Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MERANCANG MODEL INOVASI PEMBELAJARAN IPS


Makalah ini Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori dan Prinsip Pendidikan
Dosen Pengampu: ……………….

Disusun Oleh:

1. Asgipen
2. Ade
3. Niar
4. Candri

PROGRAM S2 PIPS FAKULTAS PASCASARJANA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “ Merancang Model Inovasi Pembelajaran Ips”. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Prinsip Pendidikan. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih atas bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak atas terselesaikanya makalah ini, kepada:
1. ............................., selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar IPS.
2. Semua pihak yang terkait yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kritik konstruktif sangat penulis harapkan dari berbagai pihak
guna perbaikan laporan ini dikemudian hari.

Jakarta, 20 September 2023

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

2
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Media Pembelajaran Inovatif……......................................................2
B. Unsur-unsur model pembelajaran IPS ........................................................… 7
C. Merancang media inovasi pembelajaran.........................................................
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan,
perkembangan, dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan
permasalahannya. Dengan demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan
materi untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa
yang terjadi hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan
lebih jauh pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya,
meliputi apa yang terjadi setempat secara lokal, nasional, regional sampai ke
tingkat global. Hal tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.
Kemajuan IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” pristiwa dan
permasalahan kehidupan yang secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan
bantuan IPTEK itu juga, kita manusia mampu menganalisis, memprediksi, dan
meyakini pristiwa serta permasalahan diluar jangkauan pikiran yang melekat
pada diri masing-masing.
Bertitik tolak pada permasalahan tersebut maka perlu guna
mengekstraksi beberapa inti dari pendidikan IPS khususnya mengenai
perubahan pola berpikir yang awalnya masih berlandaskan kepada teori
menuju ke arah pola berpikir kritis dan juga kreatif sehingga selain mampu
menghasilkan inovasi dan juga pembaharauan hal ini juga akan membawa
dampak yang sangat positif bagi peserta didik yang masih dalam tahap
perkembangan. Untuk itu kami mencoba memaparkan bagaimana berpikir
kritis dalam pembelajaran IPS sehingga tidak hanya membebani siswa akan
maeri namun juga kita juga bisa mengasah pemikiran peserta didik guna
terbiasa melatih pikirannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja Model Pembelajaran IPS?
2. Bagaimana menganalisis model pembelajaran IPS yang inovatif?
3. Bagaimana merancang model Inovatif untuk penerapan pembelajaran IPS di
kelas?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui model-model pembelajaran IPS.
2. Untuk mendeskripsikan model pembelajaran IPS yang inovatif.
3. Untuk membuat rancangan model Inovatif untuk penerapan pembelajaran
IPS di kelas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Media Pembelajaran Inovatif


Inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda
yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang
atau kelompok untuk diadopsi. Oleh sebab itu, inovasi pada dasarnya
merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun
berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil
olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu
yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang
timbul dan memperbaiki suatu kedaan tertentu ataupun proses tertentu
yang terjadi di masyarakat (Ahira, 2011:33). Sedangkan menurut
Kusmana (2010: 4) inovasi adalah membuat perubahan atau
memperkenalkan sesuatu yang baru. Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa inovasi adalah sebuah proses yang menghasilkan
produk baru atau idea baru dengan tujuan untuk memperbaiki yang
sudah ada supaya lebih baik dari keadaan atau situasi sebelumnya
sehingga meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas.
Inovasi pendidikan menurut Asrori (2011:15) adalah inovasi
dalam bidang pendidikan untuk memecahkan masalah dalam
pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat
lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional.
Sehingga dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang
dapat terjadi dalam ruang lingkup pendidikan.
Pada lingkup yang lebih fokus lagi pada pembelajaran, maka
pendidik lebih mengembangkan pada inovasi pembelajaran dalam
prakteknya di sekolah. Menurut Hasbullah, (2001:44), inovasi
pembelajaran adalah suatu upaya baru dalam proses pembelajaran,
dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana
yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Mendasar dari
pemikiran tersebut maka pendidik diharapkan untuk merancang dan
memciptakan inovasi inovasi pembelajaran guna menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Banyak yang dapat di kembangkan dalam proses inovasi
pembelajaran, antara lain dari aspek pendidik, peserta didik, sumber
belajar, satuan pendidikan. Dari aspek pendidik dan peserta didik,
proses pembelajaran dapat dikembangkan melalui pendekatan
pembelajaran, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan
model model pembelajaran, pemilihan metode yang tepat,
merancang dan mengembangkan
media pembelajaran hingga penerapan teknik dan taktik pembelajaran.
Pengembangan pada aspek sumber belajar dapat di kembangkan pada
pembuatan buku-buku sumber belajar peserta didik, lembar kerja peserta
didik (LKPD), pengembangan video pembelajaran, pengembangan
gambar/peta/tabel yang menarik dan menyenangkan sebagai stimulus
pembelajaran. Pengembangan pada aspek satuan pendidikan mempunyai
cakupan yang lebih luas lagi. Program program sekolah seperti budaya
bersih, sekolah rindang, sekolah hijau, kantin kejujuran, pembiasaan
sapa/salam dan masih banyak contoh contoh lainnya yang merupakan
inovasi sekolah dalam mendukung inovasi pembelajaran.
Pendidik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap
adanya inovasi pembelajaran, maka pengembangan yang paling
mudah dan memungkinkan untuk pendidik adalah penggunaan
model model pembelajaran dan media pembelajaran. Menurut Arsyad
(2002: 4) media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau
pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu
sampai kepada penerima yang dituju. Dalam konteks dunia pendidikan,
Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002: 3) mengungkapkan bahwa media
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, pendidik,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar mengajar. Oleh karena proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam
suatu sistem, maka kedudukan media pembelajaran menempati poaspek
yang cukup penting sebagaisalah satu komponen sistem
pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan mampu
berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen
integral dari sistem pembelajaran.
Khusus media pembelajaran merupakan salah satu bentuk
inovasi pembelajaran yang mudah dikembangkan dan sebagai
indikator kreatifitas pendidik. Hasil penerapan dan produk media ini
sangat nampak terlihat oleh mata. Di media inilah akan nampak seorang
pendidik mampu berkreasi atau tidak. Ada dua perbandingan pendidik
A dan pendidik B. Pendidik A datang di suatu kelas untuk mengajar
mata pelajaran tertentu dengan perangkat RPP dan buku materi.
Sementara pendidik B datang ke kelas ditangannya membawa RPP dan
buku materi, sedangkan dipundaknya membawa tas berisi botol air
mineral, tali, gunting, kertas gambar, kertas post it, kertas plano dan
peralatan lain sebagai media pembelajarannya. Dari kedua pendidik
tersebut, ada gambaran bahwa pendidik B lebih kreatif dalam
menciptakan sebuah media baru. Dia punya daya kreasi lebih tinggi di
banding pendidik A. Dengan menciptakan hal-hal baru berarti pendidik
tersebut telah berinovasi pada media pembelajaran. Media yang
dirancang dan di buat sendiri inilah yang di sebut dengan inovasi media
pembelajaran.
Adapun ciri ciri inovasi media pembelajaran mengandung unsur
unsur asli, spesifik, unik, kreatif, sistematis, aplikatif, inspiratif,
bermanfaat, menarik, berbasis IT dan seni (Aris Riyadi, 2020: 37).
Keaslian hasil pembuatan media pembelajaran yang dilakukan pendidik,
menjadi penanda utama tingkat inovasi media pembelajaran. Jika media
tersebut di tulis dalam bentuk karya tulisan, maka dapat di uji
keasliannya dengan uji similarity dan sitacy. Media pembelajaran
hendaknya bersifat spesifik, yakni karya yang dibuat punya kekhususan
untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran
bersifat unik adalah media tersebut memiliki nilai-nilai keistimewaan
sendiri dan belum pernah ada sebelumnya. Sedangkan media
pembelajaran bercirikan kreatif adalah bahwa media tersebut
mengandung unsur- unsur kebaharuan atau meperbaiki bentuk yang
sudah ada mernjadi suatu bentuk yang baru.
Media pembelajaran perlu di diskripsikan secara sistematis
tentang petunjuk pedoman penggunaan media dalam proses
pembelajaran. Media pembelajaran hendaknya aplikatif yaitu mudah
digunakan dan dikembangkan di mana saja berada serta murah dan
mudah dalam pembuatannya. Kemanfaatan media perlu di perhitungkan
ketika media pembelajaran dibuat. Bentuk fisik yang menarik dan
menyenangkan juga perlu di perhatikan agar saat penggunaan media
peserta didik lebih tertarik. Selain menarik dan bermanfaat pada era
digitalisasi revolusi industri 4.0 maka media pembelajaran perlu
pengembangan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Namun
media yang mengandalkan kecanggihan teknologi saja pun tidak cukup.
Banyak media yang murni berbasis teknologi justru menjadi kering dan
semu.

Untuk itu unsur seni menjadi solusi untuk pengembangan media


pembelajaran inovatif. Penggabungan antara unsur teknologi informasi
komunikasi dan unsur seni akan menghasilkan sesuatu media yang tidak
hanya update namun juga mengandung unsur kemenarikan dan
menyenangkan. Jika media pembelajaran telah berhasil dibuat maka
akan lebih hebat lagi ketika media pembelajaran tersebut menjadi
inspirasi untuk munculnya pembuatan media media pembelajaran
berikutnya. Banyak bentuk media mampu menginpirasi munculnya
media yang lain, misalnya media wayang sejarah. Media ini
menginspirasi munculnya media baru seperti media wayang fabel,
media wayang jari dan seterusnya.
Fenomena di sekolah saat ini menunjukkan bahwa proses belajar
mengajar di sekolah umumnya dianggap tidak menarik, sehingga para
peserta didik kurang tertarik untuk mengikuti mata pelajaran tersebut,
seperti halnya yang dikemukakan oleh Velarasi (2004:7). Banyak
pendidik menyampaikan pembelajarannya hanya ceramah atau tanya
jawab atau mencatat buku di papan tulis. Skenario pembelajaran yang
bervariasi tidak dapat dijalankan karena keterbatasan waktu, pemilihan
model dan media pembelajaran yang tidak cocok serta keterbatasan
kemampuan pendidik dalam menerapkannya.
Dalam rangka memanfaatkan media dalam proses pembelajaran,
maka sangat perlu di butuhkan analisis kebutuhan media pembelajaran.
Hal ini juga perlu melihat dari tema dan tujuan yang akan di capai.
Namun ada beberapa asumsi dasar yang perlu di ketahui dari suatu
media pembelajaran, yaitu:
1) Setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itulah
kita harus menganalisis kebutuhan dan memilih media yang tepat
agar media efektif dan efisien.
2) Penggunaan media secara bervariasi memang sangat diperlukan akan
tetapi jangan sampai penggunaan media yang terlalu banyak justru
membingungkan peserta didik.
3) Penggunaan media sebaiknya yang mampu mengaktifkan peserta
didik, namun bukan berarti media menggantikan peran pendidik di
kelas.
4) Penggunaan media harus di rancang secara matang baik dari segi
teknik maupun strateginya serta di tuangkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan media yang tidak matang
justru akan mengganggu proses belajar mengajar. Hindari
penggunaan media yang hanya sebagai pengisi waktu luang.

Berdasarkan penggunaannya, media pembelajaran terbagi dua


bentuk. Pertama media pembelajaran yang tinggal
menggunakan/memanfaatkan saja. Sedangkan yang kedua adalah media
pembelajaran yang memang di desain sendiri oleh pendidik, guna
menciptakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Baik itu media yang sudah ada tinggal memanfaatkan maupun media
yang hasil ciptaan sendiri adalah sama sama perlu daya inovasi dari
seorang pendidik itu sendiri. Bagaimana media tersebut mampu secara
efektif membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran. Praktek
penerapan mediapun harus menyenangkan. Proses penciptaan dan
penerapan media dalam pembelajaran inilah yang di sebut dengan
inovasi media pembelajaran.
Dengan demikian Inovasi media pembelajaran adalah
penciptaan media pembelajaran dan merupakan hal baru atau dengan
mengadopsi yang telah ada namun memodifikasi dalam bentuk baru,
orisinil, unik, menarik dan menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Banyak konsep konsep yang akan di sampaikan pendidik
bersifat abstrak. Jika pendidik dalam menyampaikan materi monoton,
maka banyak peserta didik yang bosan sehingga apa yang akan di
sampaikan tidak sampai ke penerima.
Banyak contoh inovasi media pembelajaran baik dengan cara
memodifikasi media pembelajaran yang sudah ada maupun menciptakan
media pembelajaran baru yang sebelumnya belum ada. Baik itu berupa
bentuk konvensional maupun berbasisi IT, atau bahkan menggabungkan
antara IT dan konvensional. Inovasi media pembelajaran konvensional
antara lain: media kartu, media boneka, media wayang, media ular
tangga, media origami dan seterusnya. Sedangkan inovasi media
pembelajaran berbasis IT dapat di kembangkan dari multimedia.
Multimedia merupakan kombinasi dari berbagai macam media
pembelajaran, yaitu menggabungkan media audio, visual, audio visual,
realia, internet, handphone dan lain sebagainya. Bahkan multimedia
dengan memanfaatkan handphone, komputer, internet dan sejenisnya
yang merupakan media pembelajaran yang efektif, interaktif dan punya
daya jangkauan luas. Melihat perkembangan peserta didik di era saat ini,
media pembelajaran perlu mengintegrasikan teknologi dan informasi
pada proses pembelajaran yang interaktif. Saat ini banyak media
pembelajaran interaktif berbasis IT yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran, contohnya adalah Kahoot,
Quizizz, Quipper, Virtual Reality, Augmented Reality dan
sejenisnya. Semakin kreatif dan inovatif seorang pendidik, maka akan
semakin beragam penciptaan media-media pembelajaran yang baru.
B. Unsur-unsur Model Pembelajaran IPS
Model pembelajaran IPS memiliki karakeristik tersendiri yaitu
menekankan hubungan individu dengan orang lain atau dengan
masyarakat, sehingga model pembelajaran dalam kategori ini lebih
terfokus pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan
dengan orang lain, terlibatdalam proses demokrasi,ataupun mampu
bekerjasama secara produktif. Model-model pembelajaran IPS yaitu
sebagai berikut:
1. Model Pencapaian Konsep
Model pencapaian konsep ini dikembangkan oleh Jerome S.Bruner,
Jacqueline Goodrow dan George Agustin berdasarka hasil studinya
mengenai berpikir manusia. Model ini sengaja dirancang untuk
memantu peserta didik dalam mempelajari konsep-konsep yang dapat
dipakai untuk mengorganisasikan nya sehingga dapat memberikan
kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari konsep tersebut
secara efisien.
Berkenaan dengan pengertian konsep, menurut Sapriya konsep
merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang
menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau
pemikiran.1 Lahirnya konsep karena adanya kesadaran atas atribut
kelas yang ditunjukkan oleh simbol.
Dari pendapat tersebut, maka materi yang ada dalam sebuah
pembelajaran tentunya materi yang bersifat fakta,konsep, serta
generalisasi. Dimana dalam pengajaran materi konsep, tentunya guru
harus memperhatikan aspek-aspek yang berkenaan dengan pengajaran
materi konsep, seperti bagaimana penyampaian konsep tersebut.
Kecakapan siswa dalam memahami materi sangat diperlukan karena
1
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hal.63.
hal itu berpengaruh pada hasil belajar siswa dan penguasaan konsep
yang ada di diri siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
meningkatkan penguasaan konsep diharapkan siswa dapat mudah
memahami konsep-konsep IPS yang sekaligus dapat diaplikasikan
oleh siswa dalam kehidupan siswa. Hal ini juga akan membuat mata
pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak
hanya berupa hafalan dari buku, tetapi siswa bekerjasama dalam
kelompoknya secara langsung untuk memecahkan persoalan sosial
yang sedang dihadapi di lingkungannya.
2. Model berpikir Induktif (Induktive Thinking)

Model berpikir induktif merupakan model pembelajaran yang


bertujuan untuk mendorong peserta didik dalam menemukan dan
mengorganisasikan informasi sehingga peserta didik dapat aktif dan
memperoleh pengalaman belajar yang bermakna sehingga hasil
belajar yang di peroleh peserta didik akan meningkat dan bertahan
lama. Sedangkan peran guru dalam model pembelajaran berpikir
induktif adalah mengawasi proses siswa dalam mencari informasi/
konsep, membimbing siswa melalui pertanyaa-pertanyaan yang
relevan dan membuat perangkat pembelajaran yang memungkinkan
siswa melakukan tugas kognitif dan psikomotorik dalam
pembelajaran dengan tepat.2

Maka dapat disimpulkan bahwa model berpikir induktif ini


mendorong peserta didiknya dalam menemukan serta
mengorganisasikan informasi yang ada serta menjadikan peserta
didik untuk mampu menjajaki berbagai cara yang mampu
menjadikan peserta didik menjadi terampil dalam menyikapi dan
mengorganisasikan informasi.

2
Winahyu A Wicaksono, Penerapan Model Berpikir Induktif dengan Media Grafis Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas III Negeri 04 Ngringo, Jurnal kalam
Pendidikan PGSD Kebumen, Volume 4, No. 5.1, hal.194-195.
Jadi model berpikir induktif ditujukan untuk membangun mental
kognitif karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan
kemampuan berfikir, dan strategi ini sangat membutuhkan banyak
informasi yang harus digali oleh siswa. Dan kelebihan dari model ini
walaupun sangat sesuai dengan pelajaran IPS tetapi juga dapat
digunakan diberbagai mata pelajaran lain.

3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (PIK) untuk


meningkatkan kecakapan sosial berlandaskan teori sosiokultural
Vygotsky tentang pembelajaran sosial, Zone of Proximal
Development (ZPD) dan Scaffollding. Teori ini memandang bahwa
setiap individu dapat mencapai kemampuan potensialnya setelah
mendapat bantuan dengan individu lain melalui proses pembelajaran
yang interaktif dalam konteks sosial.

Teori ini memandang bahwa pentingnya interaksi sosial dalam


proses pembelajaran supaya mampu mencapai kemampuan
potensialnya. Karena pentingya interaksi dalam pembelajaran maka
siswa perlu memiliki kemampuan berinteraksi yang efektif dan
harmonis.3 Maka model investigasi kelompok merupakan model
pembelajaran yang mana kegiatan pembelajarannya dilakukan
peserta didik ikut berperan dalam proses pembelajaran secara
bersama-sama dalam bentuk kelompok dan terstruktur dengan baik
hal ini dilakukan guna memecahkan masalah.

Model pembelajaran investigasi kelompok salah satu model


yang mana dapat memadukan strategi pembelajaran dengan
dinamika proses demokrasi serta proses akademi yang dalam bentuk
penelitian. Penelitian ini berupa tantangan sebuah masalah, yaitu
pengetahuan yang didapatkan dari sebuah penelitian.
3
Wasmana, Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (PIK) untuk meningkatkan kecakapan
sosial siswa sekolah dasar, (Universitas Pendidikan Indonesia,2016), hal 1.
Jadi dapat disimpulkan model investigasi kelompok adalah
strategi belajar kooperatif yang dipandang sebagai model yang
paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran karena model ini melibatkan siswa sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi serta menekankan pada partisipasi dan aktivitas
siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia misalnya dari buku
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Model ini
menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

4. Model Memorisasi (Memorization)

Model ini dikembangkan oleh Pressley dan Levin. Memorisasi


adalah model yang digunakan untuk menghafalkan sesuatu
informasi. Guru dapat menggunakan model memorisasi untuk
membimbing penyampaian materi yang bertujuan agar para siswa
dapat dengan mudah menangkap dan mengingat informasi baru,
karena model memorisasi ini diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan siswa menyerap dan mengintegrasikan informasi
sehingga siswa-siswa dapat mengingat informasi yang telah diterima
dan dapat diingat kembali pada saat diperlukan.4

Model memorisasi merupakan model pembelajaran yang


menggunakan memori untuk meningkatkan kemampuan daya ingat.
Model memorisasi berhubungan dengan cara kerja otak. Ada tiga
unsur dalam perbuatan otak, yaitu menerima kesan-kesan,
menyimpan dan memproduksikannya. Setiap individu memiliki
kemampuan otak yang berbeda-beda, begitu juga dengan daya ingat,
sehingga hasil belajar yang diperoleh pun berbeda-beda. Oleh karena

4
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009), hal 159.
itu, belajar secara berulang-ulang dapat membantu penguatan daya
ingatnya.

Untuk model memorisasi dapat dipahami bahwa model


pembelajaran ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
siswa untuk menyerap dan mengintegrasikan informasi sehingga
siswa-siswa dapat mengingat informasi yang telah mereka terima
dan dapat mengulang kembali pada saat yang diperlukan.

5. Model Bermain Peran (Role Playing)

Model pembelajaran bermain peran (role playing) merupakan salah


satu model pembelajaran sosial, yaitu suatu model pembelajaran dengan
menugaskan siswa untuk memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi
atau peristiwa yang diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana. Model
pembelajaran bermain peran (role playing) dipelopori oleh George Shaftel
dengan asumsi bahwa bermain peran dapat mendorong siswa dalam
mengekspresikan perasaan serta mengarahkan pada kesadaran melalui
keterlibatan spontan yang disertai analisis pada situasi permasalahan
kehidupan nyata.

Menurut Djamarah model role playing (bermain peran) dapat


dikatakan sama dengan sosiodrama, yang pada dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah
sosial. Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk
menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
pertunjukan peran di dalam kelas, yang kemudian dijadikan sebagai bahan
refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat
bagi pengembangan peran-peran tersebut. Beberapa kelebihan penerapan
model pembelajaran bermain peran (role playing) menurut Djamarah,
yaitu:
a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi
bahan yang akan didramakan.
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul tumbuh seni drama dari sekolah.
d. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya.
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.5

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


model role playing adalah suatu model pembelajaran dengan menugaskan
siswa untuk memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa
yang diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana yang telah dirancang oleh
guru.

6. Model Penelaahan Yurisprudensi

Menurut Hamzah B. Uno mengemukakan bahwa “Model pembelajaran


telaah yurisprudensi dapat melatih peserta didik untuk peka terhadap
permasalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan
tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang
relevan dan valid”.6 Mereka dituntut merumuskan tentang isu tersebut sebagai
pertanyaan kebijakan masyarakat dan menganalisis posisial ternatif.

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


telaah yurisprudensi yaitu model pembelajaran dengan cara melakukan
diskusi atau debat antar peserta didik untuk membahas suatu permasalahan
yang diberikan, dimana setiap peserta didik berhak mengeluarkan

5
Arleni Tarigan, Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPS Siswa kelas III SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Kecamatan UKUI. Jurnal Primary
Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Volume 5 No.3,
2016, hal. 103-104.
6
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Setia,2007), hal 31.
pendapatnya masing-masing serta mempertahankan pendapat tersebut dengan
argumentasi yang relevan dan valid.

Model pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Juris Prudenstial Inquiry)


yang di pelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver ini didasarkan atas
pemahaman masyarkat dimana setiap orang berbeda pandangan dan perioritas
satu sama lain, dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain.
Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan
sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu
sama lain dan bernegosiasi tentang keberadaan tersebut.

Model Telaah Yurisprudensi (Juris Prudenstial Inquiry) adalah model


pembelajaran untuk membantu siswa agar mampu berfikir secara sistematis
tentang asal-usul di masyarakat khususnya dilingkungan pendidikan. Manfaat
model pembelajaran telaah yurisprudensi inquiri adalah untuk melatih agar
siswa peka terhadap permasalahan-permasalahan sosial, sehingga bisa
mengambil sikap terhadap permasalahan yang dihadapi, serta
mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid.

Model pembelajaran telaah yurisprudensi juga bermanfaat untuk melatih


siswa agar dapat menerima dan menghargai sikap terhadap orang lain
walaupun bertentangan dengan dirinya dan mengakui kebenaran sikap yang
diambil orang lain terhadap suatu isu sosial tertentu.

Dapat disimpulkan Pada model pembelajaran telaah yurisprudensi ini


peserta didik diminta untuk mengungkapkan suatu masalah berdasarkan
argumennya setelah diperoleh informasi dimana setelah menungkapkan
argumennya peserta didik menyimak dan mendengarkan pendapat orang lain
dan dapat menghargai pendapat yang telah disampaikan peserta didik yang
lainnya.

7. Model Inkuiri Sosial

Sanjaya menyatakan bahwa, dalam pendekatan inkuiri pembelajaran


menjadi lebih berpusat pada anak, proses belajar melalui inkuiri dapat
membentuk dan mengembangkan konsep diri pada diri siswa, tingkat
pengharapan bertambah, pendekatan inkuiri dapat mengembangkan bakat,
pendekatan inkuiri dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan
menghafal, dan pendekatan inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.7 Metode inkuiri merupakan
salah satu metode mengajar, istilah metode penemuan atau inkuiri difinisikan
sebagai suatu prosedur yang menemukan belajar secara individual
manipulasi objek atau pengaturan atau pengkondisian suatu objek, dan
eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan suatu
kesimpulan dibuat.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri ini menekankan pada


proses pembelajaran yang terpusat pada peserta didik dimana peserta didik
dapat memanipulasi suatu objek kemudian marik kesimpulan dari hal yang
sudah dia temukan.

C. Merancang Media pembelajaran Inovatif


Dalam dunia pendidikan, media pembelajaran mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran sendiri memiliki
tujuan agar proses belajar mengajar lebih efektif dan mudah diterapkan. Tetapi
realitanya media pembelajaran sering terabaikan dengan alasan terbatasnya
waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, dan
tidak tersedianya biaya. Agar proses belajar mudah dan efisien, pendidik harus
memilih media yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
Macam macam inovasi media pembelajaran banyak ragam yang sebenarnya
bisa diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pendidik dalam merancang


sebuah media pembelajaran adalah menganalisis kebutuhan media agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pendidik akan memulai dari

7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2006), hal. 210.
menganalisis kebutuhan media pembelajaran yang sesuai dengan KI, KD, IPK
dan karakteristik peserta didik. Salah satu format yang dapat digunakan untuk
menganalisis kebutuhan media pembelajaran adalah dengan format analisis
kebutuhan media pembelajaran dalam satu semester berjalan atau dapat juga
dalam satu tahun berjalan. Fungsi dari format tersebut adalah agar media dapat
terinventarisir atau terpetakan dengan baik dan di sesuaikan dengan kompetensi
dasar atau tema yang ada. Dari sini nantinya sebagai acuan untuk memasukkan
bentuk media dalam pelaksanaan pembelajaran.

Langkah kedua adalah menetukan media yang akan di pilih mendasar


pada hasil analisis yang telah mereka lakukan. Media yang terpilih dapat
berwujud media yang sudah ada, tinggal memakainya maupun media yang
belum ada dan harus di buat terlebih dahulu. Media buatan sendiri inilah yang
memungkinkan adanya inovasi media pembelajaran. Jika pemetaan media di
lakukan secara rapi dalam distribusi alokasi waktu, maka seorang pendidik
dapat mempersiapkan pembuatan media jauh- jauh hari sebelum pelaksanaan
penggunaan media tersebut. Berikut ini contoh format analisis kebutuhan
sebagai dasar untuk menentukan media pembelajaran apa saja yang harus di
buat ataupun di manfaatkan.

Langkah ketiga adalah merancang inovasi media pembelajaran.


Ketika media telah terpetakan dalam satu semester maka pendidik tinggal
menentukan media pembelajaran mana saja yang akan dibuat. Media yang
terpilih akan di buat rancangan atau desain media pembelajaran. Dalam
rancangan tersebut memuat nama media terpilih, bentuk rancangan/sketsa
media, bahan-bahan yang di perlukan dalam pembuatan media, langkah-
langkah pembuatan media dan deskripsi penerapan media dalam
pembelajaran.

Langkah keempat adalah memulai pembuatan media pembelajaran.


Pembuatan media pembelajaran ini sebaiknya dilakukan jauh sebelum
pelaksanaan pembelajaran. Maka inilah pentingnya menganalisis dan
merancang media pembelajaran. Dengan hasil analisis dan bentuk
rancangan tersebut maka seorang pendidik akan mengetahui media apa
yang harus di buat dan langkah apa yang harus dimulai. Pembuatan dapat
dilakukan satu semester sebelum semester tersebut berjalan. Pembuatan
dapat pula berkolaborasi dengan pendidik mata pelajaran lain. Misalnya
pendidik yang berkompeten dengan komputer dan ber daya seni tinggi. Hal
ini akan menciptakan sebuah media pembelajaran yang menarik.

Langkah kelima adalah menerapkan media pada proses


pembelajaran baik itu di kelas maupun di luar kelas. Penerapan ini sangat
erat kaitannya denga metode yang di pakai dalam proses pembelajaran.
Maka dalam RPP tertuang pula media apa yang akan di gunakan dalam
pembelajaran tersebut. Setelah semua di lakukan, maka langkah kelima
adalah mengadakan evaluasi kebermanfaatan media pembelajaran. Sebuah
media pembelajaran tidak akan dapat di ketahui efektifitasnya jika belum
ada sebuah uji coba atau evaluasi kebermanfaatan dari media tersebut.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam uji coba media pembelajaran,
baik dengan penelitian maupun pengkajian atas hasil karya media yang
diciptakan.

Berikut ini salah satu contoh format rancangan inovasi media


pembelajaran pada mata pelajaran IPS SMP kelas IX semester genap.
Kompetensi Dasar yang di ambil adalah 3.4 Menganalisis kronologi,
perubahan dan kesinambungan ruang (geografis, politik, ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya) dari awal kemerdekaan sampai awal reformasi.
Ruang lingkup materi yang di pilih atau tema adalah tentang Peristiwa
Proklamasi.

Dua contoh format rancangan media pembelajaran diatas hanyalah contoh


dari banyak alternatif format yang dapat di buat untuk memudahkan
merancang sebuah inovasi media pembelajaran oleh seorang pendidik mata
pelajaran IPS. Penciptaan sebuah inovasi media pembelajaran memang tidak
terepas dari sebuah inspirasi. Inspirasi dapat muncul di mana saja, kapan saja
dan dari sumber manapun. Sebuah ispirasi dapat terpantik dari unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Unsur instrinsik berasal dari dalam diri seorang pendidik.
Misalnya seorang pendidik menciptakan media pembelajaran baru karena
memang sebuah kebutuhan yang mengharuskan mereka membuat media
pembelajaran dikarenakan di sekolahnya tidak ada atau kekurangan media
yang dibutuhkan. Unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar seorang pendidik.
Misalnya inovasi media pembelajaran mata pelajaran IPS dapat di peroleh
dari hasil pengamatan pada karya-karya inovasi media pembelajaran orang
lain, selanjutnya diolah menjadi sebuah karya media pembelajaran dalam
bentuk yang baru. Maka media tersebut terinspirasi oleh media orang lain.
Jika mencontoh persis karya orang lain maka hanya meniru tanpa adanya
inovasi atau penciptaan baru

Sebagai bahan inspirasi, berikut ini kami tampilkan beberapa contoh


media pembelajaran inovatif sebagai sumber inspirasi munculnya sebuah
inovasi media pembelajaran lengkap dengan link peragaan media
pembelajarannya.

1. Media labratorium hidup kutu rambut proses metamorfosis


2. Media lapis bentuk kontur muka bumi untuk tsunami
3. Media tempat pemakaman umum untuk menulis puisi supranatural
4. Media higrometer cumpring bambu untuk kelembaban udara
5. Media komputer intruktion untuk penyandang tunanetra
6. Media lampion sejarah
7. Media sirkulasi sulap kipas
8. Media kartun atau karikatur
9. Media poster dan diorama interaktif, link peragaan media ada di alamat:
https://youtu.be/cmHLTirOIWE
10. Media video scribe dengan teknik jokovi, link peragaan media ada di
alamat : https://www.youtube.com/watch?v=PSDYbxAacoM&t=1s
https://www.youtube.com/watch?
v=8s5IvJ97qs&list=LLqkAL0ub5Qiusb1lmDf1uPA &index=15
11. Media lukisan pasir sejarah, link peragaan media ada di alamat :
https://youtu.be/kQNfDww1vQE
12. Media wayang tokoh sejarah, link peragaan media ada di
alamat : https://www.youtube.com/watch?v=XIIfCWPAE-
I https://www.youtube.com/watch?v=410fVmFVy5k
25

BAB III

A. Kesimpulan
Inovasi media pembelajaran diatas hanyalah sebagian kecil dari banyak media
yang dapat di kembangkan di sekitar lingkungan pendidik. Kreatifitas dan ide ide baru
dengan menyesuaikan ketersediaan bahan, kearifan lokal dan tujuan kompetensi yang
akan di capai akan menjadi sebuah inovasi pada media pembelajaran. sering
menciptakan media pembelajaran baru akan menjadi “pemantik” kreatifitas pendidik.
Lebih lebih pada masa sekarang ini, pendidik lebih di tuntut untuk terus berkreasi dan
mengembangkan inovasi dalam pembelajaran. Apapun disekitar kita apabila pendidik
mau kreatif dan inovatif maka akan menjadi media pembelajaran yang bermanfaat dalam
memperbaiki permasalahan yang ada di lingkungan pendidikan. Untuk itu semangat
kepada pendidik diseluruh Indonesia untuk terus berinovasi dan berkreasi tiada henti.
Predikat pembelajaran yang selama ini masih membosankan dan tidak diminati
peserta didik akan berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan dengan sebuah
inovasi media pembelajaran. Pendidik yang dahulu menjadi “momok” ditakuti peserta
didik, sekarang menjadi pendidik yang selalu di harap dan di tunggu-tunggu
kehadirannya. Semoga.

B. Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat
bingung mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik.
Maka dari itu tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih
menarik dan siswa belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu
mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih
menyenangkan karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran
IPS.
26

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman.2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.


A Wicaksono, Winahyu. Penerapan Model Berpikir Induktif dengan Media Grafis Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas III Negeri 04 Ngringo, Jurnal kalam
Pendidikan PGSD Kebumen, Volume 4, No. 5.1.
B. Uno, Hamzah.2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Setia.
B. Uno,Hamzah. 2012. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Kreatif Dan Efektif). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jarolimek, John. 1986. Social Studies in Elementary Education. New York: Macmillan.
Nugroho,Riant.2008.Pendidikan Indonesia: Harapan,Visi dan
Strategi,Yogyakarta :PustakaPelajar.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media Group.
Sapriya.2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sardijijo. 2017. Pendidikan IPS di SD. Tangerang : CV TitipanEkspress Indonesia.

Suprihatiningrum, Jamil. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruz Media.


Tarigan, Arleni.2016. Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa kelas III SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Kecamatan UKUI.
Jurnal Primary Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau. Volume 5 No.3.
Trianto. 2009. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.
Wasmana.2016. Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (PIK) untuk meningkatkan
kecakapan sosial siswa sekolah dasar. Universitas Pendidikan Indonesia. Diunduh pada 6
November 2019 pada
http://repository.upi.edu/25209/11/T_PP_1402063_Appendix2.pdf
Yusnaldi, Eka. 2019. Potret Baru Pembelajaran IPS. Medan : Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai