Anda di halaman 1dari 24

MAKNA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS
Dosen Pengampu Andri Valen, M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 1
Kelas VI E
Sonia Alisabet (5018071)
Meilanti (5018076)
Melisa Mahlevi (5018085)
Miasnaro Ulva (5018159)
Winda Nopita Sari (5018165)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


Subhanahuwatta’la yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan segala
Anugerah-Nya yang terlepas dari sifat lemah semua makhluk-Nya. Alhamdulillah
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini.

Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi


Muhammad Sallawlahu’alaihiwassalam, sebagai pembawa risallah Allah terakhir dan
penyempurna seluruh risalah-Nya. Sebelumnya penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak Andri Valen, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPS. Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah
penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan
tugas pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
meminta kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran sehingga isi karya tulis ini
dapat lebih sempurna. Dan sebelumnya penulis mohon maaf jika ada kesalah penulisan
atau bahasa yang kurang baku dalam karya tulis ini.

Lubuklinggau, Maret 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan......................................................................... 3
B. Pengertian IPS........................................................................................... 4
C. Pengembangan Pembelajaran IPS............................................................. 6
D. Nilai-Nilai Keteladanan Dalam Pembelajaran Ips ……………………… 13

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan................................................................................................ 19
B. Saran ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPS merupakan studi terintegrasi dari ilmu sosial untuk mengembangkan
potensi kewarganegaraan yang dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai
pembahasan sistematis yang dibangun dalam beberapa disiplin ilmu, seperti
antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, politik,
psikologi, agama, sosiologi, humaniora dan ilmu-ilmu alam. Mata pelajaran ini
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI, mata pelajaran IPS memuat materi geografi,
sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik disiapkan
dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab. IPS sebagai mata pelajaran di tingkat SD/MI pada hakikatnya
merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang
relevan untuk merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat sekolah. Implikasinya,
berbagai tradisi dalam IPS termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial,
aspek metode, maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu sosial dikemas
secara psikologis, pedagogis, dan sosial budaya untuk kepentingan pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan informasi terpilih dan cara-cara
investigasi dari ilmu sosial, informasi dipilih dari berbagai tempat yang
berhubungan langsung terhadap pemahaman individu, kelompok dan masyarakat
dan penerapan dari informasi yang dipilih untuk maksud mendidik warga negara
yang baik. Pengembangan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dilakukan dengan
bersama-sama agar dalam pendidikan yaitu pada proses pembelajaran daoat
berkembang sehingga apa yang diinginkan dan diharpkan dapat berjalan dengan
sempurna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengembangan?
2. Apa Pengertian IPS?
3. Apa Makna Pengembangan Pembelajaran IPS?
4. Apa Nilai-Nilai Keteladanan Dalam Pembelajaran Ips?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pengembangan.
2. Untuk Mengetahui Pengertian IPS.
3. Untuk Mengetahui Pengembangan Pembelajaran IPS.
4. Untuk Mengetahui Nilai-Nilai Keteladanan Dalam Pembelajaran Ips.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan

Pengembangan berasal dari kata ‘kembang’ yang berarti menjadi bertambah


sempurna. Kemudian mendapat imbuhan pe- dan –an yang berarti proses. Sehingga
pengembangan disini berarti usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan agar lebih sempurna. Berikut pengertian pengembangan menurut
para ahli:

1. Dick, Carey, dan Carey (2009: 230) instructional material contain the
conten either written, mediated, or facilitated by an instructor that a student
as use to achieve the objective also include information thet the learners will
use to guide the progress. Maksudnya, pengembangan bahan ajar adalah
proses, cara, dan perbuatan mengembangkan iptek yang memanfaatkan
kaidah dengan tujuan meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi iptek
dalam bentuk fisik yang berisi materi pelajaran, metode, batasan-batasan dan
cara menevaluasi yang didesain sedemikian rupa menarik sehingga
memudahkan guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran.
2. Richey dan Klein (2007), pengembangan merupakan proses penerjemahan
spesifikasi rancangan ke dalam bentuk riil/fisik yang berkaitan dengan
rancangan belajar sistematik, pengembangan dan evaluasi dilakukan dengan
maksud menetapkan dasar ilmiah/empiris untuk membuat produk
pembelajaran dan non-pembelajaran yang baru atau model peningkatan
pengembangan yang telah ada.
3. Menurut Seels & Richey (Alim Sumarno, 2012), pengembangan berarti
proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan
kedalam bentuk fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses
menghasilkan bahan-bahan pembelajaran.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002


Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti
kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

3
pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.
Pengembangan secara umum berarti pola pertumbuhan, perubahan secara
perlahan (evolution) dan perubahan secara bertahap. Pengembangan bertujuan
untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan.

Menurut AECT Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi


desain ke dalam bentuk fisik, di dalamnya meliputi :

a. Teknologi cetak,
b. Teknologi audio-visual,
c. Teknologi berbasis komputer, dan
d. Teknologi terpadu.

B. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD, berusaha memberikan wawasan secara komperehensif
tentang peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu
sosial. Berikut pengertan IPS menurut para ahli:
1. Menurut Winataputra (2003:132), bahwa Pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya
serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan di sajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar
menengah.
2. Menurut Sapriya (2008:9), bahwa Pendidikan IPS adalah penyederhanaan
atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humonaria, serta kegiatan
dasar manusia yang di organisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
3. Menurut Somantri (2001:103), Bahwa Pendidikan IPS adalah
penyederhanaan adaptasi, seleksi dan modifikasi dari disiplin akademis
ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan di sajikan secara ilmiah dan
pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan
menengah dalam dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional
yang berdasarkan pancasila.

4
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
pendidikan IPS di sekolah adalah untuk membentuk karakter siswa menjadi warga
negara yang baik dan bertanggung jawab, serta dapat menumbuhkan perilaku
berpikir secara kritis dan inquiri. Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan
siswa mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan seorang warga negara
yang baik sehingga dapat memecahkan persoalan-persoalan di lingkungannya

Adapun tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Supardi (2011: 186-
187) sebagai berikut:

a. Pertama, memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga


negara yang baik, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sadar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga bangsa, bersifat demokratis dan kebanggaan
nasional dan tanggung jawab, memiliki identitas dan kebanggaan nasional.
b. Kedua, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri untuk dapat
memahami, mengidentifikasikan, menganilisis, dan memiliki ketrampilan
sosial untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Ketiga, melatih belajar mandiri, disamping berlatih untuk membangun
kebersamaan, melalui program-program pembelajaran yang lebih kreatif
inovatif.
d. Keempat, mengembangkan kecerdasan, kebiasaan dan ketrampilan sosial.
e. Kelima, pembelajaran IPS juga dapat diharapkan dapat melatih siswa untuk
menghayati nilai-nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral,
kejujuran, keadilan, dan lain-lain, sehingga memiliki akhlaq mulia.
f. Keenam, mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan.

Tujuan IPS yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang tejadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun
masyarakat. IPS juga menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral,
ideologi, negara, dan agama menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuan sosial
dan menekankan reflektif inquiri. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-

5
program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan
tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau kebudayaan


masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri
sendiri agar survive kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

C. Makna Pengembangan Pembelajaran IPS

IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para


peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan
sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Berdasarkan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006, orientasi utama pelaksanaan pendidikan IPS di
SD/MI adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2006):

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat


dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan
sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.

6
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Karakteristik pembelajaran IPS yang dilihat dari aspek tujuan yang


cenderung mengarah kepada pemberdayaan intelektual siswa, maka dalam
pelaksanaannya dapat digabungkan dengan pendekatan kontekstual, dimana
salah satunya adalah dengan komponen - komponen yang dimiliki pada
pendekatan kontekstual tersebut, yaitu : kontruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya. Berdasarkan hal
tersebut dapat dilihat bahwa pemberdayaan intelektual akan dapat dilatih melalui
implementasi mateti IPS yang dikemas dalam pembelajaran IPS yang
menggunakan pendekatan kontekstual. Sundawa (2006) mengatagorisasikan
karakteristik pembelajaran IPS yang dilihat dari aspek tujuan ini meliputi tiga
aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek
intelektual, kehidupan sosial dan kehidupan individual. Fokus utama dari
program IPS adalah membentuk individu - individu yang memahami kehidupan
sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk
menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung
jawab untuk melestarikan, melanjutkan, memperluas nilai-nilai dan ide-ide
masyarakat bagi generasi masa depan.

Ada tiga kajian utama yang berkenaan dengan dimensi pembelajaran IPS
di SD, yaitu :

a. Pengembangan kemampuan berpikir siswa


Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan
kemampuan siswa dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah
kemasyarakatan. Pengembangan kemampuan berpikir dalam bidang
studi pendidikan IPS yang paling penting adalah menumbuhkan berpikir
kreatif dan inovatif. Kreatif dan inovatif adalah kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru (produk) , baik gagasan maupun
karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya.
b. Pengembangan nilai dan etika sosial

7
Wiramiharja (2006 : 158) menjelaskan etika mencakup empat
pengertian, yaitu :
1. Etika merupakan sistem nilai kebiasaan yang penting dalam
kehidupan kelompok khususnya manusia
2. Etika digunakan pada suatu diantara sistem-sistem khusus
tersebut yaitu "moralitas" yang melibatkan makna dari kebenaran
dan kesalahan, seperti salah dan malu
3. Etika adalah sistem moralitas itu sendiri mengacuh pada prinsip-
prinsip moral aktual
4. Etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang membincangkan
telaahan etika dalam pengertian lain.

Adapun menurut Abdullah (2005 :14) makna dalam kenyataan dapat


dipakai dalam arti:

1. Nilai-nilaiyang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok


dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Asas norma tingkah laku, tata cara melakukan, sistem perilaku,
tata krama (kode etik).
3. Perilaku baik buruk, boleh tidak boleh, suka tidak suka, senang
tidak senang
4. Ilmu tentang perbuatan yang buruk-buruk
c. Pengembangan tanggung jawab dan partisipasi social
Pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang
mengembangkan tujuan pengembangan IPS Dalam membentuk warga
negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam
kehidupan bermasyatakat. Pendidikan IPS SD harus memperhatikan
kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. Anak dalam kelompok 7-11
tahun menurut piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan
intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkret operasional. Berbagai cara
dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep
abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan
berbentuk jembatan bailey untuk mengkonkretkan yang abstrak itu

8
dengan enactive, iconic dan symbolic melalui percontohan dengan gerak
tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau
elaborasi dalam kata-kata yang dipahami siswa.

Seperti dikatakan Mager (1975 : 5) sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa
guru harus memperhatikan atau merumuskan tujuan pengajarannya. Pertama, jika
guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi kurang
jelas, maka ia tidak akan dapat memilih atau merancang bahan pengajaran, isi
maupun metode yang tepat untuk digunakan dalam pengajaran itu. Kedua, tidak
adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar mengukur
atau melihat sampai sejauh mana keberhasilan. Ketiga, tanpa adanya rumusan
tujuan yang jelas, sukar bagi guru untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan
usaha-usaha siswa pencapaian tujuan pembelajaran itu. Bagi guru, setiap pemilihan
metode berarti menentukan jenis proses belajar mengajar mana yang dianggap lebih
efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Disamping ketiga alasan yang telah dikemukakan di atas, ada satu hal lagi
yang penting dan perlu dikemukakan disini. Yakni dengan tidak adanya rumusan
tujuan pengajaran yang jelas, sukar bagi guru untuk mengadakan balikan
(feedback) terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Sebenernya
hal itu sangat erat hubungannya dengan apa yang telah dikemukakan dengan alasan
kedua. Dengan melihat hasil evaluasi yang diperoleh setelah mengalami proses
belajar tertentu, seyogianya guru dapat melihat kembali apakah program pengajaran
yang telah disusunnya itu baik. Jika belum, dimana letak kekurangan dan
kesalahannya, apakah pada pemilihan bahan pengajaran yang terlalu sukar atau
mudah, pada pemilihan dan penggunaan alat bantu mengajar yang kurang sesuai,
apakah pada pemilihan metode mengajar yang kurang tepat? Semua ini tidak
mungkin dilaksanakan jika tujuan pengajaran itu sendiri tidak dirumuskan dengan
jelas.

Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas


belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan
proses internal. Dalam merumuskan teori pembelajaran, tidak lagi mekanistik
sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioroistik. Kebebasan dan

9
keterlibatan secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar
lebih bermakna bagi siswa. Kegiatan pembelajarannya meliputi prinsip-prinsip
sebagai berikut :

1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses


berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-
tahap nya.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar engan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkret.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki si belajar.
5. Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun
dengan menggunakan pola atu logika tertentu, dari sederhana ke
kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari belajar menghafal.
7. Adanya perbedaan individual dari diri siswa perlu diperhatikan.
(budiningsih 2005).

Dari uraian tentang prinsip-prinsip pembelajaran IPS, maka karakteristik mata


pelajaran IPS di SD, antara lain :

1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,


sejarah, ekonomi, hukm dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS dari struktur keilmuan
geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai
masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner.

10
4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa
dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan.
5. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tuga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan.

Sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner dan diajarkan
mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Hasil penelaahan IPS dapat
dimanfaatkan oleh ilmu sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu sosial dapat
dimanfaatkan oleh IPS.

Jika ditinjau dari ruang lingkup materinya, maka bidang studi IPS memiliki
karakteristik, yaitu menggunakan pendekatan lingkungan yang luas, menggunakan
pendekatan terpadu antar mata pelajaran yang sejenis, berisi materi (konsep, nilai-
nilai sosial, kemandirian dan kerjasama, mampu memotivasi peserta didik untuk
aktif, kreatif, dan inovatif sesuai dengan perkembangan anak), dan mampu
meningkatkan perkembangan peserta didik dalam berfikir dan memperluas
cakrawala budaya. Karakteristik bidang studi IPS dapat pula dilihat dari sudut
pendekatan atau metodelogi pembelajaran yang sering digunakan. Bidang studi IPS
sejak mulai kurikulum tahun 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan integratif.
Pendekatn lain dalam bidang studi IPS cenderung bersifat praktik di masyarakat
dan keluarga atau antarteman di sekolah. Aspek yang ditonjolkan dalam pendekatan
ini adalah aspek perilaku dan sikap sosial serta nilai eksistensi peserta didik dalam
menghadapi suatu nilai kebersamaan kepemilikan hak dan kewajiban sebagai
makhluk sosial. Sejak inilah maka pada tahun 1994, pergeseran karakteristik bidang
studi IPS ini berbeda sekali dengan karakteristik dalam kurikulum sebelumnya,
yaitu lebih cenderung kepada pendekatan multidisipliner dan integratif.

1. Dimensi Pembelajaran IPS Mencakup Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap


sejumlah informasi dan ide-ide. Tujuan pengembangan pengetahuan ini
adalah untuk membantu siswa dalam belajar untuk memahami lebih

11
banyak tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial serta lingkungan
sekitarnya. Dimensi yang mencakup pengetahuan sosial mencakup : a)
fakta; b) konsep, dan c) generalisasi yang dipahami siswa. Pertama,
fakta adalah data yang spesifik, tenang pristiwa, objek, orang dan hal-hal
yang terjadi (peristiwa). Kedua, merupakan kata-kata atau frasa yang
mengelompok, berkategori dan memberi arti terhadap kelompok fakta
yang berkaitan. Ketiga, generalisasi merupakan suatu pernyataan dari
dua atau lebih dari konsep yang saling terkait.

2. Dimensi Pembelajaran IPS Mencakup Keterampilan (skill)

Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kemampuan


tertentu sehingga diperlukan pengetahuan yang diperolehnya.
Keterampilan ini dalam pendidikan IPS terwujud dalam bentuk
kecakapan mengolah dan menerapkan informasi yang penting untuk
mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang mampu berpartisipasi
secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Keterampilan tersebut
dalam mencakup keterampilan meneliti, keterampilan berfikir,
keterampilan partisipasi, dan keterampilan berkomunikasi. Pertama,
keterampilan meneliti. Keterampilan diperlukan untuk mengumpulkan
dan mengolah data. Secara umum penelitian mencakup sejumlah
aktivitas sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan mengumpulkan masalah atau isu;


b. Mengumpulkan dan mengolah data;
c. Menafsirkan data;
d. Menganalisis data;
e. Menilai bukti-bukti yang ditemukan;
f. Menyimpulkan;
g. Menerapkan hasil temuan;
h. Membuat pertimbangan nilai.

Kedua, keterampilan berfikir. Sejumlah keterampilan berfikir banyak


berkonstribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam

12
kehidupan masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan
keterampilan berpikir pada diri siswa, perlu ada penguasaan terhadap
bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berpikir tersebut serta
melatihnya di kelas. Ketiga, keterampilan partisipasi sosial. Dalam
belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaimana berinteraksi dan berkerja
sama dengan orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok sangat
penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang
yang menggantungkan hidup melalui kelompok. Keempat, keterampilan
berkomunikasi. Pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan
aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS, khususnya dalam
inquiry sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif dan
kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat komunikasi
yang biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk
mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film,
drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukkan, foto, bahkan dalam bentuk
peta. Para siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi pembicara dan
pendengar yang baik.

3. Dimensi Pembelajaran IPS Mencakup Nilai dan Sikap (Value and


Attitude)

Nilai dan sikap merupakan seperangkat keyakinan atau prinsip


perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok
masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir dan bertindak. Nilai
adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam,
mendukung ketika sesuatu dianggap penting dan tindakan yang tepat.

D. Nilai-Nilai Keteladanan Dalam Pembelajaran IPS

Keteladanan merupakan syarat utama dalam suatu prosese pendikikan.


Tidak ada makna pendidikan jika tidak ada keteladanan. Sebagiamana
dikemukakan oleh suyanto (kompas, 3 Agustus 2005) yang menyatakan bahwa

13
pendidikan memiliki tiga proses yang saling memengaruhi dan saling terkait satu
sama lain:

1. Sebagiai proses pembentukan kebiasaan (habit formation)


2. Sebagian prose pengajaran dan pembelajaran (teaching and learning
process)
3. Sebagia prosese keteladanan yang dilakukan oleh para guru (role model)

Di samping itu , tiga syarat penting dalam proses pendidikan dan mengajar
adalaha harus memperhatikan ketiga syarat tersebut, yaitu: cinta, kepercayaan, dan
kewibawaan . Ketiga syarat saling mempengaruri dan saling berkaitan.cinta akan
menimbulkan kepercayaan. Kepercayaan akan menghadirkan kewibawaan. Begitu
juga dengan kewibawaan, kewibawaan adalah kemampuan untuk mendapat
memengaruhi orang lain. Kewibawaan akan lahir jika ada kepercayaan , dan
kepercayaan akan muncul jika ada keteladanaan.

Teori belajar sosial menekankan perlunya (imaitation/peniruan) terhadap


proses perkembangan sosial dan moral peserta didik. Lewat pengamatan apa yang
dilihat, didengar , dan dirasakan. Adapun menurut miller dan dollard dalam
sarwono (2002: 23) tingah laku manusia itu dipelajari melalui prinsip-prinsip
psikologi belajar, yaitu:

1. Dorongan , yaitu rangsangan kuat dari dalam individu yang mendorong


untuk bertingkah laku, dorongan itulah yang membuat seseorang terpaksa
harus meniru tingkah laku orang lain untuk berbuat, dorongan muncul
disebabkan adanya kebutuhan yang mesti terpenuhi, seperti lapar
mendorong untuk makan, haus mendorong untuk minum.
2. Isyarat adalah rangsangan yang menentukan tingkah laku balas yang akan
timbul, misalnya uluran tangan merupakan isyarat bagi seseorang untuk
belajar tangan.
3. Tingkah laku balas, yaitu reaksi individu terhadap rangsangan yang timbul
didasarkan pada tingkah laku bawaan, apabila tingkah laku itu tidak sesuai
yang diharapkan , maka individu tersenut belajar dengan cata dan ralat (trial
and error learing).

14
4. Ganjaran , yakni rangsangan yang menetapkan apakah suatu tingkah laku
balas akan diulang atau tidak pada kesempatan lain.

Selanjutnya, sarwono ( 2002: 24 ) menjelaskan ada tiga mekanisme dalam


membahas tingkah laku tiruan, yaitu:

1. Tingkah laku sama (same behavior),


2. Tingkah laku tergantung (matched dependent behavior),
3. Tingkah laku salinan (copying).

Pengembangan mata pelajaran IPS dilahirkan pada pengembangan


pengetahuan, pemahaman , dan kemampuan menganalisis terhadap kondisi sosial
masyrakat dalam memasuki kehidupan masyrakat yang dinamis sebagi tantangan
kehidupan global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Dalam proses
pembelajaran ips disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu. Tujuan mata
pelajaran ips , sebagaimana dikemukakan diatas, salah satunya adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan dasar beroikir logis dan kritis, serta memiliki
keterampilan sosial. Keterampilan sosial adalah rangkaian kopentensi penting abgi
peserta didik untuk memulai dan memiliharah hubungan sosial positif dengan teman
sebaya, pengajaran atau lingkungan masyrakar lainnya.

Keterampilan sosial adalah suatu kemamapuan secara cakap yang tampak


dalam tindakan , mampumencari, memilah dan mengolah informasi.kerena
sebagaimana kehidupan sosial , kesempatan untuk berhasil secara sosial juga dapat
berubah sesuai waktu , konteks , dan budaya.

Namun demikian , menurut schneider et al, dalam rubin et al, (1994), agar
seseorang berhasil dalam interaksi sosial, maka secara umum dibutuhkan beberapa
keterampilan sosial yang terdiri dari pikiran , penggaturan, emosi, dan prilaku yang
tampak yaitu:

1. Memahami pikiran, emosi, dan tujuan atau maksud orang alin


2. Menangkap dan mengolah informasi tentang partner sosial serta lingkungan
pergaulan yang potensial menimbulkan terjadinya interaksi.

15
3. Menggunakan berbagai cara yang dapat digunakan untuk memuai pembicaraan
atau interaksi dengan orang lain, memeriharanya, dan mengakhirnya dengan
cara yang positif.
4. Memahami konsenkuensi dari sebuah tindakan sosial, baik bagi diri sendiri
maupun bagi orang lain atau targer tidakan tersebut,
5. Mengekspresikan emosi positif dan menghambat emosi negatif secara tepat.

Umumnya nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antar
individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok
masyarakat atau persatuan dari orang-ojuan yang satu tujuan. Heteroginisme nilai
yang ada di masyarakat tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam
pembelajaran IPS di kelas. Disatu pihak nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan
tidak mungkin steril dari isu-isu yang menerpa dan terhindar dalam masyarakat
demokratis. Di pihak lain, tidak dipungkiri bahwa nilai tertentu muncul dengan
kekuatan yang sama dalam masyarakat dan menjadi pembelajaran yang baik serta
menjadi perlindungan dari berbagai penyimpangan dan pengaruh luar.Agar ada
kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat maka nilai dapat dibedakan atas nilai
substantif dan nilai prosedural.
Pertama, nilai subtantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh
seseorang dan umunya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan informasi semata.
Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan
keyakinannya tentang sesuatu hal. Dalam memperlajari nilai subtantif, para siswa
perlu memahami proses-proses,lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk
memecahkan konflik dalam maasyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu
mengetahui ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi
nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut. Manfaat lain dari belajar nilai substantif
adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu. Selain itu guru
perlu menyadari pula bahwa nilai yang dianut tidak semuanya berlaku secara
universal. Program pembelajaran IPS hendaknya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan, merefleksi, dan mengartikulasikan nilai-nilai yang
dianutnya. Proses ini tergantung pada nilai-nilai prosedural di kelas. Siswa
hendaknya didorong bersiap diri membenarkan posisinya mendengarkan kritikan

16
yang ditujukan terhadap dirinya dan/atau mengubah keputusan nya bila ada
pertimbangan lain.
Kedua, nilai prosedural. Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau
dibelajarkan antara nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati, kebenaran
dan menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai yang menyokong
masyarakat demokratis, seperti toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai
bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain. Pembelajaran IPS
di maksud kan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan
diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat indonesia yang beraneka ragam,
maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai nilai tersebut. Jika ingin
berhasil dalam menerapkan nilai secara efektif maka nilai nilai tersebut diatas
seyogianya dapat dibelajarkan secara terpadu dalam setiap mata pelajaran.
Tindakan sosial merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan sosial
dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif, dangan jalan berlatih
secara konkret dan praktik, belajar dari apa yang diketahui dan di pikirkan tentang
isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang dilakukan dan bagaimana
caranya dengan demikian siswa akan belajar menjadi warga negara yang efektif di
masyarakat.
Dimensi tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua jenjang dan semua
tindakan kelas. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran ips meliputi tiga model
aktivitas sebagai berikut :
a. percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah dikelas seperti
cara berorganisasi dan bekerja sama;
b. berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan; dan
c. pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas,
khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inquiry.
Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikan nya semakin mengerti dan
memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Cleaf,1991). Ilmu pengetahuan sosial
dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga
negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan
agama (Somantri,2004). Kosasih (Waterworth,2007) dengan penekanan yang agak

17
berbeda mengatakan bahwa pembelajaran IPS di sekolah dasar pada dasar nya
dimaksudkan untuk pengembangan pengetahuan, sikap, nilai - moral, dan
keterampilan siswa agar menjadi manusia yang mampu memasyarakat (civic-
community).
Dapat diformulasikan bahwa pada dasar nya tujuan dari pembelajaran IPS
pada jenjang sekolah dasar adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan
dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat
kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pola pembelajaran IPS di SD nya lebih
menekankan pada unsur pendidikan dan memberikan pemahaman, nilai-moral, dan
keterampilan keterampilan sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan
pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjajali dengan
sejumlah konsep yang bersifat hapalan belaka, malainkan terletak pada upaya
menjadikan siswa memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan
agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari nya sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungan nya,
serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Disinilah sebenarnya penekanan misi dari pembelajaran IPS di sekolah dasar.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pribadi maupun umum
menuntut adanya pelayanan dari pihak sekolah yang lebih khusus mengembangkan
kemampuan berpikir siswa yang disesuaikan dengan tahap perkembangannya,
dalam hal ini untuk pembelajaran IPS di setiap tingkat pendidikan (sekolah).
Dengan layanan yang tepat diharapkan siswa dapat diajak belajar dalam tingkat
perkembangan nya dan hakikat mata pelajaran yang dipelajari, apa diplajari siswa
bermakna bagi mereka atau istilah lain menghasilkan belajar bermakna (meaningful
learning) dan memberikan hasil yang maksimal.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi


yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah
terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi
baru.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi


peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari.

Pengembangan pembelajaran ips pada dasarnya bertujuan untuk


mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai
pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai
kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Orientasi utama pelaksanaan
pendidikan IPS di SD/MI adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2006):

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Pengembangan mata pelajaran IPS dilahirkan pada pengembangan


pengetahuan, pemahaman , dan kemampuan menganalisis terhadap kondisi sosial
masyrakat dalam memasuki kehidupan masyrakat yang dinamis sebagi tantangan
kehidupan global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Dalam proses

19
pembelajaran ips disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu. Tujuan mata
pelajaran ips , sebagaimana dikemukakan diatas, salah satunya adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan dasar beroikir logis dan kritis, serta memiliki
keterampilan sosial.

B. Saran

Pengembangan pembelajaran IPS sangat mempengaruhi system belajar


karena pada setiap cara perkembangan pembelajaran yang dilakukan akan memberi
dampak baru pada peserta didik, jadi sebaiknya pengembangan terus dilakukan
demi pendidikan yang lebih baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sa’adun Akbar, M. Pd. dan Dr. Hadi Sriwiyana, M. M. 2010.


Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Yogyakarta: Cipta Media.

Rahmaniah, Aniek. Pengembangan Pembelajaran Ilmu Pengetahuaan Sosial


Pada Pendidikan Dasar. Jurnal Madrasah, Vol. 5 No. 1 Juli-Desember 2012.

http://ranahreserch.com/pengertian-penelitian-pengembangan-menurut-para-
ahli/ (Diakses pada 26 Februari 2021)

https:www.silabus.web.id/pembelajaran-ips/ (Diakses pada 26 Februari 2021)

21

Anda mungkin juga menyukai