Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL MINIRISET

ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Karakter Bangsa

Dosen Pengampu : Nana Sutarna,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Afifah Putri Utami 196223015


2. Yulis Virgiani 196223030
3. Luthfiana Nur Azizah 196223033

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP MUMAMMADIYAH KUNINGAN

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENDIDIKAN KARAKTER

DI SD ISLAM PLUS BAITUSSALAM

Yang disusun oleh :

1. Afifah Putri Utami 196223015


2. Yulis Virgiani 196223030
3. Luthfiana Nur Azizah 196223033

Telah Disetujui Sebagai Bukti telah Melakukan Kegiatan Akhir Penelitian


Pendidikan Karakter Pada Tanggal 8-10 Desember 2020

Kuningan, 10 Desember 2020

Mengetahui

Wali Kelas Dosen Pengampu

Adilla Konitatina,S.Pd Nana Sutarna,M.Pd

223130902

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga mini riset ini dapat tersusun hingga selesai . Terimakasih kepada
DosenPembimbing mata kuliah pendidikan karakter , tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-ide dan waktunya. Adapun tujuan dibuatnya miniriset ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan karakter serta menjadi bahan materi
serta pengetahuan bagi kami dalam mengetahui seberapa jauh penerapan pendidikan
karakter khusunya di Sekolah Dasar IP Baitussalam. Mini riset ini dilakukan dengan
melakukan penelitian kualitatif yaitu mengumpulkan berbagai data-data dengan cara
observasi dan wawancara pda pihak-pihak yang terkait. Harapan kami semoga mini
riset ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk
ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam mini riset ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan mini riset ini.

Kuningan, Desember 2020

Kelompok 1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar isi...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian..........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................5

A. Landasan Teori..........................................................................................5

B. Penelitian Yang Relevan.........................................................................14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................18

A. Metode Penelitian......................................................................................18

B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................19

C. Sempel dan Sumber Penelitian..................................................................19

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................21

E. Instrumen Penelitian..................................................................................28

F. Teknik Analisis Data.................................................................................30

BAB IV HASIL PENELITIAN..........................................................................32

A. Deskripsi Hasil Penelitian.........................................................................32

B. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................................32

BAB V PENUTUP...............................................................................................34

A. Kesimpulan................................................................................................34

LAMPIRAN.........................................................................................................36

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang (UU) No.20, tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Sehingga nanatinya mampu menjadi anak bangsa
yang membanggakan. Sebab anak merupakan dambaan bagi setiap orang tua
dan anak adalah bagian dari generasi sebagai salah satu dari sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa.
Istilah pendidikan karakter muncul ke permukaan pada akhir-akhir ini, setelah
terjadi degradasi moral yang melanda bangsa Indonesia. Dimulai pada saat
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan kata-kata karakter
dalam pidatonya. Bermula dari sinilah, akhirnya Kemendiknas membuat
kebijakan baru, yaitu memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam
setiap pembelajaran di sekolah. Meskipun hal ini sedikit ada pro dan kontra,
pemerintah tetap mengamininya. Tentu yang demikian tidak ada maksud apa-
apa, tetapi demi kemajuan dan kebaikan bangsa kita tercinta Indonesia.
Pendidikan karakter, terambil dari dua suku kata yang berbeda, yaitu
pendidikan dan karakter. Kedua kata ini mempunyai makna sendiri-sendiri.
Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih pada
sifatnya. Artinya, melalui proses pendidikan tersebut, nantinya dapat
dihasilkan sebuah karakter yang baik.
Sedangkan pendidikan sendiri merupakan terjemahan dari education,
yang kata dasarnya educate atau bahasa Latinnya educo.
Educo berarti mengembangkan dari dalam, mendidik, melaksanakan hukum
kegunaan. Ada pula yang mengatakan bahwa kata education berasal dari
bahasa Latin educare yang memiliki konotasi melatih atau menjinakkan, dan
menyuburkan. Menurut konsep ini pendidikan merupakan sebuah proses yang
membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang
tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata; semacam proses penciptaan
sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri sendiri maupun diri orang lain.
Ada beberapa alasan mendasar yang melatari pentingnya pembangunan
karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis, normatif, historis maupun
sosiokultural. Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan
sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang
memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis,
pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif,
pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai
tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan
kehidupan bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Secara historis,
pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses
kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman
penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosiokultural,
pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa
yang multikultural.
Tujuan pendidikan secara umum adalah sama. Artinya, tujuan
pendidikan harus dapat menjadikan manusia untuk menjadi lebih baik, serta
dapat mengembangkan segala kemampuannya. Dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah menyebutkan bahwa
tujuan pendidikan ialah untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berimu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dunia pendidikan adalah sebagai instrumen penting sekaligus sebagai
penentu maju mundurnya sebuah bangsa dan lembaga pendidikan adalah
sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan pendidikan
karakter. Keduanya merupakan satu kesatuan yang seharusnya berjalan seiring
dan berimbang karena seperti yang sudah diungkapkan pada bab pendahuluan
bahwa kesuksesan seseorang 80% ditentukan dari karakteristik seseorang
apakah mampu mengelola potensi yang dimiliki serta mampu mengelola
orang lain. Makna dari mengelola tentunya bersifat psoitif yaitu mampu
bekerjasama dan mengimplementasikan potensi yang dimiliki dalam sebuah
tindakan yang kreatif.
Kemajuan suatu bangsa tidak akan tercapai hanya dengan tersedianya
sumber daya alam yang melimpah dan orang - orang cerdas tanpa didukung
dengan kepribadian yang positif. Di sinilah peran pendidikan karakter menjadi
sangat penting untuk menciptakan manusia yang cerdas, kreatif dan
berpepribadian yang luhur agar mampu mengelola sumber kekayaan alam
sesuai dengan semestinya yaitu untuk membangun sebuah bangsa yang tidak
hanya maju secara ekonomi atau tangguh dalam militer akan tetapi tidak
mencerminkan bangsa yang bermartabat melainkan menjadi bangsa yang
besar, mandiri dalam segala aspek dan bangsa yang berbudaya luhur dan
bermartabat.
Di jaman sekarang banyak siswa maupun tenaga pendidik yang
mengesampingkan pendidikan karakter pada siswa , padahal hal ini sangat
diperlukan dalam perkembangan anak baik hasil yang akan diperoleh maupun
proses yang dialami oleh siswa sebagai bekal dimasa yang akan datang
dimana pendidikan karakter merupakan objek utama yang menjadi tolak ukur dalam
berjalannya pendidikan disekolah agar siswa maupun guru dapat melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dengan baik sesuai dengan rencana pembelajaran. Oleh karena itu peniliti
ingin mendalami berbagai masalah maupun perkembangan pendidikan karakter di Sekolah
Dasar Islam Plus Baitussalam .
Dalam hal ini, riset yang dilakukan bertujuan untuk meneliti pendidikan karakter di
Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam baik secara materi maupun pengimplementasiannya
secara langsung dari segi siswa, guru, kepala sekolah maupun instrumen pendidikan di
lingkungan sekolah secara terstruktur dengan melakukan berbagai pengembangan yang
relevan sesuai kebutuhan siswa.
Metode yang dilakukan dalam riset ini adalah dengan melakukan wawancara dari
pihak siswa, guru, kepala sekolah dan berbagai sumber lainnya yang dibutuhkan untuk
memenuhi informasi yang diperlukan oleh peneliti dengan menyertakan bukti-bukti fisik
berupa rekaman video wawancara, dokumentasi foto dan berkas-berkas lainnya.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SD Islam Plus


Baitussalam?
B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di SD Islam Plus


Baitussalam.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. LANDASAN TEORI

1) Konsep pendidikan karakter

Karakter adalah bentuk watak, tabiat, akhlak yang melekat pada pribadi
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang digunakan sebagai
landasan untuk berpikir dan berperilaku sehingga menimbulkan suatu ciri
khas pada individu tersebut (Tim Penyusun, 2008:682). Karakter individu
akan berkembang dengan baik, apabila memperoleh penguatan yang tepat,
yaitu berupa pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pasal 3 UU tersebut
menyatakan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Pasal tersebut merupakan dasar bagi pengembangan
pendidikan karakter untuk pembentukan karakter manusia khususnya
generasi muda. Pembinaan karakter manusia selaku generasi muda dapat
ditempuh dengan berbagai upaya, termasuk melalui pendidikan yang
dilakukan secara terprogram, bertahap, dan berkesinambungan (Hasan,
2010:6). Proses dan hasil upaya pendidikan dampaknya tidak akan
terlihat dalam waktu yang segera, akan tetapi melalui proses yang
panjang. Melalui upaya tersebut setidaknya generasi muda akan lebih
memiliki daya tahan dan tangkal yang kuat terhadap setiap permasalahan
dan tantangan yang datang.
Dalam pendidikan karakter Muslich Masnur (2011:75) Lickona
(1992) “menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik
(components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan
tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral
action atau perbuatan moral”. Hal ini diperlukan agar anak mampu
memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebijakan.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Menurut Lickona Thomas, tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil.
Menurut Thomas Lickona (1992) dalam Masnur Muslich
(2011:29) tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
efektif. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan,maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil.Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan
sarana prasarana,pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah
Pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang mencakup semua
perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-
nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta
keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk
menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik
jasmani begitu pula ruhani. Maka, banyak ahli membahas definisi
pendidika, tetapi dalam pembahasannya mengalami kesulitan karena
antara satu definisi dengan definisi yang lain sering terjadi perbedaan.
Ahmad D. Marimba merumuskan pendidikan sebagai bimbingan
atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak
didik, baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Pengertian ini sangat sederhana meskipun secara substansi
telah mencerminkan pemahaman tentang proses pendidikan. Menurut
pengertian ini, pendidikan hanya terbatas pada pengembangan pribadi
anak didik oleh pendidik.
Dari proses yang di deskripsikan diatas, penjelasannya dapat
diringkas sebagai berikut :
PIKIRAN=> KEINGINAN => PERBUATAN=> KEBIASAAN=>

KARAKTER. Salah satu cara untuk membangun karakter adalah melalui


pendidikan. Pendidikan yang ada, baik itu pendidikan di keluarga,
masyarakat, atau pendidikan formal disekolah harus menanamkan nilai-
nilai untuk pembentukkan karakter.
2) Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Pemerintah memperkenalkan program pemerintah yang namanya


Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), PPK merupakan usaha untuk
membudayakan pendidikan karakter disekolah. Program PPK akan
dilaksanakan dengan bertahap dan sesuai kebutuhan. Program PPK
bertujuan untuk mendorong pendidikan berkualitas dan bermoral yang
merata di seluruh bangsa. Penerbiatan Peraturan Nomor 87 Pasal II tahun
2007 tentang Peraturan Pendidikan Karakter (PPK), memiliki tujuan :
a) Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi
emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan
Pendidikan Karakter yang baik guna menghadapi dinamika
perubahan di masa depan.
b) Mengembangkan platform membekali pendidikan nasional
yang menetapkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama
dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan
dukungan pelibatan public yang dilakukan melalui pendidikan
jalur formal, nonformal dan informal dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia dan
c) Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi
penidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan
lingkungan keluarga dalam pengimplementasian PPK.

Menurut Piaget anak usia 7-11 tahun mengalami tingkat


perkembangan Oprasional Konkrit tingkat ini merupakan permulaan
berfikir rasional. Ini berarti anak memiliki oprasi-oprasi logis yang
dapat diterapkannya pada masalah- masalah yang konkrit. Bila
menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, anak
dalam periode ini memilih mengambil keputusan logis dan bukan
keputusan perseptual seperti anak praoprasional. Pada zaman digital,
anak usia Sekolah Dasar sudah bisa mengoprasikan barang-barang
teknologi seperti ponsel, computer, video game dll.
Anak-anak dewasa ini lebih banyak mengabiskan waktu
bermain games online, berinteraksi dengan media gadget, seperti
telpon seluler, laptop dan video games. Aktivitas yang besentuhan
dengan teknologi lebih mewarnai kehidupan anak, dari pada dengan
teknologi lebih mewarnai kehidupan anak, dari pada
berinteraksi dengan teman sabaya di lingkungan rumah, bermain sepak
bola, bersepeda dan aktivitas bermain lainnya. Aktivitas anak usia
Sekolah Dasar harus diawasi oleh keluarga, pendidik maupun
masyarakat sekitar, agar anak tidak terkena dampak negative dari
teknologi digital.
3) Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Menurut Preston, anak usia Sekolah Dasar mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut :
a) Anak merespon terhadap bermacam macam aspek dari
dunia sekitanya.
b) Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki
dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri
hal-hal yang ingin mereka ketahui.
c) Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin
berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan
berbuat.
d) Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal
yang kecil atau terperinci yang sering kali kurang
penting atau bermakna.
e) Anak kaya akan imajinasi, dorongan ini dapat
dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni
yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga
dapat memahami orang-orang disekitarnya.

Berkaitan dengan atmosfer disekolah, ada sejumlah


karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa Sekolah
Dasar berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di Sekolah
Dasar.
a) Karakteristik pada masa kelas rendah Sekolah
Dasar (kelas 1, 2 dan 3)
 Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani
dan prestasi sekolah
 Suka memuji diri sendiri

 Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu,


hal itu di anggapnya tidak penting
 Suka membandingkan dirinya dengan anak
lain dalam hal yang menguntungkan dirinya
dan juga suka meremehkan orang lain
b) Karakteristik pada masa kelas tinggi Sekolah Dasar
(kelas 4,5 dan 6)
 Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis
sehari-hari
 Ingin tahu, ingin belajar, dan relistis

 Timbul minat pada pelajaran-pelajaran


khusus
 Anak memandang nilai sebagai ukuran yang
tepat mengenai prestasi belajarnya
disekolah.
4. Implementasi pendidikan karakter di Sekolah Dasar

Di Sekolah Dasar IP Baitussalam latar belakang diterapkannya


pendidikan karakter adalah supaya anak dapat memiliki perkembangan
tidak hanya dalam segi afektif dan motorik namun juga dari segi kognitif
yang dimana hal itu akan menjadi bekal mereka dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari.

Penerapan pendidikan ini juga didukung dari berbagai faktor baik


itu guru sebagai tenaga pendidik ,pemerintah sebagai lembaga
perencanaan pendidikan serta tentunya peran serta orangtua dalam
pengawasan perkembangan anak dalam setiap tingkah laku dan sikap yang
dimuculkan anak. selain beberapa faktor pendukung adapula beberapa
faktor penghambat diterapkannya pendidikan karakter yaitu perbedaan
tingkat daya serap anak serta sifat bawaan anak yang berbeda dan
kurangnya dukungan serta kepedulian orangtua akan pendidikan karakter
anak. Namun untuk mengatasi hal tersebut terdapat berbagai upaya dari
pemerintah contohnya dengan mengadakan berbagai workshop dan juga
diklat tentang penerapan pendidikan karakter untuk guru serta terdapat
pendidikan dalam kurikulum yang digunakan dan juga pemerintah sering
mengadakan perlombaan atau event yang dapat mengembangkan
pendidikan karakter dalam diri siswa.

Faktor kelurga sangat berperan dalam membentuk karakter anak.


Namun kematangan emosi social ini selanjutnya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekolah sejak usia dini sampai usia remaja. Bahkan menurut
Daniel Goleman, banyaknya orang tua yang gagal dalam mendidik anak-
anak, kematangan, emosi social anak dapat dikoreksi dengan memberikan
latihan pendidikan karakter kepada anak-anak di sekolah terutama sejak
usia dini.

Sekolah adalah tempat yang strategis untuk pendidikan karakter


karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di
sekolah. Selain itu anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di
sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi
pembentukan karakternya.

Dari serangkaian wawancara yang kami lakukan di Sekolah Dasar


Islam Plus Baitussalam, sekolah ini sendiri khususnya guru menekankan
tiga titik fokus pendidikan karakter pada anak yaitu sikap
disiplin,keaagaamaan dan rasa nasionalisme yang mana hal tersebut
diterapkan dengan berbagai kegiatan yang diadakan oleh sekolah seperti
upacara rutin setiap hari senin,solat berjamaah,penerapan cinta kebersihan
serta disiplin waktu dan berbagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolah yang
diikuti oleh siswa.

Indonesia belum mempunyai pendidikan karakter yang efektif


untuk menjadikan bangsa Indonesia yang berkarakter (tercermin dari
tingkah lakunya). Padahal ada beberapa mata pelajaran yangberisikan
tentang pesan-pesan moral, misalnya pelajaran agama, kewarganegaraan,
dan pancasila. Namun proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan
pendekatan penghafalan (kognitif). Para siswa diharapkan dapat
menguasai materi yang keberhasilannya diukur hanya dengan kemampuan
anak menjawab soal ujian (terutama dengan pilihan berganda). Karena
orientasinya hanyalah semata-mata hanya untuk memperoleh nilai bagus,
maka bagaimana mata pelajaran dapat berdampak kepada perubahan
perilaku, tidak pernah diperhatikan. Sehingga apa yang terjadi adalah
kesenjangan antara pengetahuan moral (cognition) dan perilaku (action).
Semua orang pasti mengetahui bahwa berbohong dan korupsi itu salah dan
melanggar ketentuan agama, tetapi banyak sekali orang yang tetap
melakukannya. Tujuan akhir dari pendidikan karakter adalah bagaimana
manusia dapat berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah moral.

Dari sekolah juga sudah dilakukan berbagai upaya untuk


menyingkronkan penerapan pendidikan karakter pada anak dari berbagai
aspek baik dari guru,orangtua,maupun lingkungan masyarakat dengan
membentuk kerjasama dari guru dan pihak orang tua dengan cara
penyuluhan serta pertemuan rutin dengan orang tua setiap akhir semester.
Dalam penerapannya sendiri guru juga ridak hanya mengajarkan namun
juga ikut memberikan contoh langsung nilai-nilai pendidikan karakter
seperti membuang sampah pada tempatnya,berperilaku sopan santun serta
mencontohkan dalam hal disiplin waktu dan patuh pada peraturan yang
sudah ada di sekolah.

Seperti halnya aspek perkembangan motorik, mental dan social


anak yang berjalan secara bertahap dan memerlukan pendekatan yang
patut sesuai dengan tahapan umur anak, pendidikan karakter yang
diberikan kepada anak juga harus memperhatikan tahap-tahap
perkembangan moral anak. Misalnya, usia anak SD tidak dapat diharapkan
untuk mempunyai pemahaman rasional yang dikaitan dengan tujuan
menjaga keutuhan sebuah system social dengan cara yang abstrak. Proses
sosialisasi pada tahapan ini dapat dilakukan dengan metode menumbuhkan
kecintaan kepada kebajikan dengan contoh-contoh konkrit (membaca buku
cerita, permainan, music dan menyanyi,dan sebagainya). Menurut seorang
psikolog Lawrence Kohlberg, seseorang yang menghindari perilaku buruk
karena takut akan hukuman adalatingkatan moral yang paling rendah.

Sedangkan tingkatan moral yang paling tinggi adalah ketika


seseorang mempunyai pemahaman rasional tentang-tentang prinsip-prinsip
moral universal agar kelangsungan hidup sebuah system masyarakat dapat
dipertahankan. Thomas lickona mengatakan bahwa seseorang yang
menjunjung tinggi prinsip moral hanya semata-mata untuk
mempertahankan sebuah system social kemasyarakatannya, belum tentu
mempunyai tingkata moral tertinggi. Menurutnya, bisa saja sebuah sistem
social mempengaruhi individu untuk bersikap buruk (misalnya mengajak
untuk berperang untuk membom Negara lain, walaupun harus membunuh
banyak orang-orang yang tak berdosa). Menurut Lickona seseorang yang
mempunai tingkatan moral tertinggi adalah mereka yang dapat
mempertahankan prinsip-prnsip moral yang menghargai hak azasi
manusia, alaupun harus berseberangan dengan system sosialnya yang
buruk.

B. Penelitian yang relevan

Nama/ Instansi Jenis Penelitian Hasil Perbedaan

Penelitian
Sa’dun Akbar Model Penelitian ini  Jenjang
(2009) pendidikan menghasilkan pendidikan dan
Universitas Negeri karakter yang pendidikan kelas yang
Malang (UM) baik (studi lintas karakter yang digunakan pada
situs bests baik dengan penelitian ini
practices) menggunakan ialah di kelas
pendidikan eksperimen tinggi Sekolah
karakter di SD kualitatif dalam Dasar
bentuk action  Penilitian ini
tidak banyak
menemukan
permasalahan
 Ranah penelitian
ini mencakup
kegiatan belajar,
budaya sekolah,
kegiatan
ekstrakurikuler
dan kegiatan
keseharian di
rumah dan
masyarakat.
Farida Nilia-nilai Nilai pendidikan  Penelitian ini
Ishwahyuningtyas Pendidikan karakter tentang
terfokus di
2011 Karakter Pada penerapan hidup
Sekolah Dasar
Universitas Materi Ajar bersih dan sehat,
Kelas dua
Muhammadiyah Bahasa nasionalisme
 Lebih merujuk
Surakarta Indonesia Kelas dan
pada sifat dan
2 SD Terbitan penghargaan
sikap anak di
Tiga Serangkai yang tinggi
Sekolah
terhadap bahasa
 Memiliki bahan
dan lingkungan
klasifikasi dari
fisik, social,
buku materi ajar
budaya,
bahasa
ekonomi dan
Indonesia kelas
politik
dua terbitan tiga
bangsanya.
serangkai tahun
2006 yang
mengandung
nilai-nilai
pendidikan.

Julianto Siatateitei Pendidikan Pendidikan  Menggunakan


2017 Universitas karakter di karakter metode
Negeri Sekolah Dasar diperlukan penelitaian
Yogyakarta Gondongkiwo untuk deskriptif
(UNY) Yogyakarta membentuk kualitatif
watak anak agar  Penelitian
berprilaku baik
dilakukan
sesuai dengan disemua kelas
norma-norma di di Sekolah
masyarakat serta Dasar tersebut.
membentuk  Menitik
pendidikan beratkan pada
budipekerti pada budipekerti dan
karakter anak nilai luhur.
agar menjadi  Sumber data
anak yang dalam
menghormati penelitian ini
nilai luhur adalah data
bangsa dan primer dan
memiliki pribadi data sekunder.
yang baik.
Mahasiswa PGSD Implementasi Ditemukan  Penelitian ini
Semester tiga Pendidikan berbagai
dilakukan di
Kelompok Satu Karakter di permasalahan
kelas tinggi dan
Pendidikan Sekolah Dasar penerapan
kelas rendah
Karakter (2020) Islam Plus pendidikan
yaitu kelas V
STKIP Baitussalam karakter di
 Penelitian ini
Muhammadiyah Sekolah Dasar
menggunakan
Kuningan dan definisi
metode
karakter yang di
wawancara yang
pahami oleh
dilakukan pada
guru dan kepala
Kepala Sekolah,
Sekolah serta
Guru dan
solusi dalam
perwakilan
setiap
permasalahan siswa.
atau kendala
 Ranah
yang ada
penelitian ini
mencakup
kegiatan belajar
siswa, budaya
yang diterapkan
di sekolah,
kegiatan
ekstrakurikuler
dan kegiatan
keseharian di
rumah serta
masyarakat.
BAB III
METODOLOGY PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana dalam


penelitian kualitatif ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Menurut
Sugiyono (2017:15) dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci pengambilan sample sumber
data dilakukan secara purposive sampling, teknik pengumpulan dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
oleh spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas
tiga elemen diantaranya yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas
(activity), yang saling berinteraksi secara sinergis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus.
Menurut Stake (Creswell, 2013:20) menjelaskan bahwa studi kasus
merupakan metode penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.
Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti pengumpulan
informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Menurut Sugiyono (2017:15) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan
yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Sesuai dengan pernyataan Sugiyono, bahwa dalam penelitian kualitatif
instrument utamanya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu
sendiri. Dengan demikian, agar dapat ,menjadi instrument maka peneliti harus
memiliki bekal teori serta wawasan yang luas sehingga mampu bertanya,
menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi social yang diteliti
menjadi lebih jelas dan bermakna.
Pada penelitian ini, peneliti menggali data yang tersembunyi dalam
proses pembelajaran. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kecenderungan terhadap gaya belajar siswa yang
berprestasi di sekolah dasar serta bagaimana cara guru mengaplikasikan suatu
pembelajaran yang disesuaikan yang disesuaikan dengan gaya belajar anak.
B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat

Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam

2. Waktu penelitian

Hari/ Tanggal : Selasa, 8 Desember-2020


Kegiatan : Observasi dan wawancara
Hari/ Tanggal : Rabu, 9-Desember-2020 Kegiatan :
Melengkapi data dan Pembuatan laporan.
Hari/ Tanggal : Kamis, 10-Desember-2020
Kegiatan : Laporan akhir dan perpisahan
C. Sampel dan sumber data penelitian

1. Populasi

Keseluruhan subjek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,benda-


benda,hewan,tumbuhan,gejala-gejala,nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu
penelitian.

Populasi dalam penilitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Islam
Plus Baitussalam.
2. Sampel

Sampel dalam penelitian kualitatif adalah mereka yang dijadikan


narasumber, atau partisipan,informan,teman dan guru dalam penelitian.
Menurut Sugiono (2017:118-119) menjelaskan bahwa teknik sampling
merupakn teknik pengambilan sampel . dalam tennik sampling pada
dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu probability sampling dan non
probability samping. pada penelitian kualitatif digunakan teknik sampling
yaitu nonprobability sampling yang meliputi, sampling sistematis,sampling
kuota,sampling aksi dental,purposive sampling,sampling jenuh dan
snowball sampling.

3. Jenis data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa data diantaranya :

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui


wawancara dan pengamatan. Dalam penelitian ini berasal dari
informan. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru walikelas dan murid kelas V Sekolah Dasar Islam Plus
Baitussalam. ( tabel absen dan nama guru dan kepsek)
b. Data sekunder

Dalam penelitian ini diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya


atau tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data seperti
lewat dokumen, buku-buku , makalah penelitian yang berkaita dengan
karakteristik gaya belajar siswa serta sumber lainnya yang relevan.
D. Teknik pengumpulan data

Menurut sugiyono (2017:308) menjelaskan bahwa teknik


pengumpulan data merupakan langkah yng paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai
cara.
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dapat dilakukan pada
natural setting ( kondisi yang alamiah) , sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi peran serta. Sugiyono
(2017:300) menegaskan kembali bahwa dalam penelitian kualitatif,teknik
sampling yang digunakan adalah purposive samping dan snowball sampling.
Purposive sampling adalah tenik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi social yang diteliti.
Peneliti ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu dengan
purposive sampling , serta menggunakan 3P yaitu person,paper,dan place,
dimana peneliti mengambil sampel kelas V Sekolah Dasar sebagai objek yang
akan diteliti dari segi gaya belajarnya masing-masing, tingkat kecenderungan
gaya belajar apa yang paling dominan dimiliki oleh siswa kelas V SD Islam
Plus Baitussalam ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Sumber penelitan adalah seseorang yang dapat diperoleh keterangan dan
menjadi informan, seperti: kepala sekolah, wali kelas, serta perwakilan siswa
kelas V. Penentuan subjek dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan,
bahwa dari mereka dapat diperoleh informasi yang akan membantu jalannya
penelitian yang sedang dilakukan oleh seorang peneliti.

1. Wawancara
Guru Wali 1. Apakah pendidikan karakter diterapkan di
kelas V pembelajaran
Ya, karena pendidikan pada hakekatnya memiliki dua tujuan,
yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar
dan membantu mereka menjadi manusia yang baik.
Menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah
melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi
orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau
bahkan sangat sulit. Dengan demikian, sangat penting
penyelengaraan pendidikan karakter. Pendidikan karakter
semacam ini lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti.
Pembelajaran tentang tata-krama, sopan santun, dan adat-
istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih
menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang
bagaimana seseorang dapat disebut berkepribadian baik atau
tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat
kontekstual dan kultural. Pendidikan karakter dalam
pembelajaran diarahkan untuk memberikan tekanan pada
nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur,
peduli, dan adil dan membantu siswa untuk memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan mereka sendiri.

2. Apa salah satu tindakan nya


Tindakannya yakni dengan melakukan nilai-nilai yang ada
dalam pendidikan karakter misalnya dalam segi religius bisa
dilihat dari sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain, melakukan tindakan
yang jujur atau berperilaku tertib dan patuh pada ketentuan
dan peraturan yang berlaku. Kemudian dari aspek kerja keras
yang dilakukan oleh siswa atau perilaku yang menunjukkan
upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi hambatan belajar
dan tugas, serta menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya.

3. Apa tujuan diterapkan nya pendidikan


karakter ?
Tujuannya untuk mendorong peserta didik agar mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Jadi peserta
didik bisa mengembangkan kemampuannya menjadi
manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, dan
lain sebagainya.

4. Apakah dari segi pelaksanaan nya ada


kendala ?
Jika kendala pasti ada saja bisa pada pemerintah, guru,
sekolah, ataupun dari siswa itu sendiri. Mungkin pada ranah
pemerintah dan sekolah, masih belum terfasilitasinya ruang
bagi ekspresi siswa, seperti dalam menyalurkan hobi, minat
dan bakat. Sedangkan dari sisi guru, tidak semua guru
dibekali mengenai Pendidikan Karakter dan dianggap hanya
beban bagi guru bimbingan konseling dan pendidikan agama
semata.

5. Apa dari pemerintah ada peraga khusus dari


pendidikan karakter ?
Seharusnya sih memang ada, karena pendidikan karakter
harus menjadi program prioritas utama pemerintah dan
kebijakan itu harus terbaca dalam kurikulum di semua level
pendidikan mulai Taman Kanak-Kanak (TK) sampai
Perguruan Tinggi (PT).

6. Dari orang tua apakah ada kesadaran mengenai


pendidikan karakter ?
Seharusnya orang tua juga berperan penting dalam
pendidikan karakter terhadap anaknya, karena untuk
menanamkan pendidikan karakter harus dimulai dari
pendidikan orang tua. Artinya, para orang tua harus
mendapatkan bimbingan intensif bagaimana mendidik anak
di masa serba digital seperti sekarang ini. Mereka juga harus
diberi wawasan kebangsaan dan pendidikan agama yang
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

7. Dari lingkungan sekitar apakah ada pendidikan


karakter yang diterapkan ?

Kalau untuk lingkungan sekitar pasti ada penerapan nya


dalam pendidikan karakter, keteladanannya sangat penting
dalam implementasi pendidikan berbasis karakter. Karena
sangat tepat jika pendidikan tersebut tidak hanya mencakup
siswa dan guru, melainkan juga ke masyarakat luas di luar
lingkungan sekolah. Dengan demikian, siswa akan lebih
mudah menemukan contoh perilaku baik di masyarakat.

8. Ada tidak tindakan secara real dari guru dan kepala


sekolah dalam penerapan pendidikan karakter ?

Ada karena pendidikan karakter ini sangat penting sekali


diterapkan di sekolah selain dari hanya mengajarkan teori
tapi bagaimana bisa menjadi contoh yang baik bagi siswa
dari memberikan contoh, diharapkan murid bisa mengikuti
sisi positif yang dimiliki guru. Kemudian cara sederhana
adalah dengan mengapresiasi usaha siswa tanpa selalu
membandingkan dengan nilai yang didapatkan. Misalnya
dengan memberikan pujian bagi siswa datang awal, rajin
mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.
Kemudian guru juga bisa dengan mengajarkan moral
terhadap siswa misalnya, saat mengajarkan Matematika guru
tidak hanya sekadar memberikan rumus dan cara pengerjaan
kepada siswa. Tetapi juga bisa mengajarkan nilai kehidupan
seperti dengan mengerjakan soal Matematika kita bisa
belajar untuk bersabar dan berusaha untuk memecahkan
suatu masalah dengan mengasah logika berpikir.

9. Bagaimana mengsinkronkan pendidikan karakter di


pembelajaran kelas ?
Untuk mensinkronkannya dengan tadi yaa seperti
menyelipkan nilai-nilai yang ada dalam pendidikan karakter
itu sendiri pada setiap mata pelajaran, atau dengan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah,
kembali lagi kepada guru untuk memberikan atau menshare
hal-hal sederhana yang bisa dilakukan guru dalam
membangun karakter pada siswa. Dengan cara sederhana ini,
diharapkan bisa mendidik siswa tidak hanya pada
kemampuan akademis saja tetapi juga pribadi yang positif,
yang berkarakter Indonesia

10. Menurut ibu apakah dalam kurikulum K13 apakah


pendidikan karakter sudah di terapkan ? dan apa ada
kelemahan dalam perencanaan pendidikan karakter
Menurut saya sudah diterapkan yaa, karena dalam kurtilas
juga salah satu implementasi nya terkait pendidikan karakter
pada siswa, namun belum berjalan dengan lancar karena
kendala-kendala tadi. Pendidikan karaker dalam K13 juga
mungkin belum cukup untuk membentuk karakter yang
diharapkan dalam sebuah pendidikan. Masih diperlukan
tenaga extra lagi dalam mensukseskan tujuan tersebut.
Misalnya, diadakannya layanan bimbingan dan konseling
dalam pembelajaran untuk mengantisipasi permasalahan.

Siswa Kelas V 1. Bangun sholat subuh jam berapa ?


Pas Adzan, karena udah dibiasakan sama ayah bunda saya untuk sholat
tepat waktu, dan kalo dikelas suka ditanyain bu guru bangun subuh nya
jam berapa jadi gapernah kesiangan

2. Pernah meninggalkan Sholat 5 Waktu


Alhamdulillah belum pernah bu, karna itu udah kewajiba kita sbg seorang
muslim

3. Suka melaksanakan sholat sunnah tidak ?


Suka bu sebelum belajar kita shalat dhuha berjamaah dikelas
4. Kalau ada teman yang sakit kalian suka ngapain ?
Ditanyain, dan kita doain bareng-bareng

5. Kalau ada PR dari sekolah ngerjain nya sama siapa ?


Sendiri bu, tapi kalau ada yang susah minta bantuin ke ayah atau bunda

6. Peralatan sekolah disiapkan nya sama siapa ?


Dari mulai kelas 3 sama sendiri, karna udah gede

7. Kalau berangkat sekolah suka kesiangan ga ?

Alhamdulillah selalu tepat waktu

8. Kalau ada tugas yang susah tetep dikerjain ga ?

Tetep dikerjain, minta tolong ajarin lagi ke guru atau orang tua

9. Kalau ada sampah yang berserakan sikap kalian bagaimana ?

Dibereskan dan dibuang ke tong sampah

10. Bagaimana cara agar teman kalian tidak suka buang sampah
sembarangan
Dinasehatin dengan baik-baik

11. Kalau ada teman kalian yang di bully, sikap kalian bagaimana ?

Dikelas saya alhamdulillah anak nya baik-baik bu jadi blm pernah ada yg
dibully

12. Dirumah suka bantuin pekerjaan orang tua tidak

Suka bu, kalau dirumah tugas saya nyapu sama ngepel


E. Instrumen Penelitian

1. Pedoman wawancara

a. Apakah pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran?

b. Apa tujuan diterapkannya pendidikan karakter dalam pembelajaran?

c. Apakah tujuan dari pendidikan karakter telah tercapai?


d. Pendidikan karakter apa yang menjadi titik fokus di Sekolah Dasar
Islam Plus Baitussalam?
e. Dalam segi pelaksanaan adakah kendala dalam menerapkannya?

f. Sejauh ini adakah perhatian khusus dari pemerintah mengenai


pendidikan karakter?
g. Upaya apa yang dilakukan dalam menyingkronkan pendidikan karakter
di pembelajaran .
h. lingkungan dan teman pergaulan dalam pengembangan karakter?
i. Menurut bapak/ibu apa kelemahan pembangunan karakter selama ini?

j. Adakah pengaruh budaya sekitar pada penerapan pendidikan karakter di


Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam?
k.Secara real apa yang harus dilakukan kepala sekolah, guru, orang tua
dalam penerapan pendidikan karakter?

2. Pedoman Wawancara Siswa

a. Apakah kalian suka kesiangan bangun sholat subuh ?


b. Pernah meninggalkan sholat 5 waktu ?
c. Bagaimana sikap kalian ketika ada teman yang sakit ?
d. Apakah bangun tidur masih suka dibangunkan ?
e. Apakah jika ada PR dari guru dikerjakan sendiri ?
f. Bagaimana tindakan kalian jika ada tugas yang sulit ?
g. Bagaimana sikap kalian ketika ada sampah yang berserakan ?
h. Jika ada teman yang tidak menjaga lingkungan apa yang kalian lakukan ?
i. Bagaimana sikap kalian ketika ada teman yang di bully ?
j. Apakah kalian suka membantu pekerjaan orang tua ?
k. Pernah telat berangkat sekolah tidak ?
l. Menyiapkan peralatan sekolah sama siapa ?
E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang yang diberikan miles,
huberman dan sprsdley. Miles dan huberman (!984), mengukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menurus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Reduksi data

Sugiyono (2017:338-339) mereduksi data berarti merangkum


memilih hal-hal pokok, mempokuskan pada hal-hal yang penting mencari
tema dan polanya dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dalam mereduksi data. Setiap peneliti akan
dipandu oleh tujuan yang akan dicapai, tujuan utama pada penelitian
kulitatif adalah temuan.
Data hasil peneliti ini yang harus direduksi meliputi data hasil
wawancara, dokumentasi dan observasi yang berisi tentang pendidikan
karakter diSekolah dasar Islam Plus Baitussalam. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan metode wawancara dengan, guru wali kelas V, dan
perwakilan siswa kelas V.
2. Penyajian data

Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang


tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan,selain itu melalui penyajian data, maka data dapat
terorganisasikan sehingga akan semakin mudah difahami.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam
bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka
terorganisasikan,tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah dipahami. Data yang sudah diredupi dan diklasifikasikan
berdasarkan kelompok masalah yang diteliti sehingga memungkinkan
adanya penarikan kesimpulan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian
ini data-data yang disajikan berhubungan dengan pendidikan karakter di
sekolah dasar yang dilakukan di sekolah dasar Islam Plus Baitussalam.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu melakukan varivikasi secara terus


menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Yaitu selama proses
pengumpulan data, makna makna yang muncul dan harus diuji
kebenaranya, kekokohanya dan kecocokanya yakni yang merupakan
validitasinya. Peneliti pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan
berdasarkan tema untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan.
Ketiga analisis tersebut sangant berkaitan sehingga menemukan hasil akhir
dari peneliyian data yang disajikan secara sistematis berdasarkan tema
yang dirumuskan. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing verification.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam,


tepatnya pada hari Rabu tanggal 08-Desember 2020, metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode wawancara dan observasi,
adapun tokoh yang kami wawancarai dalam kegiatan penelitian ini yaitu,
Guru atau wali kelas dan perwakilan siswa dari Sekolah Dasar Islam Plus
Baitussalam

Dalam kegiatan ini kami mengumpulkan data mengenai pendidikan


karakter yang ada di Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam ini, dengan cara
mewawancarai pihak-pihak yang terkait dalam proses penelitian ini seperti
kepala sekolah, guru dan murid. Setelah pengumpulan data selesai selanjutnya
kami melakukan observasi kecil seperti pengamatan langsung mengenai
pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam, kemudian kami
mencocokan data yang kami terima dari hasil wawancara kepala sekolah, guru
dan siwa dengan hasil yang kami dapat dari proses pengamatan langsung.

B. Pembahasan Hasil Penelitian yang di kaitkan pada teori

Perencanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Plus


Baitussalam sudah terlaksana dengan sangat baik dan efektif. Perencanaan
pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam dipandang
sangat penting, mengingat pendidikan karakter didahului oleh sebuah rencana
yang baik agar kegiatan pelaksanaan pendidikan karakter berjalan dengan baik
sesuai dengan program yang telah direncanakan dan disusun secara bersama.
Untuk mencapai hal tersebut pihak sekolah menyusun perencanaan pendidiran
karakter serta memusyawarahkan tidak hanya dengan guru dan murid,
melainkan dengan orang tua murid.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah Sekolah Dasar
Islam Plus Baitussalam perencanaan ini bertujuan untuk menetapkan
pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai efektivitas maksimum melalui
proses penentuan target, membuat keputusan mengenai arah yang dituju,
tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan
tekhnik/metode yang dipilih untuk digunakan demi tercapai tujuan dan target
yang ingin diraih Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam dalam hal
membangun karakter murid melalui program pendidikan karakter.

Berdasarkan hasil penelitian pula bahwa tahapan persiapan dalam pengelolaan


pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Plus Baitussalam, diantaranya
Sosialisasi Pendidikan Karakter oleh pusat kurikulum, sosialisasi di satuan
pendidikan dan penyusun kurikulum yang dilakukan satuan pendidikan.
Sosialisasi pendidikan karakter dilakukan untuk menyamakan persepsi dan
komitmen bersama yang kuat antara seluruh komponen warga sekolah (tenaga
pendidik dan kependidikan serta steakeholder). Sosialisasi konsep pendidikan
karakter olet pusat kurikulumdi satuan pendidikan agar implementasi
pendidikan karakter nantinya sesuai dengan perencanaan da sejalan dengan
persepsi dan komitmen ang dibentuk bersama.

Menunjuk pada apa yang dikemukakan oleh Iwa dalam Wiyani (2012:52)
bahwa perencanaan adalah menetapkan apa yang harus dikerjakan dan apa
yang harus dicapai. Mengacu pada pengertian tersebut, cukup jelas bahwa
perencanaan yang dilakukan di Sekolah Dasar IP Baitussalam sudah berjalan
dengan sangat efektif. Pihak sekolah telah berusaha untuk menyusun sebuah
perencanaan program pendidikan yang baik yaitu menyusun perencanaan
program pendidikan karakter dengan penetapan nilai-nilai pendidikan karakter
sesuai dengan standar penelolaan pendidikan karakter.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kesosialan,


dengan tujuan membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik,
warga masyarakat dan warga negara yang baik, serta dapat mempengarhui diri
sendiri dan orang lain apabila di implementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

Maka dari itu sudah saatnya pelaksanaan pendidikan karakter di tanamkan


sejak dini, lingkungan sekolah merupakan bagian rencana kerja yang tidak
hanya merabah pada bidang kurikulum saja, akan tetapi pada upaya
menciptakan iklim penanaman nilai-nilai yang terintegrasikan dengan rutinitas
kehidupan sekolah. Dalam rutinitas ini pendidikan karakter dapat disisipkan
secara sistematis dan melembaga agar jaminan pelaksanaannya lebih nyata di
lapangan.

Dan tata tertib siswa merupakan salah satu instrumen pelaksaaan


pendidikan karakter di sekolah yang dijalankan secara tegas namun tetap
proporsional. Sebagaimana yang terjadi di Sekolah Dasar IP Baitussalam,
sudut pandang mengenai pendidikan karakter dari aspek pelaksanaan tata
tertib di sekolah itu tidak menjadikan hal tersebut sebagai pembatas bagi
kreatifitas siswa. Akan tetapi banyak kegiatan di luar pembelajaran,
contohnya ekstrakulikuler yang ikut andil dalam penanaman karakter bagi
peserta didiknya. Intinya seluruh kegiatan yang terjadi dan diselenggarakan di
lingkungan sekolah merupakan saluran bagi pelaksanaan pendidikan karakter
itu sendiri.
Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan di Sekolah Dasar
Islam Plus Baitussalam pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar
tesebut sudah diterapkan dalam pembiasaan sehari-hari, mulai dari
penerapan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), penerapan 18 nilai
pendidikan karakter dan kegiatan lain yang mendukung terlaksana nya
pendidikan karakter.

Penerapan karakter sangatlah penting dalam dunia pendidikan agar


dapat menciptakan anak didik yang mempunyai moral serta prilaku yang
baik yang tidak hanya diterapkan di lingkungan sekolah namun di
terapkan juga dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat yang lebih
luas.

Anda mungkin juga menyukai