Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


IPA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN –
MODUL IPA BERBASIS PBM

Dosen Pengampu : Sepita Ferazona, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh

Dwi wahyuningsih (186910856)

Kelas 7A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih sayang
Nya dan meluangkan waktu kepada kami untuk menyelesaikan makalah Peradilan Agama
Islam yang  berjudul " Pengembangan Bahan Ajar IPA Berbasis Model Pembelajaran -
Modul IPA berbasis PBM ".

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Peradilan Agama
Islam. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh
tentang Modul Pembelajaran IPA berbasis PBM. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.

                                                                             

 Pekanbaru 28, September 2021

                                                                                                 Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

A. Hakikat Pembelajaran IPA........................................................................... 3

B. Keberhasilan Pembelajaran Modul IPA....................................................... 5

C. Pelaksanaan Modul Pembelajaran IPA........................................................ 7

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 9

A. Kesimpulan.................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu

peserta didik mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru, baik dalam aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotor. Dengan adanya pembelajaran dimungkinkan terjadi proses

perubahan tingkah laku dan kemampuan pada diri peserta didik. Ahmad (2005: 4)

menyebutkan bahwa hakikat tujuan pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku

peserta didik dari negatif ke positif. Tujuan pembelajaran tersebut dapat terwujud secara

maksimal, jika ada kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Pembelajaran

memiliki beberapa komponen di antaranya adalah tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru

yang mengajar, metode mengajar, alat bantu mengajar, penilaian dan situasi pembelajaran.

Realitas pendidikan di lapangan menunjukkan masih banyak pendidik yang langsung

menggunakan bahan ajar dari penerbit tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan

menyusunnya sendiri. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru dan siswa belum pernah

menggunakan bahan ajar lain seperti modul. Buku paket tersebut sudah memuat kegiatan

mengumpulkan data, materi pembelajaran, contoh soal, dan soal-soal latihan. Namun, materi

pembelajaran tersaji secara ringkas dan guru dominan menggunakan metode ceramah

daripada percobaan sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di atas yakni

dengan menggunakan bahan ajar yang menarik dan dapat membantu siswa mencapai

kompetensi yang ditetapkan, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga

menambah keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran

yang berisi keterampilan proses dimana siswa dapat melibatkan seluruh indera yang

dimilikinya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar yang diperlukan

1
harus sesuai dan dapat menunjang pembelajaran IPA serta mampu membuat siswa terlibat

aktif dalam proses pembelajaran. Bahan ajar juga harus sistematis dan menarik yang mampu

memotivasi siswa untuk belajar mandiri di luar kelas.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hakikat pembelajaran modul IPA ?

2. Bagaimana keberhasilan pembelajaran modul IPA ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran modul IPA

2. Untuk mengetahui keberhasilan pembalajaran modul IPA

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran IPA

1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari tiga istilah yang terlibat, yaitu Ilmu,

Pengetahuan, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Dalam

kehidupan, banyak sekali pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan

tentang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar

adalah contoh pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam berarti

pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahuan yang

ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode

ilmiah. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini. 1 IPA merupakan

suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan,

percobaanpercobaan, terhadap gejala-gejala alam.2

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang

tidak dapat diamati oleh indera. IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk

hidup maupun benda mati yang diamati.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secaranya

umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah

seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

terbuka, jujur, dan sebagainya.3

1
Asih Widi Wisudawati dan Eka Silistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Bumi Akasara, 2014), 23
2
Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 18
3
Trtianto, Mendesain Model Pembelajaran Inoovtif – Progresif ( Jakarta : Kencana, 2009 ), 136-137

3
Pada hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap

ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai

prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan

pengetahuan tentang alam maupun untuuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai

produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam

sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.

Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk

mengetahui sesuatu yang disebut metode ilmiah.

2. Pengertian Pembelajaran IPA

Pembelajaran berbasis Sains atau IPA adalah proses transfer ilmu dua arah

antara guru ( sebagai pemberi informasi ) dan siswa sebagai penerima informasi

dengan srategi atau metode tertentu dengan demikian, pembelajaran akan lebih kreatif,

dan siswa pun lebih aktif dalam proses pembelajaran.4

3. Karakteristik Pembelajaran IPA

Implikasi dari pemahaman hakikat sains dalam proses pembelajaran

pembelajaran kreatif berbasis IPA) mendukung diketahuinya karakteristik

pembelajaran IPA. Sebagai berikut: 5

a. Siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam aktivitas yang didasari IPA yang

merefleksikan metode dan keterampilan proses yang mengarah kepada

discovery atau inkuiri terbimbing.

4
SitiatavaRizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains ( Yogyarta : Diva Press, 2013 ), 15
5
E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),112

4
b. Siswa perlu didorong melakukan aktivitas yang melibatkan pencarian jawaban

bagi masalah dalam masyarakat ilmiah dan teknologi

c. Siswa perlu dilatih learning by doing ( belajar dengan berbuat sesuatu ),

kemudian merefleksikannya. Ia harus secara aktif mengkonstruksi konsep,

prinsip, dan generalisasi melalui proses ilmiah.

d. Guru perlu menggunakan berbagai pendekatan atau model pembelajaran yang

bervariasi dalam pembelajaran IPA. Siswa juga perlu diarahkan kepada

pemahaman produk dan materi ajar melalui aktivitas membaca, menulis, dan

mengunjungi tempat tertentu.

B. Keberhasilan Pembelajaran Modul IPA

Keberhasilan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh kesesuaian antara materi

pembelajaran dan tingkat kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu, bahan ajar yang

digunakan hendaknya sesuai dengan karakteritik siswa. Berdasarkan nilai pretest, siswa

masih belum mampu menuliskan rumus yang sesuai untuk menyelesaikan soal. Selain itu,

siswa belum mampu menyelesaikan persoalan yang terdapat perhitungan matematis. Menurut

Ogunleye dalam Azizah dkk. (2015) kesulitan menyelesaikan masalah pada siswa

dipengaruhi oleh faktor tidak cukup praktikum di laboratorium, dan kurangnya buku IPA

sebagai sumber belajar.

Solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan bahan ajar berupa modul.

Modul adalah bahan ajar yang memiliki susunan sistematis dan sesuai dengan tingkat berpikir

siswa sehingga mudah dipahami baik secara mandiri maupun dengan bimbingan guru (Ardi

dkk., 2015). Modul yang dikembangkan tidak hanya memuat materi pelajaran IPA namun

juga terdapat lembar kerja siswa yang dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa.

Oleh karena itu model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran inkuiri

5
terbimbing. Hal ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardi dkk, (2015) yang

menyatakan bahwa dengan mengembangkan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing

dapat membuat siswa berfikir kritis dan dapat menemukan jawaban dari permasalahan secara

ilmiah.

Rendahnya kemampuan membaca siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya

kondisi modul. Seperti yang disarikan dari penelitian Pratama (2011) yang menyatakan

bahwa kerumitan bahan ajar yang disampaikan semakin membuat siswa lemah dan malas

dalam membaca pembelajaran IPA. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan dengan

penyampaian materi dan kegiatan belajar yang sederhana serta menarik minat siswa untuk

belajar adalah modul. Keunggulan modul sebagai bahan ajar antara lain dapat dipelajari di

berbagai tempat, mandiri atau tidak harus dipelajari secara berkelompok, serta dapat

dipelajari secara fleksibel (Sungkono, 2003). Modul dapat dikembangkan sendiri oleh guru

sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Guru sebagai unsur pendidikan yang

terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas dituntut untuk memiliki kompetensi dalam

menggunakan dan mengembangkan modul.

Modul yang dikembangkan oleh guru tidak hanya mampu menarik minat baca dalam

pembelajaran IPA, melainkan juga memuat kegiatan yang mampu mengembangkan

kemampuan berpikir siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran IPA yang dituangkan

dalam standar isi SD yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan

secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja

dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup

(BSNP, 2006:149). Namun, tujuan ini belum sepenuhnya tercapai karena kemampuan

berpikir siswa pada tahap penerapan dan penalaran masih rendah. Rendahnya kemampuan

penalaran mengindikasikan rendahnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order

thinking skill - HOTS). HOTS merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan

6
menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan

serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya

menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru. Dalam konteks

pembelajaran, berpikir tingkat tinggi terjadi ketika peserta didik mampu menghubungkan dan

mentransformasi pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan hal-hal atau masalahmasalah

yang belum pernah diajarkan dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir pada tingkat yang

lebih tinggi tidak dapat diperoleh secara langsung sehingga perlu dilatihkan melalui kegiatan

pembelajaran.

C. Pelaksanaan Modul Pembelajaran IPA

Pelaksanaan pembelajaran tidak sepenuhnya harus bergantung pada guru, tetapi juga

pada peserta didik di mana mereka harus tetap belajar tanpa atau hadirnya seorang guru.

Menurut Alfi Laila (2016: 2) dalam proses pembelajaran guru masih dianggap sebagai orang

yang mempunyai jawaban terhadap semua pertanyaan siswanya. Peserta didik harus dilatih

untuk dapat belajar mandiri, karena guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi peserta

didik. Belajar mandiri akan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan peserta didik dalam

proses belajar tanpa bantuan seorang guru. Peserta didik berusaha sendiri terlebih dahulu

untuk memahami isi materi pelajaran yang dibaca. Jika peserta didik mengalami kesulitan

dalam memahami materi pelajaran tersebut, guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan

kepada peserta didik.

Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu bidang studi yang

diajarkan di Sekolah Dasar. IPA diajarkan di SD mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, yang tiap

kelas memiliki Kompetensi Dasar (KD) tersendiri untuk diajarkan kepada peserta didik.

Secara umum pembelajaran IPA di SD ditujukan untuk membelajarkan siswa dalam

7
memahami alam di sekitar, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-

konsep IPA di dalamnya. Dengan begitu, siswa diharapkan dapat menjadikan IPA di sekolah

sebagai wahana untuk mempelajari alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut standar isi untuk satuan Sekolah Dasar (2006: 166), pembelajaran IPA di

kelas 3 terdapat materi kenampakan permukaan bumi di alam sekitar yang terdapat pada SK

6. Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta

hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam dan KD 6.1.

Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar. Salah satu dari tujuan

pembelajaran ini adalah agar peserta didik dapat memahami berbagai bentuk permukaan

bumi, yang meliputi daratan dan perairan. Peserta didik dituntut agar bisa aktif dalam KD ini

karena keaktifan peserta didik merupakan inti dari pola belajar. Selain itu peserta didik harus

diberi kesempatan untuk belajar dengan mandiri agar mampu mengeksplor kemampuannya

dan belajar untuk berpikir kritis. Dengan belajar mandiri peserta didik dapat belajar sendiri

tanpa menunggu penjelaskan guru.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Pembelajaran berbasis Sains atau IPA adalah proses transfer ilmu dua arah antara

guru ( sebagai pemberi informasi ) dan siswa sebagai penerima informasi dengan srategi atau

metode tertentu dengan demikian, pembelajaran akan lebih kreatif, dan siswa pun lebih aktif

dalam proses pembelajaran. Modul yang dikembangkan oleh guru tidak hanya mampu

menarik minat baca dalam pembelajaran IPA, melainkan juga memuat kegiatan yang mampu

mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPA diajarkan di SD

mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, yang tiap kelas memiliki Kompetensi Dasar (KD)

tersendiri untuk diajarkan kepada peserta didik.

B. Saran

Dengan makalah ini, diharapkan agar pembaca mampu memahami dengan semaksimal

mungkin tentang pengembangan modul pembelajaran IPA yang bisa menjadi kebutuhan

pedoman untuk kita lebih mengenal mengenai pengetahun modul pembelajaran IPA di

sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Asih Widi Wisudawati dan Eka Silistyowati, 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta:

Bumi Akasara

9
Abdullah Aly dan Eny Rahma, 2001 Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Trtianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inoovtif – Progresif. Jakarta : Kencana

Rizema Putra, Sitiatava. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains ( Yogyarta :

Diva Press

E.Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Warso,A.W.D.D.(2014).Proses Pembelajaran dan Penilaiannya di

SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK Sesuai Kurikulum 2013. Yogyakarta: Graha

Cendekia.

Laila, Alfi dan Sutrisno Sahari. 2016. Peningkatan Kreativitas Mahasiswa dalam

Pemanfaatan Barang-Barang Bekas Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran. JPDN,

(ONLINE), 1 (2) : 1-15, TERSEDIA: http://efektor.unpkediri.ac.id, di unduh 15

januari 2018.

Ayuningtyas, P., W., S. W., & Supardi, A. I. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatihkan Keterampilan Proses

Sains Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis. Jurnal Penelitian Pendidikan Sains

Unesa, 4(2), 636–647.

10
11

Anda mungkin juga menyukai