Disusun Oleh
Kelas 7A
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih sayang
Nya dan meluangkan waktu kepada kami untuk menyelesaikan makalah Peradilan Agama
Islam yang berjudul " Pengembangan Bahan Ajar IPA Berbasis Model Pembelajaran -
Modul IPA berbasis PBM ".
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Peradilan Agama
Islam. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh
tentang Modul Pembelajaran IPA berbasis PBM. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
Pekanbaru 28, September 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Kesimpulan.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu
peserta didik mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru, baik dalam aspek kognitif,
perubahan tingkah laku dan kemampuan pada diri peserta didik. Ahmad (2005: 4)
menyebutkan bahwa hakikat tujuan pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku
peserta didik dari negatif ke positif. Tujuan pembelajaran tersebut dapat terwujud secara
maksimal, jika ada kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Pembelajaran
memiliki beberapa komponen di antaranya adalah tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru
yang mengajar, metode mengajar, alat bantu mengajar, penilaian dan situasi pembelajaran.
menggunakan bahan ajar dari penerbit tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan
menyusunnya sendiri. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru dan siswa belum pernah
menggunakan bahan ajar lain seperti modul. Buku paket tersebut sudah memuat kegiatan
mengumpulkan data, materi pembelajaran, contoh soal, dan soal-soal latihan. Namun, materi
pembelajaran tersaji secara ringkas dan guru dominan menggunakan metode ceramah
daripada percobaan sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di atas yakni
dengan menggunakan bahan ajar yang menarik dan dapat membantu siswa mencapai
yang berisi keterampilan proses dimana siswa dapat melibatkan seluruh indera yang
dimilikinya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar yang diperlukan
1
harus sesuai dan dapat menunjang pembelajaran IPA serta mampu membuat siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajaran. Bahan ajar juga harus sistematis dan menarik yang mampu
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari tiga istilah yang terlibat, yaitu Ilmu,
tentang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar
pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahuan yang
ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode
ilmiah. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini. 1 IPA merupakan
dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang
tidak dapat diamati oleh indera. IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk
hidup maupun benda mati yang diamati.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secaranya
umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah
seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
1
Asih Widi Wisudawati dan Eka Silistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Bumi Akasara, 2014), 23
2
Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 18
3
Trtianto, Mendesain Model Pembelajaran Inoovtif – Progresif ( Jakarta : Kencana, 2009 ), 136-137
3
Pada hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap
ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai
produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam
sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.
Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk
Pembelajaran berbasis Sains atau IPA adalah proses transfer ilmu dua arah
antara guru ( sebagai pemberi informasi ) dan siswa sebagai penerima informasi
dengan srategi atau metode tertentu dengan demikian, pembelajaran akan lebih kreatif,
a. Siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam aktivitas yang didasari IPA yang
4
SitiatavaRizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains ( Yogyarta : Diva Press, 2013 ), 15
5
E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),112
4
b. Siswa perlu didorong melakukan aktivitas yang melibatkan pencarian jawaban
pemahaman produk dan materi ajar melalui aktivitas membaca, menulis, dan
pembelajaran dan tingkat kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu, bahan ajar yang
digunakan hendaknya sesuai dengan karakteritik siswa. Berdasarkan nilai pretest, siswa
masih belum mampu menuliskan rumus yang sesuai untuk menyelesaikan soal. Selain itu,
siswa belum mampu menyelesaikan persoalan yang terdapat perhitungan matematis. Menurut
Ogunleye dalam Azizah dkk. (2015) kesulitan menyelesaikan masalah pada siswa
dipengaruhi oleh faktor tidak cukup praktikum di laboratorium, dan kurangnya buku IPA
Solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan bahan ajar berupa modul.
Modul adalah bahan ajar yang memiliki susunan sistematis dan sesuai dengan tingkat berpikir
siswa sehingga mudah dipahami baik secara mandiri maupun dengan bimbingan guru (Ardi
dkk., 2015). Modul yang dikembangkan tidak hanya memuat materi pelajaran IPA namun
juga terdapat lembar kerja siswa yang dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa.
Oleh karena itu model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran inkuiri
5
terbimbing. Hal ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardi dkk, (2015) yang
dapat membuat siswa berfikir kritis dan dapat menemukan jawaban dari permasalahan secara
ilmiah.
kondisi modul. Seperti yang disarikan dari penelitian Pratama (2011) yang menyatakan
bahwa kerumitan bahan ajar yang disampaikan semakin membuat siswa lemah dan malas
dalam membaca pembelajaran IPA. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan dengan
penyampaian materi dan kegiatan belajar yang sederhana serta menarik minat siswa untuk
belajar adalah modul. Keunggulan modul sebagai bahan ajar antara lain dapat dipelajari di
berbagai tempat, mandiri atau tidak harus dipelajari secara berkelompok, serta dapat
dipelajari secara fleksibel (Sungkono, 2003). Modul dapat dikembangkan sendiri oleh guru
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Guru sebagai unsur pendidikan yang
terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas dituntut untuk memiliki kompetensi dalam
Modul yang dikembangkan oleh guru tidak hanya mampu menarik minat baca dalam
kemampuan berpikir siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran IPA yang dituangkan
dalam standar isi SD yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup
(BSNP, 2006:149). Namun, tujuan ini belum sepenuhnya tercapai karena kemampuan
berpikir siswa pada tahap penerapan dan penalaran masih rendah. Rendahnya kemampuan
thinking skill - HOTS). HOTS merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan
6
menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya
menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru. Dalam konteks
pembelajaran, berpikir tingkat tinggi terjadi ketika peserta didik mampu menghubungkan dan
yang belum pernah diajarkan dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir pada tingkat yang
lebih tinggi tidak dapat diperoleh secara langsung sehingga perlu dilatihkan melalui kegiatan
pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran tidak sepenuhnya harus bergantung pada guru, tetapi juga
pada peserta didik di mana mereka harus tetap belajar tanpa atau hadirnya seorang guru.
Menurut Alfi Laila (2016: 2) dalam proses pembelajaran guru masih dianggap sebagai orang
yang mempunyai jawaban terhadap semua pertanyaan siswanya. Peserta didik harus dilatih
untuk dapat belajar mandiri, karena guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi peserta
didik. Belajar mandiri akan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan peserta didik dalam
proses belajar tanpa bantuan seorang guru. Peserta didik berusaha sendiri terlebih dahulu
untuk memahami isi materi pelajaran yang dibaca. Jika peserta didik mengalami kesulitan
dalam memahami materi pelajaran tersebut, guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu bidang studi yang
diajarkan di Sekolah Dasar. IPA diajarkan di SD mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, yang tiap
kelas memiliki Kompetensi Dasar (KD) tersendiri untuk diajarkan kepada peserta didik.
7
memahami alam di sekitar, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-
konsep IPA di dalamnya. Dengan begitu, siswa diharapkan dapat menjadikan IPA di sekolah
sebagai wahana untuk mempelajari alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
Menurut standar isi untuk satuan Sekolah Dasar (2006: 166), pembelajaran IPA di
kelas 3 terdapat materi kenampakan permukaan bumi di alam sekitar yang terdapat pada SK
6. Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta
hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam dan KD 6.1.
Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. Salah satu dari tujuan
pembelajaran ini adalah agar peserta didik dapat memahami berbagai bentuk permukaan
bumi, yang meliputi daratan dan perairan. Peserta didik dituntut agar bisa aktif dalam KD ini
karena keaktifan peserta didik merupakan inti dari pola belajar. Selain itu peserta didik harus
diberi kesempatan untuk belajar dengan mandiri agar mampu mengeksplor kemampuannya
dan belajar untuk berpikir kritis. Dengan belajar mandiri peserta didik dapat belajar sendiri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Pembelajaran berbasis Sains atau IPA adalah proses transfer ilmu dua arah antara
guru ( sebagai pemberi informasi ) dan siswa sebagai penerima informasi dengan srategi atau
metode tertentu dengan demikian, pembelajaran akan lebih kreatif, dan siswa pun lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Modul yang dikembangkan oleh guru tidak hanya mampu
menarik minat baca dalam pembelajaran IPA, melainkan juga memuat kegiatan yang mampu
merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA diajarkan di SD
mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, yang tiap kelas memiliki Kompetensi Dasar (KD)
B. Saran
Dengan makalah ini, diharapkan agar pembaca mampu memahami dengan semaksimal
mungkin tentang pengembangan modul pembelajaran IPA yang bisa menjadi kebutuhan
pedoman untuk kita lebih mengenal mengenai pengetahun modul pembelajaran IPA di
sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Asih Widi Wisudawati dan Eka Silistyowati, 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta:
Bumi Akasara
9
Abdullah Aly dan Eny Rahma, 2001 Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Rizema Putra, Sitiatava. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains ( Yogyarta :
Diva Press
Cendekia.
Laila, Alfi dan Sutrisno Sahari. 2016. Peningkatan Kreativitas Mahasiswa dalam
januari 2018.
Ayuningtyas, P., W., S. W., & Supardi, A. I. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Sains Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis. Jurnal Penelitian Pendidikan Sains
10
11