Anda di halaman 1dari 29

CRITICAL BOOK REPORT

ILMU PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: Jubaidah Hasibuan, S.Pd,M.Pd

Nama: Nurul Aulia Sukma

Nim: 1192171002

Kelas: REG B 2019

PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran ALLAH SWT atas rahnat dan karunianya saya
dapat menyelesaikan tugas crritical book dengan judul “Dasar-Dasar Pendidikan”dengan
tepat waktu. Critical book ini saya buat guna melengkapt tugas mata kuliah “Ilmu
Pendidikan”. Semoga memberikan manfaat bagi para pembaca.

Saya menyadari bahwa critical book ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya membutuhkan kritik dan saran yang guna untuk
memperbaiki dan penyempurnaan kedepannya.

Medan,Oktober 2019

Penulis

Nurul Aulia Sukma

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

IDENTITAS BUKU.................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................2

A. Latar Belakang ..............................................................................................2


B. Tujuan ...........................................................................................................2
C. Manfaat .........................................................................................................2

BAB II ISI BUKU ....................................................................................................3

A. Ringkasan Buku Utama..................................................................................3


B. Ringkasan Buku Pembanding........................................................................17

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................23

A. Kelebihan ......................................................................................................23
B. Kelemahan .....................................................................................................23

BAB IV PENUTUP..................................................................................................24

A. Kesimpulan ...................................................................................................24
B. Saran...............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................25

ii
IDENTITAS BUKU

Buku Utama

Judul :Dasar-Dasar Pendidikan

Nama Pengarang :Abdul Kadir,dkk.

Penerbit/Tahun Terbit/Halaman :Prenadamedia/2012/282 Hlm

Nama :Nurul Aulia Sukma

Nim/Prodi :1192171006/Pendidikan Masyarakat

Buku Pembanding

Judul :Landasa Pendidikan Konsep dan Apliaksinya

Nama Pengarang :Dr. M. Sukardjo, dkk.

Penerbit/Tahun Terbit/Halaman :Rajawali Pers/2009/158 hlm

Nama :Nurul Aulia Sukma

Nim/Prodi :1192171006/Pendidika Masyarakat

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang melalui bimbingan
secara optimal yang bertujuan kearah pendewasaan. Pendidikan dilaksanakan dengan rencana
yang matang, mantap, sistematik, dan menyeluruh. Pendidikan tidak akan bermakna atau
berhasil dengan baik jikalau dilaksanakan dengan main-main tanpa keseriusan atau kesadaran
dalam penyelenggaraannya. Tujuan pendidikan kearah pendewasan maksudnya adalah kearah
pembentukan kepribadian manusia, yaitu pegembangan manusia sebagai makhluk individu,
makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk religius.

B. Tujuan

Tujuanny adalah untuk menegetahui informasi yang ada didalam buku, membandingkan isi
buku pertama dan isi buku kedua.

C. Manfaat

Manfaatnya adalah untuk menambah wawasan, memudahkan pembaca dan memahami isi
buku.

2
BAB II

ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama

BAB I Hakikat Manusia

A. Penciptaan Manusia

Teori evolusi mengatakan bahwa alam ini, termasuk manusia yang berada didalamnya
berkembang secara evolusionis (berubah atau berkembang secara perlahan) dari makhluk
yang sangat sederhana yang berkembang sedemikian rupa menjadi makhluk yang lebih
kompleks. Seperti pandangan agama, mengatakan bahwa manusia tidak diciptakan ditempat
ini (bumi), dan bahkan bukan merupakan bagian panjang yang dari sejarah alam seperti
diperkirakan dalam pandanga evolusionismentadi. Manusia pertama yang kemudian disebut
dengan Adam diciptakan didalam surga (suatu tempat yang jadi idaman para penganut agama
dan keberadaannya diluar alam ini, serta berbeda dengan alam ini karena bersifat immateri).

B. Dimensi Kepribadian Manusia


 Aspek Fisik Manusia, Aspek fisik/jasmani manusia yang hidup alam ini tunduk
kepada hukum alam, sehingga ia memerlukan penyesuaian diri dengan tuntutan
hukum-hukum alam.
 Aspek Psikis Manusia , Aspek ini dianggap telah ada sebelum manusia lahir kedunia
ini, dn akan melanjutkan kehidupannya di akhirat nanti ketika jasadnya sudah
meninggal dunia. Kehidupan rohani yang telah mengalami kehidupannya sebelum
hidup di dunia ini dan terus akan hidup secara rohani walaupun jasadnya sudah mati
didunia adalah lebih penting.
 Daya Praktis, Berhubungan dengan badan.ketika atau bertindak secara sadar atau ide
yang datang dari aspek yang memerintah aspek fisik untuk bertindak atau melakukan
sesuatu.
 Daya Teoritis, Kemampuan akal untuk berpikir sendiri, dan tidak untuk melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan atau perbuatan yang bersifat fisik.

3
BAB II Kebutuhan Dan Pengembangan Dimensi Kepribadian Manusia

A. Kebutuhan Manusia
 Kebutuhan Hidup Yang Bersifat Fisik, Macam ragam kebutuhan untuk hidup.
Untuk mempertahankan kehidupan diperlukan kebutuhan primer. Kebutuhn primer
adalah kebutuhan hidup yang tidak oleh tidak, harus ada dan tersedia.
 Kebutuhan Hidup Yang Bersifat Praktis, Secara psikis seseorang memenuhi
pembinaan guna pengembangan aspek psikisnya. Seperti pengembangan berpikir,
mengingat, berfantasi, menanggap, mengamati, memerhatikan, dan lain sebagainya.
Kebutuhan itu harus dipenuhi sedemikian rupa agar ia dapat menikmati hidup dan
dalam rangka menciptakan manusia yang sehat jasmani dan rohani. Kebutuhan psikis
dapat disebutkan sebagai berikut. Rasa aman. Penghargaan, Aktualisasi Diri,
Kebutuhan Terhadap Agama.
B. Pengembangan Kepribadian Manusia

Arah pendidikan seharusnya selalu mempertimbangkan berbagai aspek kepribadian. Dalam


kondisi seperti ini pendidikan yang bersifat eksternal dan aksidental (fisik) tidak harus
merupakan terminal akhir dalam suatu proses perjalanan karier pendidikan, melainkan perlu
dikaitkan dengan pendidikan yang bersifat rohani. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas
hidup dan penghidupannya manusia selalu berusaha dan berupaya untuk mencari jalan agar
selalu berkembang, baik fisik maupun psikis membutuhkan pembinaan agar dapat
berkembang optimal dan maksimal sesuai dengan kapasitasnya.

BAB III Hakikat Pendidikan

A. Pegertian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan


 Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yang mengandung makna seorang anak yang pergi
dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Dalam nahasa inggris pendidikan
diitilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual
(Muhajir,2000:20).

 Pendidikan Dalam Arti Luas

Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

4
 Pengertian Ilmu Pendidikan

Carter (1985:36) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan
sistematis yang mencakup aspek-aspek kuantitatif dan objektif dari proses belajar dan juga
mengajukan instrumen secara seksam adalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan
untuk diuji berdasarkan pengalaman yang sering kali dalam bentuk eksperimen.

BAB IV Fungsi Dan Tujuan Pendidikan

A. Komponen Pendidikan

Kegiatan pendidikan adalah sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem pendidikan memuat
beberapa komponen-komponen tertentu yang saling memngaruhi dan menentukan. Berikut
ini adalah beberapa komponen pendidikan, tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, alat
pendidikan, lingkungan.

B. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan


 Fungsi Pendidikan

Fungsi utama pendidikan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian


serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau denga kata alain
pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai
dengan norma yang dijadikan landasannya.

 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan, langeveld membedakannya menjadi enam tujuan pendidikan

 Tujuan umum, tujuan yang akan dicapai diahkir proses pendidikan, yaitu tercapainya
kedewasan jasmani dan rohani peserta didik
 Tujuan khusus, tujuan tertentu yang hendak dicapai berdasar usia, jenis kelamin,
sifat, bakat, intelegensi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, dll.
 Tujuan Tidak Lengkap, tujuan yang menyangkut sebagian aspek-aspek manusia,
misalnya tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja,tanpa memerhatikan yang
lainnya.
 Tujuan Sementara, proses untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara
sekaligus, karenanya perlu ditempuh setingkat demi setingkat.

5
 Tujuan Intermedier, tujuan peranta bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya, anka
dibiasakan untuk menyapu halaman.
 Tujuan Insidental, tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu yang sifatnya seketika
dan spontan. Misalnya, orang tua menegur anaknya agar berbicara sopan.

BAB V Landasan-Landasan Pendidikan

A. Landasan agama

Merupakan landasan yang palingmendasar dari landasan-landasan pendidikan, sbab landasan


agama merupakan landasan yang diciptakan oleh Allah SWT. Pada landasan agama terdapat
pula tuntutan untuk mencapai kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat.

B. Landasan Filosofis

Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta,2001). Manusia sebagai mkahluk sosial
dalam kehidupan bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita yangmereka kejar
dalam hidupnya. Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001).

C. Landasan Hukum (Yuridis)

Landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Landasan hukum
seorang guru boleh mengajar misalnya adanya surat keputusan tentang pengangngkatannya
sebagai guru.

D. Landasan Psikologis

Psikologis merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia, jiwa
atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang selalu berada dan
melekat pada manusia itu sendiri.

E. Landasan Sejarah

Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang
dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuuh dengan informasi-informasi yang
mengandung kejadian-kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan
sebagainya.

F. Landasan Sosial Budaya

6
Merupakan bagian dari hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Aspek budaya ini pun sangat berperan dalam proses pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada
pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak oleh budaya,
cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka juga budaya.

G. Landasan Sosiologi

Pidarta (2001) menyatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi itu mempelajari bagaimana
manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan
unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan lainnya.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, empiris, teoritis, komulatif, non-etis.

H. Landasan Ekonomi

Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Karena masalah
pendidikan akan mendukung terhadap kelanjutan pendidikan, misalnya pemberian bantuan
pendidikan.

I. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Tirtahardja (2005) pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang
sangat erat. IPTEK menjadi bagian utama dalam inti pembelajaran. Iptek merupakan salah
satu dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

BAB VI Asas-Asas Pendidikan

A. Asas Tut Wuri Handayani

Asas tut wuri handayani merupakan konseptualisasi konsep tujuh asas pergurua Nasional
Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 juli 1992 yang merupakan asas perjuangan untuk
menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Ketujuh asas tersebut secara singkat disebut Asas
1992 yang diantaranya, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri
dengan mengingat persatuan dalam prikehidupan umum.

B. Asas Belajar Sepanjang Hayat

7
UNESCO menetapkan defenisi kerja pendidikan seumur hidup sebagai konsep bahwa
pendidikan harus menetapkan beberapa hal sebagai berikut/

 Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan sevara


sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatakan kondisi
hidupnya
 Tujuan akhirnya adalah untuk mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment)
setiap individu

Dalam asas pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar disekolah mengemban dua
misi yakni, memnerikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efisien dan efektif dan
meningkatakan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat.

C. Asas Kemandirian Dalam Belajar

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru, dalam peran utama
sebagai fasilitator dan motivator disamping peran-peran lain seperti informator,organisator,
dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai
sumber belajar, sehingga memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan sumber-
sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa
peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar.

BAB VII Aliran-Aliran Pendidikan

A. Aliran Emperisme

Aliran emperisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan perananan


pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak
lahir dianggap tidak menentukan. Aliran emperisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak
ada yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek.

B. Aliran Nativisme

Tokoh aliran nativisme adalah Schopenhaur. Seorang filsuf jerman yang hidup pada tahun
1788-1880. Nativisme berpendapat jika anak memiliki bakat jahat dari lahir ia akan menjadi
jahat, sebaliknya jika anak memiliki bakat baik ia akan menjadi baik. Faktor lingkungan
kurang berpengaruh terhadap lingkungan dan perkembangan anak.

C. Aliran Naturalisme

8
Naturalisme meempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir didunia mempunyai
pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi ruak karena pengaruh
lingkungan, sehingga naturalisme disebut negativisme.

D. Aliran Konvergensi

Aliran ini merupakan kombinasi anatara aliran nativisme dengan empirisme. Aliran ini
berpendapat bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan
dan lingkungan sama-sama berperan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan.

E. Aliran Progresivisme

Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan yang wajar dan dapat
menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang
bersofat mengancam dirinya. Aliran ini memandanf bahwa peserta didik mempunyai akal dan
kecerdasan. Hak itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika
dibanding makhluk lain.

F. Aliran Kontruktivisme

Aliran ini berpendapat bahwa tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan
dari ciptaan (Paul suparno, 1997:24). Aliran ini mengaskan bahwa pengetahuan mutlak
diperoleh dari hasilkonstrukski kognitif dalam diri seorang melalui pengalaman yang diterima
lewat pancaindra, yaitu peglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan perasa.

BAB VIII Teori Dan Pilar Pendidikan

A. Teori Pendidikan

Merupakan landasan dalam pengembangan praktik-praktik pendidikan, misalnya


pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, dan manajemen sekolah

Ada empat teori pendidikan yaitu

 Teori Pendidikan Klasik (Classical education)

9
Teori ini berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme, essensialisme, dan
eksistensialisme, yang emandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara,
mengawetjan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan lebih menekankan peranan
isi pendidikan dari proses. Dalam prakteknya pendidikan mempunyai peranan besar dan lebih
dominan, sedangkan peserta didik memiliki peranan yang pasif sebagai penerima oinformasi
dan tugas-tugas dari pendidik.

 Teori Pendidikan Personal (Personalized Education)

Teori pendidikan ini bertolak belakang dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta
didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik, pendorong, fasilitator dan
pelayan peserta didik.

 Teknologi Pendidikan

Dalam teknologi pendidikan, yang telah diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan
budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isis pendidikan dipilih oleh tim ahli
bidang-bidang khusus.

 Teori Pendidikan Interaksional

Suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial
yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan
interaksional menekankan interaksi guru dengan peserta didik dan sebaliknya.

B. Pilar-Pilar Pendidikan

Ada lima pilar pendidikan yang direkomendasikan UNESCO yang dapat digunakan sebagai
konsep pembelajaran.

 Learning to know, Mendorong pembelajar mengetahui dan memiliki materi


informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat, namun juga kemampuan
untuk dapat memahami makna dibalik materi ajar yang telah diterimanya.
 Learning to do , Pembelajar harus diperdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk
memeperkaya pengalaman belajarnya. Pembelajar akan terus belajar bagimana

10
memperbaiki dan menumbuhkembangkan keterampilan dan juga bagaimana
mengembangkan teori atau konsep intelektualitasnya.
 Learning to be, Hasil interaksi pembelajar dengan lingkungannt dapat membangun
pengetahuan dan kepercayaan diri dan sekaligus membangun jati diri.
 Learning to live together, kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau
kelompok individu yang bervariasi akan membentuk kepribadian peserta didik untuk
memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap
keanekaragaman dan perbedaan hidup.
 Learning how to learn, Learning how to learn akan membawa peserta didik pada
kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi dan kiat belajar yang lebih
independen, kreatif, inovatif, efektif, dan efisien, dan penuh percaya diri.

BAB IX Lingkungan Pendidikan

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda
mati, mahkluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat
terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.

Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup:

 Tempat (lingkungan fisiik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam


 Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa,
seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup
 Kelompok hidup bersama(lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga,kelompok
bermain, desa perkumpulan dan lainnya.
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan

Fungsi pertama lingkungn pendidikan adalah memebantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial, dan budaya, terutama
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat mencapai tujuan pendidikan
secara optimal. Fungsi kedua lingkungan pendidikan adalah mengajarakan tingkah laku
umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peraan tertentu dalam
masyarakat.

C. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan

11
Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memeperoleh pendidikan secara langsung
atau tidak langsung.

 Keluarga

kelompok primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah, bisa
berbentuk keluarga inti (nucleus family;ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas
(disamping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar, dan lain sebagainya. Tujuan
pendidikan dalam keluarga antara lain adalah; memelihara dan memebesarkan anak,
melindungi dan menjamin keseimbangan, baik jasmani maupun rohani, membei pengajaran
dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang utunk memiliki pengetahuan dan
kecakapan.

 Lingkungan Sekolah

sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada
jiwa anak. Karena itu disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekola pun mempunyai
fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Pendidikan di
sekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang
mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan
distandarisasikan (Azra,1998).

 Lingkungan Masyarakat

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat
dapar diartikan sebagai kumpulam individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara,
budaya, dan agama. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang
pendidikan keluarga dan sekolah, masyarajat besar pengaruhnya dalam memberi arah
terhadap pendidikan anak, terutama pada pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada
didalamnya (Dradjat,1992).

BAB X Keterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan

A. Hubungan Antar Keliarga Dengan Sekolah

Hubungan antar keluarga dan sekolah terjadi pada kerja sama orangtua dengan pihak guru.
Kerjasama tersebut dibutuhkan untuk memantau kemajuan anak dalam proses pendidikan,
baik kemajuan dalam ranah intelektual maupun psikologis. Pada dasarnya banyak cara yang

12
dapat ditempuh untuk menjalin kerja sama natara keliarga dengan dekolah diantaranya
sebagai berikut;

 Kunjungan pihak sekolah (guru) ke rumah peserta didik


 Kunjungan orang tua ke sekolah
 Case conference
 Badan peembantu sekolah
 Adanya daftar nilai atau rapor

B. Hubungan Antar Sekolah Dan Masyarakat

Sekolah sebagai mitra masyarakat dalam menjalankan fungsi pendidikan.

 Hubungan ini menempatkan sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan


yang potensial untuk melakukan proses-proses pendidikan .
 Pengalaman seseorang yang didapat dalam masyarakat baik melalui pergaulan atau
aktivis lain ditenga-tengah masyarakat membawa pengaruh pada fungsi pendidikan
yang diperankan oleh sekolah untuk orang tersebut.
 Fungsi penddikan disekolah bagi seseorang juga dipengaruhi oleh penggunaan atau
fungsi sumber-sumber belajar dalam masyarakat seperti tokoh atau pakar masyarakat,
museum, perpustakaan umum, kebun binatang dan lain sebagainya.

C. Hubungan Antara Keluarga Dan Sekolah

Hubungan antara kelurga dan masyaraat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, keluarga adalah
peletak dasar-dasar pendidikan sosial bagi anak yang di dalamnya terdapat pendidikan akan
pandangan hidup dan norma sosial. Kedua, masyarakat adalah wadah pengembangan
kemampuan sosial anak yang didalamnya terdapat kebudayaan, mobilitas sosial, dan peran-
peran sosial yang bisa dipelajari dan diambil oleh anak.

BAB XI Sistem Pendidikan Nsional

A. Sistem Pendidikan Nasional

Sistem berasal dari Yunani yang berarti hubungan fungsional yang teratur antara unit-unit
atau komponen (Musnamar, 1985:38).

13
 Pengertian Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional sebagaimana tercantum pada undang-undang No. 2 tahun 1989 pasal 1
ayat 2 adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

 Pengertian Sistem Pendidikan Nasional

Sedangkan pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah yang berdasarkan
kepada Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tntutan perubahan jaman. Pendidikan Nasional juga harus
tanggap terhadap dinamika perkembangan jaman, agar dunia pendidikan nasional tetap bisa
eksis dan lebih jauh survive mebghadapi tantangan dunia yang semakin global da koperatif.

B. Permasalahan Sistem Pendidikan Nasional

Penyebaba utama kegagalan pendidikan sebuah negara, salah satunya adalah disebabkan oleh
soostem pendidikan yang digunakan, disamping faktor-faktor lain yang sifatya lebih kepada
masalah-masalah praktis pendidikan, seperti biaya pendidikan, pemerataaan pendidikan, serta
kualitas pengajar dan pengelolaan pendidikan. Sisidiknas yang dipergunakan di Indonesia
tampaknya memang tidak bisa dilepaskan dari konteks sejarah perjalanan bangsa Indonesia
itu sendiri. Paling tidak ada dua permasalahan yang menyangkut sisdiknas, yaitu konteks
historis dan aplikasi praksis.

BAB XII Sistem Kelembagaan Dan Pengelolaan Pendidikan Nasional

A. Jenis dan Bentuk Kelmebagaan Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk


sekola maupun dalam bentuk kelompok belajar.

 Pendidikan Umum, pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan


keterampilan peserta didik. Bentuk pendidikannya meliputi, SD, SMP, SMA, dan
Universitas.
 Pendidikan Kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik siap bekerja
pada bidang pekerjaan, meliputi STM, SMIP, SMK, SMEA.

14
 Pendidikan Luar Biasa, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik
yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Bentuk pendidikannya berupa
Sekolah Dasar Luar Biasa.
 Pendidikan Kedinasan, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai
suatu departemen pemerintahan atau nondepartemen, bentuknya meliputi,
SPK,APDN.
 Pendidikan Keagamaan, pendidikan khusus yang memepersiapkan peserta didik siap
melaksanakan tugas keagamaan,. Bentuknya meliputi, pendidikan dasar, misalnya MI,
MTS, MA, dan sebagainya.

B. Pengelolaan Kelembagaan Pendidikan Nasional

Pengelolaan kelembagaan pendidikan dalam perspektif sisdiknas akhirnya harus masuk


kedalam lingkaran ketidakjelasan tersebut. Ketidakjelasan pengelolaan kelembagaan sistem
pendidikan nasional menyebar dalam beberapa aspek pendidikan atau bidang berikut

 Manajemen kelembagaan (institusi) pendidikan tidak sistematis, total, dan mendasar.


Akibatnya, lembaga pendidikan tidak memeiliki sisi yang jelas dan karena ia selalu
menghasilkan lulusan yang gamang dalam menghadapi hidup dan kehidupan.
 Tidak ada budaya mutu (quality culture). Akibatnya, mutu pendidikan tidak menjadi
target dari penyelenggaraan pendidikan, sehingga karenanyalembaga pendidikan tidak
menghasilkan makna apapun bagi peserta didiknya.
 Kurang adanya kesesuaian dan kesepadanan (relevansi). Akibatnya, lembaga
pendidikan tidak bisa matchng dengan kebutuhan masyarakat.
 Minimnya akses informasi. Akibatnya, lembaga pendidikan lambat dalam mengakses
kondisi dunia yang terus berkembang secara cepat.

BAB XIII Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

A. Masalah Pemerataan Pendidikan

Pemerataan pendidikan adalah persoalan yang terkait dengan bagaimana sistem pendidikan
yang dapat menyediakan kesempatanyang seluas-luasnya kepada warga negara utuk

15
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber
daya manusia untuk menunjang pembangunan.

B. Masalah Mutu Pendikan

Masalah mutu pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar dalam sebuah
negara. Karena keberhasilan pembngunan suatu bangsa ditentukan oleh keberadaa sumber
daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan antara lain lewat pendidikan yang
berkualitas.

C. Masalah Efisiensi Pendidikan

Efisiemsi pendidikan adalah apabila hasil yang dicapai maksimal, dengan biaya yang wajar,
karena baiaya merupakan ukuran efisien dalam proses pendidikan terutama apabila dalam
proses pendidikan dapat menghasilkan output pendidikan dengan biaya yang efisien.

D. Masalah Relevansi Pendidikan Pengertian Relevansi Pendidikan

Relevansi adalah kesesuaian program pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna atau stakeholders pendidikan, artinya apa
yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat atau tepat
guna.

BAB XIV Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Pendidikan, ada dua faktor utama, yaitu

 Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented


 Pengelolaan pendidikan lebih bersifat macro-oriented

Permasalahan Pendidikan di Indonesia

 Masalah memndasar yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang nendasari


keseluruhan penyelenggaraan sitem pendidikan.
 Masalah-masalah cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek praktis/teknis
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti mahalnya biaya
pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik, rendahnya
kesejahteraan guru, dan sebagainya.

Upaya Pemecahan Masalah Pendidikan \


16
 Memepertegas visi dan misi melalui analisis kebutuhan (need assasement)
 Menjaga instutisi pendidikan yang managable dengan orientsi dan konsistensi visi dan
misinya terhadap tujuan dan target
 Perlindunga guru dan profesionalisme kemepimpinan kepala sekolah
 Pemberdayaan satuan pendidikan sesuai prisip otonomi sekolah dengan malakukan
desentralisasi, debioraktisasi, dan profesionalisasi
 Otonomi pengelolaan anggaran oleh satuan pendidikan.

B.Ringkasan Buku Pembanding

BAB 1 Hakikat Pendidikan

A. Pendidikan

Untuk memahami pendidikan ada dua istilah yaitu, paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie
bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Purwanto,1995:3).

B. Mendidik

Kata mendidik adalah kata kunci dari pendidikan. Untuk memahami makna mendidik dapat
dibandingkan langsung dengan makna mengajar. Mendidik memerlukan tanggung jawab
lebih besar daripada mengajar. Mendidik ialah membimbing pertumbuhan anak, jasmani
maupun rohani dengan sengaja, bukan saja untuk kepentingan pengajaran sekarang
melainkan utamanya untuk kehidupan seterusnya dimasa depan (Rasyidin, 2007:34).

C. Filosofi Pendidikan Nasional

Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian dan
pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang berpusat pada
pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang bersifat
perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai bagian dari warga dunia, dan
mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar warga negara tidak didikte oleh perubahan
tetapi mampu bertindak sebaga bangsa yang memberi alternatif. Dengan dasar itu, maka misi
pendidikan nasional dalam hal ini diterjemahkan sebagai rekonstruksi sosial.

D. Tujuan Pendidikan

17
Plato mengatakan bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran terhadap self
knowing dan self realization kemudian inquiry dan reasoning and logic. Jadi, disisni jelas
bahwa tujuan pendidikan memberikan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian
pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian
serta mengetahui hubungan kausal, yaitu alasan dan alur pikirnya.

E. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan nasional kita yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa indonesia terdapat dalam
UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 20 tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003 tersebut, dikatakan “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatf, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggng jawab.

BAB II Aliran-Aliran Dalam Pendidikan

A. Empirisme

Aliran empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam


perkembangan manusia. Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada
lingkungan, sedangkan pembawaan yang dibawanya dari semenjak lahir tidak dipentingkan.
Tokoh utama lairan ini adalah filsuf Inggris bernama John Lock yang mengembangkan
paham rasionalisme pada abad ke 18.

B. Nativisme

Aliran ini berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan sebaliknya, yan
baik akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai bakat dan pembawaan anak didik tidak
akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Singkatnya, aliran nativisme
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor
pendidikan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.

C. Naturalisme

Paham naturalisme dipelopori olh seorang filsuf Prancis J.J Rousseaue yang muncul pada
abad ke 18. Nature dalam bahasa latin memiliki makna alam. Menurut Rousseaue agar
seotrang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, anak tersebut harus

18
diserahkan kepada alam. Kekuatan alam yang akan mengajakan kebikan-kebaikan yang
terklahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut.

D. Konvergensi

Konvergensi artnya titik pertemuan. Pelopor aliran ini adalah Wiliam Sern (1871-1939),
seorang ahli ilmu jiwa yang berkebangsaan jerman. Ia mengatakan bahwa seseorang terlahir
dengan pembawaan baik dan juga dengan pembawaan buruk. Aliran ini menyampaikan
bahwa yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
leingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu.

BAB III Teori-Teori Pendidikan

A. Behaviorisme

Aliran behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh krena
itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan
berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran behavior, faktor lain yang
penting adalah rainforcement (penguatan), yaitu penguatan yang dapat memperkuat respon.
Tokoh aliran behaviorisme antara lain Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, Thorndike.

B. Kognitivisme

Teori kognitivisme berusah amenjelaskan bahwa belajar bagaimana orang-orang berpikir.


Aliran ini, menjelaskan, bagaimana belajar terjadi dan menjelaskan secara alami kegiatan
mental internal dalam diri kita. Oleh karen itu, dalam aliram kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Karena menurut teori in
bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Tokoh aliran ini adalah Piaget,
Bruner, dan Ausubel.

C. Kontruktivisme

Menurut teori kontruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan
adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Teori ini adalah merupakan pemingkatan dari teori
yang dikemukakan ole Piaget, Vigotsky, dan Bruner. Konsep pembelajaran menurut teori ini
adalah suau proses pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkam data.

D. Teori Belajar Humanistik

19
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika pembelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun dirinya mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudu pandan pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Okoh teori ini adalah, Arthur W. Combs, Abraham Maslow, Carl Rogers,

BAB IV Pendidikan Dan Nasionalisme

A. Tantangan Pendidikan Nasional

Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan pancasila dan UUD Dasar Negara RI 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dn tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.. pendidikan
nasional sebagaimana diatas, diharapkan berfungsi menegmbagkan kemampuan dan
memebentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik gar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negar aang demokratis.

B. Pemahaman Multikultural

Multikultural berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan (2002), akar
kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya
sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.

C. Multikulturalisme

Dari studi kejadian terkait konflik SARA, didapati salah satu penyebab utamanya adalah
akibat lemahnya pemahaman dan pemaknaan tentang konsep kearifan budaya. Dengan
demikian, konsep kearifan budaya dianggao perlu untuk dikenalkan kepada segenap
masyarakat terutama para siswa. Pemahaman tentang keragaman budaya merupakan sebuah
kekayaan bangsa Indonesia patut disyukuri, dihormati, dan dibanggakan.

D. Pendidikan Toleransi Sebagai Wahana Rekonsiliasi Sosial

Secara psikoogis, pendidikan toleransi dan empati mampu memperluas sensibilitas manusia,
membuatnya menyadari eksistensi dirinya sebagai bagia kecil dari sistem sosial dan kosmos
yang lebih besar. Dengan demikian, melalui toleransi dan empati, manusia meyerap perasaan

20
dan pengalaman kehidupan orang lain yang berasal dari ranah geopolitik, geokultural, dan
geoetnis berbeda.

E. Sekolah Berorientasi Multikultural

Komarudin Hidayat (2004) mengajukan prinsio yang harus dipahami guru untuk
mengarahkan sekolah dengan kultur yang berorientasi multikultural, sebgai berikut.

 Setiap anak adalah istimewa


 Pendidikan Multi-Inteleigences
 Active learning
 Universitalis agama
 Semangat kemanusiaan dan keindonesiaan

BAB V Mutu Pendidikan

A. Sekilas Tentang Mutu Pendidikan Indonesia

Pendidikan yang hanya mementingkan kecerdasan otak dibading kecerdasan emosi dan
spiritual telah menimbulkan masalah dimasyarakat. Pendidikan dasar dan menegah yang
seharusnya menjadi dasar penyamaian dan penyuburan nilai-nilai luhur dalam dimensi sosial,
budaya, dan kemanusiaan kepada anak didik, menjadi tidak berdaya akibat tidak relevannya
antara tuntutan kurikulum dan perkembangan kondisi sosial budaya baik lokal, nasinal,
maupun global. Pendidikan yang bermutu pada dasarnya menghasilkan sumber daya manusia
yang bermutu pula. Sumber day amanusia yang bermutu itu dipupuk sesuai dengan
perkembangan potensi peserta didik semenjak penidikan dasar, menengah, maupun tinggi.

B. Mengukur Mutu Pendidikan Indonesia

Menerjemahkan fungsi pendidikan sebagiamana tercantum dalam UU Sisdiknas 2003, maka


langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah menetapkan standar nasional pencapaian
pendidikan. Dengan standar tersebut akan diketahui hal-hal yang harus dicapai oleh layanan
pendidikan. Berdasarkan ragam dan sasarannya, pencapaian mutu pendidikan dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu;

 Akreditasi
 Sertifikasi
 Penjaminan mutu pendidikan

21
BAB VI Sejarah Penididikan Di Indonesia

A. Tokoh-Tokoh Pendidikan di Indonesia


1. Ki Hajar Dewantara

Lahir 25 februari 1889 adalah selah seorang putra terbaik indonesia yang memiliki pemikiran
yang sangat maju pada zamannya dalam memeperjuangkan pendidikan. Ki Hajar Dewantara
Mendirikan pendidikan kebangsaan yang terkenal dengan Taman Siswa (3-7-1922). Sifat,
sistem dan metode pendidikan taman siswa diringkas kedalam empat kemasan yaitu asas
taman siswa, panca dharma, adat istiadat, dan semboyan atau perlambang.

2. Mohammad Syafei

Seorang berdarah minang yang dilahirkan di Kalimantan Barat. Syafei menerapkan ilmunya
dengan mengelola sebuah sekolah yang kemudi dikenal Sekolah INS Kayutanam. Tujuan
utama mendirikan sekolah tersebut adalah untuk mendidik anak-anak agar dapat berdiri
sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Dengan berdirinya sekolah ini, berarti
ia menentang sekolah-sekolah Hindia-Belanda yanghanya menyiapkan anak-anak untuk
menjadi pegawai-pegawai mereka saja.

3. KH. Ahmad Dahlan

Lahir dikampung Kauman, Yogyakarta pada tahun 1868 dengan nama Muhammad Darwis.
Secara personal, Ahmad Dahlan mengenal organisasi Budi Utomo melalui pembicaraan atau
diskusi dengan Joyosumarto, seorang anggota Budi Utomo di Yogyakarta yang mempunyai
hubungan dekat dengan dr. Wahidin Sudirohusodo, salah seorang pemimpin Budi Utomo
yang tinggal di Ketandan Yogyakarta. Ahmad Dahlan tidak hanya menjadi anggota biasa,
melainkan ia menjadi pengurus Kauman salah satu seorang komisaris dalam kepengurusan
Budi Utomo canag Yogyakarta.

B. Periodisasi Sejarah Pendidikan di Indonesia


1. Periode Portugis

Portugis datang dengan fungsi ganda, berdagang dan penyebaran agama. Kedudukan portugis
melemah akibat peperangan dengan raja-raja di Indonesia. Kesempatan kondisi Portugis yang
melemah diergunakan oleh Belanda untuk menggantikan posisi Portugis pada tahun 1605.

22
2. Periode Verenigde Oost Indische Compaigne (VOC)

Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh VOC teutama dipusatkan dibagian timur Indonesia
dimana agama Katholik telah berakar dan di Batavia sebagai pusat administasi kolonial.

3. Periode Penjajahan Belanda

Setelah ambruknya VOC tahun 1816 pemerintah Belanda menggantikan keduudkan VOC
hindia belanda tahun 1801 dengan terang-terangan menyatakan bahwa tanah jajahan harus
memeberikan kentungan yang sebesar-besarnya kapada perdagangan dan kepada kekayaan
negeri Belanda.

23
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan

Kelebihan pada buku utama adalah materinya mencakup semua yang berkenaan kepada
dasar-dasar pendidikan. Langsung megarah kepada pembahasan yang dibahas. Setiap bab
terdapat rangkuman dan daftar pustaka yang berfungsi untuk mempermudah pembaca
memahami materi tersebut. Didalam buku tersebut juga terdapat pertanyaan-pertanyaan yang
bisa dijawab pembaca agar mengasah kemampuannya.

Kelebihan pada buku pembanding adalah materi yang ada dalam buku tersebut hampir sama
dengan buku utama, tetapi dibuku kedua terdapat sejarah pendidikan di Indonesia dan para
tokoh-tokoh pelopor pendidikan di Indonesia. Didalam buku ini menjelaskan konsep dan
aplikasi pendidikan.

B. Kelemahan

Kelemahan buku utama adalah tidak adanya sejarah pendidikan di Indonesia.

Kelemahan buku pembanding adalah pembahasannya tidak langsung tertuju kepada pokok
materi/ permasalahan materi.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pendidikan sangat penting karena kana menjadi dasar pendidikan. Tujuan dari ilmu
pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi
kabahagiaan dalam menjalani kehidupan. Manfaat dari ilmu pendidikan adalah guru dapat
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip perkembangan kepribadian oara
siswa dan mengapliaksikannya ke proses pembelajaran.

B. Saran

Sebagai seorang pendidik hendaknya membeikan pemahaman kepada peserta didik atau
ditntut untuk memahami ilmu pendidikan. Agar ketika mendidik orang lain mereka dapat
memeberikan pemahaman atas apa yang diajarkan pendidik kepada peserta didik dengan
tidak terlalu sulit.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kadir,A, Dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Prenamedia Group

Sukardjo, M, Dkk. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali
Pers.

26

Anda mungkin juga menyukai