Anda di halaman 1dari 8

Landasan Historis Kependidikan Di Indonesia

Sejarah (history) merupakan keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian didasari
oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah memiliki banyak informasi – informasi yang mengandung
kejadian, konsep, model, teori, praktik, moral, cita – cita, bentuk dan lain – lain (pidarta, 2007: 109).
Sejarah (history) merupakan suatu warisan dari generasi ke generasi yang tidak ternilai harganya.
Adanya sejarah dapat memberikan wawasan, pengetahuan, informasi tentang kejadian dimasa
lampau, dan contoh bagi generasi muda dalam perkembangan peradaban di masa akan datang.

Indonesia dan Negara lain awalnya memiliki dua perkembangan yaitu ekonomi dan sistem
pendidikan yang baik berdasarkan kebudayaan tradisional. Pada masa Kolonial, sistem pendidikan
berkembang berdasarkan pada sistem pendidikan sebelumnya. Pada masa modern saat ini sistem
pendidikan yang berlaku berdasarkan pada perkembangan dari sistem pendidikan kolonial (Williams,
1977:17).

Sejarah (historis) pendidikan nasional di Indonesia berkaca pada pandangan ke masa lalu,
sehingga melahirkan studi – studi historis tentang proses perjalanan pendidikan Nasional Indonesia,
terjadi pada periode tertentu di masa lampau. Sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia dimulai
sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, sebagai aktivitas intelektualisasi, budaya dan sebagai alat
perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme. Menjelang kemerdekaan
Indonesia ke 64, adanya sistem politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di Era Reformasi yang
mewujudkan pola pendidikan nasional seperti sekarang ini. Partisipasi manusia dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berkaca pada pandangan dan dasar pemikiran pendidikan
diarahkan pada optimasi sebagai integral dari proses pembangunan bangsa.

Pendidikan berperan penting dalam menyiapkan generasi kearah yang baik dan berkualitas
demi kepentingan masa depan. Pendidikan sebagai institusi yang utama dalam pembentuk sumber
daya manusia yang handal dan berkualitas dan bermanfaat bagi bangsa dan negera. Indonesia
memiliki SDM tergolong rendah dalam dunia persaingan baik dalam kompetensi bekerja dan daya
sanding (bekerja sama) dengan bangsa lain di dunia (Anzizhan, 2004:1). Kegiatan manusia yang ingin
di capai untuk maju, berkaitan dengan bagimana keadaan bidang tersebut di masa lampau (pidarta,
2007:110). Bahan pembanding kemajuan pendidikan suatu bangsa melalui sejarah pendidikan.
Adapun pembahasan landasan sejarah (historis) kependidikan di Indonesia sebagai berikut ini:

1. Sejarah Pendidikan Dunia

Perjalanan sejarah pendidikan di dunia berkembang dari Zaman Hellenisme (150 SM – 500),
zaman pertengahan (500 – 1500), zaman Humanisme (Renaissance), zaman Reformasi dan
Kontra Reformasi (1600an). Pendidikan saat ini belum memberikan kontribusinya pada zaman
sekarang (Pidarta, 2007: 110). Adapun sejarah pendidikan dunia berikut ini:

a. Realisme

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan alam dan adanya penemuan ilmiah yang
baru, mengarahkan pendidikan pada kehidupan yang bersumber pada keadaan dunia. Adanya
perbedaan pendidikan sebelumnya bersumber (berkiblat) pada dunia ide, surga dan akhirat.
Realisme menghendaki pikiran yang praktis (Pidarta, 2007: 111). Aliran pengetahuan yang
benar tidak hanya diperoleh melalui penginderaan saja tetapi melalui persepsi penginderaan
(Mudyahardjo, 2008:117). Tokoh pendidikan zaman realisme yaitu Francis Bacon dan Johann
Amos Comeniusm.

b. Rasionalisme

Zaman ini manusia diberikan kekuasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan
keinginannya dan dibutuhkan latihan pengetahuan dan tindakan. Paham ini muncul karena
masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan Raja Perancis yang
memiliki kekuasaan absolut. Tokoh pendidikan zaman ini adalah John Locke di abad ke 18.
Teorinya yang terkenal adalah leon Tabularasa yaitu mendidik ibaratnya seperti menulis
diatas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia ini bisa
mengarah kepada hal – hal yang negatif, seperti intelektualisme, individualisme, dan
materialisme.

c. Naturalisme

Abad ke 18 terjadi reaksi protes aliran Rasionalisme dan muncul aliran yang
bertokohkan J.J Rousseaum. Aliran ini menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio,
hati dan alamiah (pendidikan alam), dan menentang kehidupan yang tidak wajar di aliran
Rasionalisme yaitu korupsi, gaya hidup yang dibuat – buat dan sebagainya. Adanya aliran
Naturalisme manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan dan menemukan jalan kebenaran
dalam dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118).

d. Developmentalisme

Pendidikan merupakan suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini disebut
gerakan psikologis dalam pendidikan. Tokoh aliran ini yaitu Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart,
Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall. Konsep pendidikan yang dikembangkan menurut
Pidarta dan Mudyaharjo ada 6 salah satunya yaitu:

 Pengembangan dilakukan sejalan dengan tingkat – tingkat perkembangan anak (Pidarta,


2007: 116) melalui observasi dan eksperimen (Mudyaharjo, 2008: 114).

 Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan


pengembangan pendidikan universal (Mudyaharjo, 2008: 114).

e. Nasionalisme

Abad ke 19 muncul aliran ini dan membentuk patriot bangsa demi mempertahankan bangsa
dari kaum imperialis. Tokohnya yaitu La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika
Serikat) dan konsep yang di kembangkan yaitu:

 Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara

 Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani dan kejuruan

 Materi pelajaran meliputi bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan


kewarganegaraan, lagu – lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan
jasmani.
Pengaruh negatif pendidikan zaman ini munculnya chaufinisme,yaitu kegilaan atau
kecintaan terhadap tanah air yang berlebih – lebihan seperti yang terjadi di Jerman, dan
menimbulkan pecahnya Perang Dunia 1 (Pidarta, 2007: 120).

f. Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme

Zaman ini lahir pada abad ke 19, liberalisme menyebutkan pendidikan merupakan alat
untuk memperkuat kedudukan penguasa (pemerintahan) dipelopori oleh Adam Smith dalam
bidang ekonomi. Mengarah pada individualism seseorang yang memiliki pengetahuan luas
maka berkuasa. Positivisme adalah percaya adanya kebenaran dan dapat diamati oleh panca
indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Sedangkan tokoh dalam
positivisme yaitu Agust Comte.

g. Sosialisme

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu bahkan dua
generasi, sehingga memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri, dan lahirlah
sosialogi pendidikan. Kajian sosiologi tentang pendidikan prinsipnya mencakup semua jalur
pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun luar sekolah. Adapun ruang lingkup sosiologi
pendidikan yaitu:

1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain dan hubungan kemanusiaan
di sekolah, serta pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya

2) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial.

2. Sejarah Pendidikan Indonesia

Sejarah pendidikan di Indonesia berjalan sangat lama, yaitu mulai zaman tradisoinal
(pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman penjajahan) sampai zaman merdeka. Zaman
perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia sebagai berikut:

a. Zaman Pengaruh Hindu Dan Budha

Abad ke 5 Indonesia kedatangan aliran Hinduisme dan Budhaisme. Aliran dua agama ini
sangat berbeda, tetapi di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretismeyaitu
keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi.
Secara estimologi berasal dari lambang Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika (berbeda – beda
tepi tetap satu jua) sebagai dasar keyakinan tersebut (Mudyaharjo, 2008: 215). Zaman ini
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan kedua agama tersebut. Pendidikannya dilakukan
dalam rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan kedua agama tersebut.

b. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)

Islam masuk di Indonesia di akhir abad 13 dan berkembangan pesat di masyarakat


Nusantara pada abad 16. Perkembangan pendidikan islam di Indonesia sejalan dengan
berkembangnya penyebaran islam di Nusantara, baik melalui agama ataupun sebagai arus
kebudyaan. Pendidikan islam disebut pendidikan islam tradisional dan memiliki tujuan yang
sama dengan tujuan hidup islam untuk mengabdi kepada ajaran Allah SWT sesuai dengan
ajaran Nabi Muhammad S.A.W untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendidikan
islam tradisional tidak secara terpusat tetapi penyebarannya melalui para ulama di suatu
wilayah tertentu dan terkoordinir secara perorangan oleh para Wali Songo (di Jawa), dan
diluar Jawa dikembangkan oleh pemangku adat misalnya di Minangkabau.

c. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik Dan Kristen)

Bangsa Portugis berkeinginan untuk menguasai perdagangan dan perniagaan Timut –


Barat dengan menenukan jalan laut menuju dunia Timur, menguasai Bandar – Bandar di
daerah strategis sebagai mata rantai perdagangan dan perniagaan pada abad 16 (Mudyaharjo,
2008: 242).

Bangsa Portugal datang ke wilayah Timur (termasuk Indonesia) dalam mencari kejayaan
(glorious) dan kekayaan (gold) dengan maksud untuk menyebarkan agama Katholik (gospel).
Perdagangan bangsa Portugis menetap di bagian Timur Indonesia (wilayah kaya hasil rempah
– rempah).

Kakuasaan Portugis mulai melemah akibat pengaruh peperangan dengan raja – raja
Indonesia dan digeser dengan kedatangan Belanda tahun 1605 (Nasution, 2008: 4). Portugis
melibatkan paderi misionaris terkenal di Maluku dijadikan pijakan menjajah Franciscus
Xaverius dari orde Jesuit. Orde Jesuit berdiri tahun (1491 – 1556) oleh Ignatius Layola dan
bertujuan untuk keagungan dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Pencapaiannya dengan
cara memberikan khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Xaverius menyebutkan
bahwa melihat pendidikan sebagai alat canggih untuk penyebaran agama (Nasution, 2008: 4).

Orang Belanda datang pertama kali tahun 1596 memberikan pengaruh Kristen dan
bertujuan mencari rempah – rempah di pimpin oleh Cornelis de Houtman. Menghindari
adanya persaingan, pemerintah Belanda mendirikan kongsi dagang VOC (ureenigds Oost
Indische Compagnie) dan persekutuan dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo,
2008:245). Pengaruh sikap VOC terhadap pendidikan yaitu tetap membiarkan
penyelenggaraan pendidikan tradisional Nusantara, dan mendukung penyelenggaraan
sekolah untuk tujuan menyebarkan agama Kristen. VOC berpusat pada pendidikan di wilayah
Timur Indonesia (katholik berakar di Batavia Jakarta) merupakan pusat administrasi kolonial.
Selain itu bertujuan untuk menghapuskan agama Khatolik diganti agama Kristen Protestan,
Calvinisme (Nasution, 2008: 4).

d. Zaman Kolonial Belanda

Perkembangan VOC diperkuat oleh persenjataan dan benteng dari Belanda, sebagai
landasan untuk menguasai daerah sekitarnya. Semakin lama kantor pusat komersial
perdagangan menjadi berbasis politik dan territorial. Setelah perang colonial di berbagai
daerah di Indonesia, menyebabkan Indonesia jatuh dalam penguasaan pemerintah Belanda.
Tahun 1816 VOC turun dan pemerintahan dikendalikan oleh Komisaris Jendral Inggris.
Sehingga pendidikan zaman VOC gagal total menyebabkan sistem pendidikan mulai dari awal
lagi. Ide Liberal aliran Ufklarung atau Enlightementmenyebutkan bahwa pendidikan sebagai
alat untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial, dan memberikan pengaruh bagi mereka.
Hal inilah yang menyebabkan kurikulum sekolah mengalami perubahan secara radikal.
Tujuannya untuk mengembangkan kemapuan intelektual, nilai – nilai rasional dan sosial dan
diterapkan untuk anak – anak Belanda di abad 19.

Tahun 1848 pemerintah mengeluarkan peraturan untuk menerima tanggung jawab


pendidikan anak – anak Indonesia yang lebih besar, dan peraturan ini menjadi perdebatan di
parlemen Belanda sebagai cermin sikap liberal dan menguntungkan bagi rakyat Indonesia.
Artikel majalah De Gids tahun 1899 dikeluarkan oleh Van Deventer berjudul ”Hutang
Kehormatan” menyebutkan bahwa menganjurkan pemerintahannya lebih memajukan
kesejahteraan rakyat Indonesia sebagai ”Politik Etis” dan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat melalui irigasi, transmigrasi, reformasi, pendewasaan, perwakilan.
Semua tujuan membutuhkan peranan penting dalam pendidikan. Van Deventer juga
mengembangkan pengajaran bahasa Belanda, untuk menguasai Belanda secara kultural lebih
maju dan dapat menjadi pelopor lainnya.

Berjalannya ”Politik Etis” menunjukkan kemajuan yang pesat dalam bidang pendidikan
selama beberapa dekade. Pendidikan berorientasi Barat, bersifat terbatas hanya untuk
beberapa golongan saja yaitu untuk anak – anak Indonesia yang orang tuanya sebagai pegawai
pemerintahan Belanda, menjadi elite intelektual baru. Golongan inilah yang berjuang merintis
kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangannya masih bersifat kedaerahan dan berubah
menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo tahun 1908 dan meningkat
perkembangan ditandai lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928. Tokoh pendidikan yaitu
Muhammad Syafei dengan ”Indonesisch Nederlandse School–nya,”Ki Hajar Dewantoro
dengan Taman Siswanya, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan pendidikan Muhammadiyahnya
semuanya mendidik anak – anak supaya bisa mandiri dengan jiwa mereka (Pidarta, 2008: 125).

e. Zaman Kolonial Jepang

Masa penjajahan Jepang, perjuangan bangsa Indonesia tetap berlanjut untuk mencapai
kemerdekaan. Bangsa Jepang telah menguras kekayaan alam di Indonesia, tetap bangsa
Indonesia tidak pantang menyerah, dan terus mengobarkan semangat 45 di hati. Sisi positif
dari penjajahan Jepang di bidang pendidikan. Pendidikan dualisme dari Belanda dihapuskan
dan digantikan dengan pendidikan yang sama untuk semua orang. Penggunaan bahasa
Indonesia secara luas diinstruksikan Jepang dalam dunia pendidikan, perkantoran, dan
kehidupan sehari – hari. Hal inilah yang mempermudah jalannya bangsa Indonesia untuk
merealisasikan Indonesia merdeka tanggal 17 agustus 1945 dan membuat cita – cita bangsa
Indonesia menjadi kenyataan saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia.

f. Zaman Kemerdekaan (Awal)

Perjuangan bangsa Indonesia berlanjut meskipun kemerdekaan sudah tercapai. Hal ini
dipengaruhi adanya gangguan penjajah silih berganti untuk menguasai Indonesia lagi.
Pengaruh tersebut menyebabkan pendidikan bukan menjadi prioritas utama, prioritas utama
Indonesia yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan penuh
perjuangan. Adapun tujuan pendidikan masih belum dirumuskan dalam undang – undang
pendidikan. Sistem persekolahan di Indonesia bekas jajahan Jepnag terus disempurnakan.
Tetapi pelaksanaannya masih belum tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan bahkan
pendidikan di daerah – daerah tidak dapat dilaksanakan. akibat adanya pengaruh keamanan
para pelajar yang terancam, dan banyak pelajar yang ikut serta dalam mempertahankan
perjuangan kemerdekaan sehingga tidak pergi kesekolah.

g. Zaman Orde Lama

Gangguan penjajah mulai meredam, kemerdekaan digunakan untuk menggerakkan


pembangunan dalam segala bidang (spiritual ataupun material). Adanya konsolidasi yang
intensif, sistem pendidikan Indonesia terdiri atas pendidikan rendah, menengah, dan tinggi.
Pendidikan menekankan untuk membimbing siswanya menjadi warga Negara yang
bertanggung jawab, sesuai dengan dasar keadilan sosial, dan sekolah harus terbuka bagi setiap
penduduk Negara.

Tujuannya membangun bangsa supaya menjadi bangsa mandiri dan mampu


menyelesaikan revolusinya, baik di dalam maupun diluar. Pendidikan secara spiritual dapat
membina bangsa yang ber-pancasila dan mempu menyelenggarakan UUD 1945. Sosialisme
Indonesia, demokrasi terpimpin, kepribadian Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka
tujuan ”Revolusi Indonesia” sesuai dengan membentuk Manipol NKRI dari wilayah Sabang
sampai Merauke. Rangka menyelenggarakan masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan
makmur, lahir dan batin, menghapuskan kolonialisme, mengusahakan dunia baru, tanpa
penjajahan, penindasan dan penghisapan, kearah perdamaian, persahabatan nasional yang
sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008: 403).

h. Zaman Orde Baru

Orde Baru mulai setelah peristiwa G30 SPKI tahun 1965 ditandai adanya upaya
melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penyelanggaraan pendidikan dikoreksi
dari penyimpangan di masa Orde Lama yaitu menetapkan pendidikan agama sebagai mata
pelajaran wajib di SD sampai perguruan tinggi.

Orde Baru menyebut pendidikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar sekolah. Sehingga pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan
masyarakat. Pendidikan zaman ini memungkinkan adanya penghayatan dan pengetahuan
Pancasila secara meluas di masyarakat, tidak hanya di sekolah sebagai mata pelajaran pada
setiap jenjang pendidikan, tetapi dikembangkan pula kebijakan link and match di bidang
pendidikan. konsep keterkaitan dan kepadanan dijadikan strategi operasional dalam
meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta, 2008: 137). Sistem
pendidikannya sentralisasi yang berpusat pada pemerintahan.

i. Zaman Reformasi

Orde Baru berlangsung kekuasaan dipegang rezim partai terbesar (Golkar) berisi
tentang kebebasan masyarakat untuk melakukan sesuatu, kebebasan untuk berbicara dan
menyampaikan pendapatnya. Orde Baru berlangsung tahun 1998 menyebabkan masyarakat
bebas bagikan burung lepas dari sangkarnya. Masa Reformasi ini, merupakan tahap awal
untuk mengejar kebebasan tanpa program yang jelas. Perekonomian Indonesia juga
mengalami perubahan di era Orde Baru serta menyebabkan bangsa Indonesia mangalami
ekonomi terpuruk, bertambahnya pengangguran, banyak penduduk miskin, korupsi semakin
menjadi dan susah diberantas. Bidang pendidikan ada perubahan dengan munculnya Undang
– undang pendidikan yang mengubah sistem pendidikan sentralisasi menjadi desentralisasi
untuk mewujudkan pendidikan secara perlahan misalnya KBM (Kurikulum Berbasis
Kompetensi), MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Keterampilan Hidup), TQM
(Total Quality Management), KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan).

Sistem pendidikan di Indonesia diatur dalam UU RI No. 20 Th 2003, Bab VI, menyatakan
bahwa pemerintah telah berusaha menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik – baiknya,
setiap tahun dan setiap ada pergantian pimpinan selalu berupaya untuk menyempurknakan
kurikulum, pola dan strategi pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

C. Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia

Adapun implementasi konsep pendidikan dalam landasan sejarah atau historis sebagai berikut
ini:

1. Tujuan Pendidikan

Pendidikan diharapkan memiliki tujuan dan dapat mengembangkan berbagai macam


potensi siswa, serta mengembangkan kepribadian siswa secara lebih harmonis. Tujuan
pendidikan diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, serta
kemandirian siswa. Di samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan kepada hal – hal praktis
dan memiliki nilai guna tinggi sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

2. Proses Pendidikan

Proses pendidikan terutama proses belajar mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama
antar siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu,
demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan tehnologi.

3. Kebudayaan Nasional

Pendidikan harus memajukan perkembangan kebudayaan Nasional. Kebudayaan nasional


merupakan puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia, supaya tidak hilang
terkena arus globalisasi (Pidarta, 2008: 149).

D. Penutup

1. Kesimpulan

Pendidikan mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau yang
memiliki nilai – nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan serta digunakan oleh generasi muda
dalam kehidupan sehari – hari dimasa ini. Dengan adanya warisan masa lampau (baik karya dan
pengalaman) dalam dunia pendidikan harus tetap dijaga, di pelihara, dan lestarikan sehingga
warisan (peradaban pendidikan masa lampau tetap diakui eksistensinya dan tidak tersia – siakan)
pada masa modernisasi saat ini.

E. Daftar Rujukan

Anzizhan, Syafaruddin. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta: PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. Jakarta:
Depdiknas, 2005 (online diakses tanggal 2 September 2015).

Williams, G. 1977. Towards Lifelong Education: A New Role for Higher Education Institutions. Paris:
UNESCO (online diakses tanggal 2 September 2015).

Anda mungkin juga menyukai