dan menguji kelayakan pertanyaan
tersebut. Tugas guru tahap ini adalah memotivasi siswa agar mampu
menemukan masalah dan membuat serta mempertimbangkan kelayakan
pertanyaan yang dibuat oleh siswa tersebut.
3. Merumuskan hipotesis.
Setelah membuat pertanyaan dan mengujinya, siswa pada tahap ini adalah
belajar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara yang telah
diajukan apada tahap sebelumnya. Tugas guru pada fase ini adalah membantu
siswa membangkitkan skemanya dan membimbing dalam membuat hipotesis.
4. Penelitian berbasis multisensori.
Pada tahap ini siswa merencana dan melaksanakan kegiatan observasi
dalam penelitian sederhana. Observasi atau penelitian sederhana dilakukan
dengan menggunakan pembelajaran multisensori. Selama pelaksanaan, siswa
diharapkan mencatat seluruh proses dan hasilnya sebagai data penting untuk
diolah dan dianalisis. Guru pada tahap ini adalah memfasilitasi, membantu
dan memberikan solusi kepada siswa selama pelaksanaan pembelajaran
berlangsung.
5. Mengolah dan menganalisis data.
Pada tahap ini siswa mengolah dan menganalisis data yang sudah
diperoleh dari tahapan sebelumnya. Tugas guru pada tahap ini adalah
membimbing siswa untuk mengolah dan menganalisis data yang sudah
diperoleh siswa.
6. Menguji hipotesis.
Pada tahap ini siswa menguji hipotesis yang telah diajukannya.
Berdasarkan pengujian hipotesis, siswa diharapkan untuk membuat
pemaknaan hasil proses kegiatan yang sudah dilaksanakan. Tugas guru tahap
ini adalah mendorong siswa agar berfikir kritis, evaluasi dan kreatif.
7. Membuat simpulan umum.
Pada tahap ini siswa membuat simpulan akhir dari proses kegiatan
penelitian/observasi yang sudah dilaksanakan. Simpulan ini hendaknya
menjawab rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Tugas guru
tahap ini adalah membantu siswa dalam menyusun simpulan secara ilmiah
dan sistematis.
8. Menyajikan hasil.
Pada tahap ini perwakilan setiap kelompok menyampaikan hasil kerjanya.
Guru berperan melakukan penilaian atas performa yang dilakukan oleh siswa.
9. Pasca pembelajaran.
Pada tahap ini guru membahas kembali lagi masalah dan memberikan
solusi alternative dalam memecahkan masalah tersebut.

Proses pembelajaran multisensori dapat disimpulkan bahwa langkah


awal pelaksanaan dalam pembelajaran ini adalah Pra-pembelajaran, membuat
pertanyaan dan mengujinya, merumuskan hipotesis, penelitian berbasis
multisensori, mengolah dan menganalisis data, menguji hipotesis, membuat
simpulan umum, menyajikan hasil dan yang terakhir adalah pasca
pembelajaran.
Model ini tentunya dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran,
khususnya pada pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013.

C. IMPLEMENTASI MODEL MULTISENSORI DALAM


PEMBELAJARAN
1. Implementasi Model
Pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Multisensori dalam
pembelajaran membutuhkan waktu antara 70-140 menit yang berlangsung
dalam 1-3 kali pertemuan. Untuk efektivitas pelaksanannya, jadwal
pe,beljaran dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Dalam implementasinya
guru dan siswa harus memiliki semangat dan motivasi bekerja baik secara
individu maupun secara kooperatif. Selama penerapan model, guru harus
mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja siswa untuk mengatur dan
mengikat pola berpikir dan pola kebiasaan belajar serta mencoba
mempengaruhi siswa secara psikologis agar mereka terbiasa beraktivitas
dengan baik.
a. Prinsip Reaksi
Reaksi utama yang harus diberikan pada setiap tahapan
pembelajaran adalah guru harus senantiasa membangkitkan motivasi
belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan
produktif, dan membiasakan siswa menggunakan berbagai alat
indranya dalam bekerja secara kooperatif, kolaboratif, dan
komunikatif.

b. System Lingkungan
Guna menerapkan model ini, system lingkungan belajar yang
diharapkan tersedia adalah ketersediaan masalah yang bisa dipecahkan
secara multiperspektif, media dan sumber belajar yang relevan, lembar
kerjs proses yang lengkap secara individu dan kelompok, dan situasi
pembelajaran yang mendukung. Yang tidak kalah pentingnya adalah
siswa harys menyadari benar peran dan tugasnya selama pembelajaran
yang meliptu (1) mengomptimalkan penggunaan alat indra sebagai
alat belajar, (2) mendayagunakan kemampuan berpikir, keterampilan
berkreasi, dan motivasi belajar dan bekerja, (3) siap bekerja sama
secara kolaborasi dan kooperatif, dan (4) mengoptimalkan
kemampuan berkomunikasi baik intrakelompok maupun
antarkelompok

c. Dampak yang Diharapkan


Model Pembelajaran Multisensori dikembangkan dengan harapan
memberi dampak instruksional berupa (1) peningkatan kemampuan
siswa dalam menguasai materi pembelajaran, (2) pengembangan
kemampuan siswa dalam melaksanakan penelitiab/observasi berbasis
penggunaan berbagai alat indrawi, dan (3) peningkatan kemampuan
siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dampak penyertanya
ialah dalam hal (1) mengembangkan karakter siswa antara lain
disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani,
dan kritis serta etis dan (2) membentuk kecakapan hidup pada diri
siswa, (3) meningkatkan sikap ilmiah dan (4) membina kemampuan
siswa dalam berkomunikasi, beragumentasi, dan berkolaborasi/bekerja
sama.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan ​ ​: SD/MI


Kelas / Semester ​ ​: III (Tiga) / 1
Tema 3 ​ ​ ​: Benda di Sekitarku
Sub Tema 4 ​ ​ ​: Keajaiban Perubahan Wujud di Sekitarku
Fokus Pembelajaran ​ :​ Bahasa Indonesia, PPkn, dan PJOK

Pembelajaran ​ ​ ​: 2
Alokasi Waktu ​ ​: 1 Hari

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 :​ ​ enerima,
M menjalankan dan menghargai ajaran agama
yang dianutnya.
KI 2 ​: ​Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya
KI 3 ​: ​Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca dan menanya ) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan
tempat bermain.
KI 4 ​: ​Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia
B. KOMPETENSI DASAR (KD)
Bahasa Indonesia

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 3.1 Menggali informasi tentang konsep 3.1.1 Mengidentifikasi informasi


perubahan wujud benda dalam tentang perubahan wujud pada
kehidupan sehari-hari yang proses memasak makanan.
disajikan dalam bentuk lisan, tulis,
visual, dan/atau eksplorasi
lingkungan.
2 4.1 Menyajikan hasil informasi tentang 4.1.1 Mengidentifikasi informasi
konsep perubahan wujud benda tentang perubahan wujud benda
dalam kehidupan sehari-hari dalam berdasarkan wacana dengan tepat.
bentuk lisan, tulis, dan visual
menggunakan kosakata baku dan
kalimat efektif.

PPKn

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 1.4 Mensyukuri makna bersatu dalam 1.4.1 Meyakini makna sikap bersatu
keberagaman di lingkungan sekitar
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa.
2 2.4 Menampilkan sikap kerja sama 2.4.1 Menampilkan sikap bersatu dalam
sebagai wujud bersatu dalam keluarga
keberagaman di lingkungan sekitar.
3 3.4 Memahami makna bersatu dalam 3.4.1 Mengidentifikasi kegiatan tolong-
keberagaman di lingkungan sekitar. menolong.

4 4.4 Menyajikan bentuk-bentuk 4.4.1 Bercerita tentang aktivitas tolong


kebersatuan dalam keberagaman di menolong.
lingkungan sekitar.

PJOK

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 3.3 Memahami kombinasi gerak dasar 3.3.1 Mengidentifikasi cara mengiring


manipulatif sesuai dengan konsep bola.
tubuh, ruang, usaha, dan
keterhubungan dalam berbagai
bentuk permainan sederhana dan
atau tradisional.
2 4.3 Mempraktikkan kombinasi gerak 4.3.1 Mempraktikkan cara menggiring
dasar manipulatif sesuai dengan bola.
konsep tubuh, ruang, usaha, dan
keterhubungan dalam berbagai
bentuk permainan sederhana dan
atau tradisional.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengidentifikasi wujud benda
dengan tepat.
2. Dengan membuat pertanyaan, siswa dapat mengidentifikasi informasi yang
berdasarkan gambar dengan tepat
3. Dengan mengamati kegiatan percobaan, siswa dapat mengidentifikasi
informasi tentang perubahan wujud pada proses memasak makana dengan
teliti.
4. Dengan mendengarkan, siswa dapat memahami makna sikap bersatu
dengan benar.
5. Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengidentifikasi contoh sikap
bersatu dalam keluarga dengan tepat
6. Dengan memperhatikan contoh, siswa dapat bercerita tentang aktivitas
tolong menolong dengan percaya diri.
7. Dengan mendengarkan penjelasan, siswa dapat mengidentifikasi cara
mengiring bola dengan tepat.
8. Dengan mengamati contoh, siswa dapat mempraktikkan cara menggiring
bola dengan benar.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Perubahan wujud benda
Perubahan wujud benda bermacam-macam, salah satunya ialah
perubahawan wujud benda dari padat ke cair kembali lagi ke padat. Peristiwa
itu dapat ditemukan dalam kegiatan sehari-hari, seperti membuat gulali. Cara
membuat gulali, sebagai berikut:
1) Siapkan alat dan bahan (500g gula pasir, 250ml air matang, pewarna
makanan, dan tusuk sate)
2) Campurkan 500 gram gula pasir dengan 250 ml air matang. kemudian,
tambahkan pewarna jika diperlukan.
3) Aduk campuran tersebut hingga merata. Kemudian, panaskan di atas
api sedang.
4) Aduk-aduk terus hingga menididih dan airnya mulai berkurang. Setelah
itu, angkat dari api dan diamkan sampai adonan mengental.
5) Jika sudah dingin dan mengental, maka adonan gulali tersebut sudah
boleh dibentuk. Lilitkan pada tusuk sate dan bentuk menjadi aneka
bentuk yang kamu sukai.

2. Sikap bersatu
Indonesia memilki banyak keragaman, baik itu agama, suku, bahasa,
dll. Dari keberagaman tersebut seharusnya dapat mempererat hubungan antara
masyarakat satu dan lainnya. Sama seperti semboyan nasional kita yaitu,
“Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kita
harus bisa menjada persatuan dan keastuan, meskipun kita berasal dari latar
belakang yang beragam. Persatuan dan kesatuan dapat dilatih mulai dari
lingkungan terdekat, yaitu rumah dan sekolah.

3. Menggiring bola
Kita dapat mempelajari cara menggiring bola dengan 3 cara, yaitu:
1) Menggiring bola dengan menggunakan kaki bagian dalam.
2) Menggiring bola dengan menggunakan kaki bagian luar.
3) Menggiring bola dengan menggunakan punggung kaki dan kaki bagian
luar.

E. METODE PEMBELAJARAN
​ endekatan
P :​ ​ aintifik
S

​ odel
M :​ Cooperative Learning

​ etode
M :​ Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan
ceramah
F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER BELAJAR
1. Media:
• Wacana tentang membuat gulali.
• Power Point tentang kegiatan sikap bersatu
• Teks cerita Edo
2. Alat:
• Kompor
• Panci
• Bola Sepak
• Bahan membuat gulali: 500 gr gula pasir, 250 ml air matang, pewarna
makanan (jika ada), dan tusuk sate.

3. Sumber:
• Buku Pedoman Guru Tema : Benda di Sekitarku Kelas III (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2018).
• Buku Siswa Tema : Benda di Sekitarku Kelas III (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018).

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Fase Model Deskripsi Kegiatan
Waktu
Menyampaika Pra-pembalajaran 15 menit
n tujuan
1. Memberikan salam kepada semua siswa
pembelajaran
dan motivasi 2. Mengecek kerapian tempat duduk dan kebersihan
siswa kelas
3. Kelas dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh
salah satu siswa
4. Menanyakan kabar siswa serta mengecek kehadiran
siswa
Kegiatan Awal
1. Menginformasikan tema yang akan diajarkan
2. Melakukan appersepsi dengan bertanya kepada
siswa mengenai sikap bersatu dalam kehidupan
sehari-hari
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam proses pembelajaran
4. Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan
oleh guru terkait dengan materi pembelajaran

Menyajikan Kegiatan Inti 180 menit


informasi
1. Siswa diminta untuk mengamati gambar gulali.
2. Fase 1 (Membuat Pertanyaan dan Mengujinya): dari
gambar tersebut timbul pertanyaan dari siswa,
seperti “apa itu gulali?”, “termasuk benda apa
gulali itu? “bagaimana cara membuat gulali?”.
3. Fase 2 (Merumuskan Hipotesis): Siswa dibimbing
untuk menentukan hipotesis yang ditelti dari
pertanyaan tersebut.
Mengorganisas 4. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok belajar
ikan siswa ke yang beranggotakan 4-5 orang.
dalam 5. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
kelompok- langkah-langkah cara membuat gulali.
kelompok
belajar 6. Fase 3 (Penelitian Berbasis Multisensori) Siswa
mengamati langkah awal proses pembuatan gulali
yang dilakukan oleh guru.

Membimbimg 7. Setiap perwakilan kelompok diminta untuk


kelompok membantu guru dalam pembuatan gulali.Siswa
belajar dan mencatat apa yang terjadi pada gula pasir selama
bekerja proses pembuatan gulali dilakukan.
8. Menggali pengetahuan siswa setelah mempraktikan
proses pembuatan gulali dengan beberapa
pertanyaan
9. Kegiatan selanjutnya adalah membuat pertanyaan.
Siswa diminta untuk membuat pertanyaan dari
wacana mengenai proses pembuatan gulali dan
mencari jawabannya.
10. Siswa diarahkan untuk memerhatikan tanda baca
dan huruf besar ketika menulis.
11. Fase 4 (Mengolah dan Menganalisis Data): Siswa
mendiskusikan peristiwa yang terjadi selama
proses pembuatan gulali.
12. Fase 5 (Menguji Hipotesis): Setelah membuat
pertanyaan, siswa mengisi jenis perubahan wujud
yang terjadi selama proses pembuatan gulali, dan
menuliskannya di Buku Siswa.
13. Setelah itu, setiap anggota kelompok menguji
dugaan sementara berdasarkan observasi yang
telah dilakukan.
14. Fase 6 (Membuat Simpulan Umum): Setiap
kelompok diminta untuk menyimpulkan hasil
obsevrasi yang telah dilakukan.
15. Kemudian, setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi berdasarkan
observasi yang telah dilakukan.
16. Setelah presentasi, siswa mendengarkan penguatan
dari guru mengenai perubahan wujud berdasarkan
proses pembuatan gulali.
17. Siswa melanjutkan kelas dengan menyimak
penjelasan guru tentang makna sikap bersatu.
18. Siswa mengamati gambar dan memilih kegiatan
yang menunjukkan sikap bersatu dalam keluarga.
19. Siswa diminta untuk mendiskusikan makna dan
contoh sikap bersatu dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa menuliskan hasil diskusi di Lembar Kerja
Siswa.
20. Siswa diminta untuk membaca cerita Edo yang
terdapat pada buku siswa.
21. siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya
saling tolong-menolong di rumah setelah membaca
teks cerita edo.
22. Kemudian siswa menyimak penjelasan guru
tentang pentingnya persatuan tidak hanya di
lingkungan keluarga di rumah, bahkan dalam
permainan olahraga seperti sepak bola, mempunyai
sikap bersatu dalam tim adalah penting.
23. Siswa menyimak penjelasan tentang tujuan
kegiatan hari ini yaitu berlatih menggiring bola.
24. Ingatkan pembelajaran minggu sebelumnya tentang
menendang bola.
25. Melakukan pemanasan yang dilakukan dengan
bermain estafet bola.
26. Setelah selesai pemanasan, siswa membentuk
barisan. Siswa diminta memerhatikan bagaimana
teman yang paling mahir menggiring bola.
27. Siswa mendengarkan penjelasan cara menggiring
bola yang tepat yang disampaikan guru.
28. Siswa memperhatikan cara menggiring bola
dengan menggunakan sebuah teknik dengan
dicontohkan oleh guru.
29. Siswa mencoba teknik yang diajarkan.
30. Siswa menentukan gerakan dengan teknik apa yang
paling mudah untuk dilakukan.
31. Siswa berlatih dengan bimbingan guru.
32.

Evaluasi Kegiatan Akhir 15 menit


1. Siswa membuat kesimpulan bersama guru
2. Melakukan evaluasi tentang materi pembelajaran

Membaerikan 3. Memberikan refleksi diri kepada siswa


penghargaan
4. Memberikan tindak lanjut kepada siswa
5. Salam dan doa penutup yang dipimpin oleh salah
satu siswa

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum


2013. ​Bandung: PT Refika Aditama.
Iskandar, Alfian Deni. 2016. Penerapan Model Multisensori Melalui Media
Realia ​Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD ​ ​Negeri 2 Astomulyo. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandar Lampung:
Universitas ​Lampung. Dalam:
​ ​http://digilib.unila.ac.id/22482/20/SKRIPSI%20TANPA%BAB%20PE
MBA ​ ASAN.pdf. Diakses pada 14 Agustus 2019.
H
Nafi’ah, Jamilatun. 2018. “Penerapan Model Pembelajaran Multisensori
pada ​ ​Pembelajaran Tematik Subtema Pelestarian Kekayaan Sumber
Daya Alam di ​Indonesia”. Indonesian Journal of Islamic Teaching. Vol.1, No.
1.
Dalam: ​ ​http://ejournal.pascasarjana- ​iainjember.id/index.php/IJT
/article/download/12/20. Diakses pada 14 Agustus ​ 2019.
Ni’mah, Nihayatun. 2015. Pengaruh Pendekatan Multisensori Terhadap
Kemampuan ​Membaca Tulisan Arab pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist
di MI NU ​ ​ amrinul Aulad Janggalan Kudus Tahun Pelajaran
T
2015/2016. Skripsi. Tidak d​ iterbitkan. Jawa Tengah: Sekolah Tinggi Islam
Negeri Kudus.
Dalam: ​ ​http://eprints.stainkudus.ac.id/1505/4/6.%20BAB%200II.pdf.
Diakses pada 14 ​Agustus 2019.
Wahyudi, Wahid. Keefektifan Model Pembelajaran Multisensori terhadap
Hasil ​ ​Belajar Fisika Materi Impuls dan Momentum pada Siswa Kelas
X SMK ​ ​Muhammadiyah 2 Boja Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi.
Tidak ​ ​diterbitkan. Semarang: Universitas Islam Walisongo.
Dalam: ​ ​ ​http://eprints.walisongo.ac.id/5001/1/103611026.pdf.
Diakses pada 14 ​ ​ gustus 2019.
A

Anda mungkin juga menyukai