Anda di halaman 1dari 17

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

( Tugas Makalah Ilmu Pendidikan Islam )

Dosen Pengampu : Eko Syaiful Huda, M.Pd

Oleh Kelompok 5:

Anisa Febrianti Fadillah (1811060397)


Fadillah Dinanti (1811060138)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami haturkan sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah mengantarkan kita ke zaman yang terang benderang.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Berkat dorongan
serta bantuan mereka kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan penuh
kekurangan.Maka dari itu, kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari berbagai
pihak sangat diperlukan demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis berharap
makalah ini dapat menjadi bahan informasi dan penunjang bagi kita semua.

                                                      Bandar Lampung, 25 September 2019

                                                                       Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata “Kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang
sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus
Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olahraga,
yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai ke finish. Barulah pada tahun
1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran disuatu perguruan.

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang
terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga
kegiatan kurikuler yang tidak formal. Kegiatan kurikuler yang tidak formal ini sering
disebut ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler. Untuk sekolah yang bersangkutan, kurikulum
sekurang-kurangnya memiliki dua fungsi:

1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan;


2. Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.

Keutamaan mempelajari kurikulum bagi seseorang yang menekuni dunia pendidikan


adalah suatu kegiatan yang tidak boleh terlewatkan, karena berbicara pendidikan berarti
berbicara kurikulum yang ada didalamnya. Demikian halnya dengan pendidikan Islam,
tentunya terdapat kurikulum didalamnya. Maka, karena keperluan yang utama tersebutlah
dalam Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam, salah satu
materi yang harus dikuasai dan dipahami adalah tentang Kurikulum dalam Pendidikan
Islam.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah yang akan
menjadi pembahasan makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan Islam?


2. Apa saja ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam?
3. Apa saja dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam?
4. Apa isi kurikulum pendidikan Islam?
5. Bagaimana langkah-langkah dalam mendesain kurikulum pendidikan Islam?
6. Apa tujuan dari kurikulum pendidikan Islam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum pendidikan Islam;
2. Untuk mengetahui ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam;
3. Untuk mengetahui dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam;
4. Untuk mengetahui isi kurikulum pendidikan Islam;
5. Untuk memahami langkah-langkah dalam mendesain kurikulum pendidikan
Islam.
6. Untuk mengetahui tujuan dari kurikulum pendidikan islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum secara etimologis adalah tempat berlari dengan kata yang berasal dari
bahasa latin curir yaitu pelari dan curere yang artinya tempat berlari. 1 Selain itu, juga
berasal dari kata curriculae artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Maka,
pada waktu itu pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.

Dalam pandangan tradisional disebutkan bahwa kurikulum memang hanya rencana


pelajaran. Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum lebih dari sekedar rencana
pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern adalah semua yang
secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Dalam kalimat lain disebut
sebagai semua pengalaman belajar.2 Menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari
sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern ialah
semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini
bertolak dari sesuatu yang actual dan nyata, yaitu yang actual terjadi disekolah dalam
proses belajar. Dalam pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan
pengalaman belajar, seperti berkebun, olahraga, pramuka dan pergaulan serta beberapa
kegiatan lainnya di luar bidang studi yang dipelajari. Semuanya merupakan pengalaman
belajar yang bermanfaat. Pandangan modern berpendapat bahwa semua pengalaman belar
itulah kurikulum.

Berikut ini beberapa pengertian kurikulum menurut para pakar, yaitu:

1. Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of the
school situations, artinya bahwa kurikulum merupakan keseluruhan usaha yang

1
 Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan, (Surabaya: Kata
Pena, 2014), Cet. II, hlm. 3.
2
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 81.

5
dilakukan oleh lembaga pendidikan atau sekolah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2. Smith memandang kurikulum sebagai seperangkat dan upaya pendidikan yang
bertujuan agar peerta didik memiliki kemampuan hidup bermasyrakat. Anak didik
dibina agar memiliki kemampuan menyesuaikan diri untuk menjadi bagian dari
masyarakat.

Berdasarkan pengertian yang sudah diketahui bahwa kurikulum merupakan landasan


yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan
pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental. Ini berarti bahwa proses pendidikan Islam bukanlah proses yang dilakukan
secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia,
transformasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang harus terususun.3
Dari penjelasan tersebut maksud kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum
pendidikan yang berasaskan ajaran Islam, yang bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadits,
Ijma’ dan lainnya.

2.2 Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum Pendidikan Islam tidak akan terlepas dari asas Islam itu sendiri yakni Al-
Qur`an dan Al-Hadits. Adapun ciri-ciri khusus kurikulum pendidikan Islam, yaitu:

1. Dalam kurikulum pendidikan Islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak


didik untuk bertauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dirunut berasal dari
ajaran Islam;
2. Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang
memiliki keyakinan kepada Tuhan;
3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan landasan Al-
Qur`an dan Al-Hadits;
4. Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan akliah peserta
didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan konkret;

3
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. V, hlm. 126-127.

6
5. Pembinaan akhlak peserta didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari tuntunan
Islam; dan
6. Tidak ada kadaluarsa kurikulum karena ciri khas kurikulum Islam senantiasa
relevan dengan perkembangan zaman bahkan menjadi filter kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya didalam kehidupan masyarakat.

2.1 Dasar-Dasar Kurikulum Pendidikan Islam

Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi dan


membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dasar kurikulum
disebt juga sumber kurikulum atau determinan, (penentu).

Menurut Herman H. Horne memberikan dasar kurikulum dengan tiga macam yaitu:

1. Dasar psikologis, yang digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh


dari pelajar dan kebutuhan peserta didik.
2. Dasar sosiologis, yang digunakan untuk mengetahui tuntunan sah dari
masyarakat.
3. Dasar filosofis, yang digunakan untuk mengetahui keadaan alam semesta tempat
kita hidup.

Menurut Alsyaibani ia menetapkan 4 dasar pokok dalam kurikulum pendidikan islam,


yaitu dasar religi, dasar falsafah, dasar psikologis, dan dasar sosiologis.

1. Dasar Religi, merupakan dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang
tertuang dalam Al-Qur’an maupun As-sunnah karena kedua kitab tersebut
merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat faturistik.
2. Dasar falsafah, dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam
dengan dasar filosofis sehingga, susunan kurikulum mengandung suatu
kebenaran. Terutama kebenaran dibidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup
yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
3. Dasar psikologis, dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum
yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik sesuai dengan

7
tahap kematangan dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran dan
perbedaan peroranga antara satu peserta didik dengan yang lainnya.
4. Dasar sosiologis, dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan
islam yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri masyarakat
islam dan kebudayaannya, baik dari segi pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara
berfikir dan adat kebiasaan, seni dan sebagainya. Sebab, tidak ada suatu
masyarakat yang tidak berbuadaya dan tidak ada suatu kebudayaan yang tidak
berada pada masyarakat.

2.4 Isi Kurikulum Pendidikan

Sebelum mengetahui apa saja isi kurikulum pendidikan Islam, terlebih dahulu harus
diketahui mengenai syarat-syarat yang diajukan dalam perumusan kurikulum, yaitu
sebagai berikut.

1. Materi yang tersusun tidak menyalahi fitrah manusia.


2. Adanya relevansi dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu sebagai upaya
mendekatan diri dan beribadah kepada Allah swt dengan penuh ketakwaan dan
keikhlasan.
3. Disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik.
4. Perlunya membawa perta didik kepada objek empiris, praktik langsung, dan
memiliki fungsi pragmatis, sehingga mereka mempunyai keterampilan-
keterampilan yang nyata.
5. Penyusunan kurikulum bersifat integral, terorganisasi dan terlepas dari segala
kontradiksi antara materi satu serta materi lainnya.
6. Materi yang disusun memiliki relevansi dengan masalah-masalah yang mutakhir,
yang sedang dibicarakan dan relevan dengan tujuan Negara setempat.
7. Adanya metode yang mampu menghantar tercapainya materi pelajaran dengan
memperhatikan perbedaan masing-masing individu.
8. Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan tingkat perkembangan peserta
didik.

8
9. Memperhatikan aspek-aspek sosial, misalnya Da`wah Islamiyah.
10. Materi yang disusun mempunyai pengaruh positif terhadap jiwa peserta didik,
sehingga menjadikan kesempurnaan jiwanya.
11. Memperhatikan kepuasan pembawaan fitrah, seperti memberikan waktu istirahat
dan refreshing untuk menikmati suatu kesenian.
12. Adanya ilmu alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain.

Setelah syarat-syarat tersebut dipenuhi, disusunlah isi kurikulum pendidikan Islam.


Ibnu Khaldun, sebagaimana yang dikutip oleh Al-Abrasyi (1969: 285-287), membagi isi
kurikulum pendidikan Islam dengan dua tingkatan, yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat Pemula (manhaj ibtida’i)

Materi kurikulum pemula difokuskan pada pembelajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.


Ibnu Khaldun memandang bahwa Al-Qur’an merupakan asal agama, sumber berbagai
ilmu pengetahuan, dan asas pelaksanaan pendidikan Islam. Disamping itu, mengingat isi
Al-Qur’an mencakup materi penanaman akidah dan keimanan pada jiwa peserta didik,
serta memuat akhlak mulia, dan pembinaan pribadi menuju prilaku yang positif.

2. Tingkat atas (manhaj ‘ali)

Kurikulum ini mempunyai dua kualifikasi; pertama, ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
dzatnya sendiri, seperti ilmu syariah yang mencakup fiqih, tafsir, hadis, ilmu kalam, ilmu
bumi, dan ilmu filsafat. Kedua, ilmu-ilmu yang ditunjukan untuk ilmu-ilmu lain, dan
bukan ilmu yang berkaitan dengan dzatnya sendiri. Misalnya ilmu bahasa (linguistik),
ilmu matematika, dan ilmu mantiq (logika).

Ibnu Khaldun kemudian membagi ilmu dengan tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

1. Ilmu-ilmu naqliyah, yaitu ilmu yang diambil dari Al-qur’an dan ilmu-ilmu agama
lain. Seperti ilmu fiqih untuk mengetahui kewajiban-kewajiban beribadah; ilmu
tafsir untuk mengetahui maksud-maksud Al-Qur’an; ilmu usul fiqhi untuk meng-

9
istibath-kan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta ilmu-ilmu
lainnya.;
2. Ilmu-ilmu aqliyah, yaitu ilmu yang diambil dari daya pikiran manusia, seperti
ilmu filsafat, ilmu-ilmu mantiq (logika), ilu bumi, ilmu kalam, ilmu teknik, ilmu
matematika, ilmu kimia, dan ilmu fisika; dan
3. Ilmu-ilmu lisan (linguistik), seperti ilmu nahwu, ilmu bayan, ilmu adab (sastra).

Al-Ghazali membagi isi kurikulum pendidikan Islam dengan empat kelompok dengan
mempertimbangkan jenis, dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu:

1. Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu fiqih, As-Sunnah,


tafsir dan sebagainya;
2. Ilmu-ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu Al-qur’an dan ilmu agama;
3. Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah, seperti ilmu kedokteran, matematika, industri,
pertanian, teknologi dan sebagainya;
4. Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu filsafat.

Klasifikasi isi kurikulum tersebut berpijak pada klasifikasi ilmu pengetahuan dengan
tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

1. Ilmu pengetahuan menurut kuantitas yang mempelajari, terbagi:


a. Ilmu fardhu’ain, yaitu ilmu yang harus diketahui oleh setiap muslim yang
bersumber dari Kitab Allah.
b. Ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagai orang
muslim, seperti ilmu yang berkaitan dengan masalah duniawi, misalnya ilmu
hitung, kedokteran, teknik pertanian, industry, dan sebagainya.
2. Ilmu pengetahuan menurut fungsinya, terbagi:
a. Ilmu tercela (madzmumah), yaitu ilmu yang tidak berguna untuk masalah
dunia dan masalah akherat serta mendatangkan kerusakan, misalnya ilmu
sihir, nujum, dan perdukunan.

10
b. Ilmu terpuji (mahmudah), yaitu ilmu-ilmu agama yang dapat menyucikan jiwa
dan menghindarkan hal-hal yang buruk, serta ilmu yang dapat mendekatkan
diri manusia kepada Allah swt.
c. Ilmu terpuji dalam batas-batas tertentu, dan tidak boleh dipelajari secara
mendalam, karena akan mendatangkan atheis (ilhad) seperti ilmu filsafat.

Selanjutnya, Al-Ghazali membagi ilmu model ini kepada ilmu macam, yaitu:

1. Olahraga (riyadhiyah), seperti ilmu teknik, matematika, dan organisasi;


2. Ilmu logika (manthiq) yang digunakan untuk mendatangkan pemahaman dan
bukti dari dalil syar’i;
3. Ilmu teologi (uluhiyah), yaitu ilmu yang digunakan untuk memperbincangkan
Tuhan, seperti ilmu kalam;
4. Ilmu kalam (thab’iyyah), yaitu ilmu yang digunakan mengetahui sifat-sifat
jasmani, seperti psikologi dan sebagainya;
5. Ilmu politik dan rekayasa untuk kepentingan kemaslahatan dunia.
6. Ilmu pengetahuan menurut sumbernya, terbagi:
a. Ilmu syar’iyyah, yaitu ilmu-ilmu yang didapat dari wahyu ilahi dan sabda
Nabi saw.
b. Ilmu ‘aqliyah, yaitu ilmu yang berasal dari akal pikiran setelah mengadakan
eksperimen dan akulturasi.

Konferensi di Islam adab 11 menghasilkan keputusan bahwa isi kurikulum terbagi


atas dua macam, yaitu perennial (naqliyah) dan acquired (aqliyah). Perennial diterima
melalui wahyu yang terdapat pada Al-qur’an dan As-Sunnah, sedangkan acquired
diperoleh melalui imajinasi dan pengalaman indra. Adapun rinciannya sebagai berikut.

1. Grup perennial, yaitu ilmu Al-qur’an, meliputi qira’ati, hifzh, tafsir, sunnah, sirah,
tauhid, fiqh, ushu fiqih, bahasa Al-Qur’an (baik fonologi, sintaksis, maupun
semantik).
2. Grup acquired, yaitu:
a. Seni (imajinatif), meliputi seni islam arrsitektur, bahasa, dan sebagainya;

11
b. Seni intelek, meliputi pengetahuan sosial, kesusastraan, filsafat, pendidikan,
ekonomi, politik, sejarah, peradaban islam, ilmu bumi, sosiologi, linguistic,
psikologi, antropologi, dan sebagainya;
c. Ilmu murni, meliputi engineering dan teknologi, ilmu kedokteran, pertanian,
kehutanan, dan sebagainya;
d. Ilmu praktik (practical science), meliputi ilmu perdagangan, ilmu
administrasi, ilmu perpustakaan, ilmu kerumahtanggaan, ilmu komunikasi,
dan sebagainya.

2.5 Langkah-Langkah Dalam Mendesain Kurikulum Pendidikan Islam

Dalam kurikulum terdapat komponen-komponen yang tidak boleh diabaikan


keberadaannya, komponen-komponen yang dimaksud adalah:

1. Tujuan;
2. Isi atau program;
3. Metode atau proses pembelajaran;
4. Evaluasi.4

Adapun dalam mendesain kurikulum pendidikan Islam berdasarkan komponen-


komponen kurikulum diatas, yaitu harus dimulai dari penyusunan atau perumusan tujuan
menurut Islam. Dan tujuan pendidikan Islam tidak lain sebagai berikut:

1. Jasmaninya sehat dan kuat;


2. Akalnya cerdas dan pandai;
3. Hatinya dipenuhi iman kepada Allah.

Untuk mewujudkan muslim seperti itu, pendesainan kurikulum dapat dilakukan


dengan kerangka sebagai berikut:

1. Untuk jasmani yang sehat dan kuat disediakan mata pelajaran dan kegiatan
olahraga dan kesehatan.

4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 83.

12
2. Untuk otak yang cerdas dan pandai disediakan mata pelajaran dan kegiatan yang
dapat mencerdaskan otak dan menambah pengetahuan seperti logika dan berbagai
sains.
3. Untuk hati yang penuh iman disediakan mata pelajaran dan kegiatan agama.

Sementara itu, mata pelajaran dapat didesain sesuai dengan:

1. Perkembangan kemampuan siswa yang bersangkutan;


2. Kebutuhan individu dan masyarakatnya menurut tempat dan waktu.

Dan pendesainan kurikulum itu dengan memberikan pertimbangan, sebagai berikut:

1. Prinsip berkesinambungan;
2. Prinsip berurutan;
3. Prinsip integrasi pengalaman.

Karena tujuan pendidikan disegala tingkatan dan jenis pendidikan berintikan iman,
maka seluruh mata pelajaran dan kegiatan belajar haruslah bertolak dari dan menuju
kepada keimanan kepada Allah. Dengan cara begitu maka kesatuan pengalaman siswa
akan terbentuk dan kesatuan pengalaman itu dikendalikan oleh otoritas Allah. Dalam
keadaan seperti itu, manusia akan mampu menempati posisinya sebagai kholifah Allah
yang memiliki otoritas tak terbatas dalam mengatur alam ini.

Jadi, inti kurikulum pendidikan Islam adalah kehendak Allah. Dengan ini maka kesatuan
pengetahuan dan pengalaman akan berpusat pada Allah, pengaturan kehidupan akan
sesuai dengan kehendak Allah. Kerangka kurikulum Islam sebagaimana yang sudah di
uraikan adalah kurikulum yang umum, dapat dan dijadikan acuan oleh orang islam dalam
mendesain kurikulum pendidikan disekolah, dimasyarakat, dan didalam rumah tangga.
Kerangka kurikulum tersebut ialah sebagai berikut:

1. Tujuan;
2. Isi kurikulum (materi)
3. Metode
4. Evaluasi

13
Jika kita diterapkan teori itu dalam mendesain kurikulum, maka langkah-langkahnya
kira-kira sebagai berikut:

1. Kita hendak melaksanakan suatu pendidikan, sekolah, anak dirumah, atau kursus
computer. Langkah pertama: rumuskanlah tujuannya sejelas mungkin. Tujuan
yang biasanya masih umum itu perlu dijabarkan (di taksonomi) atau di-break-
down menjadi tujuan yang kecil-kecil. Akhirnya kita memperoleh rumusan
tujuan yang banyak, mungkin ratusan item.
2. Bila tujuan sudah dirumuskan sampai kepada rumusan operasional (yang kecil-
kecil itu), maka langkah kedua ialah menentukan isi kurikulum isinya ialah materi
pengetahuan atau mata pelajaran dan berbagai kegiatan (kokurikuler dan ekstra
kulikuler). Dari sini kita dapat mebuat daftar mata pelajaran dan kegiatan serta
syllabus-nya masing-masing.
3. Langkah selanjutnya ialah menentukan cara mencapai tujuan itu. Disini banyak
sekali teori yang harus dipertimbangkan, sebab metode belajar-mengajar itu
merupakan racikan teori-teori dari disiplin psikologi, metodologi, pengajaran,
teknik evaluasi, didaktik pada umumnya, pengetahuan tentang alat-alat
pengajaran, pertimbangan, tentang waktu, tempat, suasana dan lain-lain. Dalam
bentuknya yang operasional, proses belajar-mengajar itu ditulis dalam persiapan
mengajar atau lesson plan. Agar dapat membuat lesson plan. Agar dapat membuat
lesson plan dengan benar, hendaklah dikuasai lebih dahulu teori-teorinya dalam
disiplin metodik khusus.
4. Langkah terakhir ialah menentukkan teknik dan alat evaluasi. Langkah ini tidak
bersangkutan langsung dengan isi dan proses belajar mengajar.

2.6 Tujuan Kurikulu Pendidikan Islam


Tujuan-tujuan dari kurikulum pendidikan Islam ialah antara lain:
1. Pembinaan individu atau warganegara yang beriman kepada rukun iman
2. Pembinaan warganegara yang sehat dan kuat
3. Pembinaan pribadi muslim yang berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama dan
berakhlak yang mulia

14
4. Pembinaan pribadi yang berimbang pada motifasi dan keinginan yang sesuai
dengan diri dan orang lain
5. Pembinaan warga negara yang dipersenjatai dengan ilmu dan pengetahuan
6. Menciptakan warga negara yang terdidik pada perasaan seni dan sanggup
menikmatinya, merasakan keindahan dalam berbagai bentuk dan macamnya
7. Memperkokoh kehidupan agama
8. Meneguhkan bahasa arab dan menjaganya dari faktor yang menghancurkan
9. Pembinaan masyarakat islam yang mulia
10. Pembinaan masyarakat yang kuat dan maju dari segi ekonomi
11. Turut serta melaksanakan perdamaian dunia berdasarkan pada kebenaran,
keadilan toleransi, saling mengerti, kerja sama dan saling menghormati.

15
BAB III
KESIMPULAN

1. Berdasarkan pengertian yang sudah diketahui bahwa kurikulum merupakan landasan


yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan
pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses pendidikan Islam bukanlah proses yang
dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi
manusia, transformasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang
harus terususun. Dari penjelasan tersebut maksud kurikulum pendidikan Islam adalah
kurikulum pendidikan yang berasaskan ajaran Islam, yang bersumber dari Al-Qur’an,
Al-Hadits, Ijma` dan lainnya.
2. Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, yaitu:
a. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan
akhlak.
b. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh
aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan rohani.
c. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
d. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus dan pendidikan
jasmani.
e. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan kebudayaan yang
sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan
zaman.
3. Dasar-dasar kurikulum pendidikan islam, yaitu:
a. Dasar religi
b. Dasar falsafah
c. Dasar psikologis
d. Dasar sosiologis

16
4. Al-Ghazali membagi isi kurikulum pendidikan Islam dengan empat kelompok dengan
mempertimbangkan jenis, dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu:
a. Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu fiqih, As-Sunnah,
tafsir dan sebagainya;
b. Ilmu-ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu Al-qur’an dan ilmu agama;
c. Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah, seperti ilmu kedokteran, matematika, industri,
pertanian, teknologi dan sebagainya;
d. Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu filsafat.
5. Dalam pendidikan kurikulum dapat didesain sesuai dengan keperluannya, maka
langkah-langkah dalam mendesain kurikulum pendidikan Islam, yaitu:
a. Rumuskanlah tujuannya sejelas mungkin.
b. Menentukkan isi kurikulum pendidikan Islam.
c. Menentukkan cara mencapai tujuan.
d. Menentukkan teknik dan alat evaluasi.

17

Anda mungkin juga menyukai