Anda di halaman 1dari 22

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS SD

Dosen Pengampu

Hatma Heris Mahendra, M.Pd

Disusun Oleh,
Kelompok 1 :
Tria Antiya 2101020023
Listi Yuniarty 2101020010
Destri Manaviani 2101020033
Gina Nurmala 2101020015
Nellawati Amelia 2101020002
Rohmat Mulyana 2101020025

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Model pembelajaran discovery learning”.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran
IPS SD. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang materi model
pembelajaran discover learning bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Tasikmalaya, 01 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan............................................................................... 3
E. Prosedur Penulisan .............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
A. Kajian Teori ........................................................................................ 5
1. Pengertian model pembelajaran discovery learning .................... 5
B. Pembahasan......................................................................................... 6
2. Karakteristik model pembelajaran discovery learning ................. 6
3. Tujuan penggunaan model pembelajaran discovery learning ....... 8
4. Sintaks model pembelajaran discovery learning........................... 9
5. Kelebihan model pembelajaran discovery learning ...................... 11
6. Kelemahan model pembelajaran discovery learning .................... 12
7. Kendala penggunaan model discovery learning ........................... 13
8. Implementasi model pembelajaran discovery learning ................. 14
BAB III SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 18
A. Simpulan .............................................................................................. 18
B. Saran ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di sekolah merupakan proses interaksi dari beberapa komponen pendidikan
yaitu siswa, guru, kurikuum, media dan sumber belajar dengan tujuan mencapai
kompetensi, penguasaan materi, pengembangan minat dan bakat. Pendidikan selalu
mengikuti perkembangan zaman, sehingga semua komponen pendidikan juga harus
menyesuaikan dengan kemajuan agar tidak tertinggal dengan perkembangan zaman.
Perkembangan kurikulum menuntut siswa untuk selalu aktif, kreatif dan inovatif dalam
menanggapi setiap mata pelajaran yang diajarkan. Implementasi kurikulum 2013 menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia nomor 103 tahun 2014 tentang
pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah sangat diharapkan menggunakan
pendekatan saintifik dengan model-model pembelajaran Inquiri based learning, discovery
learning, project based learning, problem based learning (2014 : 638). karakteristik dalam
kurikulum 2013, yang mencakup : penggunaak pendekatan scientific (mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan) karakteristik menuntun siswa
untuk mencari tahu bukan diberi tahu, serta menekankan kemampuan berbahasa, pembawa
pengetahuan dan berpikir logis, kritis, sistematis, kreatif. Tidakkalah penting adalah
peningkatan kualitas pembelajaran yang bermutu dan efektif.
Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, berupa peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.
Manurut Daryanto (2010), aspek-aspek efektifitas belajar meliputi :
1) peningkatan pengetahuan,
2) peningkatan ketrampilan,
3) perubahan sikap,
4) perilaku,
5) kemampuan adaptasi,
6) peningkatan integrasi,
7) peningkatan partisipasi,
8) peningkatan interaksi kultural.

1
Guru profesional harus dapat menampilkan keahliannya di depan kelas, diantaranya
pemahaman tentangsiapakah peserta didik, bagaimana potensi, kemampuan, karakteristik
dan sifat-sifatnya. Sehingga diperlukan keahlian mengenal dan berbagai jenis model
pembelajaran serta memilih manakah model yang paling tepat untuk menyampaikan
pembelajaran kepada siswa. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan
pembelajaran IPS yang memungkinkan siwa baik secara individual dan kelompok aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik
(Trianto, 2012)
Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menenukan model
pembelajaran seperti yang disarankan dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan
diatas. Akibatnya tidak tercapainya proses pembelajaran Prakteknya, terkadang guru
kembali menjadi pusat sumber informasi dalam kelas, sehingga siswa hanya pasif sebagai
obyek. Hal ini kembali dilakukan guru dengan alasan waktu yang hanya singkat karena
siswa kelas mempersiapkan ujian nasional, tidak perlu persiapan yang berbelit dan
memakan waktu, biaya,tenaga, tidak perlu mengorganisisr siswa, agar kelas tidak ramai.
Akibatnya siswa yang berpikir logis, kritis, kreatif, sistematis dan berkarakter tidak pernah
terwujud.
Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan dari indifidu yang bersangkutan. Penggunaan
metode discovery learning , ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif
dankreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah
modus Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discover siswa menemukan informasi sendiri.
Maka metode pembelajaran dengan discovery learning penting dibahas karenaakan
menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran
berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai alasan-alasan mengapaia melakukan
kegiatan dalam pembelajaran dengan menentukan sikap tertentu. Makadalam
menggunakan metode discovery learning guru berperan sebagai pembimbingdengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuaidengan
tujuan (Sardiman, 2005:145). Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi metode

2
discovery learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatandalam
belajar lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalandengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untukmenemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka makalah ini akan membahas
mengenai model pembelajaran discovery learning.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran discovery learning ?
2. Bagaimana karakteristik model pembelajaran discovery learning ?
3. Apa tujuan dari model pembelajaran discovery learning ?
4. Bagaimana sintaks model pembelajaran discovery learning?
5. Apa yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran discovery learning ?
6. Apa yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran discovery learning ?
7. Bagaimana implementasi model pembelajaran discovery learning ?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripskan :
1. Pengertian model pembelajaran discovery learning
2. Karakteristik model pembelajaran discovery learning
3. Tujuan dari model pembelajaran discovery learning
4. Sintaks model pembelajaran discovery learning
5. Kelebihan dari model pembelajaran discovery learning
6. Kelemahan dari model pembelajaran discovery learning
7. Implementasi model pembelajaran discovery learning

D. Kegunaan Makalah

3
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis.
Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai model
pembelajaran discovery learning salah satunya yaitu :
- Memberikan pemikiran baru bagi pembaharuan pemikiran yang berhubungan dengan
model pembelajaran discovery learning.
- Sebagai pijakan dan referensi pada pembahasan-pembahasan selanjutnya
yang berhubungan dengan model pembelajaran discovery learning.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanafaat bagi :
1. Penulis
Dapat memberikan pengalaman serta pengetahuan kepada penulis tentang model
pembelajaran discovery learning.
2. Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran discovery
learning.

E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan
yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan
dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui
kegiatan membaca berbagai literature yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut
diolah dengan teknik analisis melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoritis dan Pembahasan
1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery Learning (DL) merupakan pembelajaran berdasarkan penemuan (inqury
based), konstruktivistik dan teori bagaimana belajar. Model ini memiliki skenario
memecahkan masalah yang ada dan mengarahkan peserta didik agar mampu menemukan
sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Peserta didik dibiasakan untuk
menjadi seorang yang saintis (ilmuwan) yang tidak hanya bertindak sebagai konsumen
tetapi juga diharapkan lebih berperan aktif sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan.
Model Discovery Learning memiliki pola strategi dasar berupa penentuan masalah,
perumusan hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data, dan merumuskan kesimpulan.
Model Discovery Learning ini melibatkan kerangka pendekatan saintifik, dimana peserta
didik tidak hanya disodori sejumlah teori (pendekatan deduktif) tetapi juga berhadapan
dengan sejumlah fakta (pendekatan induktif). Teori dan fakta tersebut diharapkan dapat
memampukan peserta didik dalam merumuskan sejumlah penemuan. Penemuan dimaksud
tidak harus identik dengan suatu teori ataupun benda sebagaimana yang dilakukan
kalangan ilmuan dan profesional dalam pengertian yang sebenarnya. Penemuan tersebut
bersifat sederhana, namun tetap memiliki keterkaitan makna dengan kehidupan para
peserta didik. Penemuan ini, tetap berkerangka pada Kompetensi Dasar (KD) yang tertera
pada kurikulum (Kosasih, 2014).
Menurut Puspita dkk (2016: 115) bahwa model pembelajaran Discovery Learning
menekankan pentingnya pemahaman suatu konsep melalui keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini menekankan pada pembentukan
pengetahuan siswa dari pengalaman selama pembelajaran. Discovery learning merupakan
metode memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery learning adalah strategi pembelajaran yang
cenderung meminta siswa untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah
hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut (Saifuddin, 2014:108).
Penerapan model discovery learning dalam pembelajaran diharapkan dapat

5
membangkitkan motivasi belajar sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih meningkat,
khusunya siswa SD.
Menurut Durajad (2008) Model Discovery learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sedangkan
menurut Effendi (2012) Discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang
melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan
dan ketrampilan. Penemuan (discovery) merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model penemuan (discovery) ini,
menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin
ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Belajar penemuan
adalah suatu proses belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat
struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi
baru. Menurut Salmon (2012:4) dalam pengaplikasiannya model Discovery Learning
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discoverylearning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
denganmenemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan
tahan lamadalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan,
anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang
dihadapi. Kebiasaanini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Ciri dan Karakteristik Model Pembelajaran Discovery Learning


Ciri-ciri model discovery learning Menurut Arika dkk (2015 : 67). Terdapat 3 ciri
model pembelajaran Discovery Learning yaitu :
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk Menciptakan menggabungkan dan
menggeneralisasika pengetahuan.
b. Berpusat pada siswa
c. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

6
Dalam aplikasi model pembelajaran Discovery Leaarning menempatkan guru sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara
aktif, membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan.
Kondisi seperti inilah yang ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented
menjadi student oriented (Sardiman, 2005). Dalam model Discovery Learning bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai
kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Hal
tersebut memungkinkan peserta didik menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan
memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang
dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam Discovery Learning harus dapat
menempatkan peserta didik pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih
mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005).
Model discovery learning membiarkan siswa-siswa mengikuti minat mereka sendiri
untuk mencapai kompeten dan kepuasan dari keingintahuan mereka. Guru sebaiknya
mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri daripada
mengajar mereka dengan jawaban-jawaban guru. Menurut Bruner (Wicaksono, dkk, 2015:
190) “Discovery learning bermanfaat dalam;
1) Peningkatan potensi intelektual siswa
2) Perpindahan dari pemberian reward ekstrinsik ke intrinsik
3) Pembelajaran menyeluruh melalui proses menemukan
4) Alat untuk melatih memori
Hasil belajar merupakan puncak dari keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar
yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Sedangkan Karakteristik dari Model
Pembelajaran Discovery Learning atau Penemuan yaitu :
1) Peran guru sebagai pembimbing;
2) Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan;

7
3) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan
menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat
kesimpulan.
Karakteristik yang paling jelas mengenai model pembelajaran Discovery Learning ialah
bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah
lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru
menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada
pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan
pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.

3. Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning


Salah satu model belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju adalah model discovery Hal ini disebabkan karena metode ini:
(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;
(2) denganmenemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh akantahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa;
(3) pengertian yang ditemukansendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan
mudah digunakan atau ditransferdalam situasi lain;
(4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salahsatu metode
ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;
(5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi
sendiri, kebiasaan ini akan ditransferdalam kehidupan nyata.
Bell dalam Ratumanan (2002) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari
pembelajarandengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam
situasikonkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate)
informasitambahan yang diberikan.

8
c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu danmenggunakan
tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalammenemukan.
d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama
yangefektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide
oranglain.
e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,lebih
mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Adapun peran guru dalam penggunaan discovery learning ini antara lain :
Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan
penemuan,yakni sebagai berikut:
a) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untukmemecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada
pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan
menggunakanfakta-fakta yang berlawanan.
c) Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.
d) Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan
terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi iahendaknya memberikan
saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik
pada waktu yang tepat.

4. Sintaks Model Pembelajaran Discovery Learning


Pembelajaran dengan model Discovery Learning memiliki tahapan yang sistematis.
Sebelum masuk pada tahapan pelaksanaan model pembelajaran DL terlebih dahulu
dilakukan perencanaan sebagai berikut:
a. Menentukan KD dan mengembangkannya dalam tujuan pembelajaran beserta indikator-
indikatornya.

9
b. Melakukan identifikasi masalah yang layak ditemukan jawabannya oleh peserta didik
dengan memperhatikan tingkat kesulitan (kompleksitas) permasalahan sehingga peserta
didik dapat menyelesaikannya dengan baik.
c. Menyusun kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik terkait kegiatan
penemuan beserta perangkat pembelajaran yang dibutuhkan.
a) Kegiatan pembelajaran, misalnya dengan perorangan, diskusi kelompok, pengamatan
lapangan, atau kunjungan ke perpustakaan.
b) Perangkat pembelajaran, misalnya, buku-buku referensi, media pembelajaran, instrumen-
instrumen penulisan.
Setelah semua perencanaan sudah disiapkan, dilanjutkan dengan prosedur umum
pelaksanakan kegiatan belajar model pembelajaran DL dengan sintaks yang meliputi
stimulation, problem statement, data collection, data processing, verification, dan
generalization (Daryanto, 2014).
1) Stimulation (pemberian rangsangan). Siswa diberikan permasalahan di awal sehinga
bingung yang kemudian menimbulkan keinginan untuk menyelidiki hal tersebut. Pada saat
itu guru sebagai fasilitator dengan memberikan pertanyaan, arahan membaca teks, dan
kegiatan belajar terkait discovery. Stimulasi berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan. Bruner (Daryanto, 2014) menyatakan stimulasi sebagai teknik
bertanya. Pertanyaan yang diajukan tersebut menghadapkan peserta didik pada kondisi
internal yang mendorong keinginan bereksplorasi. Guru harus menguasai teknik memberi
stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan keinginan bereksplorasi peserta
didik dapat tercapai.
2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) Tahap kedua dari pembelajaran ini
adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
kejadian-kejadian dari masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai
jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan peserta didik
untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan

10
teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah.
3) Data collection (Pengumpulan Data), berfungsi untuk membuktikan terkait pernyataan
yang ada sehingga siswa berkesempatan mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai,
membaca sumber belajar yang sesuai, mengamati objek terkait masalah, wawancara
dengan narasumber terkait masalah, melakukan uji coba mandiri. Konsekuensi dari tahap
ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4) Data processing (Pengolahan Data), merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang sebelumnya telah didapat oleh siswa. Semua informasi yang didapatkan semuanya
diolah pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean
atau kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5) Verification (Pembuktian) yaitu kegiatan untuk membuktikan benar atau tidaknya
pernyataan yang sudah ada sebelumnya. yang sudah diketahui, dan dihubungkan dengan
hasil data yang sudah ada. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, serta informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu selanjutnya dicek, apakah
telah terjawab atau terbukti.
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap ini adalah menarik kesimpulan
dimana proses tersebut menarik sebuah kesimpulan yang akan dijadikan prinsip umum
untuk semua masalah yang sama Berdasarkan hasil maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisas

5. Kelebihan model pembelajaran discovery learning.


Kelebihan pada model discovery learning dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan‐ keterampilan dan
proses‐proses kognitif,Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, pemenuan
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

11
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena mampu
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer pengetahuan.
c. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri,
d. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur berdiskusi,
e. Mampu menimbulkan perasaan senang dan bahagia karena siswa berhasil melakukan
penelitian,
f. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
g. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri
h. Model ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya
i.Berpusat pada peserta didik dan guru berperan aktif memberikan gagasan, bahkan guru pun
dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
j.Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
k. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang
baru
l.Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri
m. Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
n. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik, situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang.
o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia
seutuhnya
p. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu

6. Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning

Sementara itu kelemahannya menurut Kemendikbud (2013) adalah :


1) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang
kurang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan mengalami kesulitan dalam

12
berfikir abstrak atau yang mengungkapkan hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2) Model ini tidak cukup efisien untuk digunakan dalam mengajar pada jumlah siswa yang
banyak hal ini karena waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk kegiatan menemukan
pemecahan masalah.
3) Harapan dalam model ini dapat terganggu apabila siswa dan guru telah terbiasa dengan
cara lama.
4) Model pengajaran discovery ini akan lebih cocok dalam pengembangkan pemahaman,
namun aspek lainnya kurang mendapat perhatian.

7. Kendala Model Pembelajaran Discovery Learning


Model Discovery Learning sebagai sebuah teori belajar dapat didefinisikan sebagai belajar
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan untuk mengorganisasi sendiri. Jadi di sini guru hanya memberikan materi dasar
atau bahan dasar tentang apa yang nantinya akan dipelajari siswa, setelah itu siswalah yg
harusmengembangkan materi tersebut.Discovery learning ini berpusat pada siswa, bukan
pada guru.
Namun dalam penggunaan discovery learning ini, pasti ada kendala-kendala yg ditemui
baik oleh siswa maupun oleh guru, seperti:
a. Dalam penerapannya siswa harus mempunyai kesiapan mental, apabila siswa dalam
pembelajaran tersebut tidak memiliki kesiapan mental yang baik, maka kesulitan bagisiswa
tersebut untuk menerapkan/menggunakan discovery learning ini.
b. Apabila dalam 1 kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang banyak atau memiliki kelasyg
besar maka penggunaan teknik discovery learning ini tidak akan berhasil.
c. Kendala yang paling berpengaruh adalah apabila guru dan siswa ini sudah terbiasa
menggunakan teknik pengajaran atau pembelajaran secara tradisional, maka sangat sulit
bagi mereka untuk menggunakan discovery learning ini.
d. Dalam suatu pembelajaran, tidak semua topik yang bisa menggunakan model discovery
learning ini, misalnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan
dengan Model Penemuan Terbimbing.

13
8. Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPS
Pada proses pembelajaran perlu dikembangkan mengingat proses-proses sosial
akan dialami oleh anak didik sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak
didik untuk mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan hubungan
antar pribadi. Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan
kepadasiswa menemukan konsep atau terutama prinsip.
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam
pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan
waktuyang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa
dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ’mengkonstuksi’ sendiri konsep
atau pengetahuan tersebut.
Penerapan model discovery learning ini perlu dilengkapi dengan sebuah media
pembelajaran untuk menjadikan pembelajaran semakin menarik. Media pembelajaran yang
digunakan, yaitu powerpoint yang berperan penting dalam menyampaikan materi
pembelajaran bagi siswa. Powerpoint memiliki kemampuan yang sangat baik dalam
menyajikan sebuah materi presentasi karena dapat mengolah teks, gambar, warna,
tampilan, dan animasi-animasi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Keunggulan
penggunaan media power point adalah dapat membuat penyampaian materi pembelajaran
menjadi semakin menarik dan dapat diingat baik oleh siswa karena pemaparan materi
disertai dengan gambar-gambar serta animasi (Radyana et al., 2017).
Media powerpoint merupakan pilihan yang tepat digunakan pada pelajaran IPS
dalam menampilkan gambar serta video mengenai materi pembelajaran. Dengan demikian,
siswa mampu memahami dengan jelas materi yang disampaikan. Powerpoint digunakan
sebagai media yang menambah daya tarik siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga
siswa mampu memahami materi yang diajarkan dengan lebih mudah serta diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa (Astawa, 2019)
Berikut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan Model Discovery
Learning untuk mata pelajaran IPS.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SD

14
Kelas/Semester : 4/1
Tema : Indahnya Kebersamaan (Tema 1)
Sub Tema : Keberagaman Budaya
Bangsaku (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke : 5
Alokasi waktu : (2x35 menit)
Muatan Terpadu : IPS

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menjelaskan
keragaman sosial dan budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia
secara tertulis dan lisan secara terperinci.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 1. Memberi salam 10 menit
2. Memperhatikan kesiapan psikis dan fisik siswa untukmengikuti
proses pembelajaran dengan mengecek kebersihan,kerapihan,
ketertiban, dan kehadiran siswa
3. Memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikancontoh
lingkungan yang asri, bersih, dan rapi serta
lingkungansebaliknya yang kotor dan juga tidak tertata yang ada
di sekitarlingkungan sekolah atau di tempat lain yang belum
pernah dilihat peserta didik
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari yaitu
keragaman sosial dan budaya.

15
Inti (Sintak Model Discovery Learning) 50 menit
Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan)
1. Guru meminta peserta didik mengamati video keragaman budaya
yang ada di layar proyektor.
2. Peserta didik mengamati video yang ditayangkan oleh guru.

Problem statement (pertanyaan atau identifikasi masalah)


1. Peserta didik membuat pertanyaan tentang apa yang telah diamati
terkait keragaman budaya.
Data collection (pengumpulan data)
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 orang
2. Guru memberikan penjelasan umum tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu membimbing peserta didik untuk membaca teks
tentang suku minang.
3. Guru membagikan LKPD sebagai panduan kegiatan praktikum
4. Guru memberi penjelasan bahwa mencari informasi dilaksanakan
secara berkelompok, namun setiap siswa bertanggung jawab
menyusun laporan secara individu.
Data processing (pengolahan data)
1. Siswa membuat analisis dan pembahasan dari hasil mencari
informasi nya di lembar kerja peserta didik.
2. Guru memberi pengarahan agar analisis dan pembahasandifokuskan
pada :
- Keragaman budaya dari berbagai suku yang ada di provinsi jawa
barat.
Verification (pembuktian)
1. Guru memberikan waktu pada setiap anggota kelompok agar
mensharekan hasil mencari informasinya kepada anggota kelompok
lain, melalui teknik berikut:
- Guru memberi waktu pada setiap anggota kelompok untuk

16
menemukan pasangan dari anggota kelompok lainnya dengan
waktu 5 hitungan.
- Dalam hitungan ke-5 setiap anggota kelompok sudah harus
dapat menemukan pasangan dari anggota kelompok lain.
2. Pasangan siswa saling meceritakan hasil kelompoknya dan
mengemukakan hasil analisis dan pembahasannya.
3. Jika ada perbedaan antara hasil percobaan kelompok satu
danlainnya, siswa dapat saling berargumen.
Generalization (menarik kesimpulan)
1. Siswa kembali pada kelompok awalnya masing-masing.
2. Guru meminta perwakilan 3 orang dari siswa untuk memaparkan
hasil dan pembahasan di depan kelas secara bergantian.
3. Guru membimbing diskusi kelas sampai ditemukan kesimpulan oleh
siswa yaitu tentang keragaman budaya yang ada di indonesia.

Penutup 1. Guru dan peserta didik mereview hasil pembelajaran tentang 10 menit
keragaman budaya yang ada di Indonesia.
2. Guru memberi tugas sebagai latihan di rumah.
3. Guru meminta salah satu peserta didik untuk menutup kegiatan
pembelajaran dengan berdo’a bersama.

17
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Jadi kesimpulannya yaitu :
Pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperolehakan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problemyang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam
kehidupan bermasyarakat.
Tujuan penggunaan discovery learning ini adalah: (1) merupakan suatu cara
untukmengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki
sendirikonsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan
dan tidakmudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi
lain; (4) denganmenggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode
ilmiah yang akandapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan
mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer
dalam kehidupan nyata.
B. Saran
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk
materimateri tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu
memilihdan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam
proses belajaragar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa
saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.
Selain itu alat- alat bantu mengajar (audio visual, dll ) haruslah diusahakan oleh guru atau
calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk memberikan siswa
pengalaman langsung.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ana, N. Y. (2018). Penggunaan model pembelajaran discovery learning dalam peningkatan hasil
belajaran siswa di sekolah dasar. Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran, 2(1).

Kristin, F. (2016). Analisis model pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan hasil
belajar siswa SD. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa: Jurnal Penelitian Pendidikan
Dasar, 2(1), 90-98.

Fajri, Z. (2019). Model pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa SD. Jurnal Ika Pgsd (Ikatan Alumni Pgsd) Unars, 7(2), 64-73.

Asriningsih, N. W. N., Sujana, I. W., & Darmawati, I. G. A. P. S. (2021). Penerapan Model


Discovery Learning Berbantuan Media Powerpoint Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa
SD. Mimbar Ilmu, 26(2), 251-259.

19

Anda mungkin juga menyukai